Anda di halaman 1dari 81

BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

1) Nama

Nama ditanyakan untuk mengenal atau memanggil dan untuk

mencegah terjadinya kekeliruan dengan pasien lain.

(Norma Nita,dkk,2013; h. 05)

2) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya faktor risiko yang

menyebabkan suatu komplikasi seperti usia <20 tahun dan usia yang

>35 tahun (Anggraini, 2010; h. 134).

3) Agama

Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan

kesehatan pasien sehingga memudahkan bidan melakukan pendekatan

dalam melaksanakan asuhan kebidanan. (Norma Nita,dkk,2013; h. 05)

4) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu, karena tingkat Pendidikan

mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.

(Norma Nita,dkk,2013; h. 05)

13
14

5) Pekerjaan

Untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi penderita agar

nasehat yang diberikan sesuai. Dan untuk mematuhi pekerjaan ibu

mengganggu kehamilan atau tidak. (Norma Nita,dkk,2013; h. 05-06)

6) Suku Bangsa

Dengan mengetahui suku bangsa maka bidan dapat mendukung dan

memelihara keyakinan yang meningkatkan adaptasi fisik dan

emosinya terhadap kehamilan. (Norma Nita,dkk,2013; h. 05)

7) Alamat

Untuk mengetahui dimana ibu menetap, mencegah kekeliruan bila ada

nama yang sama, memudahkan menghubungi keluarga, petunjuk saat

kunjungan rumah. (Norma Nita,dkk,2013; h. 06)

2. Data Subyektif

a. Keluhan Utama

b. Riwayat Kesehatan

1) Sistem Kardiovaskuler

a) Penyakit jantung

Peningkatan volume darah dan curah jantung yang progresif selama

kehamilan menyebabkan peningkatan volume regurgitasi pada

pasien yang telah memiliki kelainan aorta atau mitral regurgitasi.

Bagaimana pun perubahan fisiologik kehamilan seperti takikardi

dan penurunan tahanan sistemik perifer akan meningkatkan stroke

volume dalam mengompensasi adanya volume darah yang balik ke

jantung. (Saifuddin,2009; h. 771)


15

b) Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140

mmHg dan diastolik ≥90 mmHg. Dampak pada janin ialah

pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth restriction, intra

uterine growth restriction atau IUGR, dampak lain pada janin ialah

peningkatan persalinan preterm. (Saifuddin,2009; h. 556-558)

2) Sistem Hematologi (Anemia)

Pada kehamilan kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan zat besi

maternal ke janin yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900

mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar

perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah,

maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi

besi.(Saifuddin,2009; h. 777)

3) Sistem Pernafasan

a) TBC

Kehamilan tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini, namun

pada kehamilan dengan infeksi TBC resiko prematuritas, IUGR,

dan berat badan lahir rendah meningkat, serta resiko kematian

perinatal meningkat 6 kali lipat. Keadaan ini terjadi baik akibat

diagnosis terlambat, atau pengobatan yang tidak teratur. Infeksi

TBC dapat menginfeksi plasenta, keadaan ini dapat menyebabkan

infeksi pada janin yang menyebabkan tuberculosis kongenital.

(Saifuddin,2009; h. 807)
16

b) Asma

Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi sebelum hipoksia pada

ibu terjadi. Gawat janin terjadi akibat penurunan sirkulasi

uteroplasenter. (Saifuddin,2009; h. 811)

4) Sistem gastrointestinal

a) Hemoroid

Ibu hamil rentan menderita hemoroid karena meningkatnya kadar

hormon kehamilan yang melemahkan dinding vena dibagian anus.

Banyak ibu hamil yang menderita hemorid kehamilan karena

adanya peningkatan tekanan di area pengggul (Saifuddin. 2009; h.

826)

5) Sistem Endokrin

a) DM

Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan diabetes

sangat bervariasi. Pada ibu akan meningkatkan resiko terjadinya

preeklamsia, seksio sesarea, dan terjadinya diabetes melitus tipe 2

di kemudian hari, sedangkan pada janin meningkatkan resiko

terjadinya makrosomia, trauma persalinan, hyperbilirubinemia,

hipoglikemi, hipokalsemia, polisitemia, sindroma distress respirasi

(RDS), serta meningkatnya mortalitas atau kematian janin.

(Saifuddin, 2009; h. 851)

b) Hipertiroid

Pada perempuan yang tidak mendapat pengobatan atau pada

mereka yang tetap hipertiroid, meskipun terapi telah diberikan akan


17

meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia, kegagalan jantung,

dan keadaan oerinatal yang buruk (Saifuddin, 2009; h. 848)

6) Sistem Urogenital

Gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam

kehamilan dan nifas karena dapat menimbulkan kematian atau

kerusakan fungsi ginjal yang tidak bias sembuh lagi, selain itu secara

umum dapat menyebabkan gangguan elektrolit asam-basa, masalah

kelebihan cairan, persalinan prematur, dan koagulopati. Resiko janin

meliputi prematuritas dan dehidrasi pada neonatus.

(Saifuddin, 2009; h. 840)

7) Penyakit menular

a) HIV

Kelainan yang dapat terjadi pada janin yaitu berat badan lahir

rendah, bayi lahir mati, partus preterm, dan abortus spontan.

(Saifuddin,2009; h. 933)

b) Sifilis

Transmisi treponema dari ibu ke janin umumnya terjadi setelah

plasenta terbentuk utuh kira kira sekitar umur kehamilan 16

minggu, oleh karena itu bila sifilis primer atau sekunder ditemukan

pada umur kehamilan setelah 16 minggu, kemungkinan untuk

timbulnya sifilis kongenital lebih memungkinkan.

(Saifuddin,2009; h. 929)
18

c) Gonore

Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum korion

berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut,

akan mengakibatkan kelainan premature, korioamnionitis dan

infeksi pasca persalinan. (Saifuddin,2009; h. 925)

c. Riwayat kesehatan keluarga

Informasi tentang keluarga klien penting untuk mengidentifikasi wanita

yang berisiko menderita penyakit genetik yang dapat mempengaruhi

hasil akhir kehamilan atau berisiko memiliki bayi yang menderita genetik

(Marmi,2011;h.160).

d. Riwayat Obstetri

1) Riwayat Menstruasi

Informasi tambahan tentang siklus menstruasi yang harus diperoleh

mencakup frekuensi haid dan lama perdarahan. Jika menstruasi

lebih pendek atau lebih Panjang daripada normal kemungkinan

wanita tersebut telah hamil saat terjadi perdarahan.

(Marmi, 2011; h. 157)

2) Riwayat Kehamilan Sekarang

a) HPHT

Gambaran riwayat menstruasi klien yang akurat biasanya

membantu penetapan tanggal perkiraan yang disebut taksiran

taksiran partus. (Marmi, 2011; h. 157)


19

b) HPL (Hari Perkiraan Lahir)

Perhitungan dilakukan dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari

pertama haid terakhir (HPHT) atau dengan mengurangi bulan

dengan 3 kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun.

(Marmi, 2011; h. 157)

c) Umur kehamilan

Untuk kehamilan dikaji untuk memperkirakan persalinan, dapat

dilakukan dengan rumus Naegle dihitung dari tanggal pertama haid

terakhir (Astuti,2012;h.72)

d) Gerak janin

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada

kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida pada umur

kehamilan 16 minggu. (Astuti,2012; h. 235)

e) Imunisasi TT

Imunisasi Tetanus Toxoid diperlukan untuk melindungi bayi

terhadap penyakit tetanus neonatorum, imunisasi dapat dilakukan

pada trimester I atau II pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval 4

minggu. Lakukan penyuntikan secara IM (intramuscular), dengan

dosis 0,5 ml. (Astuti,2012; h. 212)

f) ANC

Kunjungan ANC dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan.

(Astuti, 2012; h. 180)


20

g) Pemberian suplemen mikronutrien.

Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (=zat besi 60 mg) dan

asam folat 500 mg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah mual

hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati

agar tidak meminumnya Bersama the/kopi agar tidak mengganggu

penyerapannya. (Astuti, 2012; h. 180)

3) Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang Lalu

a. Kehamilan

Adakah gangguan seperti perdarahan, muntah yang sangat

sering, toxaemia gravidarum

b. Persalinan

Spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan,

ditolong oleh siapa (bidan, dokter)

c. Nifas

Adakah panas atau perdarahan, bagaimana laktasi

d. Anak

Jenis kelamin, hidup atau tidak, kalua meninggal umur berapa

dan sebabnya meninggal, berat badan waktu lahir.

(Marmi, 2011; h. 158)

e. Riwayat KB

Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat

mempengaruhi perkiraan tanggal persalinan. (Marmi, 2011; h. 158)


21

f. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1) Pola Nutrisi

Pada trimester ketiga (sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat

baik, tetapi jangan kelebihan, kurangi karbohidrat, tingkatkan protein,

sayur-sayuran dan buah-buahan, lemak harus tetap dikonsumsi. Selain

itu kurangi makanan terlalu manis (seperti gula) dan terlalu asin

(seperti garam, ikan asin, telur asin, tauco, dan kecap asin) karena

makanan tersebut akan memberikan kecenderungan janin tumbuh

besar dan merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan. (Marmi,

2014; h. 118)

2) Eliminasi

Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup

lancer, untuk memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih

yaitu minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin perubahan

hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus dan besar, sehingga

buang air besar mengalami obstipasi (sembelit). (Marmi, 2014; h. 122)

3) Aktivitas

Wanita hamil TM III harus mengurangi semua kegiatan yang

melelahkan, tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk

menghindari pekerjaan yang tidak disukai. Wanita hamil juga harus

menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang sangat lama

(Marmi,2014;h.124-125)
22

4) Istirahat dan Tidur

Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan tapi

tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan

yang tidak disukainya. Wanita hamil juga harus menghindari posisi

duduk, berdiri dalam waktu yang sangat lama. Ibu hamil harus

mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung

kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut

malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus dipertimbangkan dan

kalua mungkin dikurangi hingga seminimal mungkin. Tidur malam

kurang lebih 8 jam dan tidur siang kurang lebih 1 jam. (Marmi, 2014;

h. 124-125)

5) Sexual

Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang tidak

dapat ditawar, tetapi perlu diperhitungkan bagi mereka yang hamil,

kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan

seksual. Pada hamil muda hubungan seksual sedapat mungkin

dihindari, bila terdapat keguguran berulang atau mengancam

kehamilan dengan tanda infeksi, perdarahan, mengeluarkan air. Pada

kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan perlu dihindari

hubungan seksual karena dapat membahayakan. Bisa terjadi bila

kurang higienis, ketuban bias pecah dan persalinan bias terangsang

karena sperma mengandung prostaglandin. (Marmi, 2014; h. 122-123)


23

6) Hygine

Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri sendiri.

Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karena badan

yang kotor banyak mengandung kuman-kuman. (Marmi, 2014; h. 120)

7) Pola Kebiasaan Yang Merugikan Kesehatan

a) Merokok

Merokok merupakan salah satu isu penting yang sangat harus

dicermati saat kehamilan karena efek yang muncul akibat merokok

adalah kelahiran BBLR, persalinan preterm, dan kematian

perinatal. (Kusmiyati, 2010; h.93).

b) Alkohol

Efek pemakaian alkohol dalam kehamilan adalah pertumbuhan

janin terhambat, retardasi mental, kecacatan, kelainan jantung dan

kelainan neonatal (Kusmiyati, 2010; h.93).

c) Obat-obatan terlarang

Menurut Kusmiyati (2010; h. 91) obat-obat yang diberikan kepada

ibu hamil dapat menimbulkan efek pada janin seperti ; kelainan

bentuk anotomik atau kecacatan pada janin, kelainan faal alat

tubuh, gangguan pertukaran zat dalam tubuh.

d) Jamu-jamuan

Wanita hamil yang memiliki kebiasaan minum jamu berisiko bagi

janin yaitu : dapat membahayakan tumbuh kembang janin,

menimbulkan kecacatan, BBLR, partus prematurus, kelainan ginjal

dan jantung janin, asfiksia neonatorum, kematian janin dalam


24

kandungan. Efek bagi ibu : keracunan, kerusakan jantung dan

ginjal, syok, perdarahan (Astuti,2012;h.131-132)

8) Data Pengetahuan

Dikaji untuk mengetahui pengetahuan ibu yang merupakan

pengalaman atau riwayat kehamilan dimana dapat jadikan sebagai

bahan pertimbanngan dalam menyimpulkan sejauh mana klien

mengatahui tentang perawatan kehamilan ini dan perawatan bayinya

kelak (Sulistyawati, 2009; h. 173).

3. Data obyektif

a. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan umum dan kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang

terhadap rangsangan dari lingkungan. (Astuti, 2012; h. 228)

a) Tekanan Darah

Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan

diastolik antara 70 sampai 90 mmHg, hipertensi jika tekanan

sistolik sama dengan atau lebih 140 mmHg. Hipotensi jika tekanan

diastolic sama dengan atau kurang dari 70 mmHg.(Astuti, 2012; h.

229)

b) Nadi

Frekuensi normal 60-100 kali/menit, takikardi >100 kali/menit, dan

bradikardi <60 kali/menit. (Astuti,2012; h. 229)


25

c) Suhu

Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,20C. Keadaan dimana suhu

tubuh lebih dari 37,20C disebut demam atau febris. Sedangkan

hipotermia jika suhu badan mencapai 350C (Astuti,2012;h.229)

d) Pernafasan

Pernafasan normalnya 16-24x/menit (Astuti,2012;h.229).

e) Tinggi badan

Ibu hamil yang tingginya kurang dari 145 terlebih pada kehamilan

pertama, tergolong risiko tinggi karena kemungkinan besar

memiliki panggul sempit (Baety,2012;h.2)

f) Berat badan

Pemeriksaan tinggi badan dilakukan saat pertama kali ibu

melakukan pemeriksaan. Mengetahui tinggi badan sangat penting

untuk mengetahui ukuran panggul ibu. Ukuran panggul ibu hamil

sangat penting untuk mengetahui apakah persalinan dapat

dilakukan secara normal atau tidak. (Astuti,2012; h. 229)

g) LILA

Ambang batas lingkar lengan atas (LILA) pada WUS dengan

resiko KEK adalah 23,5 cm yang diukur dengan menggunakan pita

ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut

mempunyai resiko KEK. (Astuti,2012; h. 230)


26

h) IMT

Tabel 2.1 Indikator Penilaian IMT

Nilai IMT Kategori

Kurang dari 20 Underweight/dibawah normal

20-24,9 kg Desirable/normal

25-29,9 kg Moderate obesity/gemuk/lebih dari


normal
Over 30 Severe obesity/sangat gemuk

(Astuti,2012; h. 130)

2) Status present

a) Muka

Meliputi pemeriksaan : oedema dan cloasma gravidarum.

(Astuti,2012; h. 231)

b) Mata

Meliputi pemeriksaan : conjungtiva ,sklera dan oedema.

(Astuti,2012; h. 231)

c) Hidung

Meliputi pemeriksaan secret dan polip. (Astuti,2012; h. 231)

d) Mulut

Meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis, epulis, karies dan

lidah (Astuti,2012;h.231)

e) Leher

Leher dikaji meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,

pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis atau

tumor (Astuti,2012;h.231)
27

f) Dada dan Mammae

Meliputi pemeriksaan pembesaran, simestris, areola, putting,

kolostrum dan tumor, untuk dada adakah retraksi pembesaran

kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri tekan. (Astuti, 2012; h. 231).

g) Abdomen

Meliputi pemeriksaan :

Inspeksi : luka bekas operasi, pembesaran perut, linea nigra,

strie gravidarum

Palpasi : kontraksi, tinggi fundus uteri, letak, presentasi,

posisi, dan penurunan kepala.

Auskultasi : meliputi pemeriksaan Denyut Jantung

Janin

(Astuti,2012; h. 231)

h) Vulva

Meliputi pemeriksaan varises, luka, kemerahan, pengeluaran

pervaginam, kelenjar bartholini (bengkak, massa). (Astuti,2012; h.

232)

i) Ekstremitas

Meliputi pemeriksaan oedema, varices, kuku jari dan reflek patella.

(Astuti,2012; h. 232)

j) Anus

Meliputi pemeriksaan hemoroid. (Astuti,2012; h. 232)


28

3) Status Obsterik

a) Inspeksi

(1)Muka

Adakah cloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau

merah, tidak ada oedema pada muka, bagaimana keadaan lidah,

gigi (Marmi,2011;h.166)

(2)Mamae

Memeriksa bentuk, ukuran, dan simetris atau tidak, puting

payudara menonjol, terdapat kolostrum dari puting susu,

(Hani dkk, 2010;h.92)

(3)Abdomen

Meliputi pemeriksaan :

Inspeksi : luka bekas operasi, pembesaran perut, linea

nigra, strie gravidarum

Palpasi : kontraksi, tinggi fundus uteri, letak,

presentasi, posisi, dan penurunan kepala.

Auskultasi : meliputi pemeriksaan Denyut Jantung

Janin. Nilai normal DJJ antara 120-160 denyut /menit, teratur.

(Astuti,2012; h. 231)
29

(4)Vulva

Meliputi pemeriksaan varises, luka, kemerahan, pengeluaran

pervaginam, kelenjar bartholini (bengkak, massa). (Astuti,2012;

h. 232)

b) Palpasi

(1) Leopold I

Pemeriksaan Leopold Deskripsikan ciri-ciri bagian yang ada

di fundus bila usia gestasi > 28 minggu. Bokong

dideskripsikan sebagai teraba 1 bagian besar yang lunak,

kurang bulat. (Widatiningsih dan Tunggadewi,2017; h 183).

(2) Leopold II

Punggung dideskripsikan sebagai teraba bagian besar yang

rata, memanjang dan tersa ada tahanan, sedangkan

ekstremitas dideskripsikan sebagai teraba bagian- bagian

kecil yang menonjol. (Widatiningsih dan Tunggadewi ,2017;

h 183)

(3) Leopold III

Dideskripsikan ciri-ciri bagian yang teraba diatas simfisis.

Jika teraba 1 bagian bulat, keras , melenting/mudah

digerakkan , maka itu adalah kepala . Mulai36 minggu

tentukan apakah sudah masuk PAP yaitu jika teraba kepala

maka goyangkan , bila masih mudah digoyangkan berarti

kepala belum masuk panggul, namun jika kepala tidak dapat


30

digoyangkan berati kepala sudah masuk panggul.

(Widatiningsih dan Tunggadewi ,2017; h 183)

(4) Leopold IV

Menurut Widatiningsih dan Tunggadewi (2017;h 183)

dilakukan bila pada Leopold III ditemukan bagian terbawah

sudah masuk PAP & usia gestasi >36 minggu. Tingkat

penurunan kepala apakah konvergen atau sejajar atau

divergen. Pada Primigraviga usia 37 minggu kepala

harusnya sudah masuk panggul, pada multipara kepada baru

masuk panggul saat impartu dikarenakan tonus otot

abdomen yang sudah mengendor tidak cukup bisa menekan

kepala janin untuk memasuki panggul.

(5)TFU

Menetukan umur kehamilan dilihat dari Tinggi Fundus Uteri

Tabel 2.2 Umur kehamilan berdasarkan TFU

Usia Kehamilan Tinggi Fundus ( cm )


28 minggu 28 cm
32 minggu 32 cm
36 minggu 36 cm
40 minggu 40 cm
(Walyani,2015;h.76)

(6)TBJ

Menurut Astuti (2012;h.74) Taksiran ini hanya berlaku untuk

janin dengan presentasi kepala. Rumusnya yaitu :

(TFU(cm)-n) x155= berat (gram)

Bila kepala belum masuk panggul maka n-12

Bila kepala sudah masuk panggul maka n-11


31

(7)Auskultasi

Janin yang dalam keadaan sehat bunyi jantungnya teratur dan

frekuensinya antara 120-140 x/menit. Jika bunyi jantung <120

x/menit atau >160 x/menit atau tidak teratur, maka janin dalam

keadaan asfiksia (Mandriawati,2008;h.103)

4) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan Urine

Melakukan pemeriksaan protein urine bertujuan untuk mengetahui

komplikasi adanya preeklampsia pada ibu hamil yang sering kali

menyebabkan masalah pada kehamilan (Kusmiyati,2011;h.145-

146). Pemeriksaan glukosa urine bertujuan untuk mengetahui

adanya DM dalam kehamilan yang sering kali menyebabkan

masalah pada kehamilan. (Kusmiyati,2011;h.158).

(-) : Tidak ada kekeruhan

(Rukiyah,2013; h.162)

b) Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan Hemoglobin pada kunjungan pertama dan pada usia

diatas 28 minggu . Nilai normal dalam kehamilan adalah 11 g/dl.

Pada trimester II nila 10,5 g/dl masih dianggap fiologis karena

proses hemodilusi sedang diambang puncaknya. (Sri Widatiningsih

,2017; h 184)
32

4. Analisa

Menurut Sulistyawati, (2009; h.177-178) diagnosa kebidanan yang dapat

disimpulkan yaitu Paritas, Usia kehaamilan dalam minggu, Keadaan janin,

Normal atau tidak normal.

Ny. X umur 20-30 tahun, G ≤ 4, P ≤ 3, A0, umur kehamilan 36-40 minggu,

janin tunggal, hidup, intrauterine, puka/puki, presentasi kepala, fisiologis.

5. Pelaksanaan

Tanggal : Jam :

a. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang cara mengatasi

ketidaknyaman kehamilan trimester III.

Tabel 2.3 Ketidaknyaman pada Trimester III

Ketidaknyamanan Cara mengatasinya


Sesak napas 1) Lakukan latihan pernafasan dengan berjalan santai atau
berenang
2) Hindari membawa beban yang berat
3) Hindari posisi tidur terlentang. Posisi miring atau
setengah duduk dengan beberapa bantal sebagai
pengganjal bisa jadi alternatif yang baik
4) Usahakan melakukan segala sesuatu dengan tenang
5) Saat mengalami sesak napas atau napas pendek, segera
tarik napas dalam lalu hembuskan perlahan
hinggakembali terasa rileks
(Ronald, 2010; h.65)
Insomnia 1) Hindari makanan yang banyak atau terlalu kenyang saat
menjelang tidur karena dapat mengganggu tidur.
2) Pilis posisi ynag paling nyaman. Posisi tidur terbaik saat
hamil adalah dengan miring ke kiri
3) Mandi air hangat akan membuat tubuh lebih rileks,
sehingga siap tidur dengan nyaman.
4) Mendengarkan musik yang menenagkan akan menambah
suasana semakin nyaman, sehingga mengantarkan untuk
segera tertitur.
5) Minum segelas susu hangat akan sangat membantu agar
bisa segera tidur
6) Cukup istirahat ketika beraktivitas sehari-hari
(Ronald, 2010; h.66-67)
Sering buang air kecil 1) Penjelasan mengenai sebab terjadinya
2) Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing
3) Perbanyak minum pada siang hari
4) Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia, kecuali
juka nokturia sangat mengganggu tidur dimalam hari.
5) Batasi minum kopi, teh dan soda
6) Jelaskan tentang infeksi saluran kemih dengan menjaga
33

posisi tidur yaitu berbaring miring kiri dan kaki ditinggikan


untuk mencegah diuresis
(Sulistyawati,2009;h.123)
Konstipasi 1) Tingkatkan serat dalam diet, buah kering, jur prem,
gandum utuh, sereal kulit padi, muffin, sayuran yang
tidak dimasak, dikunyah halus
2) Meningkatkan asupan cairan, 8 cangkir perhari, cairan
panas pada pagi hari.
3) Tingkatkan aktifitas fisik, jalan cepat setelah minum
panas.
4) Melakukan kembali bowel training, luangkan waktu
teratur untuk eliminasi, ikuti dorongan alami untuk
defekasi
(Tharpe,2015;h.47)
Hemoroid 1) Hindari konstipasi
2) Hindari mengejan saat defekasi
3) Mandi berendam air hangat
4) Kompres witch hazel (untuk mengurangi hemoroid)
5) Kompres es (untuk mengurangi hemoroid)
6) Kompres garam epsom (untuk mengurangi hemoroid)
7) Masukkan kembali hemoroid kedalam rektum
(menggunakan lubrikasi); dilakukan sambil latihan
mengencangkan perineum (kegel)
(Varney, 2007;h.539)
Nyeri punggung 1) Jangan menekuk pinggang ke belakang. Jaga postur agar
bawah tetap tegak meskipun perut ibu semakin membuncit
2) Gunakan alas kaki yang nyaman, sebaiknya hindari alas
kaki yang ber-hak tinggi untuk meringankan kinerja kaki
yang makin berat menopang tubuh ibu akibat
membesarnya janin.
3) Kompres dengan air hangat atau lakukan pemijatan
lembut di daerah yang terasa pegal.
4) Hindari gerakan-gerakan dengan tiba-tiba. Lakukan
gerakan lembut saat bangun dari duduk maupun tidur atau
posisi yang lain.
5) Lakukan olahrag ringan, seperti peregangan ringan
dengan teratut.
6) Hadapi semua dengan tenang.
(Ronald, 2010; h.77)

Varises 1) Hindari mengenakan pakaian yang ketat.


2) Hindari berdiri atau duduk yang terlalu lama.
3) Sediakan waktu istirahat dan mengelevasi kaki secara
periodik.
4) Pertahankan tungkai tidak menyilang sewaktu duduk.
5) Pertahankan postur tubuh dan mekanisme tubuh yang
baik.
6) Lakukan latihan ringan dengan jalan-jalan secara teratur
untuk peningkatan sirkulasi
7) Lakukan latihan kegel untuk mengurangi varises vulva
atau hemoroid untuk meningkatkan sirkulasi
8) Lakukan mandi air hangat yang menenangkan.
(Varney, 2007;h.540)
Kram tungkai 1) Meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya (misal
dorsifleksikan kakinya)
2) Dorong wanita untuk melakukan latihan umum dan
memiliki kebiasaan mempertahankan sirkulasi darah
34

3) Anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari


4) Anjurkan diet mengandung kalsium dan fosfor
(Varney, 2007;h.540)
Dispareunia (Nyeri 1) Perubahan posisi dapat mengurangi masalah yang
saat berhubungan disebabkan oleh pembesaran abdomen atau nyeri akibat
seksual) penetrasi yang terlalu dalam
2) Mendiskusikan pemikiran yang salah dan ketakutan
yang dirasakan dan memberi fakta dapat menenangkan
wanita tersebut.
3) Pasangan biasanya menyambut baik informasi mengenai
cara alternatif untuk memuaskan hasrat seksual masing-
masing pasangan.
(Varney, 2007;h. 541)

b. Memberikan terapi Fe (zat besi)

Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (=zat besi 60 mg) dan asam

folat 500 mg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah mual hilang.

Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak

meminumnya Bersama the/kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.

(Astuti, 2012; h. 180)

c. Memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

Menurut Hani dkk (2010;h.116-121) tanda-tanda bahaya yang perlu

diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut adalah perdarahan

pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak di

wajah dan jari-jari tangan, keluar cairan pervaginam, dan gerakan janin

tidak terasa.

d. Memberikan konseling pada ibu tentang persiapan persalinan dan tanda-

tanda persalinan

1) Persiapan persalinan

Menurut Sulistyawati (2011; h. 122) beberapa hal yang harus

dipersiapkan untuk persalinan adalah biaya dan penentuan tempat

serta penolong persalinan, anggota keluarga yang dijadikan sebagai


35

pengambil keputusan jika terjadi suatu komplikasi yang membutuhkan

rujukan, baju ibu dan bayi beserta perlengkapan lainnya, dan surat-

surat fasilitas kesehatan

2) Tanda tanda persalinan

Menurut Sulistyawati (2011; h. 122) tanda-tanda persalinan meliputi :

a) Rasa sakit atau mulas di perut dan menjalar ke perut bagian bawah

sampai ke pinggang bagian belakang dan semakin lama semakin

sering dengan intensitas yang meningkat. Minimal tiga kali dalam

10 menit dengan durasi 30-40 detik.

b) Adanya pengeluaran pervagina berupa secret yang berwarna merah

muda disertai lendir.

c) Kadang dijumpai pengeluaran air ketuban yang terjadi secara

spontan dengan ci-ciri adanya pengeluaran air ketuban seketika

dalam jumlah banyak atau krluarnya air ketuban sedikit-sedikit

tetapi dalam waktu yang lama.

B. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN FISIOLOGIS

1. Manajemen Kala I Persalinan

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013; h. 221) dalam kasus

persalinan yang harus didapat dari ibu adalah kapan mulai terasa

kencang-kencang di perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya,

apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air
36

kemih, apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah, serta

pergerakan janin untuk memastikan kesejahteraannya.

2) Tanda-tanda Persalinan

a) Lokasi ketidaknyamanan

Rasa sakit atau mulas pada perut dan menjalar ke perut bagian

bawah sampai ke pinggang bagian belakang (Sulistyawati, 2009 ;

h. 122).

b) Kontraksi/his

Perlu dikaji mulai kontraksi, teratur atau tidak, seberapa sering

terjadi kontraksi. Kontraksi pada awal tidak teratur dan durasinya

singkat, tetapi kemudian menjadi teratur dan disertai peningkatan

frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi (Varney, 2007; h. 692).

c) Pengeluaran Per Vaginam

Menurut Varney (2008; h. 693) jika pengeluaran pervaginam

berupa Bloody show meningkat berarti ibu akan segera memasuki

kala II persalinan.

3) Data Psikologis, Sosial, Spiritual dan Budaya

Psikologi pada seorang wanita yang menjelang persalinan sangat

bervariasi, tergantung pada persiapan dan pembimbingan antisipasi

yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, pemberi

perawatan dan apakah bayi yang dikandungnya merupakan bayi yang

diinginkan (Varney,2008; h. 686)

Adanya respon dan dukungan dari suami serta keluarga akan

mempercepat proses adaptasi pasien dengan kondisinya, hal ini dapat


37

dapat dijadikan acuan dalam memberikan pola asuhan kepada klien.

Ada beberapa kebiasaan yang mereka lakukan ketika anak atau

keluarganya mengahadapi persalinan dan sangat tidak bijaksana bagi

bidan jika tidak menghargai apa yang mereka lakukan.

4) Data Pengetahuan

Pengalaman atau riwayat persalinannya yang lalu dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam menyimpulkan sejauh mana

pasien mengetahui tentang persalinan, karena terdapat perbedaan

dalam memberikan asuhan antara pasien yang sudah tahu atau punya

pengalaman tentang persalinan dengan yang sama sekali belum tahu

tentang persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.225).

5) Pola Pemenuhan Kebutuhan Terakhir

a) Pola nutrisi (makan/minum terakhir)

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny, (2013; h.223), untuk

mengetahui kecukupan asupan gizi selama hamil sampai dengan

masa awal persalinan dan mengetahui intake cairan untuk

menentukan terjadinya dehidrasi.

b) Pola eliminasi (terakhir)

Selama proses persalinan ibu akan mengalami poliuri sehingga

penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 46).

c) Pola hygiene (terakhir)


38

Dikaji untuk kenyamanan klien dalam menjalani proses

persalinannya, dimana perlu ditanyakan kapan terakhir mandi,

keramas, dan gosok gigi, ganti baju dan celana dalam (Sulistyawati

dan Nugraheny, 2013; h. 224)

d) Pola Istirahat (terakhir)

Istirahat sangat penting mempersiapkan energi menghadapi proses

persalinan yang panjang. Perlu ditanyakan kapan terakhir tidur dan

berapa lama. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 224)

e) Pola aktivitas dan olahraga (terakhir)

Sulistyawati dan Nugraheny, (2013; h. 224), menjelaskan aktivitas

yang terlalu berat dikhawatirkan akan menyebabkan klien merasa

kelelahan sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit pada masa

bersalin.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan umum

a) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran kesadaran klien, dapat diperoleh

dari pengkajian klien dengan keadaan komposmentis (kesadaran

maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan

sadar) (Sulistyawati dan Nugraheny, 20013; h. 226).

b) Tekanan Darah

Tekanan darah pada saat persalinan meningkat selama kontraksi,

rata-rata peningkatan sistolik 15 mmhg (10-20 mmHg) dan

diastolik rata-rata 5-10 mmHg.


39

(Sulistyawati, 2013 dan Nugraheny; h. 66, 67)

Dalam kategori kehamilan normal dapat dipantau dari tekanan

darah yaitu dibawah 140/90 mmHg (Romauli, 2011; h. 173).

c) Nadi

Frekuensi denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi

dibanding menjelang persalinan, hal ini disebabkan karena

peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.

(Sulistyawati dab Nugraheny, 2013; h. 67)

Frekuensi nadi yang normal untuk orang dewasa adalah antara 60-

90 kali permenit (Kusmiyati,2011;h.64).

d) Suhu

Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,20C. Keadaan dimana suhu

tubuh lebih dari 37,20C disebut demam atau febris. Sedangkan

hipotermia jika suhu badan mencapai 350C (Astuti,2012;h.229)

e) Pernafasan

Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama proses persalinan

dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi

(Rukiah dkk,2009,h.34)

Pernafasan normalnya 16-24x/menit (Astuti,2012;h.229).

2) Status Present

a) Status Obstetrik

(1)Inspeksi
40

a. Vulva

Dalam JNPK-KR (2014; h. 43) menjelaskan pemeriksaan

genetalia perlu diperhatikan untuk mengetahui adanya luka

atau massa termasuk kondilomata, varises vulva atau rektum,

atau luka parut di perineum, nilai cairan vagina dan tentukan

apakah ada bercak darah, perdarahan pervaginam atau

mekonium.

(2) Palpasi

i. Leopold: Leopold I, Leopold II, Leopold III, Leopold IV

(Baety, 2012; h.10-11).

ii. Memantau kontraksi uterus

Dilakukan dengan meletakkan tangan penolong di atas uterus

dan hitung jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu

10 menit (JNPK-KR, 2014; h.41)

iii. Menentukan penurunan bagian terbawah janin dengan

metode perlimaan.

Perlimaan : 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba

di atas simfisis pubis, 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah

janin telah memasuki pintu atas panggul, 3/5 jika sebagian

(2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul,

2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih

berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati

bidang tengah rongga pangul (tidak dapat digerakan), 1/5 jika

hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin


41

yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke

dalam rongga panggul, 0/5 jika bagian terbawah janin sudah

tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian

terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul

(JNPK-KR, 2014; h.42).

(2)Auskultasi

Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara

DJJ terdengar paling kuat. Nilai DJJ setelah uterus berkontraksi.

Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, termasuk sampai

sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Gangguan

kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari

120 atau lebih dari 160 kali per menit. Kegawatn janin

ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180

kali per menit (JNPK-KR, 2014; h.41).

(3)Pemeriksaan Dalam

Beberapa hal yang dinilai pada pemeriksaan dalam yaitu :

i. Keadaan perineum dan vagina

Hal yang pertama dikaji adalah keadaan perineum,

kemungkinan perineum teraba kaku, adanya bekas luka

jahitan perineum atau perineum teraba elastic. Kemudian saat

jari telunjuk mulai masuk, kaji sukar tidaknya liang

senggama direnggangkan dan kemungkinan adanya tumor

dalam liang senggama. Dapat dilakukan penilaian cairan

vagina yang keluar bisa berupa bercak darah, perdarahan


42

pervaginam atau mekonium. Jika mekonium kemungkinan

diindikasikan presentasi bokong. Tetapi apabila presentasi

kepala dan terdapat mekonium kemungkinan terdapat gawat

janin. (Baety,2012;h.28)

ii. Keadaan serviks

Keadaan : penilaian keadaan serviks pada pemeriksaan dalam

yaitu dapat dirasakan serviks teraba lunak (seperti pipi) atau

serviks teraba kenyal (seperti hidung).

Pembukaan : pembukaan serviks dimulai dari pembukaan 1

cm sampai dengan 10 cm. Pembukaan serviks dikategorikan

menjadi fase laten dari pembukaan 1-3 cm dan fase aktif dari

pembukaan 4-10 cm.

Efficement : menilai berapa persen pendataran/

efficement/penipisan/pemendekan serviks. Panjang serviks

normal biasanya 2-2,5 cm. Bila serviks belum mengalami

pembukaaan perkiraan pendataran masih 0%, serviks

mengalami pembukaan 5 cm perkiraan pendataran serviks

50% dan jika serviks mengalami pembukaan 9 cm perkiraan

pendataran serviks 90% (Baety,2012;h.28-29)

iii. Keadaan ketuban

Ketuban dikatakan masih utuh apabila pada pemeriksaan

dalam teraba adanya selaput yang di dalamnya terdapat


43

cairan dan saat kedua jari tangan kanan masuk (jari telunjuk

dan jari tengah) dan dilakukan penekanan pada selaput

tersebut terasa ada semacam lentingan/pantulan. Ketuban

dikatakan sudah pecah apabila pada saat pemeriksaan dalam

tidak terasa adanya pantulan, melainkan terasa adanya

gesekan-gesekan kemungkinan rambut bayi, jika

presentasinya belakang kepala. Pada ketuban yang sudah

pecah perlu diperhatikan saat melakukan perabaan

kemungkinan terdapat bagian kecil janin yang menumbung

(bisa ekstremitas janin/tali pusat janin) (Baety,2012;h.31)

iv. Penurunan bagian terendah

Menurut Baety (2012; h. 33, 34) penurunan bagian terendah

janin pada proses persalinan dapat dinilai berdasarkan bidang

hodge/bidang khayal. Batas-batas bidang hodge terdiri dari :

Hodge 1 : Sejajar PAP

Hodge 2 : Sejajar PAP melalui tepi bawah simfisis.

Hodge 3 : Sejajar dengan H1 dan H2 melalui spina Iskiadika.

Hodge 4 : Sejajar dengan H1, H2 dan H3 melalui koksigis.

v. Presentasi janin

Beberapa presentasi janin yang dapat diketahui yaitu :

presentasi puncak kepala, presentasi dahi, presentasi bokong,

presentasi muka. Pada presentasi belakang kepala perlu

diperhatikan kemungkinan adanya moulage/tumpang tindih


44

tulang kepala janin. Ada tidaknya moulage dapat dilihat

berdasarkan simbol sebagai berikut :

simbol 0 : jika tidak ada moulage,

simbol 1 : jika tulang kepala janin hanya saling bersentuhan,

simbol 2, jika tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

masih dapat dipisahkan,

simbol 3, jika tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

tidak dapat dipisahkan. (Baety,2012;h.35-37)

vi. Point Of Direction/POD

Titik petunjuk merupakan suatu titik yang sebagian besar

meliputi perabaan pertama kali pada saat jari tengah dan jeri

telunjuk tangan kanan masuk ke dalam liang senggama.

(Baety,2012;h.37)

vii. Bagian lain

Menurut JNPK-KR (2014; h. 44), pastikan tali pusat dan atau

bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba pada saat

pemeriksaan.

b. Analisa Data

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013; h.228-229) diagnosa

kebidanan yang dapat disimpulkan yaitu paritas, usia kehamilan (dalam

minggu), kala dan fase persalinan, keadaan janin, normal.

Ny. X umur 20-35 tahun, G ≤ 4, P ≤ 3, A0, umur kehamilan 36-40

minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, puka/puki, presentasi kepala/

presentasi belakang kepala, inpartu kala I fisiologis.


45

c. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan persalinan kala I menurut JNPK-KR, (2014, h;48-52)

persiapan asuhan persalinan yang dilakukan adalah :

1) Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran bayi.

Tempat yang lapang untuk ibu berjalan – jalan dan menunggu saat

persalinan, melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu

dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa ibu mendapatkan

privasi yang diinginkannya.

2) Mempersiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat yang

diperlukan. Ketidakmampuan untuk menyediakan semua

perlengkapan, bahan – bahan dan obat – obat esensial pada saat

diperlukan akan meningkatkan resiko terjadinya penyulit pada ibu dan

bayi baru lahir.

3) Mempersiapkan rujukan. Jika terjadi penyulit keterlambatan untuk

merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu

dan/atau bayinya.

4) Memberikan asuhan sayang ibu pada persalinan :

a) Memberikan dukungan emosional.

Berdasarkan penelitian Lailia dan Nisa (2014) pendampingan

suami saat persalinan mempunyai peranan penting bagi ibu karena

dapat mempengaruhi psikologis ibu. Kondisi psikologis yang

nyaman,rileks dan tenang dapat terbentuk melaluidukungan kasih

sayang keluarga. Bentuk dukungan bisa berupa support mental,

berbagi pengalaman saat menjalani proses persalinan, atau hal-hal


46

positif lain, sehingga berpengaruh pada kekuatan ibu saat

melahirkan bayinya.

b) Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman

selama persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan

pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh

berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau

merangkak.

c) Memberikan cairan dan nutrisi. Makanan ringan dan asupan cairan

yang cukup selama persalinan akan memberikan banyak energi dan

mencegah dehidrasi.

d) Anjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin

selama persalinan, Ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau

lebih sering jika Ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung

kemih terasa penuh. Terjadinya kandung kemih yang penuh

berpotensi memperlanbat turunnya janin dan mengganggu

kemajuan persalinan, menyebabkan ibu tidak nyaman,

meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan

oleh atonia uteri, mengganggu penatalaksanaan distosia bahu,

meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan.

e) Pencegahan infeksi.

Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam

mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan

bayinya.Upaya danketerampilan untuk melaksanakan prosedur


47

pencegahan infeksi secara baik dan benar juga dapat melindungi

penolong persalinan terhadap risiko infeksi.

f) Penapisan awal / observasi kemajuan persalinan dengan patograf

Tabel 2.4 observasi kemajuan persalinan dengan patograf

Parameter Frekuensi pada kala 1 laten Frekuensi pada kala 1 aktif


TD Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit
Denyut jantung Janin Tiap 1 jam
Kontraksi Tiap 1 Jam Tiap 30menit Tiap 30menit
Pembukaan serviks Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Penurunan kepala Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Warna cairan amnion Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Sumber : Kepmenkes RI (2013;h.37)

g) Mengajarkan ibu teknik relaksasi pola nafas.

Berdasarkan penelitian Fitriani (2013, h. 449) Teknik relaksasi

nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimal-kan

aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Ibu meningkatkan

aktifitas kom-ponen saraf parasimpatik vegetatif secara simultan.

Teknik tersebut dapat mengu-rangi sensasi nyeri dan mengontrol

inten-sitas reaksi ibu terhadap rasa nyeri. Hormon adrenalin dan

kortisol yang me-nyebabkan stres akan menurun, ibu dapat

meningkatkan konsentrasi dan merasa tenang. Perlakuan teknik

nafas dalam banyak memberikan pengaruh penurunan tingkat nyeri

setelah diberi perlakuan selama 30 menit.

2. Manajemen Kala II Persalinan

Tanggal : ...... Jam : .....

a. Data Subyektif

Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

Ibu merasakan adanya peningkatan takanan pada rektum dan/atau


48

vaginanya (JNPK-KR, 2014; h.73). Pasien merakan adanya tekanan pada

rektum dan merasa seperti ingin BAB (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013;h.101).

b. Data Obyektif

1) Perineum menonjol

2) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

3) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

4) Pembukaan serviks telah lengkap, atau

5) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (JNPK-KR,

2014; h.73)

6) Kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu setiap 2

menit sekali dengan durasi > 40 detik, dan intensitasnya semakin lama

semakin kuat (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.101).

7) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat (Jika ketuban sudah pecah)

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.115)

8) Perubahan TTV

a) Tekanan Darah akan meningkat selama kontraksi disertai

peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik 5-10

mmHg (Rukiyah dkk,2009, h.88). Dalam kategori kehamilan

normal dapat dipantau dari tekanan darah yaitu dibawah 140/90

mmHg (Romauli, 2011; h. 173).

b) Denyut Nadi frekuensi denyut nadi bervariasi pada setiap kali

mendorong. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama

kala II persalinan disertai takikardi yang nyata


49

(Varney, 2008; h.757).

Frekuensi nadi yang normal untuk orang dewasa adalah antara 60-

90 kali permenit (Kusmiyati,2011;h.64).

c) Suhu : peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat pelahiran dan

segera setelahnya. Peningkatan normal adalah 1 sampai 2 derajat F

(0,5 sampai 1 derajat C) (Varney, 2008; h.757).

Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,20C. Keadaan dimana suhu

tubuh lebih dari 37,20C disebut demam atau febris. Sedangkan

hipotermia jika suhu badan mencapai 350C (Astuti,2012;h.229)

d) Pernapasan : peningkatan frekuensi pernafasan normal selama

persalinan dan mencerminkan penigkatan metabolisme yang

terjadi. Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal

dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada estremitas

dan pusing) (Rukiyah, 2009; h.89).

Pernafasan normalnya 16-24x/menit (Astuti,2012;h.229).

c. Analisa Data

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013; h.228-229) diagnosa

kebidanan yang dapat disimpulkan yaitu paritas, usia kehamilan (dalam

minggu), kala dan fase persalinan, keadaan janin, normal

Ny. X umur 20-35 tahun, G ≤ 4, P ≤ 3, A0, umur kehamilan 36-40

minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, puka/puki, presentasi belakang

kepala, inpartu kala II fisiologis.

d. Penatalaksanaan
50

Menurut JNPK-KR, (2014; h.77-85) penatalaksanaan kala II yang dapat

dilakukan adalah :

1) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir).

2) Pakai sarung tangan DTT / steril untuk periksa dalam.

3) Beritahu ibu prosedur dan tujuan periksa dalam.

4) Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan

sudah lengkap (10 cm).

5) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu

ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran

secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan ilmiah yang terjadi.

Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usahanya.

Catat hasil pemantauan pada partograf. Beri cukup minum dan pantau

DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat di antara

kontraksi. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut di atas

atau jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera

karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh

disproporsi kepala-panggul (CPD).

6) Posisi ibu saat meneran.

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat

mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini

dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang

paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik. Posisi

ibu saat meneran meliputi posisi duduk atau setengah duduk, jongkok

atau berdiri, merangkak atau berbaring kiri.


51

7) Pencegahan laserasi

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala

dan bahu dilahirkan. Saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah

membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan

pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bimbing ibu

untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan cepat pada

waktunya.

Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran

bayi bila didapatkan jika gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan

dengan tindakan, penyulit kelahiran pervaginam (sungsang, distosia

bahu, ekstraksi cunam (forsep) atau ekstraksi vakum), jaringan parut

pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan.

8) Melahirkan kepala

a) Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang

bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan

siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk

mengeringkan bayi segera setelah lahir).

b) Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan

kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan

pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi.

c) Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada

saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.


52

9) Periksa tali pusat pada leher

a) Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan

bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat.

b) Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan

lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi.

c) Jika lilitan sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2

tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat di antara 2

klem tersebut.

10) Melahirkan bahu

Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat,

tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara

spontan.Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta

ibu untuk meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral

tubuh bayi sehingga bahu depan melewati simfisis.Setelah bahu depan

lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu

bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.

11) Melahirkan seluruh tubuh bayi

a) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah

perineum dan sangga bahu dan lengan atas bayi pada tangan

tersebut.

b) Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan

tangan posterior saat melewati perineum.

c) Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi

saat lahir.
53

d) Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan

memegang bahu,siku dan lengan bagian anterior.

e) Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian

punggung, bokong dan kaki.

f) Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk di atas di antara kedua

kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari

tangan lainnya

g) Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada

perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya.

h) Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh

bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa

kepala bayi tertutup dengan baik.

3. Manajemen Kala III Persalinan

Tanggal : ... Jam : ...

a. Data Subyektif

Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina, ari-arinya

belum lahir, perut bagian bawahnya terasa mulas (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013; h.237).

b. Data Obyektif

Bayi lahir secara spontan per vagina pada tanggal ..., jam ..., jenis

kelamin laki-laki/perempuan, normal/ada kelainan, menangis spontan

kuat, kulit warna kemerahan, plasenta belum lahir, tidak teraba janin

kedua, teraba kontraksi uterus (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;


54

h.237). Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus, tali pusat memanjang,

semburan darah mendadak dan singkat (JNPK-KR, 2014; h.92). Tekanan

darah, nadi dan pernapasan kembali ke tingkat sebelum melahirkan, suhu

tubuh kembali meningkat perlahan (Varney, 2008; h.826).

c. Analisa Data

Assasement menurut Sulistyawati, (2013;h.238) Seorang P1A0 dalam

persalinan kala III

Ny. X umur 20-35 tahun, G ≤ 4, P ≤ 3, A0, inpartu kala III fisiologis

d. Penatalaksanaan

1) Memastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus

(JNPK-KR, 2014; h.93-99).

2) Beritahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin

untuk membantu uterus berkontraksi baik

3) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10

unit IM sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin)

4) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat

pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia

neonatus, lakukan sesegera mungkin) . Dari sisi luar klem penjepit,

dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua

pada 2 cm distal dari klem pertama

5) Potong dan ikat tali pusat


55

6) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian

gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut (sambil lindungi kepala

bayi)

7) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian

lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan

kedua menggunakan simpul kunci

8) Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%

9) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu

bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu.

Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi

lebih rendah dari puting payudara ibu.

10) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi

pada kepala bayi.

11) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

12) Letakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat ditepi atas

simfisis dan tegakkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

13) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus kearah dorso-kranial secara hati-

hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.

14) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah

sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir

dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial.


56

15) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

16) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :

17) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

18) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

19) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

20) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

21) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir

22) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual

23) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta

dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban robek, pakai

sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput

kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk

mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

24) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase

uterus dan meletakkan telapak tangan difundus dan lakukan massase

dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus teraba keras)

25) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin

dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh

26) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perinium dan lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif

(Kemenkes RI,2013; h. 44-46)


57

4. Manajemen Kala IV Persalinan

Tanggal : ... Jam : ...

a. Subyektif

Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir, perutnya mulas, dan

merasa lelah tapi bahagia (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.239).

b. Obyektif

Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal ..., jam ...., tfu berapa

jari diatas pusat, kontraksi uterus: baik/tidak (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013; h.239). Serviks, vagina dan perinium apakah ada

laserasi, memar dan pembentukan awal hematoma. Kandung kemih harus

tetap kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan atoni. Tekanan

darah, nadi, dan pernapasan kembali stabil pada level pra-persalinan

selama jam pertama pascapartum, sedangkan suhu tubuh yang normal di

bawah 38˚ Celcius yang biasanya diikuti dengan gemetar (Varney, 2008;

h.836-837).

c. Analisa Data

Seorang P1A0 dalam persalinan kala IV (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013; h.239).

Ny. X umur 20-35 tahun, G ≤ 4, P ≤ 3, A0, inpartu kala IV fisiologis

d. Penatalaksanaan

1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

2) Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak

kulit ibu-bayi ( didada ibu minimal 1 jam)


58

a) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu

b) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini

dalam waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya langsung

pada menit ke 45-60, dan berlangsung selama 10-20 menit . bayi

cukup menyusu dari satu payudara

c) Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan

bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil

menyusu

d) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau

sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama

dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi

e) Jika bayi belum menemukan puting ibu- IMD dalam waktu 1 jam,

posisikan bayi lebih dekat puting ibu dan biarkan kontak kulit

dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya

f) Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,

pindahkan ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu.

Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya

(menimbang,pemberian vit K1, salep mata) dan kemudian

kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.

g) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap selimuti untuk menjaga

kehangatannya

h) Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama.

Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka
59

pakaiannya kemudian telungkupkan kembali didada ibu dan

selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.

i) Tempatkan ibu dan bayi diruangan yang sama. Bayi harus selalu

dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa

menyusu sesering keinginannya .

Penelitian yang dilakukan oleh Heny Ekawati pada tahun 2014

menunjukkan bahwa sebelum diberikan IMD hampir seluruhnya

atau 76, 2% bayi baru lahir mengalami hipotermi dan sedangkan

sesudah dilakukan IMD hampir seluruhnya atau 76, 2% bayi baru

lahir bersuhu tubuh normal.

3) Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai :

a) Timbang dan ukur bayi

b) Beri salep mata atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin

1% atau antibiotika lain) .

c) Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2mg/mL) IM di

paha kiri anterolateral bayi

d) Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5-37,5ᵒC)

e) Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir

sumbing/langitan sumbing,atresia ani, defek dinding perut) dan

tanda-tanda bahaya pada bayi.

4) Satu jam setelah pemberian Vit K1, berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.

5) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan

pervaginam:
60

a) Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

d) Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus untuk

menilai kontraksi.

6) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus

memanggil bantuan medis.

7) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

8) Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15

menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca persalinan . Periksa temperatur ibu sekali

setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan

9) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu normal (36,5-37,50C) .

10) Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal

24 jam setelah suhu stabil

11) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit) . Cuci dan bilas peralatan peralatan

setelah dekontaminasi

12) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai
61

13) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering

14) Pastikan ibu merasa nyaman

a) Bantu ibu memberikan ASI

b) Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkan

15) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

16) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % balikan

bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit

17) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih

18) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital

dan asuhan kala IV

(Kemekes RI,2013; h. 47-49)

C. TINJAUAN TEORI ASUHAN NIFAS DAN KB PASCASALIN

1. Nifas 6 jam Post Partum

a. Data Subyektif

1) Keluahan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan

masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir

karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dan Wulandari,

2010; h.132).
62

2) Riwayat Persalinan Sekarang

Menurut Marmi (2015; h. 180) riwayat persalinan dikaji untuk

mengetahui jenis persalinan, adanya komplikasi pada saat persalinan,

adanya komplikasi pada masa nifas, plasenta lahir spontan atau tidak,

adanya robekan perineum atau tidak, serta dikaji tanggal lahir, BB,

PB, apgar score, cacat bawaan, dan air ketuban.

3) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan diet

seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan peotein cukup.

Minum sedikitnya 3 liter air tiap hari (menganjurkan ibu untuk

minum setiap kali menyusui (Rukiyah,2010;h.76).

b) Pola Eliminasi

Berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan minimal

sebanyak 200cc. Merangsang berkemih dapat dilakukan dengan

cara rendam duduk (sitz bath) untuk mengurangi edema dan

relaksasi sfingter, lalu kompres hangat/dingin (Bahiyatun, 2009;

h.77).

c) Aktivitas

Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses

pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan

ambulasi,seberapa sering ,apakah kesulitan, dengan bantuan atau

sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi.

(Ambarwati, dkk, 2010; h. 137)


63

d) Istirahat

Istirahat untuk ibu selama masa nifas beristirahat cukup untuk

mengurangi kelelahan yang berlebihan, karena kurang istirahat

akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti mengurangi

jumlah ASI diproduksi, memperlambat proses involusi uterus,

memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi tidak

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

(Rukiyah,2010;h.78).

e) Personal Hygiene

Sulistyawati (2015; h. 102) menyebutkan bahwa pada ibu nifas

sebaiknya dianjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.

Mengajarkan pada ibu bagaimana cara membersihkan kemaluan,

mengganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali

sehari, mencuci tangan setiap kali selesai memembersihkan

kemaluannya, serta memberitahu jika mempunyai luka episiotomy

hindari untuk menyentuh daerah luka.

f) Seksual

Secara fisik, hubungan seksual aman untuk dimulai jika darah

merah telah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari

ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang

melarang untuk melakukan hubungan seksual samapai waktu

tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.

Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan

(Sulistyawati, 2015; h. 103).


64

g) Pola menyusui

Bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24

jam. Untuk memberikan ASI pada bayi yang tidur adalah

membangunkannya selama siklus tidurnya (Sulistyawati, 2009;

h.16).

h) Pola Konsumsi Zat Besi dan Vitamin A

Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin. Minum kapsul vitamin A (200.000

unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui

ASInya. (Rukiyah, 2013; h.76).

i) Adat Istiadat

Adanya pantangan makan makanan yang berasal dari daging, ikan,

telur dan goreng-gorengan, hal ini sangatlah merugikan klien

karena justru pemulihan kesehatannya mejadi terhambat

(Sulistyawati, 2015; h. 121).

4) Data Psikososial dan budaya

Fase taking in : fase ini merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.

Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.

Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang

tidur, seperti mudah tersinggung (Ambarwati dan Wulandari, 2010;

h.88-89).
65

5) Data Pengetahuan

Data pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui seberapa jauh

pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan

menguntungkan selama masa nifas (Ambarwati & Wulandari, 2010; h.

136).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umun

a) Keadaan Umum dan Kesadaran

Normalnya kesadaran composmentis (sadar penuh) (Rukiyah,

2010; h. 97).

b) Suhu

Menurut Rukiyah (2013;h.68) Suhu tubuh wanita inpartu tidak

lebih dari 37,2˚C. Sesudah melahirkan suhu dapat naik kurang

lebih 0,5˚C dari keadaan normal. Bila suhu badan lebih dari 38˚C

waspada terhadap infeksi postpartum.

c) Nadi

Denyut nadi diatas 100x/menit pada ibu nifas adalah

mengidentifikasikan adanya suatu infeksi (Ambarwati dan

Wulandari, 2010, h.138)

d) Pernapasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16- 24 kali

per menit. Pada ibu post partum pernafasan lambat atau normal

dikarenakan ibu dalam proses pemulihan atau dalam kondisi

istirahat. (Marmi, 2015; h. 104)


66

e) Tekanan darah

Marmi (2015; h. 104) menyatakan bahwa tekanan darah normal

adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg.

Pasca melahirkan normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.

2) Status present

a) Mata

Keadaan konjungtiva merah muda, sklera tidak pucat, dan tidak

ada bengkak pada kelopak mata. (Marmi, 2011;h. 181)

b) Abdomen

Dikaji apakah ada diastasis rekti.Diastasis rekti adalah pemisahan

otot rektus abdominalis lebih dari 2, 5 cm pada tepat setinggi

umbilicus sebagai akibat pengaruh hormone terhadap linea alba

serta perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering

terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan

otot abdomen dan postur yang salah. Penanganan dengan

melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara

otot rektus, memasang penyangga tubigrip (berlapis du ajika perlu),

dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul, latihan

transversus dan pelvis dasar sesering mungkin

(Marmi, 2015;h. 101)

c) Ekstremitas

Menurut Rukiyah (2013;h.102) pemeriksaan ekstremitas dilakukan

terutama ada tidaknya oedema, tanda-tanda tromboflebitis, nyeri

tungkai dengan melakukan pemeriksaan raba betis ibu ada tidaknya


67

nyeri tekan, ada tidaknya varises, kemerahan pada daerah tersebut,

kemudian melakukan pemeriksaan tanda human.

3) Pemeriksaan Obstetri

a) Mammae

Mamae, dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, konsistensi,

ada pembengkakan atau tidak, puting menonjol atau tidak

(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.139)

b) Abdomen

Marmi (2015; h. 182) menyatakan perlu dikaji uterus untuk

mengetahui TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus,

posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2 jari di bawah pusat

kontraksinya baik, konsistensi keras dan posisi uterus di tengah.

Abdomen, dikaji untuk mengetahui kontraksinya. 140).

Tabel 2.5 TFU Dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

No Waktu Involusi TFU Berat Uterus


1 Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
2 Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
3 1 minggu Pertengahan pusat- simpisis 500 gram
4 2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gram
5 6 minggu Bertambah kecil 50 gram
6 8 minggu Sebesar normal 30 gram
(Sumber : Rukiyah, 2010;h.57)

c) Genetalia

Rukiyah, Yulianti, & Liana (2013; h. 100) menyebutkan bahwa

pada pemeriksaan genetalia, diperhatikan kebersihannya, warna

(ada tidaknya infeksi), pengeluaran pervaginam, dan jika ada luka

pada perineumnya perhatikan kondisi lukanya.


68

3. Assessment

Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus anak hidup,

umur ibu, keadaan masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.141)

Ny... umur ... tahun P ...A ...dalam masa nifas 6 jam fisiologis.

Ny. X umur 20-35 tahun P ≤ 4 A0 dalam masa nifas 6 jam fisiologis.

4. Penatalaksanaan

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila

perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.119)

g) Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu menyusui yaitu:

(1)Mengkomsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

(2)Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan

vitamin yang cukup

(3)Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

(4)Minum tablet zat besi selama 40 hari pascapersalinan

(5)Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk memberi asupan

kepada bayi juga melalui ASI (Bahiyatun, 2009;h.109).

h) Memberikan pendidikan kesehatan tentang istirahat dan tidur.


69

Menurut Bahiyatun (2009;h.110) kebutuhan istirahat dan tidur yaitu

dengan menganjurkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan

dan tidur siang atau segera istirahat saat bayi tidur. Kurang istirahat dapat

mengurangi produksi ASI, memperlambat proses involusi uteri,

memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan

dalam merawat bayi dan dirinya sendiri.

i)Memberikan Pendidikan kesehatan tentang hygiene dengan cara :

(1)Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh dan mandi 2 kali sehari

(2)Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah genitalia menggunakan

sabun dan air dengan membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari

arah depan ke belakang kemudian daerah sekitar anus. Bersihakan

setelah BAK dan BAB.

(3)Anjurkan ibu mengganti pembalut minimal 2-3 kali sehari

(4)Sarankan ibu mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan

sesudah membersihkan daerah genitalia.

(5)Apabila ada luka bekas episiotomi sarankan untuk tidak menyentuh

daerah luka, apabila ada nyeri perineum berikan paracetamol/

asetaminofen untuk mengurangi nyeri (Bahiyatun, 2009;h.109-

110,125 ; Marmi,2015;h.158).

2. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas 6 Hari

a. Data Subyektif

1) Keluhan

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke

fasilitas kesehatan. Misalnya, ibu post partum normal ingin


70

memeriksakan kesehatannya setelah persalinan (Sulistyawati, 2009;

h.111).

2) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a) Pola eliminasi

BAB : Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum.

Apabila mengalami kesulitan BAB atau obstipasi, lakukan diet

teratur; cukup cairan; konsumsi makanan berserat; olahraga;

berikan obat rangsangan per oral atau per rektal. (Marmi, 2015;

h.148).

b) Pola Aktivitas

Ibu sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari walaupun masih

dibantu keluarga . (Marmi, 2015; h. 198)

3) Data Psikologis

Fase Taking Hold (3-10 hari): Ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

Selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga perlu dukungan. Pada

fase ini baik untuk menerima penyuluhan mengenai merawat bayi dan

ibu (Ambarwati dan Wulandari, 2010: 89)

c. Data Obyektif

1) Pemerikaan umum

a) Suhu meningkat pada hari ke-4 yang disebabkan karena proses

pembentukan ASI. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat

waspada terhadap risiko infeksi post partum (Marmi, 2015; h. 104)


71

b) Tekanan darah : Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan

darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.

Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan

terjadinya preeklamsi postpartum (Ambarwati dan Wulandari,

2010; h.85).

c) Pernafasan : Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,

yaitu sekitar 20-30x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010;

h.139).

2) Status present

a) Ekstremitas

Tidak terdapat kelainan seperti oedema, varises, dan reflek patella

kanan dan kiri normal. (Ambarwati & Wulandari, 2010; h. 141)

3) Status obstetrik

a) Mamae

Menurut Marmi (2015; h. 32) Keluar ASI yang disebut dengan

ASI peralihan yang keluar sejak hari ke-4 s/d ke-10.

b) Abdomen

Pada ibu nifas 6 hari, Tinggi Fundus Uterus teraba pertengahan

antara pusat dengan simfisis (Sulistyawati, 2009; h.74).

c) Genitalia

Pada hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum,lochea yang

dikeluarkan berwarna merah kecoklatan dan lendir (lochea

sanguinolenta). Memastikan tidak ada perdarahan abnormal, lochea

berwarna merah terang, mengeluarkan darah beku, perdarahan


72

berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam), dan tidak

ada bau (Ambarwati & Wulandari, 2010; h. 78, 140).

d. Analisa

Ny... umur ... tahun P ...A ...dalam masa nifas 6 hari fisiologis.

e. Penatalaksanaan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

berbau

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-

tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.119-120)

3. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas 2 Minggu

a. Data subyektif

Fase letting go berlangsung 10 hari setelah persalinan, ibu mengalami

fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Ibu sudah

menyesuaikan diri akan ketergantungan bayinya.Keinginan merawat diri

dan bayinya meningkat (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 89).

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, serta pernafasan yang

dilakukan pada nifas 2 minggu sama dengan pemeriksaan nifas 6 hari


73

2) Pada pemeriksaan mammae yang dilakukan pada masa nifas 2 minggu

sama dengan pemeriksaan pada masa nifas 6 hari.

3) Menurut Marmi (2015; h. 86) pada pemeriksaan abdomen masa nifas

2 minggu tinggi fundus uteri sudah tidak teraba dengan berat uterus

350 gram

4) Payudara mengeluarkan ASI matur yang disekresi pada hari ke

sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih dan

kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila

dipanaskan. (Marmi, 2015; h. 32)

5) Genetalia

Lochia Alba: muncul pada hari ke 2-6 minggu pasca persalinan,

berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir

serviks dan serabut jaringan mati (Rukiyah, 2013; h.60). Keadaan

perineum : tidak oedema, tidak hematoma, tidak ada tanda-tanda

infeksi pada : bekas luka episiotomi/ robekan, hecting (Ambarwati dan

Wulandari, 2010; h.141).

c. Analisa Data

Ny... umur ... tahun P ...A ...dalam masa nifas 2 minggu fisiologis.

d. Pelaksanaan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat


74

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.120).

6) Memberikan konseling untuk melakukan kontrasepsi secara dini

sesuai dengan umur ibu yang masuk dalam kriteria fase dua minggu

pascapartum adalah kesempatan terbaik untuk meninjau pilihan

kontrasepsi yang ada (Varney, 2008; h.973). Menurut Affandi (2012;

h. U-52 – U-55), macam-macam KB pascapersalinan yaitu:

Tabel 2.6 KB pascapersalinan

a) MAL
Selama enam minggu pertama pascapartum, seorang wanita terlindung dari
kehamilan melalui metode amenorea laktasi (MAL) selama ia menyusui penuh
dan tidak mengalami perdarahan setelah 56 hari pertama pasca melahirkan.
Efektivitas tinggi sampai 6 bulan pasca melahirkan dan belum mendapatkan
haid. Bila ibu menyusui sebagian atau berencana menyapih bayinya, maka ibu
perlu mulai menggunakan kontrasepsi hormonal oral karena MAL mulai
kehilangan keefektifannya dan ibu mulai mengalami ovulasi lagi
(Varney,2007:h.472).
b) Koitus interuptus
Metode ini dapat digunakan setiap waktu dan diperlukan konseling sebelumnya.
Koitus interuptus tidak memiliki pengaruh terhadap ASI atau tumbuh kembang
bayi. Abstinens`ia 100% efektif. (Affandi,2012;h.U-55)
c) Kondom/spermisida
Alat kontrasepsi kondom tidak mempengaruhi laktasi dan dapat digunakan setiap
saat pascapersalinan. Metode ini merupakan cara sementara sambil memilih
metode lain. Penggunaan kondom ini disarankan memakai kondom yang diberi
pelicin (Affandi, 2012;h.U-54).
d) Kontrasepsi progestin
Menurut Affandi (2012;h.U-53) kontrasepsi progestin tidak memiliki pengaruh
terhadap ASI. Efek samping yang ditimbulkan dari kontrasepsi progestin adalah
perdarahan ireguler. Waktu pemasangan dari kontrasepsi progestin yaitu jika ibu
menggunakan MAL dapat ditunda sampai 6 bulan, jika ibu tidak menyusui dapat
segera dimulai dan apabila ibu tidak menyusui dan sudah mendapatkan haid
kontrasepsi progestin dapat digunakan setelah yakin tidak ada kehamilan.
Macam-macam kontasepsi progestin yaitu :
(1) Kontrasepsi Suntik Progestin terdiri dari dua jenis yaitu Depo
Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) yang mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramaskuler (di
daerah bokong) dan Depo Noretisteron (Depo Noristerat) yang mengandung
200 mg Noretindron Enantat yang diberikan 2 bulan dengan cra disuntik
intramaskuler (Affandi,2012;h.MK-43).
75

(2) Kontrasepsi Pil progestin (Minipil) terdiri dari 2 jenis yaitu kemasan dengan
isi 35 pil: 300 µg noretindron dan kemasan dengan 28 pil: 75 µg desogestrel
(Affandi,2012;h.MK-50).
e) AKDR
AKDR tidak memiliki pengaruh terhadap produksi ASI. Waktu pemasangan
AKDR dapat langsung dipasang setelah kelahiran plasenta, sewaktu SC,
pascapersalinan sebelum klien pulang ke rumah, 4-6 minggu pascapersalinan dan
apabila klien menyusui tetapi telah mendapatkan haid insersi dilakukan sesudah
dipastikan tidak ada kehamilan (Affandi,2012: U-54).Efek samping dari AKDR
antara lain terjadi perdarahan berat, tidak mencegah IMS atau PMS, dapat
menyebabkan terjadinya penyakit radang panggul dan ekspulsi (Affandi,2012:
MK-87).
f) Kontrasepsi Mantap
Tobektomi : tidak berpengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi.
Dapat dilakukan dalam 48 jam pasca bersalin, jika tidak sampai 6 minggu pasca
persalinan (Affandi,2012: U-55).
Vasektomi : tidak segera efektif karena perlu paling sedikit 20 ejakulasi (kurang
lebih 3 bulan) sampai benar-benar steril. Dapat dilakukan setiap saat
(Affandi,2012: U-55).

D. TINJAUAN TEORI KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

1. Asuhan BBL pada 6 jam Post Partum

a. Pengkajian

1) Identitas Bayi

Merupakan alat pengenal bayi agar tidak tertukar (Marmi, 2015; h.87).

b. Data Subyektif

1) Riwayat Kehamilan

Kondisi prenatal dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan bayi

baru lahir. Maka dari itu bidan harus mencatat usia ibu, periode

menstruaasi terakhir, dan perkiraan waktu pelahiran (Varney, 2008; h.

916).

2) Riwayat Persalinan

Varney (2008, h. 917) mengungkapkan pada persalinan kurang

bulan/lewat bulan dapat menimbulkan kemungkinan komplikasi


76

terjadinya RDS (Respiratory Distress Syndrome) dan asfiksia pada

bayi baru lahir.

3) Riwayat natal

a) Berat Badan Lahir

menurut (Muslihatun,2010;h.32) berat badan bayi barru lahir

normal antara 2500 – 4000 gram.

b) Panjang Badan : Ciri-ciri bayi baru lahir panjang badan 48-52 cm

(Marmi, 2015; h.8). Sedangkan menurut Muslihatun (2010;h.30 )

antara 45 cm – 50 cm.

4) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Pemenuhan Nutrisi

Bayi diberikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu (jika

payudara penuh) dan tentu saja ini lebih berarti pada menyusui

sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling

sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara kiri dan kanan.

Seorang bayi yang menyusu sesuai permintaannya bisa menyusu

sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam (Marmi, 2015; h.73).

b) Pola Eliminasi

Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK dengan volume 20-30

ml/hari dan dalam 24 jam pertama dapat mengeluarkan mekonium

(Marmi, 2015; h.69).

c) Pola Istirahat

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur,

bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam
77

sehari. Pola tidur bayi masih belum teratur karena jam biologis

yang belum matang. Tetapi perlahan-lahan akan bergeser sehingga

lebih banyak waktu tidur di malam hari dibandingkan siang hari

(Marmi, 2015; h.81).

d) Pola Hygiene

Bayi dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir. Apabila suhu tubuh

bayi kurang dari 36,50C, selimuti tubuh bayi dengan selimut

longgar, tutupi bagian kepala, tempatkan dengan ibu (skin to skin),

tunda untuk memandikan bayi dalam waktu 1 jam hingga suhu

tubuhnya stabil (Rukiyah, 2012; h.72).

c. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum

Kriteria bayi baru lahir normal, antara lain : lahir cukup bulan ( 37-

42 minggu ), berat lahir 2500 – 4000 gram, skor APGAR antara 7 –

10, tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan

(Muslihatun,2010;h.35)

b) Denyut jantung : frekuensi normalnya berkisar 120-160

x/menit dan sama dengan kecepatan pernafasan. Frekuensi

bertambah cepat pada saat menangis, peningkatan aktivitas atau

pernafasan cepat dan lebih lambat jika bayi dalam keadaan tenang

(Reeder, 2015;h.91). Sedangkan menurut Muslihatun (2010;h.31)

denyut jantung bayi baru lahir normalnya 100-160 x /menit, tetapi

dianggap masih normal jika di atas 160 x/menit dalam jangka


78

waktu pendek, bebrapa kali dalam satu hari selama beberapa hari

pertama kehidupan, terutama bayi yang mengalami disstres.

c) Pernafasan : Pernafasan ± 40-60 kali/menit (Marmi, 2015; h.8).

d) Suhu : Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5 – 37,5˚C

melalui pengukuran di aksila dan rektum, jika nilainya turun di

bawah 36,5˚C maka bayi mengalami hipotermia (Marmi, 2015;

h.25).

2) Pengukuran antropometri

a) Berat badan : Berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 g

(Marmi, 2015; h.4).

b) Panjang badan : Ciri-ciri bayi baru lahir normal panjang badan 48-

52 cm (Marmi,2015;h.8). Sedangkan menurut Muslihatun

(2010;h.30) antara 45-50 cm.

c) Lingkar kepala : Ciri-ciri bayi baru lahir lingkar kepala 33-35 cm

(Marmi, 2015; h.8).

d) Lingkar dada : Ciri-ciri bayi baru lahir lingkar dada 30-38 cm

(Marmi, 2015; h.8).

3) Keadaan Bayi

a) Menangis

Dalam keadaan normal tangis bayi terdengar keras dan nada

sedang, jika terjadi kelainan suara bayi akan terdengar nada tinggi

dan lemah. (Marmi,2015; h. 101)


79

b) Warna Kulit

Kulit kemerah–merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

(Marmi, 2015; h. 8).

4) Status Present

a) Kepala : ubun-ubun berdenyut karena belahan-belahan tulang

tengkoraknya belum menyatu dan mengeras dengan sempurna.

Bentuk kepala cenderung kerucut disebabkan oleh gaya yang

bekerja saat persalinan dan juga sebagai akibat tulang tengkorak

yang tumpang tindih (Marmi, 2015; h.66).

b) Muka : menurut Marmi (2015;h.56) mengatakan bahwa wajah

harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal

ini dikarenakan posisi bayi di intrauterin.

c) Mata

Periksa jumlah, posisi atau letak mata, adanya trauma seperti

palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya sekret pada

mata, dan konjungtivitis (Marmi, 2015; h. 56, 57)

d) Hidung : bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan

(Muslihatun,2010,h.33)

e) Bibir, Mulut, dan Pipi : daerah bundar dan tebal sering kali terdapat

pada bibir (terutama bibir atas). Bantakan (lemak) menghisap pada

umumnya pada pipi, bibir, gusi, dan palatum harus diperiksa

apakah daerah itu utuh. Lidah bayi belum dapat mencapai

melampaui batas gusi karena frenulum umumnya berukuran

pendek (Redeer,2014;h.87).
80

f) Telinga

Menurut (Muslihatun, dkk, 2010; h.33) pemeriksaan telinga

meliputi jumah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan

dengan mata dan kepal serta adanya gangguan pendengaran.

g) Leher

Periksa kesimetrisannya, adanya trauma leher, melakukan perabaan

untuk mengidentifikasi adanya pembesaran kelenjar tyroid dan

vena jugularis (Marmi, 2015; h. 57, 58).

h) Dada : periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas, apabila

tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis

diafragma atau hernia diafragmatika. Pernafasan yang normal

dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Pada bayi

cukup bulan, putting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak

simetris. Payudara dapat tampak membesar tapi ini normal (Marmi,

2015; h.58).

i) Pulmo/cor : menurut Marmi (2015;h.47) frekuensi bunyi jantung,

kelainan bunyi jantung.

j) Abdomen : Manurut Reeder (2014;h.81) pemeriksaan pada

abdomen yang perlu dikaji adalah :

(1)Pada bayi normal abdomen tampak datar, teraba lemas, simetris

dan tidak ada massa

(2)Tidak ada perdarahan/tetesan darah, tanda-tanda infeksi,

pembekakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat, dan

kemerahan
81

(3)Tali pusat tampak putih kebiruan

k) Genetalia : Menurut Marmi (2015;h.59) pemeriksaan genitalia

meliputi :

(1)Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.

Periksa posisi lubang uretra.

(2)Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan testis ada dua.

(3)Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia

minora. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina

(4)Terkadang tampak adanya secret yang berdarah dari vagina.

l) Ekstremitas : pemeriksaan pada tangan : Kedua lengan harus sama

panjang, kedua lengan harus bebas bergerak, periksa jumlah jari,

telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu

buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, periksa adanya

paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut

(Marmi,2015;h.58). Pemeriksaan pada kaki : periksa kesimetrisan

antara tungkai dan kaki, kedua tungkai dan kaki harus bisa

bergerak bebas, periksa adanya polidaktili atau sidaktili pada jari

kaki (Marmi,2015;h.59)

m) Punggung : periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari

adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida,

pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat

menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna

vertebra (Marmi, 2015; h.59,60).


82

n) Kulit : periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir,

pembengkakan, vernik kaseosa, lanugo (Marmi, 2015; h.60).

o) Anus : periksa adanya atresia ani, kaji posisinya. Mekonium secara

umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum

keluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrome,megacolon

atau obstruksi saluran pencernaan (Marmi, 2015; h.59).

p) Refleks

(1)Refleks Mencari Putting Susu (Rooting) : bayi menoleh ke arah

benda yang menyentuh pipi (Marmi, 2015; h.71).

(2)Refleks Menghisap (Sucking): rangsangan puting susu pada

langit-langit bayi menimbulkan refleks menghisap (JNPK-KR,

2014; h.123).

(3)Refleks Menelan (Swallowing) ASI di dalam mulut bayi akan

didorong oleh lidah ke arah faring, sehingga menimbulkan

refleks menelan (JNPK-KR, 2014; h.123).

(4)Refleks Memeluk (Moro) : timbulnya pergerakan tangan yang

simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan

dengan cara bertepuk tangan. (Marmi, 2015; h.71)

(5)Refleks Menggenggam (Grasp) : dengan meletakkan jari

telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle, normalnya bayi

akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan bayi

ditekan : bayi mengepalkan tinjunya (Marmi, 2015; h.71).


83

(6)Refleks Babinski : gores telapak kaki, Bayi akan menunjukkan

respon berupa semua jari kaki hyperekstensi dengan ibu jari

dorsifleksi (Marmi,2015;h.71).

(7)Refleks Tonic Neck : ekstremitas pada satu sisi dimana kapala

ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan

fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat.

Respon ini dapat tidak ada atau tidak lengkap segera setelah

lahir (Marmi, 2015; h.72)

d. Analisa Data

Menurut Muslihatun, (2010;h.60) assasement ditegakkan berdasarkan

pengkajian data subjektif dan objektif.

Bayi Ny…usia 6 jam fisiologis.

e. Pelaksanaan

Menurut Marmi (2015, h. 87), penatalaksanaan untuk bayi baru lahir usia

6 jam yaitu:

a. Mengamati pernafasan, warna, dan aktivitas.

b. Mempertahankan suhu tubuh bayi

1) Hindari memandikan minimal 6 jam dan hanya setelah itu jika

tidak terdapat masalah medis serta suhunya 36.5ᵒC atau lebih

2) Bungkus bayi dengan kain kering atau hangat

3) Kepala bayi tetap tertutup. (Marmi, 2015;h.87)

4) Mengenakan pakaian (buat bayi tetap hangat, tidak membuatnya

berkeringat, tidak memakaikan pakaian berlapis-lapis, hindari kain

yang menyentuh leher karena bisa mengakibatkan gesekan yang


84

mengganggu, membutuhkan pakaian dalam dan popok) (Marmi,

2015; h.105)

c. Memastikan bayi sudah diberi salep mata antibiotika tetrasiklin 1%

pada kedua matadalm upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru

lahir (Marmi, 2015; h.35)

d. Memberikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena

defisiensi vitamin K (Marmi,2015, h. 87), bayi harus diberi vitamin K

(phytomenadion) injeksi 1mg disuntikkan di paha kiri anterolateral

setelah Inisiasi Menyusui Dini (JNPK-KR, 2014; h.128).

e. Melakukan perawatan tali pusat dengan cara membiarkan tali pusat

tetap terbuka, mengering, dan hanya dibersihkan setiap hari dengan air

bersih agar tidak terjadi peningkatan kelembapan pada kulit bayi

(Marmi, 2015; h. 87,34).

Berdasarkan penelitian Asiyah 2017 terdapat perbedaan antara lama

pelepasan tali pusat yang dirawat terbuka dengan yang dirawat

tertutup menggunakan kassa steril pada bayi baru lahir.

f. Imunisasi

Memastikan bayi sudah diberikan imunisasi hepatitis B 0,5 mL

intramuskular , di paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2

jam setelah pemberian vitamin K1 (JNPK-KR, 2014; h.131)

g. Mempertahankan bayi agar selalu dekat ibu

Rawat gabung adalah satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang

baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam

sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam


85

dalam sebuah ruangan. Tujuan rawat gabung adalah bantuan

emosional, penggunaan ASI, pencegahan infeksi, pendidikan

kesehatan (Marmi, 2015; h.37-38).

h. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi,

yaitu setiap 2-3 jam dan pada payudara kanan dan kiri secara

bergantian samapi payudara terasa kosong (Marmi, 2015; h. 73).

i. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda bahaya pada

bayi baru lahir. Menurut Marmi (2015,h.84-85) tanda bahaya yang

harus diwaspadai pada bayi baru lahir meliputi :

1) Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah.

2) Kesulitan bernafas atau lebih dari 60 kali permenit.

3) Letargi, bayi terus menerus tidur tanpa bnangun untuk makan.

4) Warna abnormal, kulit atau bibir biru ( sianosis) atau bayi sangat

kuning.

5) Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia).

6) Gangguan gastrointestinal, tidak bertinja selama 3 hari pertama

setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan perut bengkak,

tinja hijau tua atau berdarah atau berlendir

7) Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada

lender atau darah pada tinja

8) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk.

9) Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.

10) Tanda atau perilaku abnormal atau tidak biasa. Aktivitas –

menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung.


86

Lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa

tenang, menangis terus menerus.

2. Asuhan Bayi Baru Lahir 6 Hari

a. Data Subyektif

1) Riwayat Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B diberikan pada saat bayi berumur 1-2 jam

setelah pemberian vitamin K1 (JNPK-KR, 2014; h.131).

2) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Bayi menyusu setiap 2-3 jam atau sesuka bayi bergantian antara

payudara kanan dan kiri (Marmi, 2015; h.73).

b) Pola Eliminasi

1) Buang Air Kecil

Bayi baru lahir cenderung sering BAK, yaitu 7-10x / hari. Untuk

menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK

harus diganti popoknya minimal 4-5x/hari (Marmi, 2015; h.80).

2) Buang Air Besar

Warna fases bayi akan berubah kuning pada hari ke 4-5. Bayi

yang diberi ASI, fasesnya akan lebih lembut, berwarna kuning

terang dan tidak berbau. Frekwensi minimal 1 kali per hari. Bila

bayi diberi ASI cukup, maka bayi akan BAB 5x atau lebih

dalam sehari (Muslihatun, 2010; h.43).


87

c) Pola Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur,

bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam.

Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan ruangannya yang

hangat serta memastikan bayi tidak terlalu panas ataupun dingin

(Marmi, 2015; h.81).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum

Bayi yang sehat kulit kemerahan, menangis kuat, tidak ada

kelainan kongenital, posisi bayi frog position ( fleksi pada

ekstremitas atas dan bawah ), reflek moro (+) dan simetris, reflek

hisap (+) pada sentuhan palatum molle, reflek menggenggam (+),

reflek rooting (+) (Muslihatun,2010;h.35)

b) Tanda Vital

1) Nadi : frekuensi normalnya berkisar 120-160

x/menit. Frekuensi bertambah cepat pada saat menangis,

peningkatan aktivitas (Redeer,2014;h.91)

2) Suhu : Suhu tubuh normal pada neonatus adalah

36,5 – 37,5˚C melalui pengukuran di aksila dan rektum (Marmi,

2015; h.25).

3) Pernafasan : Pernafasan ± 40-60 kali/menit (Marmi, 2015; h.8).


88

c) Pengukuran Antropometri

Pada umumnya terjadi penurunan berat badan dalam 3-5 hari

pertama, kemungkinan sebanyak 10 % dari berat badan lahir

(Redeer,2014;h.87).

2) Pemeriksaan Fisik

a) Abdomen

Tali pusat harus tetap kering dan akan putus dalam 2 minggu

(Varney, 2008; h.934). Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus

diwaspadai antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan,

ada pus atau nanah dan berbau busuk (Marmi, 2012; h.34).

c. Analisa Data

By.Ny. …. usia 6 hari fisiologis.

d. Pelaksanaan

1) Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan

perkembangan anak meliputi, pemeriksaan fisik, TTV, penampilan

umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak. (Marmi, 2015; h. 89)

2) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus menggunakan

kain yang kering, hangat dan serta kepala bayi harus tertutup.

(Marmi,2015;h.87).

3) Memberikan ibu konseling tentang pemberian ASI. Menyusui bayi

setiap 2-3 jam bergantian dari payudara kiri dan kanan. Seorang bayi

yang menyusu sesuai dengan permintaannya bisa menyusu sebanyak

12-15 kali dalam 24 jam. Pada usia 0-6 bulan kebutuhan gizi bayi baik
89

kulitas maupun kuantitasnya terpenuhi hanya dari ASI tanpa harus

diberikan makanan ataupun minuman lainnya (Marmi,2015;h.73).

4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara menyusui

Prosedur pemberian ASI menurut Marmi (2012;h.73,74) yaitu :

a) Tetekkan bayi segera atau selambatnya setengah jam setelah bayi

lahir.

b) Biasakan cuci tangan dengan sabun setiap kali sebelum

menetekkan.

c) Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah puting

dan sekitarnya.

d) Ibu duduk atau tiduran berbaring dengan santai.

e) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi perut bayi

menempel keperut iibu, dagu bayi menempel payudara, telinga

dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus, mulut bayi terbuka

lebar menutupi areola.

f) Menyentuhkan puting susu pada bibir atau pipi bayi agar bayi

membuka mulutnya.

g) Masukkan puting dan areola kedalam mulut bayi.

h) Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke

payudara lainnya. Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara

yang belum kosong tadi.

5) Memberikan ibu konseling tentang menjaga kebersihan kulit bayi

yaitu dengan memandikan bayi menggunkan air hangat-hangat kuku

dan tempatkan bayi di dalam ruangan yang hangat tidak berangin. Jika
90

ingin menggunakan sabun sebaiknya menggunakan sabun yang bisa

untuk keramas sekaligus sabun mandi. Keringkan bayi dengan cara

membungkus dengan handuk kering. Usapkan minyak telon putih di

dada dan perut bayi sambil dipijat lembut. Pakaikan baju ukuran bayi

baru lahir yang berbahan katun agar mudah menyerap keringat

(Marmi,2015;h.82-83).

3. Bayi Baru Lahir Usia 2 Minggu

a. Data subyektif

1) Pola Eliminasi

a) Buang Air Kecil

Bayi baru lahir cenderung sering BAK, yaitu 7-10x / hari. Untuk

menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK

harus diganti popoknya minimal 4-5x/hari (Marmi, 2015; h.80).

b) Buang Air Besar

Frekuensi BAB bayi umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam

sehari bisa lebih dari 5 kali atau 6 kali, tidak masalah selama

pertumbuhannya bagus. Bayi yang minum ASI eksklusif

sebaliknya bisa saja tidak BAB selama 2 sampai 4 hari bahkan bisa

7 hari sekali (Marmi, 2015; h.76-77).

2) Pola Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur,

bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam.

Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan ruangannya yang


91

hangat serta memastikan bayi tidak terlalu panas ataupun dingin

(Marmi, 2015; h.81).

b. Data obyektif

Pemeriksaan yang dilakukan dan rentang normal nadi, pernafasan, suhu,

berat badan, keadaan kulit, dan abdomen sama seperti pemeriksaan pada

bayi baru lahir usia 6 hari. Yang berbeda hanya pada kondisi tali pusat,

menurut Muslihatun (2010; h. 32) tali pusat lepas setelah 7-10 hari.

1) Mata

Sensitifitas terhadap cahaya terang dan dapat mengenali pola hitam

putih. Pada usia 2 minggu bayi dapat membedakan wajah ibunya dari

muka yang tidak dikenal (Marmi, 2015 ; h.103).

2) Hidung

Dapat membedakan bau menyengat, menyukai pada bau ASI. Dalam

beberapa minggu, bayi dapat membedakan antara bau susu ibunya

dengan bau susu orang lain (Marmi, 2015 ; h.103).

3) Pengukuran Antopometri

Berat badan pada umur minggu – minggu berikutnya akan mengalami

kenaikan setidak-tidaknya 160 gram per minggu (setidak-tidaknya 15

gram/hari) atau minimal 300 gram pada bulan pertama. (JNPK-KR,

2008; h. 143).
92

c. Analisa Data

By.Ny. …. usia 2 minggu fisiologis.

d. Penatalaksanaan

1) Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif

(Marmi,2015;h.73)

2) Memberikan ibu konseling tentang menjaga kebersihan kulit bayi

yaitu dengan memandikan bayi menggunkan air hanaga-hangat kuku

dan tempatkan bayi di dalam ruangan yang hangat tidak berangin. Jika

ingin menggunakan sabun sebaiknya menggunakan sabun yang bisa

untuk keramas sekaligus sabun mandi. Keringkan bayi dengan cara

membungkus dengan handuk kering. Bersihkan tali pusat dengan

menggunakan kapas atau kassa. Usapkan minyak telon atau minyak

kayu putih di dada dan perut bayi sambil dipijat lembut. Pakaikan

baju ukuran bayi baru lahir yang berbahan katun agar mudah

menyerap keringat (Marmi,2015;h.82-83).

3) Memberitahu ibu tentang imunisasi bayi dasar wajib untuk bayi, pada

saat usia 1 bulan yaitu BCG dan Polio1 (Marmi, 2015; h. 35)

4) Memberikan penkes tentang perawatan bayi.

Beberapa hal yang menjadi bagian merawat bayi meliputi, menjaga

kuku bayi agar tetap pendek, kuku dipotong setiap 3 atau 4 hari sekali

agar tidak menyebabkan lecet pada mulut atau kulit bayi. Bayi

dibiasakan keluar selama 1 atau 2 jam sehari bila udara baik, hal ini

agar bayi terbiasa dengan sinar matahari namun usahakan hindari

pancaran langsung dengan pandangannya. (Marmi, 2015; h. 105)


93

5) Menganjurkan ibu menimbangkan bayi setiap bulannya. Bayi yang

sehat akan mengalami penambahan berat badan setiap bulannya

(Marmi, 2015; h. 106)

Anda mungkin juga menyukai