Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE III. ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN ANEMIA

DISUSUN OLEH :

ROSIDAH

NIM: 1590122044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS GALUH

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN ANEMIA

Oleh :

ROSIDAH
NIM.15901220044

Yang telah disahkan oleh Pembimbing


pada tanggal Desember 2022
Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Iis Suryamah, S.Tr.Keb., Bd Widya Maya Ningrum., SST., M.Kes., M.Tr.Keb


NIK.3112770714

Laporan Pendahuluan ini sebagai salah satu persyaratan dalam


penyelenggaraan
praktik stase pendidikan profesi bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Galuh

Ketua Program Studi

Widya Maya Ningrum., SST., M.Kes., M.Tr.Keb


NIK.3112770714
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

1. Etiologi

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,

dan janin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin

dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan

kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2010).

Etiologi anemia pada kehamilan menurut (Putri & Hastina, 2020)

Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

Anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai

bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Disebabkan

karena :

1) Diet yang tidak mencukupi.

2) Absorbsi yang menurun.

3) Kebutuhan yang meningkat padakehamilan/lantasi.

4) Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, dan donor darah.

5) Hemoglobinuaria.

6) Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis paru.


b. Anemia penyakit kronik

Anemia yang disebabkan oleh berbagai panyakit infeksi-infeksi

kronik (seperti abses, empisema dan lain-lain) dan neoplasma (seperti

limfoma, nekrosis jaringan).

c. Anemia krositik

1) Defisiensi vitamin B12/pernisiosa.

2) Absorbsi vitamin B12 menurun.

3) Defisiensi asam folat.

4) Gangguan metabolisme asam folat.

d. Anemia karena perdarahan

Karena adanya pengeluaran darah yang sedikit - sedikit atau

cukup banyak yang baik diketahui/tidak.

e. Anemia hemolitik

1) Intrinsik

a) Kelainan membran seperti sferositosis hereditis,

hemoglobinuria makturnal pamosimal.

b) Kelainan glikolisis.

c) Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa -6 fosfat

dehidrogenase (GEDP).

2) Ektrinsik

a) Gangguan system imun.

b) Infeksi.

c) Luka bakar.
3) Anemia aplastic

Penyebabnya bisa kongenital (jarang), idiopatik

(kemungkinan autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi, toksin

seperti berzen, foluen, insektisid. Obat-obatan seperti

kloramfenikol, sulfenomid analgesik, anti epileptik (hidantoin),

pasca hepatisis .

2. Tanda dan gejala

Menurut Sofian (2012), tanda dan gejala persalinan antara lain :

a. Rasa sakit karena his datang lebih kuat, sering dan teratur

b. Keluarnya lendir bercampur darah (blood show) karena

robekan- robekan kecil pada serviks

c. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya

d. Pada pemeriksaan dalam didapati serviks mendatar dan

pembukaan telah ada

3. Patofisiologi

1) Teori penurunan hormon

1) Progesteron

Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang

mengakibatkan peningkatan kontrakai uterus karena sintesa

prostaglandin di chorio amnio sehingga menyebabkan persalinan

dapat di mulai.

2) Estrogen

Rangsangan estrogen menyebabkan iritability myometrium

mungkin karena peningkatan konsentrasi Actin-Myocin dan


Adenosin Tripospat (ATP) dan menyebabkan sintesa

prostatglandin dan terjadinya kontraksi myometrium sehingga

persalinan dapat di mulai.

b. Teori plasenta menjadi tua

Akan menyababkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang

menyebabkan kekejangan hal ini dapat menimbulkan kontraksi rahim

dan terjadilah proses kelahiran bayi

c. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan merangsang menyebabkan iskemia

otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter

sehingga persalinan dapat di mulai

d. Teori rangsangan oksitosin

1) Oksitosin meningkat dapat mempengaruhi permeabilitas Na

(sodium ) dalam myometrium sehingga terjadi peningkatan Ca

intra sel dan menyebabkan kontraksi uterus sehingga persalinan

dapat di mulai.

2) Dalam kala II terjadi regangan servik dan menyebabkan oksitosin

sehingga terjadi kontraksi uterus dan menyebabkan persalinan

dapat di mulai.

e. Teori Iritasi Mekanik

Dibelakang servik terdapat ganglion servikale (fleksus fran kenhauser)

bila ganglion ini di geser dan di tekan, misalnya oleh kepala janin akan

timbul kontraksi uterus dan menyebabkan persalinan dapat di mulai

(Muchtar, 2002).
4. Pengkajian

Dalam tahap ini data/fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif

dan/atau data objektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan

data dalam catatan harian sebelum didokumentasikan (Wildan dan

Hidayat, 2013).

a. Data subyektif

Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang

diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien

(anamnesa) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (Hidayat,

2013).

1) Identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga

sesuai dengan sarana. Menurut Astuti (2012), Identitas meliputi :

(1) Nama isteri / suami

Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk

memperlancar komuniksai dalam asuhan sehingga tidak

terlihat kaku dan lebih akrab.

(2) Umur

Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam

kehamilan yang beresiko atau tidak. Usia dibawah 20 tahun

dan di atas 35 tahun merupakan umur-umur yang beresiko

tinggi untuk hamil karena rentan terhadap komplikasi penyerta

seperti anemia, preeklampsia, plasenta previa maupun

ketuban pecah dini. Umur yang baik untuk kehamilan maupun

persalinan adalah 20-35 tahun karena organ-organ reproduksi

masih berfungsi dengan baik.


(3) Suku / Bangsa / Etnis / Keturunan

Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka

memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien dan

mengidentifikasi wanita atau keluarga yang memiliki kondisi

resesif otosom dengan insiden yang tinggi pada populasi

tertentu. Jika kondisi yang demikian diidentifikasi, wanita

tersebut diwajibkan menjalani skrining genetik.

(4) Pekerjaan

Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk

mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh dan

untuk mengkaji potensi kelahiran, prematur dan pajanan

terhadap bahaya lingkungan kerja, yang dapat merusak janin.

(5) Alamat rumah

Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih

memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk

mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan.

2) Keluhan utama

Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat

bidan. Hal ini disebut tanda dan gejala. Dituliskan sesuai dengan

yang diungkapkan oleh klien serta tanyakan juga sejak kapan hal

tersebut dikeluhkan oleh klien (Astuti, 2012). Pada kasus ibu

bersalin dengan anemia keluhan sama dengan keluhan ibu

bersalin pada umumnya yaitu merasakan mulesyang semakin

lama semakin sering serta adanya pengeluar lendircampur darah

dari jalan lahir.


3) Riwayat Menstruasi

Menurut Astuti (2012), antara lain :

(1) Menarche (usia pertama datang haid)

Usai wanita pertama haid bervariasi, antara 12-16 tahun.

Hal ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa,

lingkungan, iklim, dan keadaan umum. Siklus haid terhitung

mulai hari pertama haid hingga hari pertama haid berikutnya,

siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien

mempunyai kelainan siklus haid atau tidak. Siklus normal haid

biasanya adalah 28 hari.

(2) Lamanya

Lamanya haid yang normal adalah ±7 hari. Apabila sudah

mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan

adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi nya.

(3) Banyaknya

Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.

Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah

menunjukkan gejala kelainan banyaknya darah haid.

(4) Dismenorhoe (Nyeri haid).

4) Riwayat Hamil Sekarang

Menurut Astuti (2012), antara lain :

(1) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

Bidan ingin mengetahui tanggal hari pertama dari

menstruasi terakhir klien untuk memperkirakan kapan kira-kira

sang bayi akan dilahirkan. TP (Taksiran Persalinan) /


Perkiraan Kelahiran Gambaran riwayat menstruasi klien yang

akurat biasanya membantu penetapan tanggal perkiraan

kelahiran (estimated date of delivery (EDD)) Yang disebut

taksiran partus (estimated date of confinement (EDC)) di

beberapa tempat. EDD ditentukan dengan perhitungan

internasional menurut hukum Naegele. Perhitungan dilakukan

dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari pada Hari Pertama

Haid Terakhir (HPHT) atau dengan mengurangi bulan dengan

3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun.

(2) Kehamilan yang ke-

Jumlah kehamilan ibu perlu ditanyakan karena terdapatnya

perbedaan perawatan antar ibu yang baru pertama hamil

dengan ibu yang sudah beberapa kali hamil, apabila ibu

tersebut baru pertama kali hamil otomatis perlu perhatian

ekstra pada kehamilannya.

(3) Masalah-masalah Trimester I,II,III

Tanyakan kepada klien apakah ada masalah pada

kehamilan Trimester I,II,dan III sebagai factor persiapan kalau-

kalau kehamilan yang sekarang akan terjadi hal seperti itu lagi.

(4) ANC (Antenatal Care/Asuhan Kehamilan)

Tanyakan kepada klien asuhan apa yang pernah ia

dapatkan pada Trimester I,II,dan III dan tanyakan bagaimana

pengaruhnya terhadap kehamilan.


(5) Tempat ANC

Tanyakan kepada klien di mana tempat ia mendapatkan

asuhan kehamilan tersebut.

(6) Penggunaan obat-obatan

Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu

memperhatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh

terhadap tumbang janin.

(7) Imunisasi TT

Tanyakan kepada klien apakah sudah pernah

mendapatkan imunisasi TT. Apabila belum, bidan bisa

memberikannya. Imunisasi tetatus toxoid diperlukan untuk

melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatorum,

imunisasi dapat dilakukan pada trimester I atau II pada

kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu.

Penyuluhan yang didapat Penyuluhan apa yang pernah

didapat klien perlu ditanyakan untuk mengetahui pengetahuan

apa saja yang kira-kira telah didapat klien dan berguna bagi

kehamilannya.

5) Menanyakan Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

Menurut Astuti (2012), antara lain :

(1) Jumlah Kehamilan (Gravida/ G)

Jumlah kehamilan ditanyakan untuk mengetahui seberapa

besar pengalaman klien tentang kehamilan.

(2) Jumlah anak yang hidup (L)


Untuk mengetahui pernah tidaknya klien mengalami

keguguran, apabila pernah maka pada kehamialn berikutnya

akan beresiko mengalami keguguran kembali.

(3) Jumlah kelahiran prematur (P)

Untuk mengidentifikasi apabila pernah mengalami

kelahiran prematur sebelumnya maka dapat menimbulkan

resiko persalinan prematur berikutnya.

(4) Jumlah keguguran (A)

Untuk mengidentifikasi apakah ia pernah mengalami

keguguran atau tidak. Sebab apabila pernah mengalami

keguguran dalam riwayat persalinan sebelumnya akan

beresiko untuk mengalami keguguran pada kehamilan

berikutnya (keguguran berulang).

(5) Persalinan dengan tindakan (operasi sesar, vakum, forsep).

Catat kelahiran terdahulu, apakah pervaginam, melalui

bedah sesar, dibantu forsep atau vakum. Jika wanita pada

kehamilan terdahulu menjalani bedah sesar, untuk kehamilan

saat ini ia mungkin melahirkan pervaginam.

(6) Riwayat peradarahan pada persalinan atau pasca persalinan.

Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami

perdarahan pasca persalinan sebelumnya karena cenderung

dapat bereulang pada kehamilan berikutnya.

(7) Kehamilan dengan tekanan darah tinggi

Pertanyaan ini perlu ditanyak untuk mendiagnosis apakah

klien beresiko mengalami preeklampsi/eklampsi yang tanda


dan gejalanya merupakan tingginya tekanan darah klien saat

hamil.

(8) Berat bayi <2,5 atau 4 kg.

Berat lahir sangat penting untuk mengidentifikasi apakah

bayi kecil untuk masa kehamilan (BKMK) atau bayi besar

untuk masa kehamilan (BBMK).

(9) Masalah lain

Setiap komplikasi yang terkait dengan kehamilan harus

ediketahui s ehingga dapat dilakukan antispasi terhadap

komplikasi berulang.

6) Riwayat kesehatan, meliputi :

(1) Riwayat kesehatan ibu

Menanyakan kepada klien penyakit apa yang pernah

diderita klien, penyakit yang sedang diderita, apakah pernah

dirawat, berapa lama dirawat, dan dengan penyakit apa

dirawat (Astuti, 2012).

(2) Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan kepada klien apakah mempunyai keluarga yang

saat ini sedang menderita penyakit menular dan penyakit

keturunan. Apabila klien mempunyai keluarga yang sedang

menderita penyakit menular, sebaiknya bidan menyarankan

kepada kliennya untuk menghindari secara langsung dan tidak

langsung bersentuhan fisik atau mendekati keluarga tersebut

untuk sementara waktu agar tidak menular pada ibu hamil dan

janinnya (Astuti, 2012).


(3) Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang

menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS,

penyakit menurun atau keturunan kembar (Nursalam, 2009).

(4) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai

keturunan kembar atau tidak (Nursalam, 2009).

(5) Riwayat Operasi

Untuk mengetahui apakah ibu dioperasi atau tidak

(Nursalam, 2009).

7) Riwayat perkawinan

Tanyakan sudah menuikah atau belum menikah, resmi

atau tidak, usia berapa ia menikah, sudah berapa lama menikah,

sudah berapa lama menikah dengan suami sekarang, isteri

keberapa dari suami sekarang (Astuti, 2012).

8) Riwayat KB

Tanyakan kepada klien metode KB apa yang selama ini ia

gunakan, lama ia telah menggunakan alat kontasepsi tersebut,

dan apakah ia mempunyai masalah saat menggunakan alat

kontrasepsi tersebut (Astuti, 2012).

9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari Menurut Astuti (2012),

antara lain :

(1) Pola Nutrisi

Tanyakan pada klien, apa jenis makanan yang biasa ia

makan, bagaimana porsi makan klien, frekuensi makan klien


per hari, apakah klien mempunyai pantangan dalam hal

makanan, jika ada diagnosa apakah alasan pantang klien

terhadap makanan tertentu itu benar atau tidak dari segi ilmu

kesehatan.

(2) Personal Hygiene

Tanyakan kepada klien seberapa sering ia mandi,

frekuensi gosok gigi, frekuensi ganti pakaian, dan kesersihan

vulva.

(3) Pola aktivitas

Tanyakan bagaimana pola aktivitas klien. Beri anjuran

pada klien untuk menghindari mengangkat beban berat,

kelelahan, latihan yang berlebihan dan olahraga berat.

Aktivitas harus dibatasi bila didapatkan penyulit karena dapat

mengakibatkan persalinan prematur, KPD, dan sebagainya.

(4) Pola Eliminasi

(a) BAB

Tanyakan pada klien apakah BAB nya teratur atau

tidak, warna feses, apakah ada masalah- masalah dalam

eliminasi feses.

(b) BAK

Tanyakan kepada klien seberapa sering ia berkemih

dalam sehari, warna urin, bau urin, dan apakah ada

massalah ddalam proses eliminasi urin.


(c) Pola tidur dan istirahat

Kebiasaan tidur siang perlu ditanyakan karena tidur

siang menguntungkan dan baik untuk kesehatan. Pola

tidur malam juga perlu ditanyakan karena wanita hamil

tidak boleh kurang tidur, apalagi tidur malam, jangan

kurang dari 8 jam. Pola seksual Sebaiknya koitus

dihindari pada kehamilan muda sebelum kehamilan 16

minggu dan pada hamil tua, karena akan merangsang

kontraksi.

(d) Merokok/minuman keras/obat terlarang

Hal ini perlu ditanyakan karena ketiga kebiasaan

tersebut secara langsung dapat memengaruhi

pertumbuhan, perkembangan janin, dan menimbulkan

kelahiran dengan berat badan lahir rendah bahkan dapat

menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan

dan perkembangan mental.

10) Menanyakan data psikologis Menurut Astuti (2012), meliputi :

(1) Respon ibu hamil terhadap kehamilan

Respon ibu hamil pada kehamilan yang diharapkan yaitu

siap untuk kehamilan dan siap menjadi ibu, lama didambakan,

salah satu tujuan perkawinan.

(2) Respon suami terhadap kehamilan

Respon suami terhadap kehamilan perlu diketahui untuk

lebih memperlancar asuhan kehamilan. Mengingat, suami


merupakan sumber dukungan utama bagi klien dalam

menjalani masa-masa sulit kehamilan.

(3) Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan

Tanyakan bagaimana respon dan dukungan keluarga lain

misalnya anak (apabila telah mempunyai anak), orang tua,

serta mertua klien.

(4) Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan perlu ditanyakan karena untuk

mengetahui siapa yang diberi kewenangan klien mengambil

keputusan apabila ternyata bidan mendiagnosa adanya

keadaan patologis bagi kondisi kehamilan klien yang

memerlukan adanya penanganan serius.

11) Menanyakan data sosial budaya Menurut Astuti (2012), meliputi:

(1) Tradisi yang mempengaruhi kehamilan

Hal ini perlu ditanyakan karena bangsa Indonesia

mempunyai beraneka ragam suku bangsa yang tentunya dari

tiap ragam suku bangsa yang tentunya dari tiap suku bangsa

tersebut mempunyai tradisi yang dikhususkan bagi wanita saat

hamil.

(2) Kebiasaan yang merugikan kehamilan

Apabila klien mempunyai kebiasaan buruk, misalnya

merokok atau kebiasaan lain yang sangat merugikan, tentunya

bidan harus tegas mengingatkan bahwa kebiasaan klien

tersebut sangat berbahaya bagi kehamilannya.


b. Data Obyektif

Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan khusus kebidanan,

data penunjang hasil leboratorium seperti VRDL, HIV, pemeriksaan

radio diagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan

beratnya masalah (Wildan dan Hidayat, 2013). Data obyektif meliputi :

1) Status generalis

(1) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,

sedang, buruk (Saifuddin, 2007). Keadaan umum ibu yang

menderita KEK adalah baik (Nugraha, 2009).

(2) Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon

seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, yaitu

composmentis (normal), apatis (acuh tak acuh), delirium

(gelisah, memberontak, berteriak-teriak), somnolen

(kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah

tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang), stupor

(kadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap

nyeri), coma (tidak bisa dibangunkan) (Astuti, 2012).

Kesadaran ibu hamil yang menderita KEK adalah

composmentis.

(a) Tekanan Darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat

tensimeter dan stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik


antara 110-140 mmHg dan diastolik antara 70-90 mmHg

(Astuti, 2012).

(b) Suhu

Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5-

37,2oC (Astuti, 2012).

(c) Nadi

Frekuensi nadi normal 60-100 kali/menit, takikardi >100

kali/menit, dan bradikardi <60 kali/menit (Astuti, 2012).

(d) Respirasi

Frekuensi pernafasan, normal (16-24 kali/menit). Bila

frekuensi lebih dari normal disebut takipneu, sedangkan

kurang dari normal disebut bradipneu (Astuti, 2012).

(e) Tinggi badan

Seorang wanita hamil yang terlalu pendek, yang tinggi

badannya kurang dari 145cm tergolong resiko tinggi

karena kemungkinan besar persalinan berlangsung kurang

lancar (Astuti, 2012).

(f) Berat badan

Untuk mengetahui berat badan pasien kurang dari 40

kg atau tidak, termasuk resti atau tidak (Saifuddin,

2007). Pada ibu hamil dengan KEK BB <40 kg (Supariasa,

2014).
(g) LILA

Untuk mengetahui lingkar lengan atas klien, LILA NK

LILA normal >23,5 cm (Kamariyah dkk, 2014).

c. Pemeriksaan sistematis

a) Kepala

(1) Muka

Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma gravidarum

(Astuti, 2012). Pada ibu hamil dengan KEK muka tampak

pucat.

(2) Mata

Meliputi pemeriksaan conjungtiva, sclera dan oedema

(Astuti, 2012). Pada ibu hamil dengan KEK conjungtiva

tampak pucat dan sklera berwarna putih.

(3) Hidung

Meliputi pemeriksaaan secret dan polip (Astuti, 2012).

(4) Telinga

Meliputi pemeriksaaan tanda infeksi, serumen, dan

kesimetrisan (Astuti, 2012).

(5) Mulut

Meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis, karies dan

lidah (Astuti, 2012).


b) Leher

Meliputi pemeriksaaan pembesaran kelenjar limfe,

pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis atau

tumor (Astuti, 2012).

c) Dada dan Mammae Meliputi pemeriksaan :

(1) Pembesaran, simetris, areola, puting, kolostrum, dan tumor.

(2) Retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri

tekan (Astuti, 2012)

d) Ekstremitas

Meliputi pemeriksaan : oedema, varices, kuku jari dan refleks

patella (Astuti, 2012).

e) Pemeriksaan Khusus Obstetri

(1) Abdomen

(a) Inspeksi

Meliputi pemeriksaan : luka bekas operasi,

pembesaran perut, linea nigra, striae gravidarum (Astuti,

2012).

(b) Palpasi

Pergerakan janin : untuk mengetahui intensitas dan

durasinya janin. Dikenal adanya gerakan 10, yang artinya

dalam waktu 12 jam normal gerakan janin minimal 10 kali.

I. Leopold I :

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian

yang berada pada bagian fundus.

II. Leopold II :
Untuk mengetahui letak janin memanjang atau

melintang dan bagian janin yang teraba disebelah

kiri atau kanan.

III. Leopold III :

Untuk menentukan bagian yang ada di bawah

(presentasi).

IV. Leopold IV :

Untuk menentukan apakah bagian bawah janin

sudah masuk panggul atau belum.

V. Mc. Donald :

Untuk mengetahui TFU dengan pita ukur dari tepi

atas sympisis sampai fundus uteri.

VI. TBJ :

Untuk menghitung tafsiran berat janin dengan

rumus (TFU dalam cm) – n x 155 gram. Bila kepala

di atas atau pada spina ischiadica maka n=12. Bila

kepala dibawah spina ischiadica maka n=11.

(c) Auskultasi

Meliputi pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)

(Astuti, 2012). DJJ janin normal 120-160 kali permenit.

Apabila kurang dari 120x/menit disebut bradikardi, sedang

lebih dari 160x/menit disebut tachicardi. Waspada adanya

gawat janin (Kusmiyati, 2009).


(d) Pemeriksaan panggul

Untuk mengetahui kesan panggul, ukuran distansia

spinarum (jarak antara spina iliaka anterior superior kanan

dan kiri) normal 23 cm – 26 cm, ukuran distansia kristarum

(jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiri) normal 26

cm – 29 cm , ukuran konjugata eksterna (jarak antar tepi

atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal V) normal 18

cm - 20cm sedangkan ukuran panggul normal (dari tepi

atas simfisis pubis, mengelilingi ke belakang melalui

pertengahan SIAS dan trochanter mayor kanan, ke ruas

lumbal V dan kembali ke simfisis melalui pertengahan

SIAS dan trochanter mayor kiri dan berakhir di tepi atas

simfisis) yaitu 80 – 90 cm (Astuti, 2012).

(e) Anogenital

(1) Vulva vagina

Meliputi kebersihan, pengeluaran pervaginam,

kebersihan (Kusmiyati, 2009).

(2) Perineum

Ada bekas luka atau tidak, ada keluhan lain atau

tidak.

(3) Anus

Ada hemoroid atau tidak, ada keluhan lain atau

tidak (Kusmiyati, 2009).

(4) Data penunjang


Data penunjang dilakukan untuk menegakkan

diagnosa (Nursalam, 2009). Data penunjang

merupakan hasil pemeriksaan laboratorium Test Hb

menggunakan HB Sahli. Pada ibun hamil dengan

Kekurangan Energi Kronis (KEK) HB adalah < 11 gr%

(Supariasa, 2010).

5. Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan

Menurut Manuaba (2001) dalam (Berbekti et al., 2019) ada berberapa

komplikasi yang dapat terjadi. Komplikasi yang terjadi pada kehamilan

yaitu :

1) Resiko terjadi abortus

2) Persalinan prematurus

3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

4) Mudah terjadi infeksi

5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb<6gr%)

6) Mengancam jiwa dengan kehidupan ibu

Komplikasi yang terjadi dalam persalinan :

1) Gangguan kekuatan his yang mengakibatkan terjadinya partus

lama

2) Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan atonia uteri atau

inertia dalam semua kala persalinan dan terjadinya perdarahan

post partum

3) Dalam persalinan dapat mengakibatkan kematian ibu.

Komplikasi yang terjadi dalam masa nifas yaitu :


1) Pedarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri

2) Memudahkan infeksi puerperium

3) Pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang

Komplikasi yang terjadi pada janin :

1) Bayi berat lahir rendah

2) Cacat bawaan

3) Intelegensia rendah oleh karena kekurangan oksigen dan nutrisi

yang menghambat pertumbuhan janin

4) Morbiditas dan mortalitas perinatal tinggi jika kadar Hb <6gr%

Menurut Betz dan Sowden (2009) dalam (Saputra, 2018) komplikasi yaitu

yang ditimbulkan yaitu :

a. Perkembangan otot buruk.

b. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun.

c. Interaksi sosial menurun.

d. Daya konsentrasi menurun.

Menurut Noer Sjaifullah H.M (2007) dalam (Saputra, 2018)

mengatakan infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa

anak-anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi di

mana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular

sehingga hematokrit mendadak menurun. Pada orang dewasa

menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi

lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan -

serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena

kemampuan ereksi.
Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris

menyebabkan hematuria yang sering berulang - ulang sehingga akhirnya

ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus - kasus Hemoglobin Strait

juga dapat mengalami hematuria.

1) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif.

2) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek.

3) SSP : Menyebabkan trombosis serebral.

4) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal, pria pismus.

5) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis, fibrosis hati dan abses

hati.

6) Ocular : Menyebabkan ablasia retina, penyakit pembuluh darah

perifer, pendarahan.

7) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput

humeri, daktilitis (biasanya pada anak kecil).

8) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.

6. Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosis

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data

yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh

tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien

atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang diperkirakan


akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan

apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan

dengan sosial ekonomi, kultur atau masalah psikologis. Rencana asuhan

pada ibu hamil dengan preeklampsia berat yaitu:

1) Memberitahu ibu bahwa ibu akan melakukan persalinan

2) Menolong persalinan secara APN

3) Melakukan kolaborasi dengan dokter apabila terjadi

kegawatdaruratan

4) Memberikan dukungan moral kepada ibu dan keluarga untuk tetap

berdoa dan bertawakkal kepada Allah SWT untuk kelancaran

persalinan ibu.

7. Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah sebelumnya dilaksanakan secara efisien dan

aman. Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah

direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus ini dimana bidan

harus berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Mangkuji dkk, 2012:6).

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai dengan

pelaksanaan yang dilaksanakan.

Melihat tanda dan gejala kala II

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.


b. Ibu merasa tekanan yang semakin menekan pada rektum dan

atau vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva vagina spinter ani membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obat esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup dan celemek yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai, mencuci kedua tangan

dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan

tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5. Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dan meletakkan

kembali di dalam partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau

steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa

yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang


terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi.

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam klorin 0,5%

dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Mencuci kedua tangan.

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal(100-180

kali/menit).

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan

Meneran

11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Memantau ibu dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

12. Meminta keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu memiliki dorongan yang

kuat untuk meneran.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.


15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.

16. Membuka partus set.

17. Memakai sarung tangan DTT atau sarung tangan steril pada

kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya Kepala

18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar dengan perlahan-lahan. Menganjurkan

ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat

kepala lahir.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kassa yang bersih.

20. Memeriksakan lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika ini terjadi:

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di

dua tempat dan memotongnya.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.
Lahir Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya

ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke

arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga

tubuh bayi saat di lahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian

atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat

keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyanggahnya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua

mata kaki bayi dengan hati-hati memantau kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Menilai bayi dengan cepat (30 detik), kemudian meletakkan bayi

di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah

dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di

tempat yang memungkinkan).


26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Kemudian lakukan penyuntikan

oksitosin per IM.

27. Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan tali pusat bayi mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara klem tersebut.

29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang

sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendaki.

Oksitosin

31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.


Penegangan Tali Pusat Terkendali

34. Memindahkan klem pada tali pusat.

35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat

di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri.

Mengeluarkan Plasenta

37. Setelah placenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut

perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

Pemijatan Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan


melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi.

Menilai Perdarahan

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastik.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

Melakukan Prosedur Pascapersalinan

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi

dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44. Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul

mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

klorin 0,5%.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.


48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam.

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah.

52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pascaspersalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

Kebersihan dan Keamanan

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Mambantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman

dan makanan yang diinginkan.

57. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

58. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.


Dokumentasi

59. Melengkapi partograf

8. Evaluasi

Evaluasi ini dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang

aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang

menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.

Pada langkah ini meliputi evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan. Rencana tersebut dapat diaggap efektif jika memang benar

efektif dalam pelaksanaannya. Pada kasus persalinan pada ibu hamil

KEK evaluasi yang diharapkan yaitu:

a. Persalinan berjalan lancar tanpa ada komplikasi

b. Kelahiran bayi tidak terjadi komplikasi dan bayi dalam keadaan sehat

9. Pencatatan asuhan kebidanan

Pada langkah ini asuhan yang telah diberikan dilakukan

pendokumentasian pada laporan kasus dan pendokumentasian dalam

bentuk partograf dilampirkan.


Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Iis Suryamah, S.Tr.Keb., Bd Widya Maya Ningrum., SST., M.Kes., M.Tr.Keb


NIK.3112770714

Mahasiswa

Rosidah

Anda mungkin juga menyukai