Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEMATIAN JANIN DALAM UTERUS

Disusun Oleh Kelompok 8:

1. Anjar Sulisyaningtyas (32102200017)

2. Desi Rohmawati (32102200024)

3. Eva Yulia (32102200035)

4. Ika Puspitasari (32102200051)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PRODI SARJANA KEBIDANAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktunya. Adapun tema dari makalah ini

adalah “Ketepatan dalam melakukan kematian Janin dalam kandungan.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

dosen mata kuliah praktikum ini yang telah memberikan tugas kepada kami. Penulis sangat

berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu, kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Semarang, 18 Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kematian janin dalam kandungan atau Intrauterine fetal death yang

juga dikenal dengan istilah stillbirth adalah kematian janin yang terjadi pada usia

kehamilan 20 minggu atau lebih dengan berat janin lebih dari atau sama dengan 350

gram. Menurut United States Center for Health Statistics, kejadian IUFD merupakan

suatu kondisi ketika tidak ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan pada janin, yaitu

pernapasan, detak jantung, denyut tali pusat, dan gerakan otot-otot volunter. Sekitar

2,6 juta janin di dunia meninggal setiap tahunnya atau sekitar 18,4/1000 kelahiran.

Angka kejadian IUFD mengalami penurunan yang lebih lambat jika dibandingkan

dengan angka kematian ibu dan angka kematian pada anak di bawah usia 5 tahun,

yang secara eksplisit ditargetkan dalam Millennium Development Goals (MDGs).

Angka kejadian IUFD di negara-negara berpenghasilan tinggi bervariasi mulai dari

1,3 hingga 8,8/1.000 kelahiran (Maslovich and Burke, 2020).

Sementara itu, angka kejadian IUFD di negara-negara berpenghasilan

rendah dan menengah adalah 25 per 1000, jauh lebih tinggi jika dibandingkan

dengan negara-negara berpenghasilan tinggi (Saleem et al., 2018). Penyebab

tingginya angka kejadian IUFD, terutama di negara berkembang, memang masih

belum diketahui secara pasti. Meskipun demikian, sebagian besar kejadian IUFD

disebabkan oleh adanya komplikasi intrapartum, hipertensi, diabetes, infeksi,

kelainan kongenital dan genetik, disfungsi plasenta, serta kehamilan yang

berlangsung lebih dari empat puluh minggu (Maslovich and Burke, 2020). Angka

kejadian IUFD dapat menjadi suatu indeks yang bermanfaat untuk menilai kualitas

dari kunjungan ANC (Sharma et al., 2016).


B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Kematian janin dalam kandungan?

2. Apa penyebab kematian janin dalam kandungan?

3. Apa patofisiologi kematian janin dalam kandungan?

4. Apa tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan?

5. Bagaimana penatalaksanaan kasus kematian janin dalam kandungan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Kematian janin dalam kandungan?

2. Untuk mengetahui penyebab kematian janin dalam kandungan?

3. Untuk mengetahui patofisiologi kematian janin dalam kandungan?

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala kematian janin dalam kandungan?

5. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan kasus kematian janin dalam

kandungan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORI

1. Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) dan The American

College of Obstetrian and Gynecologists (ACOG 1993) dalam

Prawirohardjo (2020) mengatakan bahwa Kematian Janin Dalam Rahim

(KJDR) merupakan suatu kondisi dimana janin mati di dalam rahim

pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih dan dengan berat badan 500

gram atau lebih. KJDR merupakan salah satu faktor risiko kedua yang

masuk ke dalam kelompok faktor risiko pada ibu hamil sebagai masalah

kesehatan. (Prawirohardjo, 2020).

Menurut Queensland Government dalam Queensland Clinical

Guidelines Kematian Janin adalah bayi yang lahir tanpa disertai dengan

detak jantung dan pernafasan serta tidak adanya tanda-tanda kehidupan

yang terjadi pada bayi dengan berat lahir 400 gram dan atau pada saat

kehamilan >20 minggu. (Queensland,2018)

2. Penyebab

Penyebab dari Kasus Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) dalam

Prawirohardjo (2020) dapat diklasifikasikan menjadi 3 faktor utama yaitu :

a) Faktor Maternal Untuk faktor maternal sebagai penyebab dari

kasus kematian janin antara lain : Usia kehamilan post term (42

minggu), penyakit Diabetes Mellitus, Penyakit autoimun seperti

Systemic Lupus Eritematous (SLE), penyakit infeksi, hipertensi

atau tekanan darah tinggi, preeklampsia dan eklampsia, umur

maternal yang tua risiko meningkat pada usia >40 tahun, kelainan

pada rhesus, ruptur pada uterus, dan hipotensi.

b) Faktor Fetal Untuk faktor fetal atau janin sebagai penyebab dari

kasus kematian janin antara lain : gemelli atau hamil kembar,

pertumbuhan janin yang terhambat, adanya kelainan kongenital,


adanya kelainan genetik dan infeksi pada janin. c) Faktor

Plasenta Untuk faktor plasenta sebagai penyebab dari kasus

kematian janin antara lain : adanya kelainan pada tali pusat,

terlepasnya plasenta, ketuban pecah dini serta vasa previa.

3. Patofisiologi

Patofisiologi yang terjadi pada kematian janin yaitu janin yang mati

akan mengalami proses degeneratif aseptik yang disebut dengan

maserasi. Bagian yang mengalami pengelupasan kulit adalah epidermis.

Keadaan ini muncul antara 12 – 24 jam setelah kematian terjadi. Janin

akan menjadi bengkak dan terlihat merah kehitaman. Secara bertahap,

akan terjadi autolisis aseptik dari struktur ligamen dan cairan dari otak

maupun organ dalam lainnya (Sujon, 2016).

4. Tanda Gejala

Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-

perubahan sebagai berikut :

a) Rigor mostis (tegang mati) Berlangsung 2,5 jam setelah mati,

kemudian lemas kembali.

b) Stadium maserasi I Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi

cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini

berlangsung 48 jam setelah mati.

c) Stadium maserasi II Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban

menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah

anak mati.

d) Stadium maserasi III Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati.

Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat

longgar dan terdapat oedema dibawah kulit. (saifudin.2018)

5. Faktor Resiko

1. Faktor Maternal

a) Umur Ibu
Umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

kondisI kesehatan seseorang, terutama pada wanita yang hamil, usia

akan sangat mempengaruhi kondisi kehamilannya termasuk

mempengaruhi kandungan dan perkembangan dari janin yang di

kandung, faktor risiko maternal seperti usia maternal yang terlalu tua

diatas 35 tahun atau terlalu muda dibawah 15 tahun akan meningkatkan

risiko terjadinya kematian janin. (Queensland,2018).

c) Usia Kehamilan

Pada kehamilan posterm (>42 minggu) fungsi plasenta mulai

mengalami penurunan sehingga dengan adanya penurunan dari

fungsi plasenta tersebut akan menyebabkan berkurangnya

pemasokan makanan serta oksigen bagi janin yang melalui

plasenta. Selain itu pada usia kehamilan posterm juga akan terjadi

spasme dari arteri spiralis (cabang arteri radialis yang menembus

endometrium), arteri ini akan kaku dank eras sehingga lumen tidak

mengalami vasodilatasi, yang menyebabkan aliran darah utero

plasenta menurun, hal tersebut akan menyebabkan hipoksia

plasenta (Mardania,2019). Pada usia kehamilan < 37 minggu,

belum terjadi perkembangan paru yang sempurna, otot pada

saluran pernafasan masih tidak bekerja dengan baik, dan tulang

tulang pernafasan masih melengkung. Semakin muda usia

kehamilan seorang wanita maka akan semakin kurang sempurna

pertumbuhan dan perkembangan dari organ-organ dalam tubuh,

baik secara anatomi maupun secara fisiologi sehingga akan

memudahkan terjadinya komplikasi seperti asfiksia dan kematian

janin (Carolin, 2019).

d) Paritas Ibu dengan riwayat persalinan sebanyak 7 kali akan

memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kematian perinatal.

(Yoteni,2017). Dalam penelitian yang dilakukan di Yoaunde

Hospital, wanita dengan riwayat paritas 5 memiliki risiko yang


lebih tinggi mengalami kematian janin. (Momo,2019) Faktor

paritas merupakan salah satu faktor risiko dari Kematian Janin

Dalam Rahim karena dengan tingginya paritas akan

menyebabkan kondisi uterus belum pulih untuk hamil kembali,

sehingga akan mempengaruhi endometrium pada saaat

kehamilan selanjutnya, hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya

vaskularisasi atau karena adanya atrofi pada desidua sebagai

akibat dari persalinan yang terjadi sebelumnya (Mardania,2019)

e) Preeklampsia Preeklampsia peningkatan dari Tekanan Darah

140/90 mmHg yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, disertai

dengan kerusakan organ dan sebelumnya pasien memiliki

tekanan darah yang masuk dalam kategori normotensi. Hipertensi

yang terjadi akibat kehamilan akan menyebabkan terjadinya

invasi dari sel-sel trofoblas pada lapisan arteri spiralis dan

jaringan matriks sekitarnya. Lapisan arteri spiralis akan menjadi

kaku dan keras sehingga lumen dari arteri spiralis tidak

mengalami disetensi dan vasodilatasi, akibatnya akan terjadi

vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah ke

janin sehingga terjadilah hipoksia yang dapat menjadi penyebab

dari kematian janin dalam rahim. (Mardania,2019)

f) Anemia Dalam Mardania (2019) menyebutkan bahwa defisiensi

dari zat besi atau anemia akan menyebabkan beberapa kondisi :

1) Pada penderita anemia akan terjadi penurunan imunitas

karena defisiensi zat besi akan menyebabkan tubuh kekurangan

leukosit dan limfosit. Leukosit berguna untuk membunuh

mikroorganisme, sedangkan limfosit akan kehilangan kemampuan

bereplikasi yang menyebabkan penurunan respon sel dengan

imunitas.

2) Menurunnya kadar dari zat besi akan menyebabkan gangguan

pada produksi triodontironin dan fungsi tiroid, selain itu


berkurangnya kadar zat besi juga akan mengganggu produksi dan

metabolisme dari katekolamin serta neurotransmitter, yang dapat

menyebabkan terganggunya respon tubuh terutama terhadap

suhu lingkungan, akibatnya akan memberikan keadaan yang tidak

nyaman bagi pasien.

Defisiensi dari zat besi memicu logam berat divalen seperti

kadmium dan timbal. Konsentrasi yang berlebihan dari logam

berat tersebut akan memicu terjadinya intoksifikasi sehingga akan

mempengaruhi kehamilan dan meningkatkan mortalitas dan

morbiditas bagi ibu dan janin yang di kandung.

g) Eklampsia Menurut National High Blood Pressure Education

Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy

dalam Hartono (2019) menyebutkan eklampsia merupakan salah

satu hipertensi yang terjadi dalam kehamilan dan merupakan

peningkatakan tekanan darah yang disertai dengan kejang atau

koma (Hartono,2019).

h) Diabetes Mellitus Kondisi diabetes mellitus akan menyebabkan

kondisi ibu dan janin menjadi semakin berat karena terdapat

gangguan pada pankreas yang bertugas untuk menghasilkan

insulin, sehingga akan mengganggu proses metabolisme di dalam

tubuh (Meisuri,2018) Suatu kondisi tubuh dengan resistensi

insulin selama kehamilan ditandai dengan hiperinsulinemia.

Adanya resistensi insulin ini disebabkan karena adanya hormon

diabetogenik yang merupakan hasil dari sekresi plasenta. Hormon

ini terdiri dari hormon pertumbuhan, corticotropin releasing

hormon, placenta lactogen, dan progesterone.

i) Hormon ini akan mengalami perubahan endokrinologik serta

metabolik yang dapat menyebabkan perubahan dan menjamin

bahan metabolisme serta nutrisi yang akan di salurkan ke janin


setiap saat. Diabetes Mellitus dalam kehamilan biasanya akan

terjadi jika fungsi dari pankreas tidak mampu untuk mengatasi

keadaan resistensi insulin sebagai akibat dari perubahan hormon

diabetogenik dalam kehamilan. Adapun ibu dengan penyakit

Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol akan menjadi faktor risiko

yang tinggi terhadap kejadian Kematian Janin Dalam Rahim

(Mardania,2019). (Mardania,2019).

j) Kehamilan multiple Kehamilan multiple atau disebut juga dengan

gemelli (kehamilan ganda) merupakan suatu kehamilan yang

terjadi dengan dua janin ataupun lebih dalam uterus. Kehamilan

multiple terbagi atas dua yaitu kehamilan monozigot dan dizigot.

Untuk kehamilan monozigot didapatkan dari satu telur yang

dibuahi oleh satu sel sperma dan kemudian membelah pada saat

setelah fertilisasi. Pada kehamilan monozigot terbagi menjadi

beberapa tipe berdasarkan waktu pemisahannya yaitu

dikorionikdiamniotik, monokorionik-diamniotik, serta

monokorionikmonoamniotik. Selain monozigot juga terdapat jenis

dizigot yaitu janin yang dibuahi dari dua sel telur dan sel sperma

yang berbeda. Jenis kehamilan multiple dengan risiko tinggi

mengalami kematian janin adalah jenis monokorionik

(Saffira,2020).

k) Status Gizi Status gizi ibu sangat mempengaruhi kesehatan pada

janin yang di kandungnya, Menurut Queensland Guidelines, faktor

risiko maternal seperti Indeks Massa Tubuh (IMT) kejadian

kematian janin akan meningkat pada pasien dengan IMT >30

kg/m2. Ibu dengan status gizi obesitas akan meningkatkan risiko

terjadinya komplikasi penyakit yang lain seperti diabetes

gestasional dan preeklampsia yang juga merupakan salah satu

faktor risiko dari kematian janin. (Queensland,2018)


l) Frekuensi Antenatal Care (ANC) Perawatan Antenatal merupakan

suatu perawatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memantau

kesehatan ibu dan ertumbuhan janin, serta untuk deteksi dini

apabila terdapat masalah atau gangguan maupun komplikasi

dalam kehamilan agar dapat ditangani lebih cepat, dengan

frekuensi ANC yang teratur akan mengurangi risiko terjadinya

kematian janin (Yoteni,2017). Asuhan Antenatal atau Antenatal

Care merupakan suatu program pengawasan yang dilakukan

sebelum persalinan untuk memantau petumbuhan dan

perkembangan janin yang ada dalam rahim. Ibu yang hamil

sebaiknya dianjurkan untuk selalu berkonsultasi dengan bidan

atau dokter sedini mungkin mulai sejak hamil agar mendapatkan

pelayanan antenatal. (Helvian,2018)

6. Diagnosis

Diagnosis Kematian Janin dalam Rahim

Kematian janin dalam rahim, sering dirasakan mula-mula oleh penderita

sendiri berupa hilangnya gerak janin, kehilangan berat badan, perubahan

payudara dan hilangnya nafsu makan (Nugroho, 2012:43-45). Penentuan

diagnosis :

1) Cara sederhana :

1. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)

TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan, patut dicurigai

adanya kematian janin dalam rahim.

2. Gerakan janin dalam Rahim

Gerakan janin dapat dirasakan pada kehamilan 18-20 minggu.

3. Denyut jantung janin (DJJ)

Ada tidaknya DJJ merupakan cara mudah menentukan janin

hidup/mati. DJJ dapat didengar dengan stetoskop laenek (18-

20 minggu), Doppler (12 minggu).

2) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan USG bila didapatkan satu atau lebih tanda sebagai

berikut. a) Echo discreption dari Gestasional Sac (GS).

b) Pengurangan penampangan GS dibanding pengukuran yang

dibuat 2 minggu terakhir.

c) Tidak terlihat gerakan janin.

d) Tidak terlihat denyut jantung janin.

e) Nampak gambaran spalding sign tulang tengkorak.

3) Pemeriksaan radiologi

a) Angulasi tulang belakang janin.

b) Spalding sign sebagai gambaran tumpang tindih tulang tengkorak

janin c) Terlihat adanya udara didalam pembuluh darah besar janin 1

sampai 2 hari setelah kematian, disebut hallo sign.

4) Pemeriksaan laboratorium (dilakukan bila sarana dan dana

memungkinkan) a) Ibu

(1) Kadar alfa fetoprotein (AFP) serum darah ibu.

(a) Kadar AFP tidak hamil (5 µg/ml)

(b) Kehamilan 30 minggu ( 500 µg/ml)

(c) Nilai AFP yang tinggi merupakan resiko tinggi, hal ini terjadi

pada rhesus isoimunization, gawat janin sampai kematian

janin, bila kadar AFP tetap tinggi pada 3x pemeriksaan

pertengahan kehamilan, punya resiko kematian janin dalam

rahim.

(2) Kadar estriol serum darah ibu/urin 14 jam. Untuk menilai fungsi

fetoplasenter.

(a) Bila kadar <12 ug/ ml mungkin terjadi gangguan

pertumbuhan janin, ataupun kematian janin dalam rahim.

(b) Penurunan secara cepat sampai 60% atau lebih,

menunjukkan insufisiensi plasenta sehingga terjadi hipoksia

dan mengakibatkan kematian janin dalam Rahim.

b) Janin
(1) Pemeriksaan amnion dengan amniosintesis; Warna air ketuban

normal jernih, bila ternoda mekonium dapat bermacam-macam

sehingga akan berwarna hijau, kuning, coklat muda, coklat tua,

sampai hitam, dapat pula air ketuban kental, keruh, seperti

lumpur sehingga terjadi tanda gawat janin sampai

menimbulkan kematian janin dalam rahim.

(2) Kreatinin fosfokinase

(a) Kadar normal dalam cairan amnion 30 ug/ ml

(b) Pada kematian janin dapat meningkat sampai 1000 ug/ml

(c) Kenaikan kadar kreatinin fosfokinase terjadi pada 4-5 hari

kematian janin dalam rahim.

(3) Alfa fetoprotein (AFP), kematian janin dalam rahim dapat

diduga jika ditemukan:

(a) Kadar AFP serum maupun cairan amnion menurun sampai

1/100 dari kadar normal.

(b) Bila kadar AFP maupun cairan amnion tetap tinggi.

(4) Kromosom Monosami autosom dianggap sebagai penyebab

kematian janin.

(5) Amniografi Air ketuban diperiksa setelah disentrifuge dengan

spektrofotometer untuk melihat konsentrasi bilirubin dan

oksihemoglobin, bila kadar bilirubin sangat tinggi kemungkinan

kematian janin dalam waktu 7-10 hari sebesar 56-80 %.

(6) Fetoskopi Merupakan cara untuk melihat janin dan plasenta

secara langsung dengan endoskopi.

7. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dari kasus kematian janin

adalah adanya trauma psikis pada ibu maupun keluarganya. Kasus

kematian janin yang disertai oleh Ketuban Pecah Dini (KPD) akan
meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Kematian janin yang berlangsung

selama lebih dari 2 minggu akan berakibat pada terjadinya koagulopati

(Prawirohardjo,2020).

Adanya kasus KJDR akan memberikan trauma psikologis dan

stres bagi orang tua disertai dengan tekanan emosional yang dapat

berakibat pada gejala depresi (Bano, 2016).

Dalam Luqyana (2017) menyebutkan beberapa komplikasi yang

dapat terjadi pada kasus kematian janin yaitu adanya trauma emosional

yang berat, infeksi dapat terjadi jika kematian janin disertai dengan

ketuban pecah, dan dapat terjadi koagulopati jika kematian janin sudah

berlangsung selama lebih dari 2 minggu (Luqyana,2017).

8. Penatalaksanaan

Apabila diagnosis dari kematian janin telah ditegakkan, maka

segera berikan informasi dan rencana penatalaksanaannya seperti

rencana tindakan agar dapat diintervensi dengan segera. Jika kematian

janin sudah terjadi selama 3 hingga 4 minggu maka kadar fibrinogen

mulai mengalami penurunan dan cenderung akan terjadi koagulopati.

Setelah diagnosis ditegakkan maka dilakukan pemeriksaan tanda

vital, pemeriksaan darah perifer, pemeriksaan fungsi pembekuan dan

pemeriksaan gula darah. Untuk persalinan pervaginam di tunggu lahir

spontan setelah 2 minggu. Selain itu persalinan juga dapat terjadi secara

aktif dengan melakukan induksi persalinan menggunakan oksitosin

ataupun dengan menggunakan misoprostol, namun perlu hati-hati jika

pasien memiliki riwayat pascaseksio secarea atau miomektomi karena

dapat berakibat pada terjadinya ruptur uteri, pada kasus kematian janin

24 hingga 28 minggu dapat menggunakan misoprostol secara vaginal

dengan dosis 50 hingga 100 μg yang diberikan tiap 4 hingga 6 jam,

sedangkan pada usia kehamilan >28 minggu dosis misoprostol menjadi

25 μg yang diberikan pervaginam tiap 6 jam. Persalinan perabdominam

juga dapat dilakukan jika janin letak lintang (Prawirohardjo,2020).


Tatalaksana aktif terdiri dari :

a) Uterus dengan usia kehamilan 12 minggu, akan dilakukan

kuretase.

b) Uterus dengan usia kehamilan 12 minggu akan dilakukan induksi

persalinan dengan menggunakan oksitosin. Oksitosin digunakan

untuk keperluan pembukaan pada serviks dengan menggunakan

kateter foley yang dipasang selama 24 jam.

Tatalaksana pasif terdiri dari :

a) Tunggu persalinan spontan 2 hingga 4 minggu

b) Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar

fibrinogen, pemeriksaan ini dilakukan setiap minggu.


B. TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “E” DENGAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM

DI KLINIK IBU KASIH

NO. REGISTER : 123XXX

MASUK RS TANGGAL, JAM : 04 Oktober 2022, Pukul 12.00

Biodata Ibu Suami

Nama : Ny. E Tn. A

Umur : 17 tahun 20 tahun

Pendidikan : SMP SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga swasta

Alamat : Jl. Gerbang Anom, Genuk Kota Jl. Gerbang

semarang Anom, Genuk

Kota

semarang

No. Telepon/HP : 082335xxxx 085356xxxx

DATA SUBJEKTIF

1. Kunjungan saat ini Kunjungan Pertama



 Utama
Kunjungan Ulang Keluhan

Ibu Mengatakan tidak lagi merasakan pergerakan janin sejak kemarin pagi.

Keluhan ini disertai nyeri perut bagian bawah pada seluruh perut tembus belakang

seperti ingin melahirkan. Sekitar pukul 20.00 wita, ibu merasa perut mengeras. Ibu

merasa cemas dengan keadaan bayinya

2. Riwayat Perkawinan

Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 16 tahun. Dengan

3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun. Siklus 28 hari. Teratur.

Lama 6 hari dan banyaknya darah haid kira-kira 2 – 3

pembalut/hari

4. Riwayat kehamilan ini

a. Riwayat ANC

ANC sejak umur kehamilan 10 minggu. ANC di klinik

Frekuensi : Trimester I 1 kali

Trimester II 1 kali

Trimester III...................kali

b. Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 20 minggu,

c. Keluhan yang dirasakan

Ibu mengatakan gerakan Janin tidak terasa dan nyeri perut bagian bawah

hingga ke punggung.
d. Pola

keseharian Makan Minum

(1) Pola nutrisi

Frekuensi : 3- 4 kali sehari 8-10 gelas

Macam : sayuran, ikan telur, tahu, Air mineral dan susu

tempe ayam

Jumlah : Jumlah lebih banyak dari

sebelum hamil

Keluhan : Nafsu makan Pada saat

kehamilan di Awal bulan

namun setelah

kehamilan trimester II

Tidal nafsu makan

(2) Pola eliminasi BAB BAK

Frekuwnsi : 1 kali 5-6 kali

Warna : Kuning Bening sedikit keruh

Bau : Bau

Konsistensi : lembek

(3) Pola aktivitas : Ibu melakukan Aktivitas

seperti biasa

Kegiatan sehari-hari: Membersikan Rumah, Memasak, Kepasar

(4) Istirahat/tidur : 7-8 jam


(5) Seksualitas : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2

minggu yang lalu

Keluhan tidak ada

e. Personal Hygiene

Kebiasaan mandi…2…kali/hari

Kebiasaan menganti pakaian dalam…3 kali……………..

Jenis pakaian dalam yang digunakan……Berbahan Katun

f. Imunisasi

Ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak 2x dan mendapatkan imunisasi TT 2x,

Kunjungan I tanggal 07-07-2022, tidak ada keluhan, berat badan 48,5 kg, mendapat

imunisasi TT I

5. G…1….. P…0….. Ab …0….. Ah …0…..

Ha Persali Nif

mil nan as

Ke Tgl Umu Jenis Penolo Komplik Jeni BB Lakta Komplik

lahir r Persali ng asi s Lahi si asi


Kelahi nan Ibu Bay Kela r

ran i min

-
6. Riwayat Penyakit

a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang di derita

Tidak ada

b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga

Tidak ada

c. Riwayat keturunan kembar

Ada

d. Kebiasan-kebiasaan Merokok tidak pernah

Minum jamu-jamuan Tidak Ada

Minum-minuman keras Tidak pernah

Makanan/minuman pantang Tidak ada

Perubahan Pola Makan (termasuk nyidam, nafsu makan turun,

dll) Tidak Pernah

7. Keadaan Psiko Sosial Spiritual

a. Kelahiran ini : Diinginkan

b. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan sekarang

Ibu mempelajari kehamilan pada Buku KIA

c. Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini

Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilannya saat ini

d. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan

Suami dan Keluarga senang dan mendukung kehamilan ini


DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum : ibu baik

Kesadaran : komposmentis

Pemeriksaan tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 110/ 70 mmHg

Nadi : 80 x/i

Suhu : 36, 7°C

Pernapasan : 20 x/i

b. TB : 151 cm

c. BB sebelum hamil : 39 kg, BB sekarang : 50 kg

d. Lila : 25,5 cm

e. Wajah

Inspeksi : tidak ada pembengkakan, ekspresi wajah tampak cemas, tidak tenang dan

meringis menahan sakit

Palpasi : tidak ada edema

Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus

Mulut : bibir tidak pucat

Leher

Inspeksi : tidak ada pembengkakan

Palpasi : tidak ada pembesaran pada kelenjari tiroid, limfe dan vena jugularis

Payudara

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol dan hiperpigmentasi pada

areola mammae

Palpasi : tidak ada benjolan, massa dan nyeri tekan


f. Abnomen

Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi, tampak linea nigra dan striae livide

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Leopold I : setinggi pusat, 22 cm, teraba lembut lunak tidak melenting perkiraan

bokong

Leopold II : Sebelah kiri ibu teraba panjang keras seperti papan perkiraan

punggung, sebelah kanan teraba kecil perkiraan estremitas

Leopold III : Teraba bulat keras dan melenting perkiraan kepala

Leopold IV : Belum masuk pintu atas panggul

Lingkar perut : 80 cm

TBJ : TFU x LP = 22x 80 = 1760 gram

Auskultasi : DJJ tidak terdengar

g. Genitalia

Inspeksi : tidak ada kelainan, tidaka ada pengeluaran lendir dan darah

Palpasi : tidak ada edema

h. Ekstremitas

Inspeksi : tidak ada varises Palpasi : tidak ada edema

c. Pemeriksaan dalam jam 12.05 WIB

Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

Portio : tebal

Pembukaan : tidak ada pembukaan

2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hb : 11 gr/ dl
Pemeriksaan Protein urune : Negatif

Pemeriksaan Glukosa Urine : Negatif

Pemeriksaan USG Berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Kandung (SpOG) hasil USG

menunjukkan kematian janin dalam rahim 25 minggu, plasenta baik, DJJ negatif, tidak

tampak gerakan janin, tampak gambaran tulang tengkorak saling menutupi (Spalding’s

Sign), dan oligohidramnion.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

1. Diagnosis Kebidanan

GI P0 A0, gestasi 24-26 minggu, intrauteri, dengan Kematian Janin Dalam Rahim

2. Masalah

Janin tidak bergerak, DJJ tidak terdengar dan kecemasan. Kehamilan merupakan

peristiwa yang fisologis bagi seluruh wanita, tetapi akan berubah menjadi patologi bila ada

kelainan dalam kehamilan tersebut. Klien merasa cemas setelah mengetahui

kehamilannya gagal. Kecemasan ini merupakan suatu penyebab yang timbul karena klien

merasa terganggu baik secara fisik maupun psikis terhadap keadaan yang dialami

sekarang (Chapman dan Charles, 2013).

3. Kebutuhan

- Penanganan awal

- Pemeriksaan lanjutan

- Rujukan
4. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien

a. Mandiri

Menenangkan ibu meyakinkan ibu bahwa semua akan baik baik saja agar ibu

tidak cemas

b. Kolaborasi

Berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Kandungan dalam melakukan

penatalaksanaan

c. Merujuk

Melakukan rujukan ke Rumah sakit umum daerah

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

1. Diagnosis Potensial

Potensial terjadi trauma emosional yang berat bila waktu antara janin dan

persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah serta koagulopati

jika kematian janin lebih dari 2 minggu

IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kepada ibu tentang keadaannya saat ini dengan penuh perhatian.

2. Menenagkan ibu untuk tidak cemas atas masalah kehamilan yang di hadapinya

3. Melakukan Infomed consent kepada ibu dan keluarga atas tindakan yang di

lakjukan.

4. Melakukan tindakan penangan awal dan observasi kepada ibu

5. Melakukan kolaborasi pada tindakan

- Melakukan terminasi dengan rujukan ke rumah sakit

6. Melakukan rujukan
Catatan perkembangan

- Ibu mengatakan nyeri perut tembus belakang yang semakin terasa

- Ibu mengatakan terdapat pelepasan lendir dan darah

- Keadaan umum ibu baik

- Kesadaran komposmentis, ibu tampak meringis menahan sakit

- Gestasi 24-25 minggu

- Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/i

Pernafasan : 22 x/i

Suhu: 37 °C

- GI P0 A0, gestasi 24-26 minggu, intrauteri, dengan Kematian Janin Dalam

Rahim

- Menenangkan ibu agar ibu tidak perlu cemas

- Mendapingi ibu dalam proses perujukan

- Melakukan observasi tanda-tanda Vital ibu


PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada Ny”E”

dengan kematian janin dalam rahim di Klinik Ibu Kasih Asuhan ini dilakukan selama satu

hari dimulai saat pasien datang ke Klinik sampai pada proses Perujukan Asuhan dilanjutkan

oleh pihak rumah sakit dan di lanjutkan pada proses pengakhiran kehamilan yang mencakup

kala I-IV persalinan dan tindakan kuretase.

Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yaang ditujukan

untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spritual. Informasi yang diperoleh

mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung

dari klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang/laboratorium (Nuurhayati dkk, 2013).

Pengkajian data dasar pada kasus kematian janin dalam rahim dilakukan pada saat

pengamatan pertama kali ketika pasien datang ke rumah sakit. Pengkajian meliputi

anamnesis langsung yang diperoleh dari pasien, dan atau keluarga pasien. Pengkajian ini

berupa identitas pasien, data biologis/fisiologis yang meliputi: keluhan utama, riwayat

keluhan utama, riwayat kehamilan sekarang, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan yang

lalu, riwayat kesehatan dan penyakit keluarga, riwayat sosial budaya, dan riwayat fungsi

kesehatan. Pengkajian data objektif diperoleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan

tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik serta ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang

berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG. Pengkajian pada kasus ini

dilanjutkan pada pendokumentasian dalam tindakan terminasi kehamilan yang dimulai dari

kala I-IV persalinan.

Ny “E”, usia 17 tahun, GIP0A0, datang kerumah klinik dengan keluhan tidak lagi merasakan

pergerakan janin sejak kemarin yang disertai nyeri perut bagian bawah tembus belakang

seperti sakit ingin melahirkan, merasa perut mengeras dan ibu mengatakan merasa cemas

dengan keadaan bayinya. Pasien melakukan antenatal care (ANC) sebanyak 2x dan
melakukan pemeriksaan pada dokter kandungan 1x. Kunjungan pertama tidak ada keluhan

berat badan 48,5 kg. Kunjungan kedua dengan keluhan sakit dada dan pusing, berat badan

52,5 kg. Pasien lupa haid pertama haid terakhirnya. Usia kehamilan ± 6 bulan.

Pasien tidak pernah mengalami trauma selama hamil, pasien tidak memiliki riwayat penyakit

hipertensi, asma jantung dan diabetes, riwayat mengomsumsi obat- obatan selama hamil di

sangkal pasien. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan umum

baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, dan suhu

36,7°C. Ekspresi wajah tampak cemas, tidak tenang dan meringis menahan sakit serta tidak

ada edema dan pembengkakan pada wajah, kedua konjungtiva mata tidak anemis dan tidak

ikterik, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis, payudara

tampak simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae. Pemeriksaan abdomen didapatkan

kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU) setinggi pusat dan 22 cm sesuai usia kehamilan 25

minggu, situs memanjang, presentasi kepala, punggung kiri, tidak terdengar denyut jantung

janin, janin intrauterine. Pemeriksaan dalam tidak ditemukan kelainan dan tidak ada

pembukaan.

Identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Data tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan

diagnosis dan masalah yang spesifik (Nurhayati dkk, 2013). Hasil pengkajian data subjektif

dan objektif yang diperoleh menunjukkan diagnosis kematian janin. Pasien datang dengan

keluhan tidak merasakan pergerakan janin disertai nyeri perut bagian bawah tembus

belakang seperti sakit ingin melahirkan, merasa perut mengeras dan cemas dengan

keadaan bayinya. Kehamilan ibu adalah kehamilan yang pertama dengan usia kehamilan ±6

bulan. Pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan tinggi fundus uteri (TFU) setinggi pusat

dan 22 cm sesuai usia kehamilan 25 minggu. Taksiran berat janin adalah 1760 gram. Hal

tersebut sesuai dengan teori bahwa kasus kematian janin dalam rahim merupakan kematian

janin dengan berat 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20

minggu atau lebih. Umumnya pasien mengeluh gerakan janin berkurang atau menghilang,
perut tidak bertambah membesar bahkan mungkin akan mengecil (kehamilan tidak seperti

biasanya), perut sering menjadi keras, merasakan sakit seperti ingin melahirkan dan

mengalami penurunan berat badan (Prawirohardjo, 2014).

Sedangkan pemeriksaan fisik biasanya didapatkan tinggi fundus uteri berkurang atau lebih

rendah dari usia kehamilan. Palpasi abdomen didapatkan tonus uterus menurun, uterus

teraba flaksid, dan tidak teraba gerakan-gerakan janin, auskultasi tidak terdengar denyut

jantung janin (Nugroho, 2012). Pemeriksaan abdomen Ny “E” didapatkan kesan yaitu tinggi

fundus uteri sesuai usia kehamilan, hal ini dikarenakan pada kasus ini berlangsung ± 1 hari

sebelum masuk kerumah sakit. Pada palpasi, tidak teraba gerak janin dan auskultasi

dengan Doppler tidak terdengar denyut jantung janin, hal ini turut membuktikan adanya

kematian janin.

Diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah

teridentifikasi. Identiifikasi diagnosis potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu yang

mungkin terjadi (Mangkuji dkk, 2013). Langkah ini membutuhkan antisipasi bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat

bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjad dann dilakukan asuhan

yang aman.

Kematian janin dalam rahim berpotensial mengalami trauma yang berat bila waktu antara

janin dan persalinan cukup lama, kemungkinan terjadi infeksi bila ketuban telah pecah, dan

terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu sehingga bahaya

perdarahan akan lebih mengancam jiwa pada waktu tindakan medis dilakukan

(Prawirohardjo, 2014:733). Kejadian traumatik psikologis lebih lanjut terjadi dari selang

waktu lebih dari 24 jam antara diagnosis kematian janin, induksi persalinan, tidak melihat

bayinya selama yang dia inginkan, dan apabila ia tidak memiliki barang kenangan dengan

bayinya (Cunningham, 2014:665).


Kondisi pasien saat ini dengan nyeri perut bagian bawah, tampak terpukul dan bersedih

setelah mengetahui bahwa janinnnya telah meningggal, gerakan janin tidak dirasakan sejak

1 hari yang lalu, pemeriksaan dalam tidak ditemukan kelainan, tidak ada pembukaan dan

ketuban utuh. Pasien berpotensial mengalami trauma berat, infeksi bila ketuban pecah dan

gangguan pembekuan darah bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu. Pasien

dengan kematian janin harus segera diberi tahu. Menundanya hanya akan menyebabkan

stress yang lebih berat. Konfirmasi atau pemastian diagnosis idealnya harus dilakukan

dengan kehadiran orang tua. Sikap dan empati yang ditunjukkan oleh bidan dan dokter di

awal peristiwa traumatik ini akan memberi pangaruh sejak permulaan prsoses berduka, juga

kenangan yang mereka simpan (Chapman dan Charles, 2013).

Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang memerlukan

penanganan cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan

yang ahli di bidangnya. Diagnosis aktual yang ditegakkan berdasarkan riwayat dan

pemeriksaan fisik yang dilakukan sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis

kematian janin (Prawirohardjo, 2014). Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan

USG, dimana tidak tampak gerakan janin dan tidak adanya denyut jantung janin,

pengurangan penampangan GS dibanding pengukuran yang dibuat 2 minggu terakhir,

nampak gambaran spalding sign tulang tengkorak (Nugroho, 2012).

Tindakan kolaborasi dilakukan untuk menunjang diagnosa adalah pemeriksaan USG.

Pemeriksaan USG pada Ny “E” dilakukan oleh dr. “A” pada jam

12.10 wita dengan hasil USG menunjukkan kematian janin dalam rahim 25 minggu, plasenta

baik, DJJ negatif, tidak tampak gerakan janin, tampak gambaran tulang tengkorak saling

menutupi (Spalding’s Sign), dan oligohidramnion. Hasil pemeriksaan USG tersebut

menunjukkan diagnosa pada kasus Ny “E” dengan kematian janin dalam rahim.

Manajemen asuhan kebidanan terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi. Suatu rencana tindakan harus disetujui pasien dan bidan agar menjadi
efektif. Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan suatu asuhan yang

komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar berlandaskan pengetahuan, teori

yang berkaitan dan terbaru, serta telah divalidasi dengan keinginan atau kebutuhan pasien.

Rencana asuhan disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan pencegahan

masalah/diagnosa potensial. Membuat rencana tindakan asuhan kebidanan hendaknya

menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan terdapat sasaran/target serta hasil

yang akan dicapai dalam penerapan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus (Nurhayati

dkk, 2013).

Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana

tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat

dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan pasien serta kerjasama

dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan (Mangkuji

dkk, 2012).

Pada studi kasus Ny”E” dengan kematian janin dalam rahim, semua tindakan yang

direncanakan terlaksana dengan baik. Seperti menyampaikan hasil pemeriksaan dengan

baik, memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bersama, dalam hal ini

pasien diberi waktu sebelum dihadapkan pada keputusan untuk tindakan terminasi

kehamilan, memberikan KIE tentang kematian janin dalam rahim dan penatalaksanaan

kematian janin adalah mengeluarkan janin melewati jalan lahir, memberikan dukungan moril

kepada ibu dan keluarga untuk mengambil keputusan penting dengan membesarkan hati ibu

dan keluarga bahwa janin dapat lahir melewati jalan lahir secara normal. Penjelasan telah

disampaikan, pasien dan keluarga memutuskan janinnya akan dilahirkan secara normal,

kemudian memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan agar janin

sesegera mungkin dilahirkan yaitu bidan berkolaborasi dengan dokter ahli kandungan dan

melakukan perujukan.

Beberapa faktor resiko/penyebab kematian janin dalam rahim pada Ny”E” adalah umur <20

tahun, infeksi, dan kelainan kongenital janin. Ny”E” dengan 17 tahun, mengalami infeksi
dialami ibu yang berpengaruh ke janin dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital

ditunjukkan adanya oligohidramnion serta bayi lahir dengan kelainan pada bagian wajah

yaitu bibir sumbing dan hidung yang tidak sempurna. Berdasarkan pathway kematian janin

dalam rahim dengan kasus menunjukkan faktor janin adalah penyebab kematian janin.

KESIMPULAN

Asuhan kebidanan pada Ny “E” dengan Kematian Janin Dalam Rahim dilakukan dengan

teknik pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa

data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan yang

menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien2. Diagnosa Ny “E” dengan

Kematian Janin Dalam Rahim ditegakkan berdasarkan adanya keluhan tidak merasakan

pergerakkan janin, pemeriksaan fisik abdomen didapatkan tidak terdengar DJJ dan

pemeriksaan USG menunjukkan tidak ada gerakan janin, DJJ negatif.

Pada Ny “E” masalah yang mungkin muncul adalah terjadi trauma emosional yang berat

terjadi. Pada Ny “E” diperlukan tindakan kolaborasi dengan dokter ahli kandungan untuk

pemeriksaan USG dalam penegakan diagnosa Kematian Janin Dalam Rahim. Rencana

tindakan yang telah disusun pada Ny “E” bertujuan agar ibu mendapatkan penanganan yang

sesuai dengan kondisinya dan mencegah terjadinya komplikasi serta mencegah terjadinya

trauma berat pada ibu dengan kematian janin dalam rahim.

Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai dengan adanya

kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat lebih meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan pasien. Tindakan evaluasi pada Ny “E” dengan Kematian Janin Dalam

Rahim telah diberikan semaksimal mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana asuhan

kebidanan serta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat teratasi.

Pendokumentasian dilaksanakan pada tanggal 04 Oktober 2022.


DAFTAR PUSTAKA

Bano, Nosheen, dkk. “Intrauterine Fetal Deaths : Frequency of Causes at A Tertiary

Care Hospital”. The Professional Medical Journal. Volume 23, Issue 6 (2016).

Maslovich, M., & Burke, L. (2020). Intrauterine Fetal Demise ; . Available. William

Sparrow Hospital: StatPearls Publishing, Treasure Island (FL).

Luqyana, Salwa Darin. dkk. “Intrauterine Fetal Death : Usia Maternal sebagai Salah

Satu Faktor Resiko”. Jurnal Medula, Vol.7, No.5 (Desember 2017)

Nugroho, Taufan. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2012.

Saifuddin, A.B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka

;2018

Sharma, Susmita. dkk. “Analytical Study of Intrauterine Fetal Death Cases and

Associated Maternal Conditions”. International Journal of Applied and Basic Medical

Research Vol.6, No.1. Januari-Maret 2016.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan 2020. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2020. h. 29-30

Queensland Clinical Guidelines. Queensland Health Clinical Excellence

Queensland :

Stillbirth Care. 2018. Queensland Goverment

Anda mungkin juga menyukai