Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

DENGAN MOLA HIDATIDOSA

Oleh :

Hanizah Nur Wulandari


NIM: P07224220018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM

JURUSAN KEBIDANAN D-III KEBIDANAN SAMARINDA

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan

Kehamilan Kegawatdaruratan Mola Hidatidosa. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan

Mola Hidatidosa ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan

Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Semoga Asuhan Kebidanan ini

dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Samarinda, 1 Agustus 2022

Hanizah Nur Wulandari

NIM. P07224220018

2
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MOLA HIDATIDOSA

Asuhan kebidanan kegawatdaruratan dengan Mola Hidatidosa telah di periksa


dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di RSUD A.M
Parikesit Ruang VK IGD

Samarinda,1 Agustus 2022


Mahasiswa

Hanizah Nur Wulandari


NIM. P07224220018

Mengetahui,

Pembimbing Ruangan Pembimbing Institusi

........................................ Rezky Puspitaningsih, S.Tr.Keb


NIP. NIP.

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada


mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna,
melainkan berkembang kenjadi keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak
ditemukan di Negara Asia, Afrika dan Amerika latin dari pada di Negara-negara
barat. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi
antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Penyebab Mola tidak diketahui,
faktor-faktor yang dapat menyebabkan antar lain : keadaan sosioekonomi yang
rendah dan parietas tinggi. Keluhan dari penderita seperti gejala-gejala hamil
muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya.

B. Tujuan
a. Mengetahui epidemologi Mola Hidatidosa.
b. Mengetahui perbedaan antara Mola Hidatidosa sempurna dan Mola
Hidatidosa parsial.
c. Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa.
d. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis.
e. Mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa.
f. Mengetahui komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa.
g. Menjelaskan konsep dasar manajemen kegawatdaruratan pada kasus mola
hidatidosa dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
menurut varney.
h. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan mola hidatidosa
menggunakan 7 langkah varney: melakukan pengkajian, melakukan
interpretasi data (diagnosa dan masalah aktual), mengidentifikasi diagnosa
dan masalah potensial, mengidentifikasi kebutuhan segera,
mengembangkan rencana asuhan kebidanan, melaksanakan rencana
asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan kebidan yang telah diberikan.

4
5
6
7
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu dengan Mola

8
Hidatidosa

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas

Nama : Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak


keliru bila ada kesamaan nama dengan yang lain
(Christina I, 1984).
Umur : Umur di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun.
(Jurnal Kesehatan, 2009)
Agama :
Suku/bangsa: Frekuensi Mola banyak ditemukan di
Negara Asia, Afrika dan Amerika latin dari
pada di Negara-negara barat.( Soejoenoes dkk
,1967)
Pendidikan :
Pekerjaan : Mola hidatidosa banyak ditemukan pada
mereka dengan status ekonomi yang rendah.
(Mochtar. R.,1998)
Alamat :

2. Keluhan Utama: Keluhan dari penderita seperti gejala-


gejala
hamil muda yang kadang-kadang lebih
nyata dari kehamilan biasanya yaitu mual,
muntah, pusing dan lain-lain, hanya satu
derajat keluhannya sering lebih hebat.
(Jurnal Kesehatan, 2009)

3. Riwayat Kesehatan Klien

9
a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Menurut (Sarwono,1999:401; Persis Mary, 1995; Persis Mary,
1995; jones,1996 ; Jurnal Kesehatan, 2009)
1) Penyakit Kardiovaskuler : Hipertensi
2) Penyakit Darah : Anemia
3) Penyakit Paru-paru : TBC, Asma
4) Penyakit Hati : Hepatitis
5) Penyakit Endokrin : Kelenjar Tiroid
6) Penyakit Infeksi : Infeksi TORCH
7) Penyakit Ginjal dan Saluran Kencing :
8) Penyakit/Kelainan sistem Reproduksi : Penyakit
Ginekologik, mioma
uteri,
Koriokarsinoma.
9) Riwayat Alergi :
10) Riwayat Pembedahan :

b. Riwayat Kesehatan Sekarang:


Kondisi umum pasien pucat, anemis, syok, demam,
lemah, stabil. perut membesar tanpa disertai tanda janin
dalam rahim, hiperemesis gravidarum, gerakan dan tanda
janin tidak dijumpai dalam rahim. (Mochtar. R.,1998)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati, 2009)

10
5. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. (Sulistyawati,2010)
Riwayat siklus : 23 – 32 hari (Sulistyawati,2010)
Lama haid :

6. Riwayat Obstetri:

No Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Sua Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/ H M Abnrmlts Lak Pny
mi PB tasi
1
2

- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah


keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan
perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang
pada persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).
- Hipertensi dapat menyebabkan morbiditas ibu serta terjadi
persalinan premature iatrogenic. (Himeno dkk., 1999;
Sjostrom dkk., 1999).
- Menurut Sulistiowati (2001) yang dikutip Suryani (2008),
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat
persalinan buruk sebelumnya dengan perdarahan pasca
persalinan .
7. Riwayat Kehamilan Sekarang :
Perdarahan merupakan gejala utama mola, biasanya
keluhan perdarahan inilah yang menyebabkan mereka
datang ke rumah sakit. (Jurnal Kesehatan, 2009)

8. Riwayat Kontrasepsi :

11
Pemakaian kondom, diafragma pil untuk mencegah
beta hCG kehamilan tidak mengacaukan beta hCG karena
keganasan. Alat kontrasepsi dalam rahim tidak boleh
digunakan karena bahaya periforasi dan perdarahan tidak
teratur sehingga menyulitkan evakuasi. Pemakaian pil KB
kombinasi sebaiknya setelah beta hCG normal. sebab, jika
beta hCG masih tinggi dikhawatirkan sel trofoblast akan
menjadi aktif lagi dan mejadi ganas, karena esterogen yang
ada pada pil KB akan merangsang produksi PAAG
(Pregnancy Associated Alpha 2 Glicoprotein) yang akan
menekan respon imun. Boleh hamil 6 bulan setelah beta
hCG normal. (Jurnal Kesehatan, 2009)

9. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi  Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual muntah.
(Maria Ulfah, 2010)
Eliminasi Volume urine berkurang (Diuresis)
Terjadi berhubungan dengan
pengurangan volume darah (Varney,
2007)
Istirahat Gangguan pola tidur berhubungan
dengan adanya nyeri. (Maria Ulfah,
2010)
Aktivitas   Intoleran aktivitas berhubungan
dengan kelemahan, Gangguan rasa
nyaman : hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi. (Maria Ulfah,
2010)

12
Personal Hygiene Klien mampu memenuhi rawat diri
sehingga personal hygiene terpenuhi
Klien nampak rapi dan bersih. (Maria
Ulfah, 2010)
Kebiasaan
Seksualitas Nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan.
(Maria Ulfah, 2010)

1. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a) Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan
sah/tidak
b) Respon klien dan keluarga bayi yang dilahirkan,
diterima/tidak
c) Bagaimana psikis ibu saat ini
d) Adat istiadat yang masih dilakukan oleh ibu dan keluarga
saat masa antenatal.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis (Sulistyawati, 2010 h.226)

Tanda Vital :
Tekanan Darah : > 120/80 mmHg akibat komplikasi dari Pre
eklamsi dan eklamsi (Jurnal Kesehatan, 2009)

Suhu badan : suhu badan akan naik sekitar


(37,5-380C) sebagai akibat infeksi sehingga
menyebabkan hipertermi. (Maria Ulfah,2010)

Nadi : 60-80 x/mnt atau tidak lebih dari 100x/mnt

13
Denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-80
x/menit. (Ambarwati dkk,2009)
Pernafasan : 20-30 x/menit
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal,yaitu sekitar 20-30 x/menit. (Ambarwati
dkk,2009).

Antropometri :
- Tinggi Badan : > 145 cm
Tinggi Badan ibu lebih dari 145 cm. Bila kurang
curiga kesempitan panggul (CPD).Tinggi badan
merupakan salah satu ukuran pertumbuhan
seseorang. Tinggi badan dapat diukur dengan
stasiometer atau tongkat pengukur (Tambunan
dkk,2011).
BB sebelum hamil :
BB sekarang :
Massa tubuh di ukur dengan pengukuran massa
atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan
untuk menghitung hubungan antara tinggi dan
berat badan, serta menilai tingkat kegemukan.
(Tambunan dkk,2011;h.9).
- LILA : > 23,5 cm
Ukuran lila tidak boleh kurang dari 23.5 cm, bila
kurang berarti status gizi buruk. (Christina, 1989)

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut
tampak kuat, distribusi rambut tampak merata dan
tekstur rambut tampak lembut (Priharjo,2006).

14
Wajah : muka dan kadang-kadang badan kelihatan
pucat kekuning-kuningan, yang disebut muka
mola. (Mochtar. R.,1998)
Mata : Conjungtiva pucat, menunjukan adanya
anemis (Jurnal kesehatan,2009)
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak
tampak polip, tidak tampak peradangan (Tambunan
dkk,2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak
tampak caries dentis, tidak tampak stomatitis,
geraham tampak lengkap, lidah tampak bersih,
tidak tampak pembesaran tonsil (Tambunan
dkk,2011 & Uliyah dkk,2008).
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/secret
(Tambunan dkk,2011 & Uliyah dkk,2008).
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak
tampak pembesaran tonsil, tidak tampak
peradangan faring, tidak tampak pembesaran vena
jugularis, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid,
dan kelenjar getah bening (Priharjo, 2006 &
Tambunan dkk,2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan,2011)
Payudara : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak bersih,
tidak tampak pengeluaran colostrum, areolla
tampak hyperpigmentasi, puting susu menonjol,
tidak tampak retraksi ( Helen Farrer, 1999)
Abdomen : Pembesaran uterus yang tidak sesuai
dengan usia kehamilan (Mochtar. R.,1998)
Genetalia : Terdapat perdarahan (Mochtar. R.,1998)
Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan tidak

15
tampak varices(Ambarwati dkk, 2009)

Palpasi
Kepala : Tidak teraba oedema / massa (Priharjo,2006).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid dan kelejar getah bening (Priharjo,2006).
Payudara : Tidak teraba benjolan / massa ( Ambarwati dkk,
2009)
Abdomen : Teraba lembek. Tidak teraba
bagian-bagian janin dan balotement, juga
gerakan janin. (Mochtar. R.,1998)

Genetalia : Rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian

janin. (Mochtar. R.,1998)

Ekstremitas : Tidak teraba oedema, Reflex Homan sign (-),


(varney 2008 &Ambarwati dkk, 2009)

Auskultasi
Abdomen : Tidak terdengar bunyi denyut jantung
janin. terdengar bising dan bunyi khas.
(Mochtar. R.,1998)

Perkusi
 Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+),
Bisep (+), Trisep (+)(Varney 2008)

2. Pemeriksaan Penunjang

16
 Foto thoraks
 Pemeriksaan HCG urine atau darah
 Pemeriksaan USG
 Uji sonde
 Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala
tirotoksikosis.

3. Data Rekam Medis


Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain
dimana tindakan tersebut yang menunjang riwayat kesehatan
sekarang dan terdapat pada catatan/status klien. Tindakan
tersebut dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit hingga
dilakukan pengkajian.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Mola Hidatidosa
Masalah : Kondisi umum pasien pucat, anemis, syok,

17
demam, lemah, stabil. perut membesar tanpa
disertai tanda janin dalam rahim, hiperemesis
gravidarum, gerakan dan tanda janin tidak
dijumpai dalam rahim. (Mochtar. R.,1998)

Kebutuhan : Perbaiki keadaan umum penderita dengan


pemberian cairan dan transfuse darah. Jika
ada gejala pre eclampsia dan hiperemis
gravidarum diobati sesuai dgn protocol
penanganannya. Sedangkan bila ada gejala
tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit
dalam. (Jurnal Kesehatan, 2009)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tua kehamilan.
keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan
(tidak selalu ada) yang merupakan diagnosa pasti. Terdapat
perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna
kecoklatan. (Mochtar. R.,1998)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


a) Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi
syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan
pemberian cairan dan transfuse darah. jika ada gejala pre
eclampsia dan hiperemis gravidarum diobati sesuai dgn
protocol penanganannya. Sedangkan bila ada gejala
tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit dalam. (Jurnal
kesehatan, 2009)
V. INTERVENSI

DIAGNOSA : G PAPAH usia kehamilan dengan

18
Molahidatidosa

Intervensi

1. Kolaborasi pemberian analgetik


Rasional :
Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga
nyeri tidat 5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional :
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada
hipothalamus
2. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
antibiotik
Rasional :
Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri,
sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik
juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab infeksi
3. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan
klien
Rasional :
Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat
membantu menentukan intervensi yang tepat

4. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam


Rasional :
Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi
merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami
oleh klien. Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses
infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa
5. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional :
Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman

19
dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri
sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan
6. Beri posisi yang nyaman
Rasional :
Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada
area luka/nyeri
7. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Rasional :
Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi
8. Awasi tanda-tanda vital, kas2. Selidiki perubahan tingkat
kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala
Rasional :
Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi
serebral sebagai akibat tekanan darah arterial
9. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian
kapiler lambat dan nadi perifer lemah
Rasional :
Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan
volume sirkulasi dan dapat terjadi sebagai efek samping
vasopressin
10. Persiapan Kuretase

a. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:


1) Pasang beberapa gagang laminaria untuk
memperlebar pembukaan selama 12 jam.
2) Siapkan darah untuk transfuse, terutama pada
mola berukuran besar.
3) Setelah itu pasang infuse dektrosa 5% yang
berisi 50 satuan oksitosin (pitosin atau
sintisinon); cabut laminaria,
4) kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi

20
kavum uteri dengan hati-hati.
5) Kalau perdarahan banyak, berikan transfuse
darah dan
6) lakukan tampon utero-vaginal selama 24 jam.

b. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo-


patologik dalam 2 porsi:
- Porsi 1: yang dikeluarkan dengan cunam ovum;
- Porsi 2: yang dikeluarkan dengan kuretase.
c. Berikan obat-obatan antibiotika, dan kirim hasilnya
untuk pemeriksaan laburatorium.
d. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila
dilakukan kerokan, ada beberapa institute yang
melakukan histeromia untuk mengeluarkan isi rahim
(mola).
e. Histerotomi total dilakukan pada mola resiko tinggi
(high mola risk): usia lebih dari 30 tahun, paritas 4
atau lebih, dan uterus yang sangat besar (mola besar),
yaitu setinggi pusat atau lebih. (Mochtar. R.,1998)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini dilakukan
oleh bidan dan berkolaborasi dengan tim tenaga kesehatan yang
ahli dibidangnya.
VII. EVALUASI

21
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
han kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblast

22
(yaitu bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) hasil
pembuahan yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung-gelembung
menyerupai buah anggur. Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin banyak
bahkan bisa berkembang secara cepat. Hal ini yang membuat perut seorang ibu
hamil dengan mola hidatidosa tampak cepat besar.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan


pemeriksaan GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit
HCG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan
kehamilan yang kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran seperti badai salju
dalam bahasa medis disebut “snow storm”

Hamil anggur atau mola hidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang
pernah melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur
bisa terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui
hubungan seksual.

Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini


masih belum dikehtahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat
dengan kondisi social ekonomi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil
dan gangguan peredaran darah dalam Rahim.

Tindakan kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan Rahim dari


gelembung – gelembung hamil anggur. Kuretase dilakukan dapat berulang
beberapa kali tergantung kondisi kehamilan mola hidatidosa. Dokter akan
memeriksa kadar hormone HCG dalam tubuh ibu dan memastikan bahwa sudah
sungguh-sungguh bersih. Pada keadaan ibu dapat pula dilakukan tindakan
pengangkatan Rahim, namun keputusan ini juga mempertimbangkan faktor umur
ibu dan jumlah anak yang sudah dimiliki. Tindakan terakhir ini sangat jarang
dilakukan.

B. Saran

23
Untuk klien:

Diharapka klien degan kehamilan molahidatidosa mendapatkan perawatan dan


penanganan yang komprehensif, serta melakukan follow up pasca mola selama
12 bulan sesuai jadwal, supaya dapat mendeteksi sedini mungkin bila terjadi
keganasan sampai pasien benar-benar dikatakan sembuh atau sehat.

Untuk Saran Kesehatan:

Diharapkan saran kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih baik lagi,
untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan khususnya yang
diakibatkan kehamilan mola hidatidosa dan kejadian keganasan akibat mola
hidatidosa.

24

Anda mungkin juga menyukai