Anda di halaman 1dari 99

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Teori Kehamilan Trimester III

Berikut merupakan asuhan komprehensif pada ibu hamil Trimester 3 :

IDENTITAS

1. Nama

Nama merupakan identitas yang dapat membedakan seseorang

dengan orang lain. Nama yang digunakan sebaiknya nama yang biasa

digunakan atau yang disukainya agar klien merasa nyaman dan juga

dapat menjalin hubungan yang deka tantara klien dan bidan.

(Widatiningsih, 2017; h 162)

2. Umur

Menurut (Widatiningsih, 2017 ; h 162) Umur antara 20 hingga

kurang dari 35 tahun adalah umur dalam kategori reproduksi sehat.

Kehamilan usia muda berkaitan dengan risiko preeklamsia dan umur

diatas 35 tahun untuk fungsi system reproduksinya sudah tidak optimal

untuk pertumbuhan janin, dan jalan lahir tidak lentur lagi yang dapat

menyebabkan persalinan lama pada nullipara.

3. Agama

Informasi ini dapat menuntun ke suatu diskusi tentang pentingnya

agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan


11

kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga kesehatan, dan pada

beberapa kasus, penggunaan produk darah. (Marmi, 2017a)

4. Pendidikan

Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. Tingkat

pendidikan seseorang memengaruhi kemampuan dalam menyerap

informasi pada saat dilakukan penyuluhan kesehatan (Widatiningsih,

2017 ; h 163)

5. Pekerjaan

Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui

apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi

kelainan premature dan pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja, yang

dapat merusak janin (Marmi, 2017a)

6. Suku Bangsa

Praktik budaya suku bangsa tertentu pada masa hamil jika tidak

dapat dilakukan terkadang menimbulkan distress dan kekhawatiran

yang perlu mendapatkan perhatian dari bidan (Widatiningsih, 2017 ; h

163)

Seringkali tiap perpindahan dari satu tahapan kehidupan kepada

tahapan yang lainnya dianggap sebagai suatu masa krisis sehingga

diadakan serangkaian upacara bagi wanita hamil untuk mencari

keselamatan bagi dirinya dan bayinya. Contoh di Jaawa: ada mitoni,


12

procotan, brokohan, sepasaran, selapanan. Selama praktik budaya tidak

membahayakan kehamilan dan tidak bertentangan dengan medis, maka

tidak ada salahnya. Tetapi ada juga praktik keyakinan budaya yang

dapat berpengaruh terhadap kesehatan seperti jamu-jamuan, pantang

makan makanan tertentu, pijat perut, dan yang lainnya (Widatiningsih,

2017b)

7. Alamat

Mendapatkan informasi tentang tenpat tinggal klien, seberapa kali ia

pindah, seperti apa rumahnya, jumlah individu, keamanan lingkungan,

dan jika diindikasikan apakah tersedia cukup makanan di dalam rumah,

dan keadaan lingkungan sekitar, diharapkan tetap bersih dan terhindar

dari berbagai sumber penyakit (Marmi, 2017a)

8. Data suami

Data suami akan memberikan jaminan jika saat persalinan ibu

mengalami kegawatdaruratan maka bidan sudah tahu harus dengan

siapa ia berunding.

A. Data Subyektif

1. Alasan Datang

Hal-hal yang mendasari kedatangan ibu hamil sesuai dengan

ungkapan ibu. Jika alasannya jelas maka asuhan yang diberikan dapat

disesuaikan dengan kebutuhan klien (Widatiningsih, 2017 ; h 163)

2. Keluhan Utama
13

Mengkaji keluhan utama pada ibu mempermudah bidan untuk

memberikan asuhan dan menegakkan diagnose pada tahap selanjutnya,

erlepas dari apakah keluhan pasien bersifat fisiologis atau patologis.

(Khairoh, 2019;h 26)

Ketidaknyamanan trimester III yang dirasakan ibu berupa nyeri

punggung, hemoroid, oedema, kram, insomnia, konstipasi, sering

kencing, dan varises.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan yang di

rasakan sekarang, penyakit umum yang pernah diderita, serta

penyakit yang dialami saat sebelum hamil maupun saat kehamilan

(Marmi, 2017)

1) Sistem kardiovaskuler

a) Penyakit Jantung

System kardiovaskuler ibu mengalami banyak

perubahan yang menyebabkan peningkatan beban kerja

jantung selama kehamilan normal. Bila jantung sudah

mempunyai masalah seperti penyakit myokard, katup

jantung atau kelainan konginetal (defek septum

atrium/ventrikel) maka perubahan yang terjadi selama

kehamilan tidak akan dapat ditoleransi dan dapat

berkembang menjadi dekompensasi jantung, yang dapat


14

mengancam jiwa ibu dan kesejahteraan janin. Resiko yang

dapat terjadi antara lain abortus, kelahiran premature, IUGR,

BBLR, dan mortalitas maternal akibat dekompensasi

jantung. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Wiyati &

Wibowo, 2013) menunjukkan terdapat 59 kasus (66%) hamil

dengan penyakit jantung yang disertai gagal jantung.

Sebanyak 35,6% terjadi komplikasi kardiovaskuler

maternal. Angka kematian ibu sebanyak 8,5%. Luaran

perinatal meliputi 57 bayi lahir hidup (90,5%); komplikasi

perinatal prematur 24 bayi (38,1), sisanya masa kehamilan

16 bayi (25,4%) dan IUGR 7 (11,1), IUFD 6 kasus (9,5%)

dan kematian dalam 7 hari 5 kasus (7,9%).

b) Hipertensi

Wanita hamil yang hipertensi perlu mendiskusikan

dengan dokter tentang pengobatan yang aman digunakan

selama hamil. Selain itu, wanita dengan hipertensi yang

sudah ada sebelumnya mengalami peningkatan resiko

terjadinya preeklampsia selama kehamilan. Klasifikasi

hipertensi dalam kehamilan adalah preeklamsia, eklamsia,

hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah diderita

sebelum hamil atau yang sudah didiagnosa saat umur

kehamilan <20 minggu, hipertensi kronik yang disertai


15

preeklamsia. Resiko yang terjadi adalah pendarahan,

kelahiran premature, IUGR, gawat janin hingga IUFD.

Penelitian yang dilakukan oleh (Alatas Haidar, 2019)

menyatakan bahwa hipertensi pada kehamilan sering terjadi

(6- 10 %) dan meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas

pada ibu, janin dan perinatal. Pre- eklampsia/eklampsia dan

hipertensi berat pada kehamilan risikonya lebih besar

c) Anemia

Anemia yang disebabkan oleh kondisi apapun

mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan oksigen

oleh darah sehingga jantung berusaha mengkompensasinya

dengan meningkatkan COP yang mengakibatkan

peningkatan beban kerja jantung.

Pengaruh anemia berat pada kehamilan antara lain

dapat IUFD, lahir prematur, IUGR, ibu mudah terinfeksi

serta berisiko dekompensasi jantung (Widatiningsih, 2017;h

84)

Salah satu faktor terjadinya anemia dalam kehamilan

adalah status gizi ibu hamil. Kekurangan gizi tentu saja akan

menyebabkan akibat buruk bagi ibu dan janin yang

tentunya dapat menyebabkan ibu menderita anemia,

suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada

janin akan terhambat, sehingga janin akan mengalami


16

gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu

pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan

(Purwaningtyas & Prameswari, 2017)

2) Sistem Pernafasan

a) Asma

Perubahan fisiologis pada kehamilan tidak

mencetuskan serangan asma. Kehamilan dapat berlangsung

tanap gangguan kecuali apabila sering kambuh. Studi

tentang asma pada kehamilan menunjukkan bahwa serangan

asma yang parah selama kehamilan berhubungan dengan

peningkatan kejadian keguguran, BBLR, prematur dan

IUFD karena hipoksia intrauterin. Tidak ada perbedaan

morbiditas dan mortalitas antara ibu hamil penderita asma

dan ibu hamil sehat selama ibu dapat mengelola asmanya

dengan baik. (Widatiningsih, 2017;h 84)

b) TBC

Selama kehamilan, infeksi TB meningkatkan risiko

prematuritas, IUGR dan berat badan lahir rendah, serta risiko

kematian perinatal meningkat enam kali lipat. Keadaan ini

disebabkan keterlambatan diagnosis, pengobatan yang tidak

teratur dan parahnya kerusakan paru-paru. Infeksi TBC

dapat menginfeksi janin, yang dapat menyebabkan TBC

kongenital (Prawirohardjo, 2014)


17

3) System Endokrin

a) Diabetes Melitus / DM

Ketika hiperglikemia terjadi pada awal kehamilan,

Hb yang terikat glukosa ibu dapat meningkatkan risiko

keguguran, IUFD dan anomali kongenital janin (penyakit

kardiovaskular, cacat tabung saraf, agenesis sakral) dan

IUGR. (Widatiningsih, 2017;h 85)

b) Hipertiroid

Hipertiroid yang tidak terkontrol dengan baik selama

kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko

preeklampsia, gagal jantung, krisis tiroid, dan hasil perinatal

yang buruk. Hasil perinatal yang buruk karena prematuritas,

berat badan lahir rendah (BBLR), IUGR, lahir mati, hidrops

fetalis, hipotiroid dan gondok (Suparman, 2019)

c) Hepatitis B

Kehamilan jarang mempengaruhi perjalanan infeksi

hepatitis B. Kekhawatiran ibu hamil dengan penyakit ini

adalah bayinya akan terinfeksi saat lahir dan menjadi

pembawa kronis, menularkan penyakit ini kepada orang lain,

atau bayinya akan meninggal karena karsinoma

hepatoseluler, sirosis, atau keduanya. (Marmi, 2017)

4) Penyakit Menular

a) HIV/AIDS
18

Ibu hamil yang terinfeksi HIV/AIDS dapat

menularkan HIV ke janinnya melalui aliran darah atau ASI.

Janin juga berpotensi mengalami IUGR, BBLR dan

prematuritas. (Widatiningsih, 2017;h 203)

b) TBC

Penyakit ini tidak secara langsung mempengaruhi janin.

Janin akan terinfeksi setelah lahir. Saat TBC parah bisa

melemahkan fisik ibu, tenaga dan ASI juga dapat berkurang.

Bahaya potensial termasuk keguguran, kelahiran prematur

dan IUFD (Widatiningsih, 2017;h 201-202)

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

Jika dalam keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit

keturunan seperti darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis,

kelainan/cacat bawaan, penyakit jiwa, anak kembar, pre-eklampsia-

eklampsia dari ibu/kakak/adik, maka klien akan memiliki kesempetan

mengalami sehingga beresiko tinggi untuk kehamilannya.

(Widatiningsih, 2017h; 172)

4. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Haid

1) Menarche

Menarche adalah usia saat pertama kali mengalami

menstruasi. Wanita Indonesia biasanya mengalami menstruasi

antara usia 12 hingga 16 tahun (Sulistyawati, 2013;h 167)


19

2) Siklus

Menurut (Sulistyawati, 2013;h 167) siklus menstruasi adalah

jarak (dalam hitungan hari) antara menstruasi yang dialami

dengan menstruasi berikutnya yang berkisar 23 sampai 32 hari

3) Volume

Jawaban pasien biasanya subyektif, namun hal ini dapat

diperkuat dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya

seberapa sering pembalut diganti per hari. (Sulistyawati, 2013;h

167)

4) Keluhan

Beberapa wanita mengeluh nyeri hebat dan sakit kepala

Ketika mengalami menstruasi (Sulistyawati, 2013;h 167)

5) Warna Darah

Banyaknya pada hari ke 1-3 dengan darah merah gelap

disertai gumpalan darah. Kemudian muncul bercak darah

berwarna coklat kemerahan dan berakhir pada hari ke 6 atau ke

7 (Widatiningsih, 2017;h 171)

6) Dismenore

Dismenore primer merupakan hal yang dialami wanita sejak

pertama kali haid. Wanita biasanya mengalami sakit perut saat

menstruasi dimulai (Widatiningsih, 2017;h 171)

b. Riwayat Kehamilan Sekarang


20

1) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dan HPL (Hari Perkiraan

Lahir)

Hari pertama haid sangat penting untuk dikaji guna

mengetahui perkirakan kelahiran agar dapat mengetahui saat

persalinan kehamilan dalam keadaan aterm,preterm, atau

posterm dan untuk mengethaui usia kehamilan agar tahu

perkembangan kehamilan sesuai dengan usia kehamilan

(Khairoh, 2019;h 27)

2) Gerakan Janin

Pada kehamilan pertama (primigravida), gerakan janin sudah

dapat dirasakan sejak minggu ke18 sampai ke 20. sedangkan

pada kehamilan kedua (multigravida) gerakan janin sudah dapat

dirasakan pada minggu ke 16 hingga ke 18 kehamilan. Frekuensi

gerakan janin normal adalah setidaknya 10 gerakan dalam 12

jam (Widatiningsih, 2017;h 166)

3) Tanda Bahaya

Perlu dilakukan skrining dini tanda bahaya, kelainan,

komplikasi dan penyakit yang biasa terjadi pada ibu hamil agar

dapat diantisipasi dan segera ditangani. Dengan demikian angka

kematian ibu dan bayi dapat berkurang. (Marmi, 2017)

4) Imunisasi TT

Menurut (Widatiningsih, 2017;h 129) Tujuan imunisasi TT

adalah memberikan kekebalan pada ibu hamil dan mencegah


21

tetanus neonatorum pada bayi baru lahir. Vaksin TT dasar

diberikan dua kali selama kehamilan. Interval minimum

imunisasi TT dan lama perlindungan ditunjukkan pada tabel di

bawah ini :

Tabel 1.1 Jadwal pemberian Imunisasi TT

Imunisasi Interval Lama %


TT perlindungan perlindungan
TT1 Kunjungan ANC - -
pertama
TT2 4 minggu setelah 3 tahun 80%
TT1
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 95%
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ 99 %
seumur hidup
Sumber : (Khoiroh et al., 2019;h 29)

5) Riwayat ANC

Riwayat ANC harus dikaji untuk menentukan apakah ibu

memenuhi standar kunjungan ANC atau tidak. Selama hamil ibu

melakukan ANC minimal 6 kali, terbagi menjadi 2 kali pada

trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 3 kali pada

trimester ketiga. (Kementrian Kesehatan RI, 2020 ;h 2)

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

1) Kehamilan

Dikaji untuk mengetahui gangguan pada kehamilan

sebelumnya seperti perdarahan, muntah berlebihan atau

komplikasi lainnya. Serta menilai apakah mengalami keguguran

dapat mempengaruhi kehamilan saat ini (Marmi, 2017;h 158)


22

2) Persalinan

Dikaji untuk mengetahui Riwayat kelahiran sebelumnya,

apakah spontan, induksi atau tindakan. Menanyakan indikasi ap

ajika ibu pernah mengalami persalinan tindakan atau buatan dan

anak yang dilahirkan preterm, aterm, atau posterm. Perdarahan

selama dan setelah melahirkan, berat bayi saat lahir apakah

normal (2500-4000 gram) dan masalah lain yang dapat

mempengaruhi persalinan yang akan dating. (Marmi, 2017;h

153)

3) Nifas

Mengkaji masalah yang ditemui pada nifas sebelumnya

sehingga bidan dapat mengetahui lebih awal untuk mencecegah

pada kehamilan saat ini dan kelahiran berikutnya. (Marmi,

2017;h 153)

d. Riwayat KB

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah

digunakan dan berapa lama, kapan terakhir kali digunakan dan

alasan berhenti. Keluhan/masalah terkait penggunaan kontrasepsi

dan rencana KB yang akan digunakan setelah melahirkan.

Terkadang kehamilan terjadi karena kegagalan kontrasepsi, yang

dapat menyebabkan klien cemas dan khawatir akan kehamilannya.

(Widatiningsih, 2017;h 172)

e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


23

1) Pola Nutrisi

Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui status gizi ibu. Ibu

hamil dengan status gizi buruk berisiko tinggi mengalami

keguguran dan kematian bayi dalam kandungan atau bayi lahir

mati (Rukiah, 2013)

Kekurangan gizi dapat berdampak buruk, ibu bisa

menderita anemia, yang mengganggu sirkulasi darah pembawa

oksigen, mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan

perkembangan pada janin. Kelebihan gizi pun dapat

menyebabkan janin tumbuh lebih besar dari biasanya.

Pada trimester ketiga (hingga usia 40 minggu), nafsu

makan sangat baik, namun jangan berlebihan, ibu harus

mengurangi konsumsi makanan manis dan asin, karena dapat

meningkatkan ukuran berat janin dan merangsang timbulnya

keracunan selama kehamilan (Marmi, 2017)

Kebutuhan kalori ibu meningkat 300 kalori per hari

begitu juga dengan kebutuhan cairan yang meningkat 300cc per

hari setelah kehamilan (Widatiningsih, 2017)

2) Pola Eliminasi

a) BAK

Frekuensi minum 2 liter per hari dalam kondisi normal

yaitu 4-7 kali sehari, warna urine yang baik adalah jernih,

menandakan cukup cairan dan tidak ada rasa tidak nyaman


24

yang dirasakan. Perubahan selama kehamilan dapat berupa

peningkatan frekuensi berkemih akibat kondisi sebelum

hamil akibat penurunan kapasitas kandung kemih akibat

tekanan rahim yang membesar. (Widatiningsih, 2017;h 174)

b) BAB

Frekuensi BAB secara teratur, misalnya 1-2 kali sehari,

sehari sekali atau setiap 2 hari – 3 hari sekali. Jika lebih dari

3 hari, perlu diwaspadai. Selain itu juga tidak ada

keluhan/masalah seperti diare atau BAB berdarah, nyeri anus

dll. Perubahan selama kehamilan dapat menyebabkan

konstipasi akibat pengaruh hormon progesteron dan

relaksasinya, yang menurunkan tonus dan motilitas usus

(yaitu memperlambat penyerapan nutrisi), reabsorpsi cairan

meningkat dan peristaltik usus lebih lambat (Widatiningsih,

2017;h 174)

3) Pola AKtivitas

Pola aktivitas perlu dikaji apakah tindakan ibu tersebut

menimbulkan resiko terhadap kehamilan ibu atau tidak. Wanita

hamil juga harus aktif secara fisik, tetapi tidak terlalu berat.

Aktivitas yang berlebihan dapat menyebabkan keguguran

(Widatiningsih, 2017;h 177)


25

Ibu hamil harus menghindari pekerjaan yang

membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan

bahan kimia.

Ibu hamil yang melakukan latihan fisik dengan

menggunakan senam hamil ataupun yoga dapat meningkatkan

hormon endorfin. Gerakan senam hamil dan yoga terdapat

relaksasi, latihan pernafasan panjang, dan meditasi. Latihan fisik

tersebut dapat meningkatkan hormon endorfin dan ibu hamil

akan rileks, tenang, dan dapat menghambat rangsang nyeri yang

timbul pada masa kehamilan maupun persalinan. Selain itu

hormon enkefalin dengan latihan fisik selama kehamilan akan

bertambah secara alami. Hormon ini bekerja dengan hormon

endorfin sebagai inhibitor transmisi nyeri.

Olahraga kehamilan dapat menurunkan

ketidaknyamanan selama kehamilan dan mempersiapkan fisik

dan psikologis kehamilan untuk melahirkan. Olahraga selama

kehamilan dapat dapat dilakukan dengan senam hamil, yoga

kehamilan, dan olahraga lainnya (Hidayati, 2019)

4) Pola Istirahat dan Tidur

Pola istirahat dan tidur yang baik untuk ibu hamil adalah

tidur malam sekitar 8 jam dan tidur siang sekitar satu jam. Jika

tidak biasa tidur siang, cukup istirahat/berbaring untuk


26

memperlancar peredaran darah dan mengatasi kelelahan

(Widatiningsih, 2017;h 176)

5) Pola Seksual

Riwayat seksual adalah bagian dari data dasar yang

lengkap karena riwayat ini memberika informasi medis penting

sehingga klinis dapat lebih memahami klien dan mendapat

kesempatan untuk :

a) Mengidentifikasi riwayat penganiayaan

seksual

b) Menawarkan informasi yang dapat

mengurangi kecemasan dan menghilangkan

mitos

c) Menawarkan anjuran-anjuran untuk

memperbaiki funsu seksual

Membuat rujukan apabila tercatat disfungsi seksual

atau masalah emosional (Marmi, 2017)Pada trimester kedua

dan ketiga biasanya gairah seksual akan dipengaruhi oleh

ketidaknyamanan dan body image Tidak ada kontraindikasi

kecuali ketuban pecah dini dan sudah ada pembukaan

disarankan untuk modifikasi posisi dan melakukan dengan

lembut dan hati-hati (Widatiningsih, 2017;h 116)

Pada trimester kedua dan ketiga biasanya gairah seksual

akan dipengaruhi oleh ketidaknyamanan dan body image Tidak


27

ada kontraindikasi kecuali ketuban pecah dini dan sudah ada

pembukaan disarankan untuk modifikasi posisi dan melakukan

dengan lembut dan hati-hati (Widatiningsih, 2017;h 116)

6) Pola Personal Hygiene

Wanita hamil harus menyikat gigi secara menyeluruh

dengan sikat lembut untuk menghindari melukai gusi. Makanan

manis sebaiknya dikurangi karena dapat merusak enamel gigi.

Wanita hamil harus mandi setidaknya sekali sehari

karena berkeringat lebih banyak. Hindari bath up karena risiko

tergelincir akibat perubahan gravitasi. Selain itu mengalami

ketuban pecah dini dan terjadi pendarahan.

Ibu hamil mengaami peningkatan pengeluaran per

vaginam, oleh karena itu genitalia harus sering dibersihkan

dengan air terutama setelah BAK. Arah pembersihan dari depan

menuju anus. Hindari vaginal douching

(membilas/memasukkan bagian dalam vagina untuk mencegah

infeksi.

Sebaiknya ibu hamil menggunakan pakaian yang longgar

dan mudah menyerap keringat.

(Widatiningsih, 2017;h 112-113)

7) Pola Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan’


28

Dikaji untuk mengetahui apakah pola kebiasaan yang

merugikan kesehatan ibu seperti merokok dan memakai obat-

obatan yang tidak dianjurkan.

a) Merokok.

Merokok merupakan salah satu isu penting yang

harus dikaji saat kehamilan karena efek yang muncul

akibat merokok adalah BBLR, persalinan preterm,

kematian perinatal.(Widatiningsih, 2017;h 101)

b) Konsumsi Jamu

Kebiasaan minum jamu merupakan kebiasaan yang

berisiko bagi wanita hamil, karena efek minum jamu

dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti

menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR, partus

prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia

neonatrum, kematian janin dalam kandungan dan

malformasi organ janin. (Widatiningsih, 2017;h 168)

c) Konsumsi alcohol

Ibu yang mengkonsumsi alkohol dapat

membahayakan jantung ibu hamil, dan merusak janin,

termasuk menimbulkan kecacatan/kelainan pada janin,

kelahiran prematur, pertumbuhan janin terhambat,

retardasi mental, kelainan jantung, dan masalah neonatal


29

seperti Fetal Alcohol Syndrome (FAS).(Widatiningsih,

2017;h 91)

d) Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan pada ibu hamil dapat

menimbulkan efek pada janin, seperti kelainan bentuk

anatomik atau kecacatan pada janin, terutama

penggunaan obat pada trimester pertama, kelainan faal

alat tubuh, gangguan pertukaran zat dalam tubuh.

(Widatiningsih, 2017b)

8) Data Psikososial Spiritual

Untuk mengetahui bagaimana keadaan mental dan

kepercayaan yang digunakan ibu dalam menjalani masa hamil ini,

dan respon keluarga sehingga membantu ibu menjalani masa

kehamilan dan merencanakan persalinannya dengan baik (Rukiah,

2013)

a) Riwayat perkawinan : status perkawinan, termasuk

pernikahan ini yang ke berapa dan lamanya menikah.

Ada tidaknya masalah dengan suami juga perlu

ditanyakan untuk mengidentifikasi dukungan suami

terhadap ibu hamil.

b) Kehamilan yang diharapkan : Dikaji untuk

mengetahui apakah kehamilan ibu diharapkan atau


30

tidak oleh ibu, suami dan keluarga, dan respon

keluarga bagaimana terhadap kehamilan ibu

c) Mekanisme coping : Dikaji untuk mengetahui cara

menyelesaikan masalah dalam keluarga

d) Tinggal serumah : Dikaji untuk mengetahui ibu

tinggal serumah dengan siapa, apakah dengan suami

saja atau dengan orangtua

e) Pengambil keputusan: Dikaji siapakah pengambil

keputusan utama dalam keluarga saat terjadi masalah

dalam keluarga, dan jika dalam kondisi emergensi

apakah ibu dapat/tidak mengambil keputusan sendiri

atau harus menunggu keputusan dari orang lain.

f) Orang terdekat : Dikaji untuk mengetahui siapa

orang terdekat ibu dan yang menemani kunjungan

ANC. Ibu hamil yang selalu ditemani saat kunjungan

ANC menunjukkan kuatnya dukungan dari keluarga.

Penkes dapat dilakukan pada ibu hamil atau keluarga

yan menemani

g) Adat istiadat : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu

dan keluarga masih menggunakan budaya setempat

dalam menjalani masa kehamilan. Ibu yang memiliki

keyakinan tentang adat tertentu dan merasa wajib


31

melakukannya, hal ini mungkin menjadi

masalah/stresor budaya jika tidak dilakukan.

h) Rencana tempat dan penolong persalinan yang

diinginkan harus dikaji sejak awal

i) Penghasilan per bulan : Dikaji untuk mengetahui

berapa penghasilan ibu/suami per bulan, cukup atau

tidak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

j) Praktik agama yang berhubungan dengan kehamilan:

jika ibu seorang muslimah dan berpuasa selama

hamil, baik sunah maupun wajib maka tanyakan:

frekuensi, kaji apakah ibu merasa lemah/lemas,

pusing, gerakan janin menjadi berkurang saat puasa

merupakan tanda hipoglikemi. Kaji juga tentang

keyakinan ibu terhadap pelayanan Kesehatan

k) Data Pengetahuan : Dikaji untuk mengetahui

seberapa jauh pengetahuan ibu, hal yang sudah

diketahui dan hal yang ingin diketahui

(Widatiningsih, 2017;h 177-179)

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum
32

Untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Dikatakan

baik jika pasien memperlihatkan respons yang adekuat

terhadap stimulasi lingkungan dan orang lain, serta secara

fisik tidak mengalami kelemahan. Klien dimasukkan kriteria

lemah jika kurang atau tidak memberikan respons yang baik

terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak

mampu berjalan sendiri (Widatiningsih, 2017;h 179)

2) Kesadaran

Kesadaran umum disebut composmentis yaitu

keadaan normal yang sadar penuh dan menjawab semua

pertanyaan tentang kondisi lingkungan sekitarnya

(Widatiningsih, 2017; h 163)

3) Berat Badan

Berat badan ditimbang pada setiap kunjungan untuk

membuat rekomendasi penambahan berat badan pada wanita

hamil dan untuk membatasi kekurangan atau kelebihan berat

badan (Marmi, 2017;h 163)

4) Tinggi Badan

Tinggi badan penting dikaji untuk mengetahui factor

resiko jika tinggi badan kurang dari 145 cm tergolong

memiliki risiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki

panggul yang sempit (Khairoh, 2019;h 31)

5) LILA
33

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki

resiko kekurangan energi kronik (KEK). Jika LILA ibu

kurang dari 23,5 cm memiliki resiko melahirkan BBLR

(Khairoh, 2019;h 32)

6) IMT

IMT perlu dikaji sebagai salah satu dasar untuk penambahan

berat badan ibu hamil. Penambahan berat badan bisa diukur

menggunakan rumus IMT berat badan dibagi tinggi

badan(dalam m) pangkat 2. Kategori nilai IMT untuk wanita

Indonesia yang normal memiliki rentang 17-23 kg/m2

(Widatiningsih, 2017;h 180) Berat badan sebelum hamil

dibutuhkan untuk menentukan IMT, serta menetukan

rekomendasi kenaikan berat badan selama hamil sesuai

IMT. Selama hamil, kenaikan berat badan total pada wanita

ber-IMT normal (19,8-26,6) adalah 11,5-16 g

7) TTV ( Tanda Tanda Vital )

a) Tekanan Darah

Penentuan tekanan darah sangat penting pada masa

hamil karena peningkatan tekanan darah dapat

membahayakan kehidupan ibu dan bayi. Tekanan darah

140/90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat

mengindikasi potensi hipertensi. Tekanan darah pada ibu

hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg sistolik atau 90


34

mmHg diastolik. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15

mmHg diastolik di atas tekanan darah sebelum hamil,

menandakan toxemia gravidarum (keracunan

kehamilan) (Widatiningsih, 2017;h 179)

b) Nadi

Saat kehamilan usia 4 minggu frekuensi jantung

meningkat 15-20 denyut per menit dan memuncak pada

usia kehamilan 28 minggu. Peningkatan ini disebabkan

karena adanya peningkatan total volume darah.

(Khairoh, 2019;h 32)

c) Respirasi

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa 20

sampai 24 kali per menit. Pada ibu hamil pernafasan

dikaji untuk mengetahui secara dini penyakit yang dapat

menyulitkan pada saat persalinan (Khairoh, 2019;h 33)

d) Suhu

Suhu tubuh normal menurut Kusmiyati (2011:56)

adalah 36,5-37,5°C. peningkatan suhu menunjukkan

proses infeksi atau dehidrasi

(Widatiningsih, 2017b)

b. Status Present

Berikut ini adalah kondisi batas normal yang ditemukan pada ibu

hamil :
35

1) Kepala : mesocephal, kulit kepala tidak

menunjukkan adanya kelainan kulit, rambut yang tidak

mudah rontok.

2) Muka : simetris, tidak pucat, tidak oedema.

3) Kelopak mata : kelopak mata tidak cekung, tidak

edema.

4) Konjungtiva : merah muda dengan sklera putih.

5) Hidung : tidak ada massa, edema mukosa, sekresi

(lendir/darah), tidak ditemukan gerak cuping hidung

pada pernafasan.

6) Mulut : bibir simetris, lidah dan mukosa

mulut : tidak ada sianosis, stomatitis, caries dentis,

gingivitis, tonsil/faring tidak ada tanda radang.

7) Telinga : simetris, tidak ada sekresi, tidak ada

gangguan pendengaran, tidak ada tanda infeksi.

8) Leher : tidak ada nyeri pada pergerakan,

pembengkakan kelenjar tiroid, pembesraan kelenjar

limfe

9) Dada : simetris, tidaka ada retraksi otot

intercostal, batuk. Suara nafas vesikuler, tidaka ada

wheezing, ronchi, stridor. Irama jantung teratur, tidak

ditemukann murmur/bising jantung, gallop, tidak ada

bunyi jantung tambahan lainnya.


36

10) Axilla : tidak ada nyeri, pembesaran kelenjar

limfe.

11) Payudara : teraba tegang, tidak ditemukan nyeri tekan,

massa abnormal.

12) Abdomen : tidak ada kembung, bekas operasi mungkin

ditemukan atau tidak, massa abnormal, nyeri tekan,

pembesaran lien, pembesaran hepar.

13) Kulit : turgor/elastisitas kulit baik

14) Punggung : tidak ada nyeri pergerakan, skolisosis,

lordosis, kifosis, nyeri costo vertebral.

15) Vesika urin : mungkin penuh/kosong, tidak ada

nyeri tekan

16) Genetalia : tidak ada lecet/memar, edema vulva, abses

kelenjar bartolin dan skene, varises mungkin ditemukan

atau tidak ditemukan, tidak ada pengeluaran pervaginam.

17) Anus : hemoroid mungkin ada atau tidak,

kehamilan menyebabkan vasodilatasi karena efek

hormonal sehingga mungkin saja ditemukan hemoroid

pada wanita yang semula tidak hemoroid.

18) Ekstremitas : atas : simetris, berfungsi normal,

tidak ada bekas tusukan jarum, tidak ada edema sianosis

bawah kuku, capillary refil < 2 detik.


37

: bawah : simetris, berfungsi normal,

tidak ada edema sianosis, capillary

refil < 2 detik. Normalnya bervariasi

dari 1+/1+ hingga 2+/2+.

(Widatiningsih, 2017;h 181-182)

c. Status Obstetri

1) Inspeksi

a) Muka

Adakah cloasma gravidarum, keadaan selapu mata

pucat atau merah, adakah odema pada muka, bagaimana

keadaan lidah, gigi.

b) Dada

Kaji Bentuk buah dada, pigmentasi puting, dan

gelanggang susu, keadaan puting susu, adakah

colostrum.

c) Perut

Kaji apakah perut membesar ke depan atau ke

samping ( pada ascites misalnya membesar ke samping),

keadaan pusat, pigmentasi di linea alaba, nampakkan

gerakan anak atau striae gravidarum atau bekas luka.

d) Vulva

Kaji keadaan periium, carilah varices, tanda

Chadwick, condylomata, flour


38

(Marmi, 2017)

2) Palpasi Leopold

a) Leopold I

Untuk menentukkan TFU dengan jari dimana

tingginya sesuai dengan usia kehamilan. Deskripsikan

bagian yang ada di fundus bila usia gestasi >28 minggu.

Kepala dideskripsikan sebagai teraba 1 bagian besar,

bulat, keras, melenting. Bokong dideskripsikan sebagai

teraba 1 bagian besar, lunak, kurang bulat

(Widatiningsih, 2017;h 183)

Tabel 2.1 TFU Ibu Hamil

Umur Kehamilah TFU menggunakan jari

28 minggu 1/3 diatas pusat


32 minggu ½ pusat-prosesus xifoideus
36 minggu Setinggi prosesus xifoideus
38 minggu 4 cm dibawah prosesus
xifoideus

(Khairoh, 2019;h 3)

b) Leopold II

Untuk menentukkan bagian apa yang ada di sisi

kanan dan sisi kiri ibu. Punggung dideskripsikan sebagai

teraba bagian besar yang rata, memanjang dan terasa ada

tahanan. Sedangkan ekstremitas dideskripsikan sebagai


39

teraba bagian kecil-kecil yang menonjol (Widatiningsih,

2017;h 183)

c) Leopold III

Untuk menentukkan prensentasi janin dan apakah

bagian tersebut sudah masuk panggul ibu atau belum.

(Khairoh, 2019;h 38)

d) Leopold IV

ilakukan bila leopold III ditemukan bagian terbawah

sudah masuk PAP dan usia gestasi >36 minggu.

Tentukan tingkat penurunan kepala apakah konvergen

atau sejajar atau divergenn. Pada primigravida usia 37

minggu kepala harusnya sudah masuk panggul, pada

multigravida mungkin kepala baru masuk panggul saat

inpartu dikarenakan tonus otot abdomen yang sudah

mengendur tidak cukup bisa menekan kepala janin untuk

memasuki panggul (Widatiningsih, 2017;h 183)

e) TFU dalam cm (jika usia gestasi >22 minggu )

TFU akan sesuai dengan usia kehamilannya dalam

minggu denggan rentang selisih +/- 2 cm. Misalnya usia

kehamilan 24 minggu TFU nya bisa saja 22 atau 23 cm

atau 25 atau 26 cm masih dikatakan sesuai

(Widatiningsih, 2017;h 183)

f) Taksiran Berat Janin


40

Menaksir berat janin diperlukan untuk melihat

kesejahteraan janin di dalam uterus serta bisa menjadi

salah satu deteksi dini bila bayi mengalami makrosomi

untuk dilakukan rencana tindakan yang sesuai.

Menghitung taksiran berat janin menggunakan teori

Johnson-Tausack :

(TFU-13)x155 jika bagian terbawah janin belum

masuk PAP sama sekali.

(TFU-11)x155 jika bagian bawah janin sudah masuk

PAP

(Khairoh, 2019;h 16)

Taksiran berat janin hanya berlaku untuk janin

presentasi kepala. Taksiran Berat Janin mulai bisa

dihitung sejak usia kehamilan 24 minggu

(Widatiningsih, 2017;h 184)

3) Auskultasi

Dilakukan dengan stetoskop. Biasanya dipergunakan

stetoskop monoaural tetapi dapat juga dipergunakan

stetoskop kepala atau dengan Doptone.

Denyut jantung janin umumnya sudah jelas terdengar

dengan Doppler mulai usia 16 minggu. Festoskop dapat

digunakan pada usia 20 minggu ke atas. Nilai normal DJJ

antara 120-160 denyuut per menit, teratur, dengan punctum


41

maksimum 1 terletak sesuai dengan letak punggung janin

(Widatiningsih, 2017;h 184)

Rerata nilai pengukuran DJJ posisi berbaring (terlentang)

adalah 138,81 x/menit, rerata pengukuran DJJ posisi duduk

adalah 143,41 x/menit, dan rerata pengukuran DJJ posisi

berdiri 145,58 x/menit. Posisi yang baik untuk mengukur

DJJ adalah berbaring (Minarti & Risnawati, 2020)

Ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi denyut

jantung janin pada ibu hamil primigravida dengan ibu hamil

multigravida dan pada kehamilan di trimester 2 dan trimester

3, Sehigga tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan

asuhan yang sesuai, khususnya ibu hamil yang memiliki

fakor resiko dalam hal ini grandemultipara dan asuhan yang

lebih intensif pada trimester 3, terkait kecemasan ibu

mejelang proses persalinan. Pemantauan kesejahteraan janin

secara berkelanjutan diperlukan untuk medeteksi

kemungkinan ketidaknormalan atau komplikasi kehamilan

(Chabibah & Laela, 2017)

d. Pemeriksaan Laboratorium

1) Kadar hemoglobin
Pada kunjungan pertama dan pada usia kehamilan di atas 28
minggu. Nilai normalnya dalam kehamilan adalah 11 g / dL.
2) Pemeriksaan Urin
42

Pemeriksaan urin untuk mengetahui protein dan glukosa

dalam urin, yang dapat dilakukan dengan mengambil sampel

urin. Tes protein urin untuk indikasi diagnosis preeklampsia

dan tes glukosa urin untuk deteksi faktor risiko kehamilan

(Widatiningsih, 2017;h 184)

3) Pemeriksaan Darah

Tes golongan darah (ABO dan Rhesus) diperlukan

jika ibu belum pernah melakukan tes golongan darah. Ibu

hamil Rh negatif memerlukan perawatan khusus untuk

mencegah Rhesus-isimunization membahayakan janin

(Widatiningsih, 2017;h 185)

C. ANALISA

Data yang telah dkumpulkan pada tahap pengkajian kemudian

dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan

masalah ibu (Widatiningsih, 2017;h 185-186)

1. Diagnosa Kebidanan

Ibu umur 20-35 tahun, G ≤ 4, P ≤ 3, UK 36-40 minggu, janin

tunggal, hidup, intrauterin, puka/puki, letak kepala fisiologis.

2. Diagnosa Masalah

Ketidaktauan ibu mengenai ketidaknyamanan TM III yaitu

nyeri punggung, konstipasi, edema, hemoroid, insomnia, kram,

sering kencing, dan varises.

3. Diagnose Potensial
43

Tidak ada

4. Kebutuhan segera, konsultasi, kolaborasi, dan rujukan

Tidak diperlukan

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan pemeriksaan fisik ibu untuk mengetahui kondisi ibu dan

memberikan informasi hasil pemeriksaan yang dilakukan selama ANC

, termasuk masalah apa saja yang ditemukan. (Widatiningsih, 2017;h

191)

2. Menjelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan Trimester III yaitu

nyeri punggung, konstipasi, edema, hemoroid, insomnia, kram, sering

kencing, dan varises.

a. Edema

Penyebab :

Duduk atau berbaring dalam waktu yang lama karena embesaran

uterus mengakibatkan tekanan ada vena elvik, tekanan ada vena

cava inferior, dan kongesti sirkulasi ada ekstremitas bawah

Penatalaksanaan:

Hindari berpakaian ketat, mengkonsumsi makanan yang

berkadar garam tinggi, hindari duduk atau berdiri dalam jangka

waktu lama, makan makanan tinggi protein

b. Sering Buang Air Kecil

Penyebab :
44

Uterus membesar sehingga menekan kandung kemih, ekskresi

sodium yang meningkat, perubahan fisiologis ginjal sehingga

produksi urin meningkat

Penatalaksanaan :

Mengosongkan kandung kemih ketika ada dorongan.

Memperbanyak minum pada siang hari. Jangan kurangi minum

pada siang hari, jangan kurangi minum di malam hari kecuali

mengganggu tidur dan mengalami kelelahan.Mrnghindari

minum kopi atau teh sebagai diuresis. Berbaring miring kiri saat

tidur untuk meningkatkan diuresis

c. Gatal dan kaku ada jari

Penyebab :

Kemungkinan penyebabnya adalah hypersensitive terhadap

antigen lasenta

Penatalaksanaan :

Kompres dingin atau mandi berendam, tulang belakang tetap

diusahakan dalam posisi tegak, sering berbaring apabila lelah

d. Hemoroid

Penyebab :

Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu

semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.

Progesteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus

besar. Selain itu karena meningkatnya rogesteron yang


45

menyebabkan peristaltic usus lambat dan juga oleh vagina

hemoroid tertekan karena pembesaran uterus.

Penatalaksanaan :

Hindari hal yang menyebabkan konstiasi, hindari mengejan saat

defikasi, buat kebiasaan defikasi yang baik, jangan duduk terlalu

lama di toilet, lakukan senam kegel secara teratur.

e. Insomnia

Penyebab :

Dapat disebabkan karena perubahan fisik seerti pembesaran

uterus ibu dan menjadi sering BAK. Bisa juga disebabkan karena

perubahan sikologis misalnya perasaan takut, gelisah atau

khawatir karena menghadapi kelahiran.

Penatalaksanaan :

Mandi air hangat, minum air hangat (susu, teh tanpa kafein

dicampur susu) sebelum tidur. Lakukan aktivitas yang tidak

menimbulkan stimulus sebelum tidur.

f. Konstipasi

Penyebab :

Terjadi karena gerakan peristaltic usus lambat, motilitas usus

besar lambat sehingga menyebabkan penyerapan air ada usus

meningkat.

Penatalaksanaan :
46

Olahraga secara teratur, meningkatkan asupan cairan minimal 8

gelas sehari, makan sayur segar

g. Kram

Penyebab :

Kadar kalsium dalam darah rendah, terjadi embesaran ada uterus

sehingga menekan embuluh darah ada elvik, keletihan, sirkulasi

darah ke tungkai bagian bawah kurang.

Penatalaksanaan :

Enuhi asupan kalsium yang cukup, olahraga secara teratur, jaga

kaki selalu dalam keadaan hangat, mandi air hangat sebelum

tidur, meluruskan kaki dan lutut, duduk dengan meluruskan kaki

h. Varises

Penyebab :

Varises pada wanita hamil sering dijumpai pada trimester

terakhir dan biasanya terdapat pada genetalia eksterna, kaki dan

betis. Varise juga terjadi pada orang yang mengalami gangguan

dalam pembuluh darah.

Penatalaksanaan :

Hindari menyilangkan kaki,hindari periode berdiri terlalu lama

(Sukini Tuti, 2023;h 41-55)

3. Mendiskusikan kembali tanda bahaya kehamilan Trimester III dan apa

yang dapat dilakukan ibu


47

a. Perdarahan pervaginam, yaitu perdarahan berwarna merah tua

yang disertai rasa nyeri, dan memiliki penyebab misal trauma.

Dapat juga berwarna merah segar tanpa rasa nyeri biasanya

karena plasenta previa.

b. Sakit kepala yang hebat yaitu sakit kepala yang menetap dan

tidak hilang dengan istirahat terkadang disertai dengan

pandangan yang kabur

c. Bengkak pada muka dan tangan, yang dapat menjadi masalah

serius jika muncul pada muka dan tangan dan tidak hilang

dengan istirahat serta disertai dengan gejala fisik lainnya

d. Nyeri abdomen hebat, yang menunjukkan masalah yang

mengancam jiwa adalah nyeri abdomen hebat yang terus-

menerus dan tidak hilang dengan istirahat.

e. Gerakan bayi yang berkurang, bayi harus bergerak minimal 3

kali dalam 3 jam. Gerakan bayi akan lebih jelas terasa jika ibu

sedang berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dengan

baik.

(Widatiningsih, 2017;h 151-153)

Jika ibu mengalami tanda-tanda berbahaya tersebut, sebaiknya ibu

segera memeriksakan diri ke tenaga medis untuk segera ditangani.

4. Membicarakan kembali tentang perencanaan atau persiapan kelahiran

dan kesiapan jika terjadi komplikasi. Tanda-tanda persalinan menurut

(Marmi, 2016;h 9)
48

a. Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi uterus yang teraba yang menyebabkan

nyeri perut dan dapat menyebabkan dilatasi serviks

b. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya

lendir dari kanalis servikalis. sedangkan darah berasal dari

robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka

c. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya

Beberapa wanita hamil mengeluarkan cairan ketuban karena

pecah ketuban. jika air ketuban sudah pecah maka ditargetkan

persalina dapat berlangsung dalam 24 jam

d. Dilatasi dan efficement

Dilatasi adalah pembukaan saluran serviks secara bertahap

akibat pengaruh his. Efficement adalah perataan atau

memperpendek saluran serviks yang semula sepanjang 1-2 cm,

yang menghilang sepenuhnya hanya menyisakan osium setipis

kertas.

5. Memberi Tablet Fe dan mengingatkan ibu untuk meminumnya. Fe

dibutuhkan untuk pembentukan Hb terutama saat hemodilusi,

pemasukan harus adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.

Wanita hamil memerlukan 60 mg perhari. Penambahan mulai awal

kehamilan, karena pemberian yang hanya pada trimester III tidak dapat

mengejar kebutuhan ibu ataupun janin. Tablet zat besi sebaiknya tidak
49

diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan,

sebaiknya dianjurkan ibu mengkonsumsi tablet zat besi bersama air

putih atau sari buah jeruk.

6. Menganjurkan ibu untuk kontrol rutin atau jika ada tanda bahaya

kehamilan segera ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan

kehamilannya.

7. Mendokumentasikan data serta hasil pemeriksaan ibu hamil pada buku

KIA dan buku register ibu hamil.

II. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis

A. Kala I

1. Data Subyektif

a. Keluhan Utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alas an pasien

datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada kasus persalinan,

informasi yang harus didapat dari pasien adalah kapan mulai terasa

ada kencang-kencang di perut, bagaimana intensitas dan

frekuensinya, apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang

berbeda dari air kemih, apakah sudah ada pengeluaran lender yang

disertai darah, serta pergerakan janin untuk memastikan

kesejahteraannya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;h 221)

b. Tanda-tanda Persalinan

1) His / Kontraksi
50

Frekuensi kontraksi seberapa sering kontraksi terjadi dalam 10-

15 menit. Jika kontraksi terjadi sekitar 2-3 menit sekali

merupakan tanda persalinan (Ririn, 2021;h 9)

2) Lokasi Ketidaknyamanan

Nyeri yang dirasakan dari punggung menjalar ke perut

depan, dan pinggang terasa sakit. (Kurniarum, 2016;h 6-7)

3) Pengeluaran Pervaginam

Lendir keluar dari saluran serviks dan ada sedikit darah

karena pendataran dan pembukaan. Perdarahan ringan ini

disebabkan oleh terlepasnya selaput janin di bagian bawah rahim

sehingga menyebabkan beberapa pembuluh darah kapiler pecah.

(Kurniarum, 2016;h 7)

c. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1) Pola Nutrisi

Cairan dan makanan ringan yang cukup selama persalinan

berlangsung akan memberikan energi ekstra dan mencegah

dehidrasi, maka dari itu ibu harus tetap mendapatkan cairan dan

makanan ringan. (Marmi, 2016;h 67-68)

2) Pola Eliminasi

Pola eliminasi yang perlu dikaji adalah saat ibu terakhir

buang air kecil dan besar. Kandung kemih yang penuh dapat

menghambat bagian bawah janin turun, jika ibu tidak buang air

besar kemungkinan besar akan keluar saat persalinan dan dapat


51

mengganggu jika keluar bersaman dengan kepala. (Marmi,

2016;h 126-127)

3) Pola Istirahat

Klien sangat membutuhkan istirahat untuk mempersiapkan

persalinan, lebih penting lagi jika persalinan lama pada kala I.

Data yang harus dikaji antara lain kapan tidur terakhir, berapa

lamadan kegiatan sehari-hari (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013;h 224)

4) Personal Hygiene

Kebersihan tubuh selalu terjaga kebersihannya untuk

menciptakan kenyamanan bagi pasien saat proses persalinan.

Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan terkait personal

hygiene pasien yaitu kapan terakhir kali mencuci rambut,

menggosok gigi, dan kapan terakhir kali mengganti pakaian dan

pakaian dalam. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;h 224)

5) Pola Aktivitas Fisik

Hal ini perlu dikaji apakah pasien melakukan aktivitas yang

terlalu berat dikhawatirkan pasien kelelahan sampai akhirnya

dapat menyebabkan komplikasi ataupun menimbulkan penyulit

pada masa bersalin. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;h 224)

d. Data Psikososial dan Spiritual


52

Digunakan untuk mempelajari bagaimana keadaan mental dan

keyakinan ibu digunakan untuk melewati masa nifas ini dan

respon keluarga

1) Riwayat perkawinan : hal tersebut dikaji untuk

mengetahui pada usia berapa ibu menikah,sah atau tidak,

berapa lama usia pernikahan

2) Kehamilan yang diharapkan : Dikaji untuk mengetahui

apakah kehamilan ibu diharapkan atau tidak oleh ibu,

suami dan keluarga, dan bagaimana espon keluarga

terhadap kehamilan ibu

3) Mekanisme coping : Dikaji untuk mengetahui cara

menyelesaikan masalah dalam keluarga

4) Tinggal serumah : Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal

serumah dengan siapa, apakah dengan suami saja atau

dengan orangtu

5) Pengambil keputusan : Dikaji untuk mengetahui siapa

pengambil keputusan utama dalam keluarga saat terjadi

masalah dalam keluarga.

6) Oang terdekat : Dikaji untuk mengetahui siapa orang

terdekat ibu.

7) Adat istiadat : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dan

keluarga masih menggunakan budaya setempat dalam

menjalani masa nifas.


53

8) Penghasilan per bulan : Dikaji untuk mengetahui berapa

penghasilan ibu/suami per bulan, cukup atau tidak untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya.

e. Respon keluarga terhadap persalinan

Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan langsung

kepada pasien dan keluarga. Ekspresi wajah yang mereka tampilkan

juga dapat memberikan petunjuk kepada kita tentang bagaimana

respon mereka terhadap kelahiran ini. Pada beberapa kasus sering

kita jumpai tidak adanya respon yang positif dari keluarga dan

lingkungan pasien karena adanya permasalahan yang mungkin tidak

mereka ceritakan kepada kita, jika hal itu terjadi bidan sedapat

mungkin dapat berperan dalam mencari beberapa alternatif solusi

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;h 224)

f. Pengetahuan pasien tentang proses persalinan

Data ini dapat kita peroleh dari beberapa pertanyaan yang

kita ajukan kepada pasien mengenai apa yang ia ketahui tentang

proses persalinan. Pengalaman atau riwayat persalinannya yang lalu

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyimpulkan

sejauh mana pasien mengetahui tentang persalinan, karena terdapat

perbedaan dalam memberikan asuhan antara pasien yang sudah tau

atau punya pengalaman tentang persalinan dengan yang sama sekali

belum tahu tentang persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;h

225)
54

2. Data Obyektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum

Keadaan umum dianggap normal jika pasien merespon

lingkungan dan orang lain dengan baik dan mampu berjalan.

Dianggap lemah jika pasien memiliki sedikit atau tidak ada

respon dan tidak dapat berjalan sendiri (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013;h 226)

2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran kesadaran pasien, lakukan

pengkajian kesadaran pasien dalam keadaan composmentis

sampai pasien tidak sadarkan diri atau koma

3) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus

dengan kenaikan

sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg dan kenaikan diastolic rata

– rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah

kembali normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit,

takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.

(Herry Rosyati, 201;h 127)

b) Nadi
55

Denyut jantung antara kontraksi sedikit lebih tinggi

daripada selama kehamilan. Artinya sedikit peningkatan

detak jantung dianggap normal dan mencerminkan

peningkatan metabolisme selama persalinan (Marmi, 2016;h

103)

c) Suhu

Suhu tubuh ibu harus dijaga dalam kondisi normal yaitu.

H. 36,5-37,5 C saat lahir. Jika demam terjadi, itu mungkin

merupakan tanda infeksi, ketosis, dehidrasi, atau mungkin

terkait dengan analgesia epidural. (Diana dkk, 2019;h 15)

d) Pernafasan

Pernapasan sedikit meningkat sebelum persalinan, bisa

disebabkan oleh rasa sakit atau nyeri, kecemasan dan

penggunaan teknik pernapasan yang tidak tepat. (Oktarina,

2016;h 41)

4) Status Present

a) Inspeksi

(1) Muka

Dikaji untuk mengetahui apakah wajah ada oedema

atau tidak, sianosis atau tidak

(2) Mata

Konjungtiva normalnya berwarna merah muda dan

sklera berwarna putih


56

(3) Hidung

Dikaji untuk mengetahui hidung ibu bersih atau tidak,

ada polip dan sekretnya atau tidak

(4) Mulut dan Gigi

Dikaji untuk mengetahui kebersihan mulut dan gigi,

adakah karies atau tidak

(Oktarina, 2016;h 41)

(5) Abdomen

Adakah luka bekas SC atau tidak (Marmi, 2016;h 131)

(6) Mamae

Kaji apakah payudara simetris atau tidak, puting

bersih dan menonjol atau tidak, ada hiperpigmentasi

areolar atau tidak, keluar cairan kolostrum atau tidak. Ibu

dengan puting menonjol dan kolostrum memiliki

peluang lebih besar untuk berhasil IMD dan menyusui

secara eksklusif. (Marmi, 2016;h 130)

(7) Vulva

Dikaji apakah bersih atau tidak, bengkak atau tidak,

bertepung atau tidak, pembesaran kelenjar Skene dan

Bartholin atau tidak, kondiloma lata atau tidak,

kondiloma akut atau tidak, eritema atau kemerahan atau

tidak (Marmi, 2016;h 131)

(8) Genetalia
57

Dikaji untuk mengetahui bersih atau tidak, ada

pembesaran kelenjar skene dan kelenjar bartholini atau

tidak (Marmi, 2016;h 131)

(9) Anus

Dikaji untuk mengetahui adakah benjolan atau tidak

dan keluar darah atau tidak (Marmi, 2016;h 131)

b) Palpasi

(1) Leopold I

Dikaji untuk menentukan bagian janin yang terdapat di

daerah fundus uteri.

Fundus uteri berisi bokong bagian yang kurang

melenting, lunak.(JNPK-KR, 2016;h 40)

(2) Leopold II

Dikaji untuk menetukan bagian tubuh bayi yang

berada di lateral kanan dan kiri korpus uteri (JNPK-KR,

2016;h 40)

(3) Leopold III

Untuk menyimpulkan bagian janin yang berada di

bawah rahim (JNPK-KR, 2016;h 40)

(4) Leopold IV

Untuk mengetahui apakah bagian terdepan janin

sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau belum

(JNPK-KR, 2016;h 40)


58

Menentukan penilaian penurunan kepala janin

dilakukan dengan menghitung proporsi bagian

terbawah janin yang masih berada diatas tepi atas

sympisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan (per

limaan)

Tabel 3.1 Perlimaan

Pemeriksaan Keterangan
Luar
5/5 Teraba diatas simfisis pubis di
bagian terbawah janin seluruhnya
4/5 1/5 bagian terbawah janin sudah
memasuki pintu atas panggul
3/5 2/5 bagian terbawah janin sudah
memasuki rongga panggul
2/5 sebagian terbawah janin berada
diatas simfisis dan 3/5 bagian
sudah turun melewati bidang
tengah rongga panggul (sudah
tidak dapat digerakan)
1/5 1 dari 5 jari dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada diatas
simfisis dan 4/5 bagian sudah
masuk kedalam rongga panggul
0/5 Bagian terbawah janin sudah tida
dapat diraba dan seluruhnya sudah
masuk ke dalam rongga panggul.
(Jenny J. S. Sondakh, 2013;h 109)

(5) Mamae

Kaji apakah payudara simetris atau tidak, puting

bersih dan menonjol atau tidak, ada hiperpigmentasi

areolar atau tidak, keluar cairan kolostrum atau tidak. Ibu

dengan puting menonjol dan kolostrum memiliki


59

peluang lebih besar untuk berhasil IMD dan menyusui

secara eksklusif. (Marmi, 2016;h 130)

(6) Leher

Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembengkakan

vena jugularis atau tidak (Marmi, 2016;h 131)

(7) Vulva

Dikaji apakah bersih atau tidak, bengkak atau tidak,

bertepung atau tidak, pembesaran kelenjar Skene dan

Bartholin atau tidak, kondiloma lata atau tidak,

kondiloma akut atau tidak, eritema atau kemerahan atau

tidak (Marmi, 2016;h 131)

(8) Auskultasi

Dibawah pusat ibu baik bagian kiri atau kanan

terdengar denyut jantung yang normalnya 120-160 kali

per menit. (Oktarina, 2016;h 50)

(9) Perkusi

Pada kaki kanan maupun kiri terdengar gerakan

refleks (Marmi, 2016;h 132)

c) Pemeriksaan dalam

Vaginal toucher atau pemeriksaan dalam dilakukan

setelah selaput ketuban pecah dan setiap 4 jam selama kala 1

persalinan , catat pada jam berapa diperiksa, oleh siapa dan

sudah pembukaan berapa dengan itu dapat diketahui juga


60

effeccement, keadaan ketuban,presentasi konsistensi,

keadaan ketuban,presentasi, denominator dan hodge

(Marmi, 2016;h 133)

(1) Atas Indikasi

Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi jika

ketuban sudah pecah sedangkan bagian depan masih

tinggi, jika sudah mengharapkan pembukaan lengkap,

untuk menyelesaikan persalinan. (Marmi, 2016;h 133)

(2) Hasil

(a) Vulva/vagina

Evaluasi jaringan parut vagina menunjukkan

bahwa apakah pernah mengalami robekan perineum

atau episiotomi sebelumnya. Hal ini diperlukan

untuk mengetahui tindakan pada saat kelahiran bayi

(JNPK-KR, 2016;h 44)

(b) Point Of Direction (POD)

Untuk memastikan bagian terbawah janin, apakah

sebelah kir, kanan, depan atau belakang terhadap

sumbu ibu (materal-pelvis). Misalnya pada letak

belakang kepala. (Marmi, 2016;h 32)

(c) Air ketuban

Penilaian warna cairan ketuban terbagi menjadi lima

yaitu :
61

a. U : ketuban belum pecah / utuh

b. J : ketuban sudah pecah dan air jernih

c. M : ketuban sudah pecah dan air bercampur

dengan meconium

d. D : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur dengan darah

e. K : ketuban sudah pecah dan sudah kering

(JNPK-KR, 2016;h 55)

(d) Molase (penyusupan kepala janin)

Molase merupakan petunjuk penting seberapa jauh

kepala bayi dapat beradaptasi dengan bagian panggul

ibu yang keras. Tulang kepala yang saling tumpeng

tindih akan menyebabkan disproporsi tulang

panggul. Penilaian penyusupan kepala janin :

0: tulang kepala janin terpisah sehingga sutura

dapat dipalspasi dengan mudah

1: tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan

2: tulang-tulang kepala janin saling tumpeng

tindih tetapi masih dapat dipisahkan

3: tulang-tulang kepala janin tumbang tindih

dan sudah tidak dapat dipisahkan

(Marmi, 2016;h 145)

(e) Penurunan bagia terendah


62

Merupakan bidang semu yang digunakan sebagai

pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan,

yaitu. seberapa jauh penurunan kepala dengan

pemeriksaan dalamn.

Penurunan bagian terendah janin dapat dinilai

dengan pemeriksaan dalam berdasarkan bidang

Hodge/bidang khayal.Pembagian bidang hodge

sebagai berikut :

Hodge I : promontorium pinggir atas simfisis

Hodge II : hodge I sejajar pinggir bawah simfisis

Hodge III hodge I sejajar ischiadika

Hodge IV : hodge I sejajar ujung coccygeus

(Herry Rosyati, 2017;h 11)

(f) Sarung Tangan Lendir Darah (STLD)

Sulistyawati dan Nugraheny (2013;h 66) menyatakan

pengeluaran lendir darah menandakan telah

dimulainya proses persalinan.

3. Analisa

a) Diagnose kebidanan

Ny.X usia 20-35 tahun G≤4 P≤3 A0, usia kehamilan 36-40 minggu,

janin tunggal, hidup, intrauterin, puka (punggung kanan) / puki

(punggung kiri), presentasi kepala, dalam persalinan kala I fase laten

/ aktif (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;h 228-229)


63

b) Masalh

Masalah yang muncul saat persalinan adalah kekhawatiran ibu

terhadap ketidaknyamanan yang terjadi saat persalinan.

c) Diagnose potensial

Diagnosa potensial digunakan untuk menegakkan potensi

yang mungkin terjadi berdasarkan diagnosa dan masalah yang

telah diuraikan (Widatiningsih, 2017;h 186)

d) Kebutuhan tindakan segera

Tidak diperlukan

4. Penatalaksanaan

Asuhan persalinan Kala I menurut (JNPK-KR, 2016) adalah sebagai

berikut :

a) Persiapkan ruangan, peralatan, perlengkapan dan obat-obatan yang

diperlukan dan peralatan penjahitan luka dan peralatan resusitasi

neonates. Ketidakmampuan untuk menyediakan semua

perlengkapan dan obat-obatan yang dibutuhkan saat persalinan

dapat meningkatkan risiko komplikasi baik bagi ibu maupun bayi

baru lahir, sehingga kondisi ini dapat mengancam jiwa.

b) Menghadirkan orang yang dikehendaki ibu untuk mendampingi Ibu

selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.

c) Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan minum yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi


64

d) Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan.

Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu

menurunkan kepala bayi dan mempersingkat waktu persalinan.

Selain itu, ibu disarankan untuk tidak berbaring telentang lebih dari

10 menit, karena dapat menyebabkan kompresi vena cava inferior

dan hipoksia janin.

e) Menganjurkan ibu untuk selalu mengosongkan kandung kemih

selama proses persalinan, karena kandung kemih yang penuh dapat

menyebabkan penurunan kepala bayi terhalangi.

f) Melaksanakan tekhnik pencegahan infeksi yang baik dan tepat.

Karena mematuhi teknik pencegahan infeksi melindungi penolong

dan melindungi ibu dari infeksi.

g) Melakukan pemantauan keadaan ibu

Tabel 4.1 pemantauan keadaan ibu

Parameter Frekuensi pada Frekuensi pada


Kala I laten Kala I aktif
Tekanan Darah Tiap 4 Jam Tiap 4 Jam
Suhu Tiap 4 Jam Tiap 2 Jam
Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit
Denyut Jantung Janin Tiap 1 Jam Tiap 30 menit
Kontraksi Tiap 4 Jam Tiap 30 menit
Pembukaan Serviks Tiap 4 Jam Tiap 4 Jam
Penurunan Kepala Tiap 4 Jam Tiap 4 Jam
Warna Cairan Amnion Tiap 4 Jam Tiap 4 Jam
(Marmi, 2016;h 142)

B. Catatan Perkembangan Kala II

SOAP Keterangan
S 1. Data subyektif yang mendukung bahwa pasien
dalam persalinan kala II adalah pasien
65

mengatakan ingin mengejan dan bersamaan


dengan timbulnya kontraksi (JNPK-KR, 2016;h 73)
2. Data psikososial : ibu merasa bahiaga karena saat
yang ditunggu lama akhirnya terjadi juga namun
juga merasakan cemas dan takut jika terjadi bahaya
kepada dirinya saat persalinan (Diana dkk, 2019;h
40)
O 1. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh pasien
menunjukkan keadaan fisik dan psikologis pasien
selama kal II persalinan.
2. Perineum menonjol, Vulva vagina dan sphincter
membuka
3. His Lebih cepat dan lebih kuat yaitu selama 2-3
menit sekali
4. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa
pembukaan sudah lengkap
Kurniarum, (2016;h 12)
A 1. Diagnose Kebidanan
Ny.X usia 20-35 tahun G≤4 P≤3 A0, usia
kehamilan 36-40 minggu, janin hidup, tungal
intrauterin, puka (punggung kanan) / puki
(punggung kiri), presentasi kepala, dalam
persalinan kala 2 fisiologis. (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013;h 234)
2. Masalah
Masalah yang bisa muncul di kala II adalah rasa
takut tidak bisa meneran.
3. Diagnosa Potensial
Digunakan untuk memeriksa kemungkinan yang
mungkin terjadi berdasarkan diagnosis dan masalah
yang dijabarkan.(Widatiningsih, 2017;h 186)
P 1. Mengenali tanda gejala Persalinan Kala II yaitu ibu
sudah mempunyai keinginan untuk meneran, ibu
merasakan tekanan yang meningkat pada rectum
atau vaginanya, perenium menipis dan menonjol,
vulva-vagina membuka, pengeluaran lender darah
semakin banyak. (Marmi, 2016;h 196-198)
Hasil : terdapat tanda gejala kala II pada ibu
2. Mempersiapkan untuk pertolongan persalinan
Mempersiapkan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial yang terdiri dari :
a. Partus set : gunting tali pusat, 2 klem kocher,
kateter nelaton, gunting episiotomy, tali pusat, ½
kocher, kassa atau kain kecil steril, sarung
tangan DTT 2 pasang, spuit 2 ½ atau 3 cm
dengan jarum IM sekali pakai, 4 kain bersih, 3
handuk atau kain untuk mengeringkan bayi dan
penghisal de lee.
b. Bahan-bahan : formulis rujukan,pena,
thermometer, partograph, dopler, KMS ibu
66

hamil, pita pengukur, stetoskop, jam yang


mempunyai jarum detik, tensimeter, sarung
tangan DTT 5 pasang, sarung tangan rumah
tangga 1 pasang, klorin, perlengkapan
perlindungan diri atau APD, sabun untuk
mencuci tangan, dtergen, sikat dan gunting
kuku, alas tempat tidur ibu berupa plastic, aliran
sumber air bersih, kantong plastic, wadah untuk
larutan klorin dan air DTT.
c. Persiapan Resusitasi : balon resusitasi dan
sungkuo no 0 san 1, lampu sorot 60 wat
d. Obat-obatan dan perlengkapan untuk
penanganan penyulit : oksitosin 1 ml 10 unit 8
ampul atau oksitosin 2 ml 10 unit 4 ampul,
lidokain 1% tanpa epinefrin 20 ml atau lidokain
2 % tanpa afpinefrin 10 ml dan air steril atau
cairan garam fisiologik (NS) 500 ml, selang
infus, 2 kanul IV no 16-18 G, ampul metal
ergometrin melat, 2 vial larutan magnesium
sulfat 40% (25 gr), 6 spuit streil 2 ½ - 3 cc
dengan jarum IM sekali pakai, 1 spuit steril 10
cc dengan jarum IM sekali pakai ukuran 22
panjang 4 cm atau lebih, 10 tablet
amoksilin/ampisilin 500 mg
e. Hecting set : 1 spuit streeil sekali pakain 10 ml
dengan jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm atau
lebih, pinset, pegangan jarum/nalpuder, jarum
jahit 2-3 jatum ukuran 9-11, benang kromik
ukuran 2.0 atau 3.0 sekali pemakaian, sarung
tangan DTT satu pasang, dan kain
bersih.(Marmi, 2016;h 159-160)
Persiapan perslainan pada primigravida dimulai
setelah pembukaan lengkap dan setelah ibu
mengejan beberapa lama sedangkan pada
multipara dimulai sebelum pembukaan lengkap
(Jenny J. S. Sondakh, 2013;h 120-121)
Hasil : sudah dipersiapkan
3. Lakukan pemeriksaan dalam secara berhati-
hati untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
atau belum (10 cm).
4. Jika pembukaan blum lengkap yakinkan ibu dan
bantu ibu mencari posisi yang nyaman atau berjalan
di sekitar ruang bersalin. Ajarkan pernapasan
selama kontraksi. Periksa kondisi ibu dan janin dan
catat setiap temuan pada patograf
5. Jika ibu merasa ingin mengejan tetapi pembukaan
belum lengkap, beri tahu ibu bahwa ini belum
waktunya mengejan dan ajari ibu untuk bernapas
dengan cepat selama sedang kontaksi.
67

6. Saat pembukaan lengkap dan ibu ingin mengejan,


bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman,
bimbing ibu untuk mengejan secara efektif dan
benar, serta ikuti dorongan alami yang muncul.
Ajari keluarga ibu untuk mendukung. Catat hasi
pemantauan berikut pada patograf. Berikan banyak
cairan dan pantau detak jantung setiap 5-10 menit.
Pastikan ibu dapat beristirahat di antara kontraksi.
7. Bantu ibu mendapatkan posisi yang paling nyaman.
Ibu dapat mengubah posisi secara berkala selama
kala dua, karena hal ini mendorong kemajuan
persalinan, mencari posisi melahirkan yang paling
efektif, dan mempertahankan aliran darah yang baik
ke rahim dan plasenta. Ibu dapat memilih posisi
apapun kecuali terlentang karena berat uterus dan
isinya menekan vena cava inferior ibu dan juga
mengganggu kemajuan persalinan dan mempersulit
ibu untuk memompa secara efektif. Posisi duduk
atau setengah duduk dapat memberikan
kenyamanan bagi ibu dan memudahkan ibu
beristirahat di antara kontraksi.
8. Pencegahan laserasi :
a. Laserasi spontan pada vagina atau perineum
dapat terjadi pada saat lahirnya kepala dan bahu
bayi. Kerjasama dengan pasien yang baik akan
sangat membantu saat kepala bayi berdiameter
5-6 cm tengah membuka vulva (crowning)
karena mengontrol kecepatan dan mengatur
diameter kepala saat melewati introitus dan
perineum, kemungkinan robekan dapat
dikurangi. Ajarkan ibu untuk mengejan dan
istirahat atau bernapas dengan cepat pada
waktunya.
b. Episiotomi dilakukan hanya jika terjadi indikasi.
Episiotomi dimaksudkan untuk mempercepat
kelahiran bayi ketika teridentifikasi gawat
janindan bayi harus segera dilahirkan melalui
pervaginam, penyulit kelahiran pervaginam
(sungsang, distosia bahu, ekstraksi curam
(forceps), atau ekstraksi vakum), jaringan parut
pada perineum atau vulva yang memperlambat
kemajuan pekerjaan
9. Melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka 5-6 cm (crowning),
letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat
1/3 nya di bawah pantan ibu dan siapkan
kain/handuk bersih untuk perut bagian bawah ibu
(untuk segera mengeringkan bayi setelah lahir),
lindungi perineum dengan satu tangan (ditutup kain
bersih dan kering), ibu jari pada salah sisi perineum,
68

4 jari di sisi yang lain, dan tangan lainnya di


belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala
bayi agar posisis kepala tetap fleksi pada saat
keluar secara perlahan-lahan melalui vulva dan
perineum. saat bayi lahir lakukan pengisapan
mucus/lendir pada mulut kemudian pada hidung
secara lembut
10. Periksa tali pusat pada leher
Saat kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti
mengejan dan bernapas dengan cepat. Periksa
apakah leher bayi terlilit oleh ali pusat. Jika ada
lilitan di sekitar leher bayi sudah cukup longgar,
lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala
bayi. Jika lilitan tali pusat sudah sangat erat maka
klem jepit tali pusat pada 2 empat dimana jarak
antara masing-masing klem adalah 3 cm, kemudian
potong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
11. Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi serta
memeriksa lilitan tali pusat, tunggu gingga
kontraksi berikutnya dan terjadinya putaran paksi
luar secara spontan. Letakkan tangan di sisi kiri dan
kanan kepala bayi, minta ibu mengejan sambil
penolong menekan kepala kearah bawah dan
lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati
simfisis. Setelah bahu depan lahir, gerakkan
kepala bayi ke atas dan lateral tbuuh bayi agar bahu
bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan
12. Melahirkan selruh tubuh bayi
a. Geser tangan bawah (posterior) ke perineum
dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada
tangan tersebut sat bahu posterior lahir
b. Menggunakan tangan yang sama untuk
menopang lahirnya siku dan lengan bawah
posterior saat melewati perineum.
c. Tangan bawah (posterior) menopang bagian
samping posterior tubuh bayi saat dilahirkan
d. pada sata yang sama, tangan atas (anterior)
meraba dan memegang bahu, siku, dan lengan
bawah anterior
e. Lanjutkan penelusuran dan pegang bagian
punggung, bokong, dan kaki
f. Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan
atas diantara kedua kaki bayi yang kemudian
dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari lainnya.
g. Letakkan bayi di atas kain yang disiapkan pada
perut bagian bawah ibu dan posisikan kepala
bayi sedikit lebih rnndah dari tubuhnya.
h. Segera keringkan dan berikan rangsangan
taktil pada tubuh bayi di atas perut ibu dengan
69

kain atau selimut . Pastikan bahwa kepala bayi


tertutup dengan baik
(JNPK-KR, 2016;h 82-92)

C. Catatan Perkembangan Kala III

SOAP Keterangan
S 1. Ibu mengatakan bahwa bayinya telah lahir
2. Ibu mengatakan bahwa plasenta/ari-arinya belum
keluar/lahir
3. Ibu mengatakan perut bagian bawahnya terasa
mulas
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;h 237)
O 1. Bayi lahir secara spontan pervaginam pada
tanggal...., jam...., jenis kelamin laki-
laki/perempuan, normal/ada kelainan, menagis
spontan kuat, warna kulit kemerahan
2. Plasenta belum keluar, janin kedua tidak teraba,
dan kontraksi uterus teraba
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;h 237)
A Ny.X usia 20-35 tahunP..A., usia kehamilan... minggu
dalam persalinan kala III fisiologis. (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013;h 238)

P Menurut JNPK-KR (2016;h 93-99) penatalaksaan pada


Kala III adalah sebagai berikut :
1. Memastikan tidak ada janin lain di perut ibu dan
memberitahu bahwa rasa mulas yang dirasakan
adalah wajar karena hal itu merupakan
mekanisme tubuh untuk membantu mendorong
plasenta keluar dan membantu mengembalikan
uterus ke keadaan semula dan untuk menghentikan
perdarahan
2. Dalam menit pertama setelah bayi lahir, suntikkan
oksitosin 10 IU. IM pada batas sepertiga bawah dan
tengah lateral paha (aspektus lateralis) dan
kembalikan spuit ke tempatnya
3. Lakukan penjepitan (2-3 menit setelah bayi
lahir) pada tali pusat 5-10 cm dari vulva atas
tulang pubis dan melakukan pemotongan tali pusat
4. Menempatkan bayi yang telah terbungkus kain
untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi
atau Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Bayi diletakkan
dengan posisi tengkurap di dada ibu dan
meluruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
dengan baik di dinding dada-perut ibu.
Mengusahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu.
70

5. Menunggu uterus berkontraksi dan setelah


berkontraksi menegangkan tali pusat ke arah
bawah sementara tangan yang lain mendorong
uterus ke arah dorsokranial secara hati-hati. Jika
uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu,
suami, atau anggota keluarga untuk merangsang
puting susu.
6. Setelah plasenta terlepas dari dinding rahim
(bentuk rahim menjadi bulat dan tali pusat
memanjang). Mendukung kelahiran plasenta
dengan meregangkan dan mengarahkan tali pusat
sejajar dengan lantai.
7. Lanjutkan mengeluarkan plasenta dengan kedua
tangan jika plasenta terlihat pada introitus vagina.
Pegang plasenta dengan hati-hati dan putar sampai
selaput ketubanterpilin dan dilahirkan
8. Periksa vagina dan serviks ibu dengan sarung
tangan DTT bila selaput ketuban robek dan sisa
selaput ketuban tertinggal
9. Melakukan massase fundus uteri dengan lembut
tapi mantap gerakan tangan arah memutarsearah
jarum jam pada fundus uteri selama 15 detik supaya
uterus berkontraksi
10. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina
dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan

D. Catatan Perkembangan Kala IV

SOAP Keterangan
S Sulistyawati dan Nugraheny(2013;h 239) menyatakan
bahwa pada kala IV ibu merasakan mulas dan Lelah tetapi
juga merasakan Bahagia karena kelahiran bayinya
O 1. Plasenta lahir spontan dan lengkap pada tanggal …
jam …
2. TFU berapa jari diata pusat
3. Kontraksi uterus baik atau tidak
(Sulistyawatiesti & Nugraheny, 2013)
A Ny.X umur 20-35 tahu P≤4 A0, dalam persalinan kala IV
fisiologis (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013;h 239)

P Asuhan kebidanan dan pemantauan yang dilakukan pada


kala IV adalah sebagai berikut :
1. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
ada perdarahan pervaginam dengan masase fundus
uteri searah jarum jam selama 15 detik. (Marmi,
2016; h 99, 289)
71

2. Biarkan bayi melakukan kontak kulit-ke-kulit atau


IMD dengan ibu setidaknya selama satu jam
3. Berikan suntikan Vitamin K pada bayi. Semua bayi
baru lahir wajib diberikan suntukan Vitamin K
untuk mecegah terjadinya resiko perdarahan
(Marmi, 2016;h 348-349)
4. Memberikan bayi salep mata yang bertujuan untuk
mencegah infeksi mata (klamidia atau oftalmia
neonatorum) (Marmi, 2016;h 350)
5. Lakukan pemeriksaan untuk melihat kemungkinan
cacat lahir seperti bibir sumbing, atresia anus dan
alat kelamin, serta tanda bahaya pada bayi.(Marmi,
2016;h 356-357)
6. Berikan suntikan imunisasi hepatitis b satu jam
setelah pemberian vitamin K untuk mencegah
hepatitis b terhadap bayi (Marmi, 2016;h 351)
7. Kembali memantau kontraksi dan pencegahan
perdarahan pervaginam setiap 2-3 kali dalam 15
menit pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
pada jam kedua pascapersalinan
8. Rendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.
9. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
tempat sampah infeksius
10. Membersihkan ibu dengan air DTT Membersihkan
sisa air ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
mengenakan pakaian bersih dan kering
11. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan
klorin 0,5%.
12. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, balikkan dan rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Dan cuci kedua
tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir
13. Melengkapi partograf, memeriksa tanda vital dan
asuhan kala IV Evaluasi kala IV selama 2 jam (
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit
pada 1 jam kedua). Tanda vital pasien dalam batas
normal (tekanan darah 110/80 mmHg sampai
140/90 mmHg, nadi 60-80 x/menit, suhu 36-
37,5°C, pernafasan 16-24 x/menit), bayi dalam
keadaan baik (fisik dan psikologis stabil, bayi
menangis kuat, kulit kemerahan, gerakan aktif),
perkiraan jumlah total perdarahan tidak lebih dari
500 cc, kontraksi uterus baik (tonus otot keras,
bentuk uterus globuler) (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013;h 241)

III. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Nifas


72

Nifas adalah masa pemulihan setelah sembilan bulan kehamilan dan

persalinan. Masa nifas ini berlangsung sekitar 6 minggu. Perubahan

fisiologis dan psikologis terjadi pada masa ini, yaitu: perubahan fisik,

involusi uterus dan dan pengeluaran lokhea, pengeluaran ASI, perubahan

sistem tubuh lain dan perubahan psikologis. Perawatan nifas harus

dilakukan secara menyeluruh, meskipun kesehatan ibu secara umum baik,

namun terkadang timbul masalah seperti yang diuraikan di bawah ini.

Beberapa hari setelah melahirkan, ibu mengalami masa pemulihan atau

masa nifas. Banyak yang bisa terjadi selama ini. Yang paling penting adalah

pelepasan darah nifas atau lokia karena pelepasan endometrium (Ester

Simanulang, 2018)

A. Asuhan Kebidanan Nifas 6 Jam - 2 Hari

1. Data Subyektif

1) Keluhan utama

Keluhan utama dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu

setelah melahirkan (Marmi, 2017;h 180) keluhan yang dirasakan

misalnya mules dan nyeri pada jalan lahir karena ada bekas jaitan

2) Riwayat Persalinan Sekarang

a) Jenis persalinan : hal ini dikaji untuk mengetahui jenis persalinan

yang dilakukan ibu, dengan cara SC atau spontan, pada ibu nifas

normal melakukan persalinan dengan cara spontan

b) Komplikasi dalam persalinan : untuk mengetahui selama proses

persalinan adakan komplikasi atau tidak


73

c) Placenta : untuk mengetahui dilahirkan secara spontan atau

manual, lahir lengkap atau tidak, ada sisa plasenta atau tidak

d) Tali pusat : normal atau tidak yang normalnya adalah 45-50 cm

e) Perineum : untuk mengetahui apakah ada robekan atau tidak

pada perineum.

f) Perdarahan : jumlah darah yang keluar pada kala I,II, III, dan IV

normalnya adalah jika tidak boleh lebih dari 500 cc

(Marmi, 2017;h 180)

3) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Kalori yang dibutuhkan ibu untuk memproduksi ASI

sebanyak 2700-2900 kalori. kalori-kalori tersebut bisa didapat

dari zat besi yang berguna untuk mencegah anemia, karbohidrat

sebagai sumber energi, protein guna membantu dalam

penyembuhan jaringan dan produksi ASI, lemak untuk

membantu perkembangan otak bayi dan retina mata, dan vitamin

untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

Table 5.1 Kebutuhan Gizi

No Kalori Sumber makanan Kebutuhan


1 Zat Besi Hati, sumsum tulang, telur 28 mg per
dan sayuran hijau tua hari
2 Karbohidrat Padi-padian (gandum dan 60-70 %
beras), serelia, umbi-
umbian(kentang,singkong,ubi
jalar), jagung, kacang-kacang
kering dan gula
3 Protein Daging sapi, ayam, ikan atau 10-20 %
makanan laut lainnya,
74

telur,susu, tempe, dan


kacang-kacangan
4 Lemak Minyak jagung dan ikan 20-30 %
5 Vitamin Vitamin A : hati, sayuran Vitamin A
hijau tua dan kuning : 850 mg
Vitamin C : buah-buahan atau per hari
sayuran berwarna hijau dan Vitamin C
kuning : 85 mg
per hari
(Handayani dan Pujiastuti, 2016;h 64)

b) Eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan segera setelah

persalinan, selambat-lambatnya 6 jam setelah melahirkan. Jika

dalam waktu 4 jam setelah melahirkan belum Buang Air Kecil,

lakukan ambulasi ke kamar kecil, jika terpaksa pasang kateter

(setelah 6 jam). (Handayani dan Pujiastuti, 2016;h 65)

c) Pola Aktivitas

Disarankan agar ibu memobilisasi 2 jam post partum setelah

persalinan normal. jika ibu melahirkan dengan anestesi miring

kanan dan kiri setelah 12 jam, lalu tidur setengah duduk, bangun

setelah 24 jam mobilisasi ibu memberikan efek positif, ibu

merasa lebih sehat dan kuat, fisiologi usus dan kandung kemih

lebih baik, ibu juga dapat untuk merawat putranya (Sukma et al.,

2017; h 16)

d) Pola Istirahat dan Tidur

Ibu disarankan untuk istirahat yang cukup, kembali pada

kegiatan rumah tangga secara perlahan, istirahat siang jika bayi

tidur. Karena kurangnya istirahat dapat menyebabkan kurangnya


75

suplai ASI, memperlambat proses involusi uteri, dan yang lebih

parah adalah dapat menyebabkan depresi dan tidak mau merawat

bayinya sendiri (Fitriahadi dan Utami, 2018;h 68)

e) Pola Hygiene

Kebersihan adalah tanda kebersihan yang baik. Ibu nifas

harus menjaga kebersihan diri secara menyeluruh dengan sabun

dan air serta membersihkan alat kelamin dari depan hingga

belakang. Ganti pembalut minimal 2 kali sehari (Handayani dan

Pujiastuti, 2016;h 67)

f) Pemberian Zat Besi dan Vitamin A

Jumlah asupan vitamin A yang dibutuhkan ibu nifas adalah

850 pg retinol equivalent. Vitamin A sangat dibutuhkan untuk

Kesehatan dan fungsi penglihatan ibu (Handayani dan Pujiastuti,

2016;h 64)

g) Pola Menyusui

Segera setelah lahir, berikan ASI setidaknya setengah jam

setelah lahir, yang sangat penting, terlepas dari apakah bayi

mendapat cukup ASI atau tidak. Menyusui bayi sesuai

kebutuhan atau tanpa jadwal, karena bayi dapat menentukan

sendiri kebutuhannya, memberikan ASI mulai dari payudara

kanan dan kiri secara bergantian setiap 2-3 jam sekali.

(Vivian:2014;h.27)

h) Pola seksual
76

Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan jumlah

waktu penggunaan kontrasepsi (jika menggunakan), dispareuni,

kenikmatan dan kepuasan wanita dan pasangan serta masih

dalam hubungan seksual (Fitriahadi dan Utami, 2018;h 68)

4) Data Psikososial

Menurut Khasanah dan Sulistyawati (2017;h 15-16) dalam

penyesuaian pascapersalinan, ibu melewati fase-fase berikut :

a) Fase Taking In

Fase yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua

setelah melahirkan dan merupakan fase ketergantungan.

Perhatian ibu focus pada bayinya sendiri. Sering mengulang

bercerita tentang pengalaman proses persalinannya. Dalam fase

ini ibu menjadi mudah tersinggung sehingga ibu lebih pasif

dalam lingkungannya.

b) Fase Taking Hold

Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan

rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Perasaan ibu

menjadi lebih sensitive sehingga mudah tersinggung jika

komunikasi kurang berhati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan

dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik

untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan

bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri. Fase ini biasa terjadi

antara 3-10 hari setelah melahirkan.


77

c) Fase Letting Go

Terjadi setelah ibu kembali ke rumah dan berdampak besar

pada waktu dan perhatian keluarga. Ibu bertanggung jawab atas

perawatan bayinya. Dia harus beradaptasi dengan kebutuhan

bayi yang sangat bergantung, yang membatasi hak ibu atas

kebebasan dan hubungan sosial. Depresi pascapersalinan umum

terjadi selama periode ini.

2. Data Obyektif

1) Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu nifas normal biasanya

baik (Marmi, 2017;h 181)

2) Keadaaan Emosional

Untuk mengetahui apakah keadaan emosi stabil atau tidak

dan apakah klien mengalami postpartum blues (depresi) selama

masa nifas. Pada ibu nifas, keadaan emosi stabil (Marmi, 2017;h

181)

3) Tanda-Tanda Vital

a) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Ada kemungkinan

tekanan darah turun setelah melahirkan karena pendarahan.

Tekanan darah tinggi selama persalinan menunjukkan

preeklamsia postpartum. (Fitriahadi dan Utami, 2018;h 23-24)

b) Suhu Badan
78

Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat

selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama

postpartum (Mansyur & Dahlan, 2014;h 86)

c) Nadi

Denyut nadi orang dewasa normal adalah 60-80 denyut per

menit. Setelah melahirkan denyut nadi biasanya lebih cepat.

Denyut nadi melebihi 100x/menit harus waspada kemungkinan

dehidrasi, infeksi atau perdarahan postpartum. (Fitriahadi dan

Utami, 2018;h 23-24)

d) Pernafasan

Pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan status nadi.

Jika suhu dan nadi tidak normal, pernapasan akan mengikuti

kecuali ada gangguan khusus pada saluran napas. (Akademi

Kebidanan Wijaya Husada Bogor, 2014;h 68)

4) Status Present

Data focus yang dikaji dalam nifas 6 jam :

a) Mata : dikaji untuk mengetahui ada oedema atau tidak,

konjungtiva berwarna merah muda atau pucat, sklera putih atau

tidak

b) Mulut dan gigi : dikaji untuk mengetahui lidah bersih, ada karies

atau tidak

c) Leher : dikaji untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar

tiroid dan kelenjar getah bening


79

d) Dada : dikaji untuk mengetahui irama jantung teratur, ada suara

ronchi atau tidak

e) Payudara : dikaji untuk mengetahui bentuk simetris atau tidak,

putting susu menonjol atau tidak

f) Abdomen : dikaji untuk mengetahui ada luka bekas operasi atau

tidak,adakah benjolan atau tidak

g) Uterus : dikaji untuk mengetahui berapa Tinggi Fundus Uteri

(yang normalnya pada ibu nifas adalah 2 jari dibawah pusat),

kontraksi uterus bagaimana, posisi uterus

h) Pengeluaran lochea : dikaji untuk mengetahui warna, jumlah,

bau, konsistensi lochea ada kelainan atau tidak. Lochea pada ibu

nifas 1 hari post partum normalnya berwarna merah, ±50 cc, dan

konsistensi encer

i) Ekstremitas : dikaji untuk mengetahui ada oedema atau tidak,

ada kemerahan atau tidak, ada varices atau tidak, reflek patella

+ atau tidak

(Marmi, 2017;h 181-182)

5) Status Obstetri

a) Mamae : dikaji untuk mengetahui payudara simetris atau tidak,

warna kulit, puting menonjol atau tidak, warna di sekitar areola,

nyeri tekan, benjolan (Marmi, 2017;h 181)

b) Abdomen : dikaji untuk mengetahui berapa Tinggi Fundus Uteri

(yang normalnya pada ibu nifas adalah 2 jari dibawah pusat),


80

kontraksi uterus bagaimana, posisi uterus (Handayani dan

Pujiastuti, 2016;h 6)

Tabel 6.1 TFU ibu Nifas

No Waktu Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter Palpasi


Involusi Uteri Uterus Serviks
1 Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm Lunak
2 Uri / plasenta Dua jari bawah 750 gram 12,5 cm lunak
lahir pusat
3 1 minggu Pertengahan 500 gram 7,5 cm 2 cm
pusat-simfisis
4 2 minggu Tidak teraba di 300 gram 5 cm 1 cm
atas simfisis
5 6 minggu Bertambah 60 gram 2,5 cm Menyempit
kecil
(N. A. K. & W.Sulistyawati, 2017;h 6)

c) Vulva : dikaji untuk mengetahui lochea yang keluar. Pada hari

1-2 lochea rubra berwarna merah segar dan berisi sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa,lanugo dan

mekonium (Walyani dan Purwoastuti, 2021;h 66)

d) Anus : terjadi peregangan rectum yang terdorong saat persalinan

yang menyebabkan ibu mungkin mengalami hemoroid

(Handayani dan Pujiastuti, 2016;h 9)

3. Analisa

Ny. X umur 20-35 P≤4A0 masa nifas 6 jam fisiologis (Marmi, 2017;h

154)

4. Penatalaksanaan pada Ibu Nifas 6 Jam

1) Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

2) Mencegah perdarahan pada masa nifas akibat atonia uteri dengan

cara mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika


81

terjadi perdarahan berlanjut serta memberikan konseling pada suami

atau keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri. (Wilujeng & Hartati, 2018;h 3)

3) Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup untuk memulihkan

tenaganya karena kurang istirahat dapat mempengaruhi produksi

ASI menjadi lebih sedikit dan juga dapat menyebabkan

memperbanyak perdarahan. hal tersebut dapat menyebabkan depresi

dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

4) Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi sceara bertahap

5) Menganjurkan ibu untuk melaukan personal hygiene terutama di

daerah perineum, di bersihkan dengan air bersih dan sabun, ganti

pembalut minimal dua kali sehari

6) Pemberian ASI awal (Ester Simanulang, 2018)

7) Menjelaskan kepada ibu bahwa ASI sangat bermanfaat karena

mengandung bahan-bahan yang dibutuhkan bayi, mudah dicerna,

melindungi dari infeksi, selalu segar, bersih, dapat diminum dan

hemat biaya. ASI bermanfaat membantu melindungi dari penyakit-

penyakit biasa seperti infeksi telinga, diare, demam, dan melindungi

dari Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau kematian

mendadak pada bayi dan Risiko terjadinya kanker ovarium dan

payudara pada wanita yang memberikan ASI bagi bayinya lebih

kecil daripada wanita yang tidak menyusui.( Khasanah dan

Sulistyawati, 2017;h 44)


82

8) Memberi pendkes tentang perawatan payudara dengan menjaga

kebersihan dan kekeringan payudara terutama bagian puting susu,

menggunakan BRA yang menopang payudara. Jika puting lecet,

mengoleskan kolostrum atau ASI yang keluar dari puting susu setiap

selesai menyusui

9) Anjurkan ibu untuk banyak makan makanan bergizi seperti lauk

pauk dan sayuran agar produksi ASI tetap banyak.

10) Memberikan ibu pengobatan suplemen darah, mencegah

pendarahan dan memperlancar ASI

(Marmi, 2017;h 184)

B. Asuhan Kebidanan Nifas 3-7 Hari

SOAP Keterangan
S 1. Keluhan : hal ini dikaji untuk mengetahui keluhan
yang dirasakn ibu (Marmi, 2017;h 180)
2. Pemenuhan kebutuhan seharihari
a. Pola Nutrisi : Kualitas dan jumlah makanan
yang dikonsumsi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap produksi ASI. Selama
menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata
menghasilkan sekitar 800cc ASI yang
mengandung 600 kkal, sedangkan ibu dengan
status gizi yang kurang biasanya menghasilkan
sedikit ASI. Pemberian ASI sangatlah penting,
karena bayi akan tumbuh menjadi manusia
sempurna yang sehat dan pintar, karena ASI
mengandung DHA. (Khasanah dan
Sulistyawati, 2017;h 27)
b. Pola eliminasi : pada normalnya BAB sekali
satu hari dan BAK 3-4 kali sehari (Marmi,
2017;h 113)
c. Pola istirahat : ibu sebaiknya beristirahat
sekitar 7-8 jam pada malam hari dan sekitar 2
jam pada siang hari. (Marmi, 2017;h 113)
d. Pola istirhat : membutuhkan istirahat yang
cukup untuk memulihkan kembali keadaan
fisik. Kurang istirahat pada ibu dapat
menyebabkan mengurangi produksi ASI,
83

memperlambat involusi uterus, dan dapat


menyebabkan depresi. (Khasanah dan
Sulistyawati, 2017;h 29)
e. Data Psikososial : ibu berada dalam fase taking
hold Masa ini terjadi pada hari ke 2-4 setelah
melahirkan, saat menjadi orang tua sukses yang
bertanggung jawab atas bayi mereka. pada
masa ini Ibu merasa cukup sensitif dan merasa
tidak mampu melakukan sesuatu. cenderung
lebih mau mendengarkan nasihat bidan. (Ester
Simanulang, 2018)
O 1. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu badan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, suhu tubuh meningkat menjadi sekitar
37,5°C hingga 38°C, yang diakibatkan oleh proses
persalinan dimana ibu kehilangan banyak cairan
dan kelelahan. Pada hari ke-3, suhu mengalami
kenaikan akibat ASI (Wilujeng & Hartati, 2018;h
45-46)
b. Tekanan darah yang nrmal adalah 120/80 mmHg
(Marmi, 2017;h 181)
c. Pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan tidak normal, kecuali apabila
ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa postpartum bertambah
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda
syok.(Fitriahadi dan Utami, 2018;h 23-24)
d. Nadi normal yaitu 80-100 x per menit (Marmi,
2017;h 181) jika lebih 100x/menit abnormal dan
merupakan tanda infeksi atau terjadi perdarahan
infeksi. Beberapa wanita mungkin mengalami
brandicardi (40-50x/menit) segera setelah
persalinan dan beberapa jam setelah post partum
(Ester Simanulang, 2018)
2. Pemeriksaan Obstetri
a. Payudara : bentuk simetris atau tidak, puting
menonjol atau tidak, dan sudah keluar kolostrum
atau belum
b. Abdomen : involusi uteri pada 1minggu pertama
(tujuh hari) postpartum TFU di pertengahan pusat
dan simfisis (Marmi, 2017;h 86 & 181)
c. Vulva : terdapat lochea sanguinolenta yang
terdapat pada hari ke 3 sampai hari ke 7 memiliki
warna kuning yang berisi darah dan lendir
(Walyani dan Purwoastuti, 2021;h 66)
A Ny. X usia 20-35 tahun, P…. A…. 6 Hari post partum
fisiologis (Marmi, 2017;h 183)
P Menurut sukma dkk (2017;h 1-3) asuhan nifas 6 hari adalah
:
84

1. Memastikan involusi uteri berjalan dengan


normal
2. Memastikan tidak ada perdarahan abnormal
dan berbau menyengat
3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda penyulit dalam
menysusui
4. Menilai adakah tanda-tandademam dan infeksi
atau perdarahan abnormal
5. Meberikan pendeks pada ibu tentang asuhan
pada bayiyaitu perawatan tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.

C. Asuhan Kebidanan Nifas 8-28 Hari

SOAP Keterangan
S 1. Keluhan utama
Keluhan utama dikaji untuk mengetahui keluhan yang
dirasakan ibu setelah melahirkan (Marmi, 2017;h 180)
2. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Kalori yang dibutuhkan ibu untuk memproduksi
ASI sebanyak 2700-2900 kalori. kalori-kalori
tersebut bisa didapat dari zat besi yang berguna
untuk mencegah anemia, karbohidrat sebagai
sumber energi, protein guna membantu dalam
penyembuhan jaringan dan produksi ASI, lemak
untuk membantu perkembangan otak bayi dan
retina mata, dan vitamin untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh (Handayani dan
Pujiastuti;h 64, 2016)
b. Pola Eliminasi
Kandung kemih harus dikosongkan segera setelah
persalinan, selambat-lambatnya 6 jam setelah
melahirkan. Jika dalam waktu 4 jam setelah
melahirkan belum Buang Air Kecil, lakukan
ambulasi ke kamar kecil, jika terpaksa pasang
kateter (setelah 6 jam). (Handayani dan Pujiastuti,
2016;h 65)
c. Pola istirahat
Ibu beritirahat 7-8 jam pada malam hari dan sekitar
2 jam pada siang hari (Marmi, 2017;h 113)
d. Pola menyusui
Pola menyusui yang benar adalah menyusui bayi
secara on demand atau dengan tidak dijadwalkan
(Vivian, 2013;h 27)
e. Data Psikososial
85

Ibu dalam fase letting go berdampak besar pada


waktu dan perhatian keluarga. Ibu bertanggung
jawab atas perawatan bayinya. Dia harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat
bergantung, yang membatasi hak ibu atas
kebebasan dan hubungan sosial. Depresi
pascapersalinan umum terjadi selama periode ini.
(Khasanah dan Sulistyawati, 2017;h 16)
O 1. Tekanan darah biasanya tidak berubah. Ada
kemungkinan tekanan darah turun setelah
melahirkan karena pendarahan. Tekanan darah
tinggi selama persalinan menunjukkan preeklamsia
postpartum. (Fitriahadi dan Utami, 2018;h 23-24)
2. Pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan
status nadi. Jika suhu dan nadi tidak normal,
pernapasan akan mengikuti kecuali ada gangguan
khusus pada saluran napas. (Akademi Kebidanan
Wijaya Husada Bogor, 2014;h 68)
3. Nadi normal yaitu 80-100 x per menit (Marmi,
2017;h 181) jika lebih 100x/menit abnormal dan
merupakan tanda infeksi atau terjadi perdarahan
infeksi. Beberapa wanita mungkin mengalami
brandicardi (40-50x/menit) segera setelah
persalinan dan beberapa jam setelah post partum
(Ester Simanulang, 2018)
4. Suhu badan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, suhu tubuh meningkat menjadi sekitar
37,5°C hingga 38°C, yang diakibatkan oleh proses
persalinan dimana ibu kehilangan banyak cairan
dan kelelahan. Pada hari ke-3, suhu mengalami
kenaikan akibat ASI (Wilujeng & Hartati, 2018;h
45-46)
5. Status Present
Ekstremitas : untuk mengetahui apakah ada
pembengkakan atau tidak, apakah ada varises
atau tidak dan evaluasi tanda Homan jika
terdapat nyeri pada betis, tanda Homan positif
(Mochtar 1998 dalam buku Marmi, 2017;h 181)
6. Status Obstetrik
a. Payudara : bentuknya simetris atau tidak,
puting susu menonjol keluar atau tidak dan
kolostrum sudah keluar atau belum (
Mochtar, 1990 dalam Marmi, 2017;h 181)
b. Abdomen : pada 2 minggu postpartum
tinggi fundus uterinya adalah pertengahan
simfisis dan pusat (Marmi, 2017;h 181)
c. Vulva : pada minggu ke 2 postpartum ibu
mengantarkan lokhea serosa yang keluar
pada hari ke 7-14 postpartum. Warnanya
kekuningan atau kecoklatan dengan
86

cirilebih sedikit darah dan lebih banyak


serum juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta (Marmi,
2017;h 90)
A Ny.X usia...tahun P...A.. dalam masa nifas 2 minggu
postpartum fisiologis (Marmi, 2017;h 90)
P 1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2. Memeriksa adakah tanda- tanda demam, infeksi
atau kelainan pasca melahirkan yang abnormal.
3. Memastikan agar ibu mendapat cairan, makanan
dan istirahat yang cukup
4. Pastikan ibu menyusui bayinya dengan benar dan
tidak ada penyulit
5. Memberi ibu pendkes tentang asuhan yang
diberikan untuk bayi, tali pusat bayi, menjaga
kehangatan bayi dan perawatan bayi sehari-hari
(Walyani dan Purwoastuti , 2021)
D. Asuhan Kebidanan Nifas 29-42 Hari

SOAP Keterangan
S 1. Keluhan utama
Keluhan utama dikaji untuk mengetahui keluhan
yang dirasakan ibu setelah melahirkan (Marmi,
2017;h 180)
2. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Kalori yang dibutuhkan ibu untuk
memproduksi ASI sebanyak 2700-2900 kalori.
kalori-kalori tersebut bisa didapat dari zat besi
yang berguna untuk mencegah anemia,
karbohidrat sebagai sumber energi, protein
guna membantu dalam penyembuhan jaringan
dan produksi ASI, lemak untuk membantu
perkembangan otak bayi dan retina mata, dan
vitamin untuk membantu meningkatkan daya
tahan tubuh (Handayani dan Pujiastuti;h 64,
2016)
b) Pola Eliminasi
Kandung kemih harus dikosongkan segera
setelah persalinan, selambat-lambatnya 6 jam
setelah melahirkan. Jika dalam waktu 4 jam
setelah melahirkan belum Buang Air Kecil,
lakukan ambulasi ke kamar kecil, jika terpaksa
pasang kateter (setelah 6 jam). (Handayani dan
Pujiastuti, 2016;h 65)
c) Pola istirahat
Ibu perlu istirahat yang cukup dan dapat
mengatur jadwal istirahat saat bayi tidur.
87

Karena ibu harus sering terbangun untuk


menyusui pada malam hari (Indrianita Vivin
dkk, 2021;h 24)
d) Pola menyusui
Pola menyusui yang benar adalah menyusui
bayi secara on demand atau dengan tidak
dijadwalkan (Vivian, 2013;h 27)
e) Data Psikososial
Ibu dalam fase letting go berdampak besar
pada waktu dan perhatian keluarga. Ibu
bertanggung jawab atas perawatan bayinya.
Dia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi
yang sangat bergantung, yang membatasi hak
ibu atas kebebasan dan hubungan sosial.
Depresi pascapersalinan umum terjadi selama
periode ini. (Khasanah dan Sulistyawati,
2017;h 16)
O 1. Tekanan darah biasanya tidak berubah. Ada
kemungkinan tekanan darah turun setelah
melahirkan karena pendarahan. Tekanan darah
tinggi selama persalinan menunjukkan preeklamsia
postpartum. (Fitriahadi dan Utami, 2018;h 23-24)
2. Pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan
status nadi. Jika suhu dan nadi tidak normal,
pernapasan akan mengikuti kecuali ada gangguan
khusus pada saluran napas. (Akademi Kebidanan
Wijaya Husada Bogor, 2014;h 68)
3. Nadi normal yaitu 80-100 x per menit (Marmi,
2017;h 181) jika lebih 100x/menit abnormal dan
merupakan tanda infeksi atau terjadi perdarahan
infeksi. Beberapa wanita mungkin mengalami
brandicardi (40-50x/menit) segera setelah
persalinan dan beberapa jam setelah post partum
(Ester Simanulang, 2018)
4. Suhu badan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, suhu tubuh meningkat menjadi sekitar
37,5°C hingga 38°C, yang diakibatkan oleh proses
persalinan dimana ibu kehilangan banyak cairan
dan kelelahan. Pada hari ke-3, suhu mengalami
kenaikan akibat ASI (Wilujeng & Hartati, 2018;h
45-46)
5. Status Present
Ekstremitas : untuk mengetahui apakah ada
pembengkakan atau tidak, apakah ada varises
atau tidak dan evaluasi tanda Homan jika
terdapat nyeri pada betis, tanda Homan positif
(Mochtar 1998 dalam buku Marmi, 2017;h 181)
6. Status Obstetrik
a) Payudara : bentuknya simetris atau tidak,
puting susu menonjol keluar atau tidak dan
88

kolostrum sudah keluar atau belum ( Mochtar,


1990 dalam Marmi, 2017;h 181)
b) Abdomen : pada >2 minggu postpartum tinggi
fundus uterinya adalah bertambah kecil (N. A.
K. & W. Sulistyawati, 2017;h 6)
c) Vulva : pada lebih dari 2 minggu postpartum
ibu mengeluarkan lokhea alba yang keluar
pada hari ke >14 postpartum. Warnanya
putih mengandung leukosit, selaput leniir
serviks dan serabut jaringan yang mati
(Yuliana dan Hakim, 2020;h 10)
A Ny.X usia...tahun P...A.. dalam masa nifas 6 minggu
postpartum fisiologis (Marmi, 2017;h 90)
P 1. Menanyakan kepada ibu adakah penyulit yang
dirasakan.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Macam-macam jneis KB yaitu :
a) Metode Amenore Lkatasi
Metode Ini adalah metode kontrasepsi
sementara berdasarkan ASI eksklusif.
Efektivitas kontrasepsi MAL sangat tinggi,
98%, jika digunakan dalam 6 bulan
pertama setelah melahirkan, Anda tidak
menstruasi dan Anda memberikan ASI
eksklusif dan ASI minimal 8 kali sehari.
(Marmi, 2018;h 144-145)
b) Koitus interuptus (Sanggama terputus)
Metode koitus interuptus akan efektif
bila dilakukan dengan benar dan
konsisten serta tidak mengganggu
produksi ASI. (Marmi, 2018;h 150)
c) Kondom
Kontrasepsi kondom akan lebih efektif bila
digunakan dengan benar dan konsisten
setiap kali berhubungan seks. Metode
kontrasepsi kondom tidak mempengaruhi
produksi ASI (Marmi, 2018;h 158-159)
d) Diafragma
Metode kontrasepsi difragma tidak
mempengaruhi produksi ASI ataupun
kesehatan klien (Marmi, 2018;h 169)
e) Pil Progestin
Adalah pil kontrasepsi yang hanya
mengandung hormon progesterone
dalam dosis rendah dan diminum sekali
sehari. Dapat digunakan setelah
melahirkan dan selama tidak menyusui,
lebih dari 6minggu setelah melahirkan
dan pasien telah mengalami menstruasi
(Marmi, 2018;h 207,211,212)
89

f) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


Kontrasepsi AKDR memiliki efektivitas
yang sangat tinggi, dapat efektif segera
setelah pemasangan. Tidak mengganggu
kualitas ASI dan dapat dipasang segera
setelah melahirkan atau setelah abortus
apabila tidak ada infeksi (Marmi, 2018;h
263,264)
g) Kontrasepsi Mantab : tubektomi
Kontrasepsi Mantab memiliki
keefekvitasan hampir 100 % . Dapat
dilakukan 24 jam setelah melahirkan
ataupaling lambat 48 jam setelah
bersalin. Tidak mempengaruhi proses
menyusui (Marmi, 2018;h 308,310)
h) Vasektomi
Vasektomi adalah salah satu KB bagi pria,
tidak ada batasan usia, dapat dilakukan jika
diinginkan. Seseorang yang baru
mengalami vasektomi dapat dianggap
betul-betul steril jikamengalami ejakulasi
8-12 kali setelah vasektomi (Marmi,
2018;h 337,340)

IV. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

A. Asuhan Bayi Baru Lahir 0-6 Jam

1. Data Subyektif

1) Riwayat Persalinan

Menentukan keadaan bayi saat lahir (waktu dan tanggal), penolong,

tempat dan cara persalinan (spontan atau SC), dan kondisi bayi saat

lahir. (Diana, 2017;h 105)

2) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Memenuhi nutrisi bayi dengan memberikan ASI sesering

mungkin sesuai keinginan bayi (Jika payudara penuh) atau

kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam),


90

bergantian antara payudara kiri dan kanan. (Dwienda et al.,

2012;h 129)

b) Pola Eliminasi

Bayi yang memiliki pencernaan yang normal akan buang air

besar pada 24 jam pertama setelah lahir. Buang air besar pertama

ini disebut dengan mekonium yang biasanya berwarna hitam

kehijauan dan lengket. Buang air besar pertama dalam 24 jam

pertama ini sangat penting karena digunakan untuk mendeteksi

apakah system pencernaannya normal atau tidak (Marmi &

Rahardjo, 2018;h 77).

Bayi yang baru lahir cenderung akan sering buang air kecil yaitu

dengan frekuensi 7-10 kali dalam sehari. Dalam 24 jam pertama

bayi dapat buang air kecil sebanyak 20-30 ml per hari. Setelah

BAK bayi harus segera diganti popoknya agar bayi tetap bersih,

hangat, dan nyaman (Marmi & Rahardjo, 2018;h 80).

c) Pola Istirahat

Bayi normal dalam 6 jam pertama akan banyak tidur, biasanya

bayi akan tidur selama 16-20 jam yang akan dibagi menjadi 4-5

periode. Karena jam biologis yang belum matang maka pola

tidur masih masih belum teratur namun perlahan pola tidur

tersebut akan bergeser sehingga akan banyak waktu tidur pada

malam hari dibandingkan dengan siang hari (Marmi & Rahardjo,

2018;h 69,81). Waktu tidur bayi lebih banyak yaitu 60-80% dari
91

total kegiatan hariannya, sisanya adalah aktifitas bangun,

menangis, dan aktifitas motoric kasar lainnya (Arfiana dan

Lusiana, 2016;h 25).

d) Personal Hygiene

Bayi baru lahir dimandikan setelah minimal 6 jam dan suhu

stabil. (Arfiana dan Lusiana, 2016;h 7).

2. Data Objektif

a. Tanda-Tanda Vital

1) Nadi

Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.

2) Pernafasan

Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,

kecepatan, iramanya. Pernafasannya bervariasi dari 40 sampai 60

kali permenit

3) Suhu

Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C

pada pengukuran diaxila.

(Siti Nurhasiyah Jamil, Febi Sukma, 2019;h 63-64)

b. Antropometri

1) Berat badan

Berat Badan Lahir yang kurang dari 2500 dapat dipandang

sebagai bayi premature (Ni Wayan Armini, Ni Gusti Kompiang

Sriasih, 2017;h 26)


92

2) Panjang badan

Panjang badan normal bati baru lahir adalah 48-52 cm (Dainty,

Anjani, 2018;h 2). Cara mengukur panjang badan yaitu

dilakukan dengan meletakkan bayi ditempat datar dan diukur

panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki atau badan

bayi diluruskan (Marmi & Rahardjo, 2018;h 55)

3) Lingkar kepala

Lingkar kepala normal bayi baru lahir adalah 33-35 cm (Dainty,

Anjani, 2018;h 2). Cara yang digunakan untuk mengukur lingkar

kepala dilakukan dar dahi kemudian melingkari kepala Kembali

lagi ke dahi (Marmi & Rahardjo, 2018;h 55)

4) Lingkar dada

Lingkar dada normal bayi baru lahir adalah 30-38 cm (Dainty,

Anjani, 2018;h 2). Cara pengukuran lingkar dada dilakukan dari

daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran

dilakukan melalui kedua putting susu (Marmi & Rahardjo,

2018;h 55).

5) Lingkar lengan atas

Lingkar lengan normal bayi baru lahir adalah 11 cm. Lingkar

lengan atas digunakan untuk menilai status gizi atau tumbuh

kembang bayi (Arfiana, 2016;h 39).

c. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala
93

Dilakukan pengkajian kondisi kepala bayi untuk mengetahui

adanya ubun-ubun besar dan kecil, maulase, sutura, caput

succedenium, cephal haematoma, hidrosephalus (Dainty, Anjani,

2018;h 54)

2) Wajah

Pemeriksaan wajah dilakukan untuk menilai apakah asimetri

atau tidak. Wajah asimetri dapat disebabkan oleh adanya paralis

fasialis, serta dapat menilai adanya pembengkakan daerah wajah.

Apabila wajah bayi asimetris akibat penyesuaian saat proses

persalinan, hal itu umumnya akan hilang dalam waktu 48 jam. Perlu

diperhatikan apabila terdapat kelainan wajah yang khas seperti down

suyndrome atau sindrom piere robin. Perlu juga diperhatikan apabila

terdapat kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi maupun

paresi N.fasialis (Marmi & Rahardjo, 2018;h 56)

3) Mata

Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum

sempurna. Periksa adanya glaucoma congenital, mulanya akan

tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada

kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna

putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk

seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan

adanya defek retina. (Siti Nurhasiyah Jamil, Febi Sukma, 2019; 65)

4) Hidung
94

Dikaji untuk mengetahui bentuk dan lebar hidung, apabila

bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Perlu juga untuk

memeriksa adanya sekret mokupurulen yang terkadang berdarah

yang menunjukkan adanya sifilis kongenital, periksa apakah ada

obstruksi pada jalan nafas karena fraktur dan periksa apakah

adanya pernapasan cuping hidung, apabila cuping hidung

mengembang menunjukkan adanya ganggua pernapasan ((Marmi

& Rahardjo, 2018;h 57).

5) Mulut

Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata

dan simetris.bibir dipastikan tidak adanya sumbing dan langit-langit

harus tertutup. Reflek hisaf bayi harus bagus, dan berespon terhadap

rangsangan. Kaji benttuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan

lebarnya harus lebih 2,5 cm. (Siti Nurhasiyah Jamil, Febi Sukma,

2019;h 66)

6) Leher

Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal.

Leher berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromosom.

Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat

keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.

Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan

pada fleksus brakhialis.lakukan perabaan untuk mengidentifikasi


95

adanya pembengkakan (Siti Nurhasiyah Jamil, Febi Sukma, 2019;h

66)

7) Klavikula

Perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara meraba klavikula

untuk memastikan keutuhannya dan tidak adanya fraktur, terutama

pada bayi yang lahir dengan distosia bahu maupun presentasi

bokong (Marmi & Rahardjo, 2018;h 58)

8) Dada

Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan

simetris. Payudara baik pada laki-laki maupun perempuan terlihat

membesar.karena pengaruh hormone wanita dari darah ibu. Periksa

kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak simetris

kemungkinan bayi mengalami pneumotorik, paresis diafragma atau

hernia diafragmatika.pernafasan yang normal dinding dada dan

abdomen bergerak secara bersamaan. (Siti Nurhasiyah Jamil, Febi

Sukma, 2019;h 66-67)

9) Abdomen

Apabila ditemukan kondisi abdomen yang sangat cekung

kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, namun jika abdomen

terlalu membuncit maka bisa mengarah pada terjadinya

hepatosplenomegali maupun tumor lainnya (Marmi & Rahardjo,

2018;h 59). Pada tali pusat juga seharusnya tidak ada

pembengkakan, nanah, perdarahan, kemerahan, maupun bau yang


96

tidak enak pada tali pusat. Jika ditemukan tanda-tanda tersebut bearti

terjadi infeksi pada tali pusat.

10) Punggung

Dilakukan pemeriksaan dengan cara melungkupkan bayi untuk

mengetahui adanya kelainan pada tulang punggung, spina bifida,

pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat

menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna

vetebrata (Dainty, Anjani, 2018;h 56).

11) Genetalia

Laki-laki : skrotum sudsh ada dan testis sudah turun

Perempuan : Labiya mayora sudah menurupi labiya minora

(Dainty, Anjani, 2018;h 3)

12) Anus

Diperiksa untuk mengtahui adanya atresia ani, megakolon dan

kelainan yang lain. adakah lubang atau tidak (Dainty, Anjani, 2018;h

56)

13) Ekstremitas

Rentang pergerakan sendi penuh, gerakan spontan utuh, lengan

dan tangan lebih panjang dari tungkai bawah pada periode baru lahir,

terdapat 5 jari pada setiap tangan, tangan sering menggenggam

dengan ibu jari berada di dalam genggaman pada tungkai dan kaki

tampak melengkung karena otot lateral berkembang lebih baik dari

pada otot medial. Terdapat 5 jari setiap kaki, femur harus utuh,
97

telapak kaki bergaris normal pada bayi cukup bulan dan mudah

digerakkan. Kedua tangan harus sama panjang, periksa dengan cara

meluruskan kedua lengan ke bawah. Periksa kesimetrisan tungkai

kaki. Kedua tungkai harus bisa bergerak bebas. Periksa jumlah jari

untuk memperhatikan adanya polidaktili (Marmi & Rahardjo,

2018;h 59)

d. Reflek

Reflek adalah gerakan naluriah untuk melindungi bayi terdapat

beberapa reflek yang dimiliki oleh bayi baru lahir sebagai berikut.

1) Refleks glabella, bayi akan mengedipkan mata apabila ada

sentuhan atau ketukan di pangkal hidung saat matanya terbuka.

2) Refleks rooting, bayi menoleh kearah benda yang menyentuh

pipi.

3) Refleks sucking, bayi dapat menghisap dengan kuat jari atau

putting susu yang berada di mulutnya. Reflek ini dapat terlihat

saat bayi menyusu.

4) Refleks swallowing, bayi dapat menelan dengan baik. Hal ini

dapat dibuktikan atau terlihat saat bayi menyusu.

5) Refleks genggam, bayi dapat menggenggam dengan kuat jika

ada jari yang diletakkan di telapak tangannya. dengan

meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle,

normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat.


98

6) Refleks babinski, bayi akan menunjukkan respon jemarinya

berhiperekstensi dan ibu jarinya berdorsofleksi saat telapak

kakinya digores dengan lembut mulai dari tumit, sisi lateral

telapak kaki, hingga bawah jari sepanjang telapak kaki.

7) Refleks Moro, bayi akan menggerakkan tangan secara simetris

apabila dikejutkan. Tangan pemeriksa menyangga bayi dan

punggung posisi 45°, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan

10°. Pada keadaan normal akan terjadi abduksi sendi bahu dan

ekstensi lengan.

8) Refleks Tonik neck, letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar

kepala ke satu sisi dengan badan ditahan, ekstremitas pada sisi

kemana kepala diputar terekstensi, tapi ekstremitas pada sisi lain

terefleksi. Pada keadaan normal bayi akan berusaha untuk

mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi pengujian syaraf

asesori.

(Sukma et al., 2017;h 71)

e. Penilaian Awal Pada Bayi Baru Lahir

1) Menangis

Dalam kondisi normal, tangisan bayi terdengar keras dan

nadanya sdang, bila ada kelainan, suara bayi terdengar tinggi dan

lemah (Marmi & Rahardjo, 2018;h 101).

2) Warna
99

Kulit berwarna kemerehan-merahan adalah tanda bayi normal.

Kulit bayi normal biasanya juga licin karena adanya jaringan sub

kutan yang cukup (Marmi & Rahardjo, 2018;h 8)

f. Apgar Score

Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir

dengan menggunakan 5 kriteria sederhana pada skala nilai nol, satu,

dan dua Kemudian kelima nilai kriteria tersebut kdigabungkan untuk

mendapatkan hasil angka 0 - 10. Kata "Apgar" belakangnya

dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Apperance,

Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung,

respons refleks, tonus, dan pernapasan).

Tabel 7.1 APGAR Score

Tanda 0 1 2
Denyut Tidak Ada Lambat <100 >100
Jantung (Pulse)
Usaha Napas Tidak Ada Lambat, Tidak Menangis
(Respiration) Teratur Dengan Keras
Tinus Otot Lemah Fleksi Pada Gerakan Aktif
(Activity) Ekstremitas
Kepekaan Tidak Ada Merintih Menangis
Refleks Kuat
(Gremace)
Warna Biru Pucat Tubuh Merah Seluruhnya
(Apperence) Muda, Merah Muda
Ekstremitas
Biru
(Yulianti dan Karnilan, 2019;h 26)

3. Analisa

1) Diagnosa Kebidanan

Bayi Ny.X umur 6 jam postnatal, fisiologis.


100

2) Masalah

Tidak ada masalah

3) Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial ditegakkan untuk menegakkan potensi yang

mungkin terjadi berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah

diuraikan (Widatiningsih, 2017;h 186)

4. Penatalaksanaan

Menurut (Marmi & Rahardjo, 2018;h 87-88), penatalaksanaan untuk

bayi baru lahir 6 jam sebagai berikut:

1) Melanjutkan pengamatan pernafasan, warna, dan aktifitas.

2) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus tubuh bayi

dengan kain kering hangat dan menutup kepala bayi. Serta

menghindari memandikan bayi minimal 6 jam dan hanya tidak

terdapat masalah serta suhu tubuh bayi 36,50C atau lebih. Menjaga

bayi tetap hangat agar mencegah hipotermia dengan cara segera

mengeringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.

Mengganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering,

kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Memastikan bagian

kepala bayi diselimuti dengan baik.

3) Memastikan bayi telah mendapatkan Vitamin K1 setelah IMD serta

Imunisasi Hipatitis B selang 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1.


101

4) Melakukan perawatan tali pusat dengan cara cuci tangan

menggunakan sabun sebelum maupun sesduah, menjaganya agar

tetap kering dan dibungkus longgar dengan kain bersih serta hindari

untuk menyentuh tali pusar dengan tangan kotor. (Ni Wayan Armini,

Ni Gusti Kompiang Sriasih, 2017;h 12)

5) Menganjurkan ibu untuk ASI deduai kebutuhan bayi, yaitu sampai

2-3 jam bergantian payudara kanan dan kiri.

6) Menetapkan sistem Rooming atau Rawat Gabung yaitu dengan

menempatkan bayi selalu di dekat ibu secara satu ruang terus-

menerus selama 24 jam apabila tidak ada kontra indikasi pada ibu

serta bayi. Jika ibu dan bayi berdekatan, maka kontak antara ibu dan

bayi akan lebih sering, ibu dapat melakukan perawatan langsung dan

menyusui bayinya setiap saat sesuai kebutuhan bayi sehingga

membantu proses involusio uteri, mencegah bayinya hipotermi

karna kontak skin to skin serta dapat berfungsi unuk kontrasepsi

bagi ibu (MAL) (Arfiana dan Lusiana, 2016 19-21).

B. Catatan Perkembangan Bayi Baru Lahir 6-48 jam

SOAP Keterangan
S 1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Memenuhi nutrisi bayi dengan
memberikan ASI sesering mungkin
sesuai keinginan bayi (Jika payudara
penuh) atau kebutuhan bayi setiap 2-3 jam
(paling sedikit setiap 4 jam), bergantian
antara payudara kiri dan kanan. (Dwienda
et al., 2012;h 129)
102

b) Pola eliminasi
Bayi yang baru lahir cenderung akan
sering buang air kecil yaitu dengan
frekuensi 7-10 kali dalam sehari. Dalam
24 jam pertama bayi dapat buang air kecil
sebanyak 20-30 ml per hari. Setelah BAK
bayi harus segera diganti popoknya agar
bayi tetap bersih, hangat, dan nyaman
(Marmi & Rahardjo, 2018;h 80).
c) Pola Istirahat
Bayi normal dalam 6 jam pertama akan
banyak tidur, biasanya bayi akan tidur
selama 16-20 jam yang akan dibagi
menjadi 4-5 periode. Karena jam biologis
yang belum matang maka pola tidur
masih masih belum teratur namun
perlahan pola tidur tersebut akan bergeser
sehingga akan banyak waktu tidur pada
malam hari dibandingkan dengan siang
hari (Marmi & Rahardjo, 2018;h 69,81).
Waktu tidur bayi lebih banyak yaitu 60-
80% dari total kegiatan hariannya,
sisanya adalah aktifitas bangun,
menangis, dan aktifitas motoric kasar
lainnya (Arfiana dan Lusiana, 2016;h
25).
d) Personal Hygiene
Bayi baru lahir dimandikan setelah
minimal 6 jam dan suhu stabil. (Arfiana
dan Lusiana, 2016;h 7).

O 1. Keadaan Umum
a) Kulit
Tampak tipis dan transparan dengan tonjolan
vena di abdomen (Armini dkk, 2017;h 19)
b) Tanda-tanda Vital
(1) Nadi
Denyut nadi 120 sampai 160 per menit,
bervariasi ketika tidur atau menangis dari
100 hingga 180 denyut permenit
(2) Pernafasan
Frekuensi pernafasan 30 sampai 60 kali
permenit, pernapasan diafragma disertai
gerakan dinding abdomen
(3) Suhu
Suhu normal pada neonatus adalah
̊ -37,5̊C (Marmi & Rahardjo,
36,5 C
2018;h 25).
103

c) Pengukuran Antropometri
Meliputi pemeriksaan Berat Badan, Panjang
Badan, Lingkar Kepala, Lingkar Dada,
Lingkar Perut, Lingkar lengan atas (LILA)
d) Pemeriksaan Fisi
Sisa tali pusat jatuh sekitar 5-7 hari setelah
lahir. Kemungkinan akan keluar beberapa
tetes darah atau lender saat tali pusat terlepas.
Hal ini masih normal, namun jika masih
keluar banyak darah atau muncul nanah,
segera minta bantuan medis (Walyani dan
Purwoastuti, 2021;h 140).
A Bayi baru lahir Ny….. usia 24 jam fisiologis
P 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan
membungkus tubuh bayi dengan kain kering
hangat dan menutup kepala bayi. Serta
menghindari memandikan bayi minimal 6 jam
dan hanya tidak terdapat masalah serta suhu tubuh
bayi 36,50C atau lebih. Menjaga bayi tetap hangat
agar mencegah hipotermia dengan cara segera
mengeringkan bayi dengan menggunakan handuk
bersih dan kering. Mengganti handuk yang basah
dengan selimut bersih dan kering, kemudian
selimuti tubuh bayi secara longgar. Memastikan
bagian kepala bayi diselimuti dengan baik.
(Marmi & Rahardjo, 2018;h 88)
2. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan
bayi (jika payudara penuh) dari tentu saja ini
lebih berarti pada menyusui sesuai kehendak bayi
atau kebutuhan bayi setiap 2-3jam (paling
sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara
kiri dan kanan (Marmi & Rahardjo, 2018;h 73)
3. Menjaga kebersihan kulit, muka pantat dan tali
pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur.
Memandikan seluruh tubuh bayi setiap hari tidak
harus selalu dilakukan. Selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi (Marmi &
Rahardjo, 2018;h 82).
4. Memberitahu tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
yaitu
a) Pernapasan sulit atau lebih dari 60x/menit.
b) Kehangatan terlalu panas (>38 C ̊ atau terlalu
dingin <36 ̊C )
c) Warna kuning (terutama pada 24 jam
pertama), biru atau pucat, memar.
d) Pemberian makan, hisapan lemah,
mengantuk berlebihan, banyak muntah
e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan
(nanah), bau busuk, pernafasan sulit.
104

f) Tinja atau kemih-tidak berkemih dalam 24


jam, tinja lembek, sering, hijau tua,ada lendir
atau darah pada tinja.
g) Aktivitas menggigil atau tangis tidak biasa,
lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,
kejang halus, tidak bisa tenang, menangis
terus-menerus.
(Dainty, Anjani, 2018;h 61-62)
5. Memberikan konseling perawatan bayi baru lahir
di rumah yaitu menjelaskan kepada ibu bahwa
bayi memerlukan satu lapisan kain lagi daripada
anak-anak yang lebih besar atau orang dewasa,
menjaga ruangan atau bagian ruangan tetap
hangat terutama pada saat cuaca dingin,
mengenakan pakaian atau selimut sepanjang hari,
pada malam hari biarkan bayi tidur dengan ibu
atau mudah dijangkau ibu untuk mendorong
menyusui
6. Menjelaskan tanda bayi cukup ASI, yaitu bayi
terlihat puas, akan terjadi penurunan berat badan
kurang dari 10% berat badan lahir pada minggu
pertama, berat badan bayi naik paling tidak 160
gram pada minggu-minggu berikutnya atau
minimal 300 gram pada bulan pertama, bayi
buang air kecil minimal 6 kali sehari, kotoran
bayi berubah dari warna gelap ke warna coklat
terang atau kuning setelah hari ke-3.
C. Catatan Perkembangan Bayi Baru Lahir 3-7 Hari

SOAP Keterangan
S 1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
ASI diberikan sesering mungkin sesuai
keinginan ibu (jika payudara penuh) dan tentu
saja ini lebih berarti pada menyusui sesuai
kehendak bayi atau kebutuhan bayi setiap 2-
3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian
antara payudara kiri dan kanan (Marmi &
Rahardjo, 2018;h 73).
b) Pola Eliminasi
Bayi yang minum ASI eksklusif sebaiknya
bisa saja tidak BAB selama 2 sampai 4 hari
bahkan 7 hari sekali, bukan berarti
mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja
karena memang tidak ada ampas makanan
yang harus dikeluarkan (Marmi & Rahardjo,
2018;h 77).
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu
7-10 x sehari (Marmi & Rahardjo, 2018;h
80).
105

c) Pola Aktivitas
Bayi normalnya sering tidur dalam 2 minggu
pertama setelah lahir (Marmi & Rahardjo,
2018;h 81).
d) Pola Tidur
Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata
tidur selama 16 jam sehari. Umumnya bayi
terbangun sampai malam hari pada usia 3
bulan (Marmi & Rahardjo, 2018;h 81)
O 1. Keadaan Umum
a) Kulit
Tampak tipis dan transparan dengan tonjolan
vena di abdomen (Armini dkk, 2017;h 19)
b) Tanda-tanda Vital
Nadi
Denyut nadi 120 sampai 160 per menit,
bervariasi ketika tidur atau menangis dari 100
hingga 180 denyut permenit
Pernafasan
Frekuensi pernafasan 30 sampai 60 kali
permenit, pernapasan diafragma disertai
gerakan dinding abdomen
Suhu
Suhu normal pada neonatus adalah 36,5 C ̊ -
37,5̊C (Marmi & Rahardjo, 2018;h 25).
c) Pengukuran Antropometri
Meliputi pemeriksaan Berat Badan, Panjang
Badan, Lingkar Kepala, Lingkar Dada,
Lingkar Perut, Lingkar lengan atas (LILA)
d) Pemeriksaan Fisi
Sisa tali pusat jatuh sekitar 5-7 hari setelah
lahir. Kemungkinan akan keluar beberapa
tetes darah atau lender saat tali pusat terlepas.
Hal ini masih normal, namun jika masih
keluar banyak darah atau muncul nanah,
segera minta bantuan medis (Walyani dan
Purwoastuti, 2021;h 140).
A Bayi baru lahir Ny….. usia 6 hari fisiologis
P 1. Berikan ASI sesering mungkin sesuai
keinginan ibu (jika payudara penuh) dari
tentu saja ini lebih berarti pada menyusui
sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi
setiap 2-3jam (paling sedikit setiap 4 jam),
bergantian antara payudara kiri dan kanan
(Marmi & Rahardjo, 2018;h 73)
2. Menjaga kebersihan kulit, muka pantat dan
tali pusat bayi perlu dibersihkan secara
teratur. Memandikan seluruh tubuh bayi
setiap hari tidak harus selalu dilakukan.
Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
106

memegang bayi (Marmi & Rahardjo, 2018;h


82).
3. Memberitahu tentang tanda-tanda bahaya
bayi baru lahir yaitu
a) Pernapasan sulit atau lebih dari 60x/menit.
b) Kehangatan terlalu panas (>38 C ̊ atau terlalu
dingin <36 ̊C )
c) Warna kuning (terutama pada 24 jam
pertama), biru atau pucat, memar.
d) Pemberian makan, hisapan lemah,
mengantuk berlebihan, banyak muntah
e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan
(nanah), bau busuk, pernafasan sulit.
f) Tinja atau kemih-tidak berkemih dalam 24
jam, tinja lembek, sering, hijau tua,ada lendir
atau darah pada tinja.
g) Aktivitas menggigil atau tangis tidak biasa,
lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,
kejang halus, tidak bisa tenang, menangis
terus-menerus.
(Dainty, Anjani, 2018;h 61-62)
4. Memberikan konseling perawatan bayi baru
lahir di rumah yaitu menjelaskan kepada ibu
bahwa bayi memerlukan satu lapisan kain
lagi daripada anak-anak yang lebih besar atau
orang dewasa, menjaga ruangan atau bagian
ruangan tetap hangat terutama pada saat
cuaca dingin, mengenakan pakaian atau
selimut sepanjang hari, pada malam hari
biarkan bayi tidur dengan ibu atau mudah
dijangkau ibu untuk mendorong menyusui
5. Menjelaskan tanda bayi cukup ASI, yaitu
bayi terlihat puas, akan terjadi penurunan
berat badan kurang dari 10% berat badan lahir
pada minggu pertama, berat badan bayi naik
paling tidak 160 gram pada minggu-minggu
berikutnya atau minimal 300 gram pada bulan
pertama, bayi buang air kecil minimal 6 kali
sehari, kotoran bayi berubah dari warna
gelap ke warna coklat terang atau kuning
setelah hari ke-3.

D. Catatan Perkembangan Bayi Baru Lahir 8-28 Hari

SOAP Keterangan
S 1. Pola nutrisi
Pemenuhan Nutrisi bayi disesuaikan dengan usia.
Makanan utama bayi usia 0-6 bulan adalah ASI
107

atau ASI eksklusif, sedangkan pada usia 6 bulan


bayi diberi makanan tambahan ASI (MPASI).
(Astuti Setiyani,Sukesi, 2016;h 143)
2. Pola eliminasi
Bayi yang diberi ASI secara eksklusif memiliki
feses yang lebih ringan dan biasanya berwarna
bening atau kuning(golden feses), terkadang
tidak berbentuk maupun berbentuk seperti
pasta/krim, dan terkadang berbentuk biji-bijian.
Sedangkan bayi yang diberi susu formula,
memiliki feses yang keras dan menggumpal.
Pada bayi yang telah diberi susu formula
perlu dicurigai adanya alaergi terhadap susu
formula yang diberikan maupun adanya
kontaminasi patogen apabila fesesnya berbentuk
cair. Bayi biasanya buang air kecil 7-10x hari.
Jika warna urin pucat , kemungkinan intake
cairan kurang. normalnya bayi cukup bulan
berkemih 15 -16 ml/kg/hari. Popok harus diganti
setelah buang air kecil agar bayi tetap bersih,
hangat dan kering (Marmi & Rahardjo, 2018;h
80)
3. Pola Istirahat/Tidur
Bayi usia satu minggu biasanya tidur 16,5 jam
sehari. Saat ini, pola tidur bayi belum teratur
karena jam biologisnya belum matang. Namun
lambat laun ritme tidur berkembang, sehingga
bayi lebih banyak tidur di malam hari
dibandingkan siang hari (Marmi & Rahardjo,
2018;h 81)
O Pada pemeriksaan refleks, bayi baru lajir 2 minggu
ditemukan tonik neck , yaitu ekstremitas pada satu sisi
dimana kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas
yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan
ke satu sisi selagi isirahat.Namun respon ini dapat tidak
ada atau tidak lengkap segera setelah lahi (Marmi &
Rahardjo, 2018;h 72)
A Bayi Ny. X usia 14 hari fisiologis (Marmi & Rahardjo,
2018;h 493)
P Penatalaksanaan yang diberika kepada bayi usia 2 minggu
menurut Astuti Setiyani,Sukesi, (2016;h 89-91) adalah :
1. Menyusui sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam
(setidaknya setiap 4 jam) sejak hari pertama.
2. Jaga agar bayi tetap dalam keadaan bersih, hangat
dan kering degan mengambil popok dan selimut
sesuai kebutuhan. Pastiikan bayi agarbtidak
terlalu panas atau terlalu dingin (dapat
menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa pengaturan
suhu bayi masih dalam perkembangan). Segala
108

sesuatu yang dimasukkan ke kedalam mulut


harus bersih.
3. Menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering
4. Lindungi bayi dari trauma dan penyakit atau
infeksi
5. Mendeteksi tanda bahaya pada bayi, Tanda-tanda
bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu :
a. Bayi sulit menyusu, menghispa dan hisapan
lemah
b. Bayi kesulitan bernapas atau pernapasan cepat
yaitu >60 permenit atau menggunakan otot
napas tanbahn
c. Letargi atau bayi terus-menerus tidur tanpa
bangun untuk makan
d. Kulit bayi berwarna abnormal (sangat kuning)
atau bibir biru (sianosis)
e. Suhu bayiterlalu panas (febris) atau terlalu
dingiin (hipotermia)
f. Gangguan pencernaan, misalnya tidak BAB
selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah
terus menerus, muntah dan perut bengkah,
tinja hijau tua atau berdarah atau lender.
g. Mata bengkak atau mengeluarkan cairan

Anda mungkin juga menyukai