Anda di halaman 1dari 45

Home » Bhs Indonesia » Pengertian, Cara dan Contoh Menyunting Karangan (Teks)

Terlengkap
Sunday, 18 October 2015 Bhs Indonesia

Pengertian, Cara dan Contoh Menyunting


Karangan (Teks) Terlengkap
Pembahsan kali ini adalah tentang cara menyunting karangan dilengkapi dengan contohnya
secara lengkap, baik menyunting karangan narasi maupun menyunting karangan berpola
deduktif dan induktif.

Sebuah teks (buku, bacaan, atau laporan) kadang-kadang pemakaian bahasanya belum tentu
benar semua. Semua itu disebabkan penulis, editor, bahkan orang yang mengetik teks
tersebut hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Ada pun yang dimaksud kesalahan di sini adalah penyimpangan dari kaidah bahasa.
Kesalahan bahasa biasanya terjadi di segi penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata (diksi),
kalimat yang tidak efektif, dan paragraf yang kurang padu.

Kesalahan-kesalahan tersebut dapat diketahui dalam kegiatan menyunting atau memperbaiki


teks. Sebagai seorang pelajar, kalian perlu berlatih menyunting suatu teks (misal: laporan
peristiwa). Oleh karena itu, pada pelajaran ini kalian akan dilatih untuk menyunting sebuah
laporan peristiwa.

Pengertian Menyunting Karangan atau Teks

Menyunting adalah suatu kegiatan mengedit, mengubah, atau merapikan susunan letak atau
penggunaan bahasa sebuah naskah tanpa mengubah makna.

Menyunting tulisan juga dapat diartikan memperbaiki tulisan. Perbaikan itu dilakukan
berdasarkan beberapa pertimbangan berkaitan dengan kaidah penulisan. Perbaikan dapat
bersifat menyeluruh atau sebagian.

Kegiatan menyunting itu sangat penting bagi penulis karena penulislah yang tahu betul seluk
beluk tulisannya. Namun, menyunting juga dapat dilakukan oleh orang lain.

Panduan Cara Menyunting Karangan (Teks)


Tahapan dan Cara Menyunting Karangan beserta Contohnya

Ada tiga tahapan dalam menyunting, yaitu menyunting isi, organisasi, dan bahasa. Akan
tetapi, dalam pembahasan kali ini, kita hanya akan dilatih menyunting sebuah laporan dari
segi bahasa yang mencakup ejaan, tanda baca, pilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan
keterpaduan paragraf.

1. Ejaan

a. Penulisan Huruf

Secara umum, dalam Kamus Besar Bahssa Indonesia digunakan ejaan bahasa Indonesia yang
diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Ejaan tersebut
misalnya penulisan huruf kapital.

Berikut ini contoh penggunaan huruf kapital yang tepat.

Sumbangan pembaca Jawa Pos kembali disalurkan kepada warga Dusun Ngompro dan
Pilang.
       1                                2                                                                                 3

Keterangan:

1 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama kata pada awal kalimat.

2 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama semua kata di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan.

3 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama nama geografi.

b. Tanda Baca

Penulisan tanda baca, misalnya pada penulisan:

1) tanda titik (.)                    4) tanda garis hubung satu (-)

2) tanda koma (,)                  5) tanda kurung (( ... ))

3) tanda petik (" ... ")

Berikut ini contoh penggunaan tanda baca dalam sebuah paragraf.

Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta paket buku
dan alat tulis. "Alhamdulillah, kami senang karena selama ini belum pernah ada bantuan
alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran, kepala Dusun Ngompro, kepada
Kundari Pri Susanti dari Radar Madiun (grup Jawa Pos). Bantuan susu akan diserahkan
kepada ibu-ibu yang mempunyai balita.
Keterangan:

 Tanda titik (.) dipakai pada akhir kalimat.

 Tanda koma (,) pada tulisan Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus
setel seragam SD serta paket buku dan alat tulis. Tanda koma tersebut dipakai di
belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Selain itu tanda koma juga berfungsi untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: "Alhamdulillah, Kami senang karena selama
ini belum pernah ada bantuan alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran.

 Tanda petik ( " ..." ) pada tulisan "Alhamdulillah, kami senang karena selama ini
belum pernah ada bantuan alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran,
kepala Dusun Ngompro. Tanda petik tersebut berguna mengapit petikan langsung
yang berasal dari pembicaraan.

 Tanda pisah (-) pada penulisan ibu-ibu berguna menyambung unsurunsur kata ulang.

 Tanda kurung (( ... )) pada tulisan Radar Madiun (grup Jawa Pos) berguna mengapit
tambahan keterangan atau penjelasan.

2. Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata misalnya pemilihan kata-kata baku. Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya
ragam bahasa baku dan ragam bahasa nonbaku (ragam dialek dan percakapan sehari-hari).

Ragam bahasa nonbaku artinya penggunaan kata-kata tidak baku dalam kalimat. Kata yang
bergaris bawah berikut ini merupakan contoh penggunaan kata yang tidak baku dalam sebuah
paragraf.

Sumbangan pembaca Jawa Pos terus mengalir. Senin siang kemarin, Direktur SDM PT Tjiwi
Kimia Drs. Sunoto M.B. bersama Ketua SPSI Toto Suprianto dan temen-temennya datang
menyumbang Rp150 juta untuk korban bencana banjir ke Jawa Pos. "Ini hasil yang
dikumpulkan dari temen-temen karyawan Tjiwi Kimia," tutur Toto Supriyanto kepada M.
Nasaruddin Ismail di kantor Jawa Pos.

Keterangan:

Kata temen-temen dalam paragraf di atas adalah contoh kata yang tidak baku. Kata baku dari
temen-temen adalah teman-teman.

3. Penggunaan Kalimat yang Efektif

Kalimat yang bagaimanakah yang disebut kalimat efektif? Kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mengungkapkan gagasan pemakaiannya secara tepat dan dapat dipahami secara
tepat pula.
Ada pun yang dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat yang mempunyai kaidah
sebagai berikut.

a. Memerhatikan Bentuk Gramatikal

Contoh:

Kami semua menghadiri rapat di balai desa.

Kata kami telah menunjukkan jamak (berarti jamak), sehingga tidak perlu ditambah kata
semua. Jadi kalimat yang efektif adalah:

- Kami menghadiri rapat di balai desa.

b. Tidak Menggunakan Kata secara Berlebihan dan Bertumpang Tindih

Contoh:

- Pada saat banjir yang telah lalu, mereka juga menerima bantuan sembako.

Penggunaan kata pada saat dan telah lalu pada kalimat di atas terlalu berlebihan karena
kedua kata tersebut artinya sama. Jadi seharusnya digunakan salah satu saja agar efektif,
misal:

- Saat banjir yang lalu, mereka juga menerima bantuan sembako.

c. Tidak Menggunakan Kata Depan yang Berlebihan

Contoh:

- Selain daripada itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta
paket buku dan alat tulis.

Kata depan daripada tidak perlu dipakai karena dengan penggunaannya itu subjek kalimat
menjadi tidak jelas. Jadi penulisannya menjadi:

- Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta paket buku
dan alat tulis.

4. Penyusunan Paragraf

a. Kepaduan Paragraf

Suatu paragraf disebut padu jika kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut padu
(kohesif) dan paragraf-paragraf dalam bacaan tersebut juga padu (koheren). Berikut ini
contoh paragraf yang kohesif dan kata-kata yang bercetak tebal merupakan penanda
kohesinya.

Selepas kebanjiran, warga yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan
hidup. Banyaknya sawah dan rumah yang rusak membuat warga trauma bila diminta
mengingat kembali banjir yang pernah menerjang dusun mereka. "Warga Ngompro saat itu
terendam sejak Rabu sampai Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras,"
kata Joko Purwanto, Kepala Desa Ngompro.

Sementara itu, kaum ibu rumah tangga kehilangan alat memasak mereka. Warga Ngompro
kebanyakan memang memasak menggunakan tungku dari tanah liat dan berbahan bakar
kayu. Saat banjir, tungku mereka pun ikut hancur lebur, kayu-kayu masih basah dan tak bisa
dipakai lagi. Ada pula yang nekat menjadikan meja mereka dialasi seng, lalu dijadikan
tungku.

Keterangan:

Penanda kohesi: sementara itu..

Kohesif artinya keterpaduan antarkalimat dalam satu paragraf, sedangkan koheren artinya
keterpaduan antarparagraf dalam satu wacana.

b. Kesatuan Paragraf

Setiap paragraf dalam bacaan adalah sebuah kesatuan yang membicarakan salah satu aspek
dari tema seluruh bacaan.

Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf harus berhubungan satu sama lain, sehingga
merupakan kesatuan untuk menyampaikan suatu maksud, untuk mengulas sesuatu hal yang
menjadi pembicaran dalam paragraf itu.

Jadi, dalam sebuah paragraf harus ada ide pokok yang mempersatukan semua kalimat dalam
paragraf itu. Ide pokok suatu paragraf itu dapat ditampilkan di awal, di tengah, atau di akhir
paragraf.

Contoh:

Selepas kebanjiran, warga yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan
hidup. Banyaknya sawah dan rumah yang rusak membuat warga trauma bila diminta
mengingat kembali banjir yang pernah menerjang dusun mereka. "Warga Ngompro saat itu
terendam sejak Rabu sampai Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras,"
kata Joko Purwanto, Kepala Desa Ngompro.

Kalimat yang dicetak tebal pada paragraf di atas merupakan ide pokok dari paragraf tersebut.

SOAL :
1.Penduduk desa Makmur mulai berkarya (1) di sawah.
Mereka akan menumbuhkan (2) padi. Karena musim
penghujan sudah hadir (3). Mereka berharap panen tahun ini
lebih baik.
Perbaikan pilihan kata pada paragraf tersebut adalah ....
A. membajak, menanamkan, ada
B. membajak, bertanam, ada
C. membajak, ditanam, datang
D. membajak, menanam, datang

KUNCI JAWABAN : D
PEMBAHASAN :
Pilihan kata yang cermat adalah yang sesuai dengan kaidah
EYD. Pilihan kata itu harus dikaitkan dengan makna yang kita
maksud. Bentuk kata yang sama, misalnya, dapat bermakna
lain kalau kita kemukakan dalam konteks yang berbeda.
Kata kunci : bekerja di sawah (membajak), menumbuhkan…
(menanam).. hadir (datang)

Indikator Soal : Disajikan kalimat tidak efektif, siswa dapat


menentukan perbaikan yang tepat

SOAL :
2.Semua siswa wajib merasakan upacara setiap hari Senin.
Perbaikan kata yang bercetak miring pada kalimat tersebut
yang tepat adalah ….
A. mengikuti
B. mendalami
C. menjalani
D. menyatakan

KUNCI JAWABAN : A
PEMBAHASAN :
Pilihan kata yang cermat adalah yang sesuai dengan kaidah
EYD. Pilihan kata itu harus dikaitkan dengan makna yang kita
maksud. Bentuk kata yang sama, misalnya, dapat bermakna
lain kalau kita kemukakan dalam konteks yang berbeda.
Kata kunci : upacara “tidak dirasakan” tetapi “diikuti”

Indikator Soal : Disajikan sebuah paragraf yang di dalamnya


terdapat tiga pilihan kata yang tidak tepat, siswa dapat
menentukan kata perbaikannya.
Soal :

3.Puskesmas Kasih adalah puskesmas yang banyak dikunjungi


pasien. Dokternya ramah dan terkenal bertangan panas (1).
Setiap pasien yang bersilaturahmi (2), selalu dibantu (3)
dengan baik. Tidak heran, jika banyak orang yang berobat ke
Puskesmas itu.

Kata bercetak miring pada paragraf tersebut tepat diganti


dengan ....
A. dingin, berkunjung, ditolong
B. dingin, berobat, dianjurkan
C. dingin, berkunjung, disuntik
D. dingin, berobat, dilayani

Kunci Jawaban: D

Pembahasan
Ketepatan pilihan kata akan mempermudah penafsiran orang
terhadap isi kalimat tersebut, sebaliknya ketidaktepatan
pilihan kata akan mempersulit orang dalam menafsirkan isi
kalimat. Penggunaan kata yang kurang tepat pada kalimat
tersebut adalah panas, bersilaturahmi, dan dibantu. Kata-
kata tersebut harus diganti dengan kata dingin, berobat,
dilayani

Indikator Soal : Disajikan sebuah kalimat yang


menggunakan pilihan kata tidak tepat, siswa dapat
mentukan perbaikannya.
Soal :

4.Peserta seminar diundang masuk ke ruangan.

Perbaikan kata yang dicetak miring pada kalimat tersebut


yang tepat adalah ….
A. dimohon
B. diajak
C. disarankan
D. diusahakan

Kunci Jawaban : A
Pembahasan :
Pilihan kata yang cermat adalah yang sesuai dengan kaidah
EYD. Pilihan kata itu harus dikaitkan dengan makna yang kita
maksud. Bentuk kata yang sama, misalnya, dapat bermakna
lain kalau kita kemukakan dalam konteks yang berbeda.
Kata kunci: Peserta seminar tidak diundang, tetapi dimohon
masuk ke ruangan.
SOAL-SOAL LAIN:
Soal 5
Kesadaran orang … membuat raga makin bugar semakin tinggi. Jika bosan berolahraga di taman
kota, cobalah berolahraga di pantai. Selain mendapat suasana baru, udara di pantai lebih segar dan
bersih … jauh dari polusi.

Kata penghubung yang tepat untuk melengkapi paragrap tersebut …


a. untuk, sehingga
b. agar, untuk
c. untuk, karena
d. supaya, sebab

6. Pada beberapa daerah pedesaan yang belum tersentuh jaringan PAM, air bersih kadang jadi
barang langka. Pada kondisi itu diperlukan tehnologi tepat guna yang mampu menciptakan air bersih
dari sumber air yang sudah tercemar.
Kata yang perlu disunting adalah . . . .
a. beberapa dihilangkan, jadi diganti menjadi, barang dihilangkan
b. pada diganti di, tehnologi diganti teknologi
c. pada diganti di, beberapa dihilangkan
d. beberapa dihilangkan, tehnologi diganti technology

Jwban: B

7. Kebun Pak Karta cukup luas. Kebun itu akan ditanami palawija (1). Oleh karena itu, dia mengolah
tanahnya dengan memberikan pupuk (2) dan melakukan pembibitan (3) yang baik. Ia berharap
panen (4) tahun ini melimpah.
Susunan istilah yang tepat pada paragraf tersebut menjadi kamus kecil adalah . . . .
a. (2), (1), (3), (4)
b. (3), (1), (4), (2)
c. (1), (2), (3), (4)
d. (1), (3), (4), (2)

Pembahasan: Untuk mengurutkan, kata yg berimbuhan harus diubah mjd kata dasar terlebih dahulu
(pembibitan diubah mjd bibit). Jwban: B

8. Humor (1) harus disampaikan dengan cara (2) yang baik. Jangan memakai kekurangan orang atau
cacat (3) teman sebagai humor. Meskipun lucu jangan menyakiti hati teman yang dilucukan (4).
Humor seperti itu bukanlah humor yang cerdas (5).
Kata-kata bercetak miring dalam paragraf tersebut jika diurutkan dalam bentuk kamus kecil, urutan
yang tepat adalah . . . .
a. (3), (2), (1), (4), (5)
b. (3), (2), (5), (1), (4)
c. (3), (2), (4), (5), (1)
d. (3), (1), (2), (4), (5)

Pembahasan: Untuk mengurutkan, kata yg berimbuhan harus diubah mjd kata dasar terlebih dahulu
(dilucukan diubah mjd lucu). Jwban: B

Menyunting Naskah

Kamu pasti sering mendengar istilah


menyunting naskah atau tulisan, tapi tahukah apa sebenarnya menyuntingan itu? Menyunting
teks dgdg karangan merupakan proses pembenahan sebuah teks karangan sebelum menjadi
teks karangan yang siap disajikan, dinilaikan, ataupun diterbitkan. Penyuntingan bertujuan
untuk menghindarkan teks karangan dari kesalahan-kesalahan, baik menyangkut isi maupun
penggunaan bahasa, dengan cara mengoreksi isi tulisan secara cermat dan teliti.

Sebuah teks (buku, bacaan, atau laporan) kadang-kadang pemakaian bahasanya belum tentu
benar semua. Semua itu disebabkan penulis, editor, bahkan orang yang mengetik teks
tersebut hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Ada pun yang dimaksud
kesalahan di sini adalah penyimpangan dari kaidah bahasa. Kesalahan bahasa biasanya terjadi
di segi penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata (diksi), kalimat yang tidak efektif, dan
paragraf yang kurang padu. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat diketahui dalam kegiatan
menyunting atau memperbaiki teks. Sebagai seorang pelajar, kalian perlu berlatih
menyunting suatu teks (misal: laporan peristiwa). Oleh karena itu,  agar dapat memperbaiki
ejaan dan tanda baca dalam sebuah tulisan, kamu harus menguasai kaidah-kaidahnya. Untuk
dapat menguasai kaidah ejaan dan tanda baca, kamu harus mempelajari buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
Pada materi ini kalian akan diajak untuk mempelajari salah satu aspek penyuntingan, yaitu
menyunting ejaan dan tanda baca, pilihan kata, penggunaan kalimat efektif , dan keterpaduan
paragraf. Agar pembelajaran berhasil, aktivitas yang harus kalian lakukan adalah (1)
menyunting ejaan dan tanda baca, (2) menyunting pilihan kata,  (3) menyunting kalimat, dan
(4) menyunting paragraf.
1.    Ejaan dan Tanda Baca
Ejaan dan tanda baca merupakan faktor penting dalam penyuntingan sebuah naskah atau
karangan. Seorang penyunting agar dapat menyunting dengan baik modal utama yang harus
dimilki adalah mampu menguasai Pdoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) karena pada dasarnya tulisan yang baik dan benar yaitu tulisan yang
sesuai dengan tata bahasa baku yang disempurnakan.
a.    Ejaan
Secara umum, dalam Kamus Besar Bahssa Indonesia digunakan ejaan bahasa Indonesia yang
diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Ejaan
merupakan komponen bahasa ragam tulis yang sangat menentukan benar salahnya sebuah
tulisan. Ejaan yang dibahas pada bab ini meliputi huruf kapital, huruf miring, penulisan kata.
1)    Penulisan huruf Kapital
a)    Huruf kapital dipakai sebagai penanda awal kalimat.
contoh:
Adik pergi ke sekolah.
Jangan pergi dari rumah!
b)    Huruf kapital diapakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
contoh:
Ayah bertanya, “Kapan ibu pulang?”
“Kakak naik sepeda motor,” katanya.
c)    Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
contoh:
Allah, Yang Mahakuasa, Quran, Islam,
Tuhan akan mengampuni dosa hamba-hamba-Nya yang mau  bertobat.
d)    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Mahaputra Alif, Sultan Hasanuddin, Haji Busri, , Nabi Muhammad.
e)    Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.
Contoh:
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Perdana Mentri Nehru, Profesor Dandan.
f)     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh:
banngsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Prancis.
g)    Huruf kapital dipakai sebagai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Contoh:
tahun Hiriah, hari Kamis, bulan Ramadhan, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
h)    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
Selat Sunda, Semarang, Gunung Merapi,
i)      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata hubungan kekerabatan, seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, paman, bibik, kakek, dan nenk yang dipakai sebagai kata ganti atau
sapaan.
Contoh:
Surat Saudara telah saya baca.
Pergi kemana Ibu kemarin?
2)    Penulisan Huruf Miring
Huruf yang dicetak miring disebut juga dengan istilah huruf kursif. Untuk tulisan tangan atau
ketikan, kata yang dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. adapun pemakaiannya
sebagai berikut.
a)    Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan.
Contoh:
majalah Bola, buku Wacana, surat kabar Suara Merdeka
b)    Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagiann kata, atau
kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata bahasa adalah b.
Buatlah kalimat dengan kata bermain.
c)    Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang
belum disesuaikan ejaannya.
contoh:
Politik devide et impera sangat berbahaya bagi persatuan bangsa.
kemarin saya telah ikut ujian TOEFL di Semarang.
3)    Penulisan Kata
Pada bagian ini akan dibicarakan kata dasar dan kata-kata turunan. Kata-kata turunan terdiri
atas kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata si dan sang, serta partikel.
a)    Cara Penulisan Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Contoh:
Buku itu sangat tebal.
Andi punya mobil baru.
b)    Cara Penulisan Kata Turunan.
1.      Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
memfitnah, perbaikan, dizakati
2.      Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
unsur yang langsung mengikuti atau medahulinya.
Contoh:
anak tirinya, membanting tulang, tanda tangani
c)    Cara Penulisan Kata Ulang
bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-).
Contoh:
anak-anak, buku-buku, mata-mata, ramah-tamah, sayur mayor.
d)    Cara Penulisa Gabungan Kata
1.    Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khususnya, bagian-
bagian umumnya ditulis terpisah.
Contoh:
mata keranjang, meja hijau, kereta api
2.    Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
contoh:
Akhirulkalam, matahari, saputangan, adidaya, pancakarya,
e)    Cara Penulisan Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya.
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; mu dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Silakan kauberdoa supaya permintaanku dan permintaanya dikabulkan.
f)     Penulisan Kata Depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata.
contoh:
Andi bermalam di rumahku setelah berngkat  dari semarang.
Mari kita berangkat ke pasar.
g)    Cara Penulisan Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Sekarang si Midun sedang bercerita tentang sang kancil.
h)    Penulisan Partikel
Partikel merupakan golongan kata yang tidak dapat berdiri sendiri, seperti lah, kah, tah, pun,
dan per.
Contoh:
Apakah Saudara telah melakukannya?
Ajaklah istrimu mendirikan salat.
Jangankan bersedekah, zakat pun tidak pernah.
Harga hewan kurban itu rata-rata Rp 1000.000,- per ekor.
b.    Tanda Baca
Tanda baca disebut juga dengan istilah pungtuasi. Pungtuasi, yaitu tanda yang dipakai dalam
bagian kalimattertulis yang dibuat berdasarkan unsure suprasegmental dan hubungan
sintaksis. Unsur suprasegmental, yaitu unsur bahasa yang kehadirannya bergantung pada
kehadiran unsure segmental. Unsur ini terdiri atas tekanan keras, tekanan tinggi, dan tekanan
panjang.
Tanda baca yang akan dibicarakan adalah titik, koma, tanda petik, tanda hubung, tanda
kurung.
1)    Tanda Titik (.)
a)    Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Pamanku tinggal di Solo.
Biarlah dia duduk di sana.
b)    Tanda titik diapakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Contoh:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik).
c)    Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada
singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
a.n (atas nama), dkk (dan kawan-kawan), jln (jalan).
2)    Tanda Koma (,)
a)    Tanda koma dipakai diantara unsure-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contoh:
Ulil, Afif, dan Anis sedang kuliah.
b)    Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Kata bapak, “Kamu harus terus belajar.”
c)    Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal  kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
demikian, akan tetapi.
Contoh:
Lagi pula, mengapa engkau marah-marah.
oleh karena itu, lebih baik tinggalkan saja pekerrjaanmu.
3)    Tanda Petik (“…”)
a)    Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan naskah atau bahan
tertulis lain. Kedua pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Contoh:
Kata Andi, “Janganlah kamu suka bermain.”
b)    Tanda petik mengapit istilah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus,
Cotoh:
Ia bercelana panjang yang dikalangan remaj dikenal dengan istilah “cutbrai”
c)    Tanda petik mengapit mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai
dalam kalimat.
Contoh:
Karangan Alif yang berjudul “Bangunlah Negeriku” diterbitkan dalam Kompas.
4)    Kata Hubung (-)
a)    Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak, bapak-bapak, keputih-putihan
b)    tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesai dengan bahasa asing.
Contoh:
men-drible bola, di-reshuffle
5)     Tanda kurung ((…))
a)    Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
Contoh:
Meskipun dia lolos dari KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), namun hidupnya tidak akan
tenang.
b)    Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang tidak integral dengan pokok
pembicaraan.
Sajak Andi yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada taahun
2009.
2.    Pilihan Kata (Diksi)
Diksi atau pilihan kata  perlu diperhatikan penyuntig dalam menyunting karangan. seorang
penyunting yang baik seharusnya mampu memilih kata mana yang sesuai diterapkan dalam
karangan. Ia pun diharuskan mengetahui sinonim, tata perlambangan, akronim, dan
singkatan. Selain itu penyunting juga diharuskan mempunyai kemampuan untuk
membedakan ragam bahasa baku dan non baku. Dalam situasi resmi, misalnya dalam tulisan
ilmiah, dituntut untuk menggunakan kata baku. Sebaliknya, dalam situasi tidak resmi,
misalnya dalam percakapan sehari-hari, dapat menggunakan kata-kata tidak baku. Jadi
seorang penyunting perlu menuasai kosakata yang lebih dan peristilahan yang sesuai untuk
menentukan corak dan mutu keteknisan tulisan.
Disini akan dipaparkan tentang sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang maknanya mirip
namun bentuk dan maknanya berbeda. Oleh karena itu, seorang penyunting karangan
seharusnya paham tentang perbendaharaan kata-kata itu. berikut ini akan dipaparkan
sejumlah kata yang sepintas maknanya mirip, tetapi bentuknya berbeda.
a.    Kata segala, segenap, seluruh, dan semua.
segala        : Sinetron itu untuk segala usia.
segenap      : Segenap lapisan masyarakat ikut merayakan hari  kebangkaitan nasional
kemarin.
seluruh        :   Seluruh Mahasiswa baru FBS mengikuti OKPT.
semua         : semua bertepuk tangan ketika debat calon presiden  dimulai.
b.     Kata adalah, ialah, dan yaitu.
adalah         : Alif adalah siswa SMA Negeri 3 Demak.
ialah            : Puisi ialah sebuah karya sastra yang memiliki makna indah.
yaitu            : Budi memiliki dua orang istri, yaitu Solihah dan Salamah.
c.    Kata dan lain-lain (dll.) “macam-macam”.
Contoh        : Ayah membeli rokok, sabun mandi, meinyak tanah, pensil, dan lain-lain
d.    Kata dan sebagainya (dsb) “satu macam/jenis”.
Contoh        : Tadi kakak membeli peraltan tulis berupa pensil, buku, penggaris, dan
sebagainya.
e.    Kata tiap dan masing-masing
tiap                                    : Tiap hari saya selalu belajr keras.
masing-masing     : Masing-masing anak mempunyai tugas yang berbeda dari dosen.
f.     Kata jam dan pukul
jam                        : Jarak Semarang-Demak bisa ditempuh dalam 1jam.
pukul         : Tadi pagi saya berangkat kuliah pukul 07.00.
g.    Kata banyaknya dan jumlah
banyaknya            : Banyaknya mobil Syeh Puji 10 buah.
jumlah       : Jumlah uang saya hanya sepuluh ribu.
            Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa diksi memiliki peranan yang penting
dalam penyuntingan karangan karena apabila seorang penyunting atau editor tidak dapat
memilih kata-kata yang tepat berdampak pada hasil karangan yang kurang enak untuk
dinikmati pembaca.
3.    Kalimat Efektif
            Selain ejaan dan pilihan kata yang diperhatikan dalam menyunting karangan adalah
keefektifan kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang bisa menyampaikan pesan secara
tepat. Dengan kalimat efektif, pesan yang hendak disampaikan kepada pembaca akan
diterima secara tepat. Kalimat efektif terhindar dari dari makna yang ambigu, penghamburan
kata, kesalahan tata bahasa, ketidak logisan makna, kerancuan, dan pengaruh bahasa lain.
a.      Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk membuat kalimat yang efektif, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu kepaduan,
kesejajaran, dan kelogisan.
1)    Kepaduan
Kepaduan atau koherensi bisa dibicarakan pada bagian pembentukan paragraf. Paragraf yang
baik , mengandung kalimat-kalimat yang padu.
a)    contoh kalimat yang tidak padu karena kesalahan menempatkan kata depan.
DPR pusat sedang membicarakan tentang undang-undang pronoaksi dan pornografi.
Seharusnya:
DPR pusat sedang membicarakan tentang undang-undang pornoaksi dan pornografi.
2)    Kesejajaran
            kesejajaran adalah kesamaan jenis kata-kata yang mempunyai gagasan dalam kalimat.
Apabila gagasan utama dalam kalimat itu terletak pada kata pertama kata benda, gagasan kata
keduanya juga harus kata benda, dan seterusnya. Apabila gagasan utama kalimat tersebut
pada kata pertama kata kerja, gagasan kata keduanya juga harus kata kerja dan seterusnya.
Berikut contoh yang kalimat yang tidak sejajar.
Penyakit flu babi merupakan penyakit berbahaya dan mengerikan sebab pencegahan dan
mengobatinya masih belum banyak yang tahu.
Seharusnya:
Penyakit flu babi merupakan penyakit membahayakan dan mengerikan sebab pencegahan
dan pengobatannya masih belum banyak yang tahu.
3)    Kelogisan
            Benar dan salah sebuah kalimat bukan hanya ditentukan oleh strukturnya, tetapi juga
unsur lain yang harus diperhatikan, yaitu kelogisan maknanya. Kalimat yang maknanya tidak
logis bukan hanya membingungkan pembaca, tetapi juga tidak bisa menyampaikan pesan
secara akurat sesuai dengan tujuan kalimat efektif. Berikut contoh kalimat yang maknanya
tidak logis.
a.    Toko itu menjual buku pelajaran bahasa Indonesia.
b.    Polisi itu berhasil ditangkap polisi.
            Kalimat (a) tidak logis karena. Ketidaklogisannya terletak pada hubungan subjek dan
predikat tidak berterima, karena yang bisa menjual itu bukan tokonya, melainkan pemilik
toko. Kalimat (b) pencuri yang berhasil itu seharusnya yang tidak tertangkap polisi, bukannya
yang tertangkap polisi.
Seharusnya
a.    Di toko itu dijual buku pelajaran bahasa Indonesia.
b.    Polisi berhasil menangkap pencuri.
Beberapa faktor penyebab
b.      Beberapa Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat.
Ada beberapa faktor penyebab ketidak efektifan kalimat. Faktor-faktor tersebut, yaitu
kesalahan tata bahasa, ketaksaan kalimat, ketidakhematan kata, kerancuan kalimat, dan
pengaruh bahasa asing dan daerah.
1)    Kesalahan Tata Bahasa
Berikut contoh kalimat tidak efektif akibat kesalhan tata bahasa.
a.    Demikain  surat pemberitahuan ini, atas perhatiannya, saya ucapkan terim kasih.
b.    Dia mengalamai kecelakaan ketiga kalinya.
Pada kalimatg  (a) kata ganti nya mengacu pada orang ketiga, sedangkan yang disurati orang
kedua maka langsung saja memakai nama panggilan yang disuarti (Bapak/Ibu/Saudara dll.).
Kalimat (b)  tidak sesuai dengan struktur bahasa Indonesia (yang benar kata kali ketiganya).
Seharusnya
a.     Demikain  surat pemberitahuan ini, atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan
terim kasih.
b.    Dia mengalamai kecelakaan kali ketiganya.
2)    Ketaksaan atau Keambiguan Kalimat
Berikut contoh kalimat taksa atau ambigu.
a.    Kucing makan tikus mati.
b.    Istri dokter baru
             Pada kalimat (a), apa yang mati? Kalau yang dimaksud tikus yang mati, di antara
subjek dan prediket sebaiknya terdapat tanda pisah (-) atau kata penghubung yang sebelum
kata keterangan. Kalimat (b) kalau yang dimaksud yang baru itu istri dokter, di antara subjek
dan predikat diberi tanda pisah (-) atau kata penghubung yang sebelum kata keterangan.
Seharusnya
a.    Kucing-makan tikus mati./Kucing makan tikus yang mati.
b.    Istri dokter-baru./Istri dokter yang baru.
3)    Ketidakhematan Kata
Berikut contoh kalimat yang tidak menghemat kata.
a.    Keinginan daripada DPR sekarang tidak selaras dengan keinginan rakyat.
b.    Beberapa kejadian-kejadian alam terjadi di Indonesia.
            Pada kalimat (a), kata daripada tidak diperlukan karena merusak tatanan kalimat.
Dalam kalimat (b), kata beberapa sudah menunjukkan jamak, kataberikutnya tidak perlu
diulang.
Seharusnya
a.    Keinginan DPR sekarang tidak selaras dengan keinginan rakyat.
b.    Beberapa kejadian alam telah terjadi di Indonesia.
4)    Kerancuan Kalimat
Kalimat yang rancu adalah kalimat yang strukturnya kacau tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Berikut contoh kalimat rancu.
a.    Mereka sedang merayakan akan kemenangannya.
b.    bukan hanya materi yang aku cari, malinkan harga diri.
            Kalimat (a) merupakan kalimat kalimat aktif maka setelah predikata tidak perlu ada
kata akan karena predikat aktif langsung diikuti objek. Kalimat (b) frase bukan hanya biasa
diikuti frase tetapi juga, bukan melainkan.
Seharusnya
a.    Mereka sedang merayakan akan kemenangannya.
b.    bukan hanya materi yang aku cari, tetapi harga diri.
5)    Pengaruh Bahasa Asing dan Bahasa Daerah
Setiap bahasa menpunyai kaidah masing-masing. Kaidah bahasa yang satu tidak bisa
digunakan pada bahasa yang lain. Karena kaidah merupakan salah satu komponen bahasa
yang membedakannya dengan bahasa lain. Berikut contoh kalimat yang dipengaruhi bahasa
daerah dan bahasa asing.
a.    Anak itu ketabrak mobil dan belum ada yang mau ngerawatnya.
b.    PKM di mana para pemuda biasa berkumpul, sekarang beralih fungsi menjadi musala.
Pada kalimat (a), kata ketabrak, ngerawat tu dipengaruhi bahasa Sunda. Bahasa Indonesia
yang benar (tertabrak, merawat). selanjutnya, pada kalimat (b) kata di mana merupakan
pengaruh bahasa Inggris. Dalam bahasa Indnesia, tidak ada kata Tanya di tengah kalimat.
Dalam bahasa Inggris sebagai kata sambung (Conjuction) yang artinya yang.
Seharusnya
a.    Anak itu tertabrak mobil dan belum ada yang mau merawatnya.
b.    PKM tempat para pemuda biasa berkumpul, sekarang beralih fungsi menjadi musala.

Pengertian, Cara Menyunting, Beserta Contoh Suntingan


Pengertian, Cara Menyunting, Beserta Contoh Suntingan - Menyunting adalah suatu kegiatan
mengedit, mengubah, atau merapikan susunan letak atau penggunaan bahasa sebuah naskah
tanpa mengubah makna. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Depdikbud, bahwa menyunting
merupakan kegiatan merapikan naskah agar dapat dicetak dengan melihat, membaca, atau
memperbaiki naskah secara keseluruhan dari segi tata bahasa maupun segi materi, penyajian,
kelayakan, dan kebenaran  isi naskah yang akan diterbitkan. 

Orang yang menyunting disebut penyunting. Biasanya penyunting adalah orang yang
berpengalaman dibudangnya dan mengetahui atau memahami makna serta materi pada
naskah. Dalam menyunting naskah, ada tiga aspek yang akan disunting, yaitu isi, organsasi
(susunan, letak penulisan, enumerisasi, dll.), dan bahasa yang digunakan  jika dirasa kurang
tepat.

Menyunting teks ialah memperbaiki teks sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang
disesuaikan. Apa saja yang disunting dalam sebuah teks???  Sebuah teks disunting karena
ingin menjaga kualitas teks tersebut. Misal pada sebuah surat kabar, sebelum berita
diterbitkan, maka editor akan melihat terlebih dahulu naskah dan akan menyunting naskah
tersebut, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkann. Adapun hal-hal yang dilihat
dalam menyunting yaitu:
1. Ejaan. Editor atau penyunting akan melihat teks tersebut menggunakan aturan ejaan yang
disempurnakan atau tidak, jika tidak maka harus disesuaikan. Contoh: mentiup merupaka
kata yang imbuhan yang salah. Dalam aturan imbuhan me-, jikan bertemu dengan huruf “t”,
maka “t” menjadi hilang. Sehingga kata “mentiup” disunting menjadi meniup.

2. Tanda baca. Penggunaan tanda baca seperti tanda titik (.), tanda koma (,), tanda petik
(“....”) harus memiliki ketepatan, sehingga perlu diperhatikan juga jika sedang menyunting
teks. Contoh: penulisan Mei Rukmana SPd. Memiliki kesalahan dalam penggunaan tanda
baca. Penulisan yang sesuai dengan kaidah EYD yaitu setelah nama menggunakan tanda
koma, dan penulisan gelar dipisahkan dengab tanda titik, seperti berikut Mei Rukmana, S.Pd. 

3. Diksi. Pemilihan kata atau diksi juga harus diperhatikan, mengingat jenis tulisan yang
sifatnya formal atu tidak penyuntin akan menggunakan diksi yang maknanya lebih halus atau
menggunakan makna dentasi atau konotasi untuk menyampaikan maksud yang ingin
diutarakan.

4. Kalimat. Keefektifan kalimat seperti susunan S-P-O-K atau lainnya.

5. Sistematika penulisan. Penulisan paragraf atau teks, mulai dari enumerisasi atau lainnya.

6. Kebenaran konsep. Dalam teks biasanya ditemukan konsep-konsep ilmiah, penynting aka
melihat hal tersebut yang dicantumkan benar atau tidak. 
Advertisement

Tujuan dari menyunting teks adalah untuk menyajikan teks yang baik dan benar sesuai
dengan kaidah EYD. Naskah yang disunting merupakan nskah yang bersifat formal, seperti
surat kabar dan media informasi atau buku-buku ilmiah (buku sekolah, jurnal, dan lainnya)
yang dituntut untuk menggunkan tata kebahasaan sesuai dengan EYD. Editor atau penyunting
bertugas untuk menyunting teks sebelum diterbitkan. 

Berikut contoh teks yang belum disunting:

Sel adalh (1) unit terkecil dari kehidupan. Sel menjalankn(2) fungsi struktural dan
funsional(3) bagi makluk(4) uniseluler maupun multiseluler. Hal ini diungkapkan oleh
schleiden dan schwann (5), ilmuwan botani dan zoologi yang melakukan penelitian secara
terpisah. Sel tersusun atas organel-organel yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu dalam
mendukung kerja sel (6). Berdasarkan(7) keberadaan membran inti, sel dibedakan menjadi
dua macam yaitu prokariot dan eukariot. Prokariot adaah(8) merupakan kelompok sel yang
tidak memiliki membran inti sedangkan(9) eukariotik merupakan kelompok sel
denganmembran inti. keberadan membran inti membedakan keduanya(9). Makhluk hidup
yang termasuk ke dalam prokariotik ialah bakteri dan alga biru yang tergolong ke dalam
kingdom monera (10) dalam sistem lima kerajaan yang dibuat oleh Whittaker. Sementra itu,
makhluk hidup lainnya yaitu jamur, tumbuhan, protozoa, ganggang, hewan, dan manusia
merupakan makhluk hidup bertipe (11) sel eukariotik. 

Jika kita membaca dan mengamati teks di atas, akan ditemukan beberapa penulisan-penulisan
yang tidak sesuai dengan kaidah. Dalam menyunting sebuah teks atau naskah, maka
penyunting harus membaca terlebih dahulu teks tersebut dan menandai kesalahan-kesalahan
penulisan yang terjadi. Selain itu, penyunting menganalisis kalimat yang ditulis, menimbang
dan melihat keefektifan, diksi, serta konsep yang tertera dalam teks tersebut. Seperti pada
contoh paragraf di atas, kita menemukan kesalahan-kesalan yang sudah diberi tanda underline
dan juga penomoran. Berikut merupakan hasil penyuntingan berdasarkan kesalahan yang
sudah ditandai. Perhatikan perubahan yang terjadi, penyuntingan didasarkan pada kaidah
EYD. 

Sel adalah (1) unit terkecil dari kehidupan. Sel menjalankan (2) fungsi struktural dan
fungsional (3) bagi makhluk(4) uniseluler maupun multiseluler. Hal ini diungkapkan oleh
Schleiden dan Schwann (5), ilmuwan botani dan zoologi yang melakukan penelitian secara
terpisah. Dalam mendukung kerja sel, sel dilengkapi dengan organel-organel yang
menjalankan fungsi-fungsi tertentu (6). Berdasarkan(7) keberadaan membran inti, sel
dibedakan menjadi dua macam yaitu prokariot dan eukariot. Prokariot adalah(8)kelompok
sel yang tidak memiliki membran inti, sedangkan (9) eukariotik merupakan kelompok sel
denganmembran inti. [kalimat ini dihilangkan,karena sudah dijelaskan di kalimat
sebelumnya, sehingga menjadi tidak efektif bila ditulis (9)]. Makhluk hidup yang termasuk
ke  dalam prokariotik ialah bakteri dan alga biru yang tergolong ke dalam Kingdom Monera
(10) dalam sistem lima kerajaan yang dibuat oleh Whittaker. Sementra itu, makhluk hidup
lainnya yaitu jamur, tumbuhan, protozoa, ganggang, hewan, dan manusia merupakan
makhluk hidup yang tergolong dalam kelompok (11) sel eukariotik. 

Jumat, 13 Februari 2015


EJAAN DAN TANDA BACA ( Materi Pertemuan ke 3 )

Ejaan dan tanda baca begitu vital dalam bahasa tulis .

Pengertian & pembinaan Ejaan Bahasa Indonesia.

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi


bahasa dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan, penggabungan)
dalam suatu bahasa .
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan sebagai berikut:

Ejaan : kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dsb) dibentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fonetis dan fonemis.
Ejaan fonetis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf,
setelah mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa.
Ejaan fonemis ialah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambang atau
huruf, sehingga jumlah lambang diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan
jumlah lambang dalam fonetis.

Walaupun sistem ejaan bahasa indonesia sekarang didasarkan atas sistem fonetis, yaitu satu
tanda untuk satu bunyi namun masih terdapat kekurangan.

Ada fonem yang masih dilambangkan dengan dua tanda misalnya: ng, ny, kh dan sy.
Sebaliknya ada pula dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu e

Sistem Ejaan yang di Pakai di Indonesia:

a. Ejaan Ch. A. Van Ophuysen


Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1901 sampai tahun 1974 Ejaan ini merupakan warisan
dari ejaan bahasa Melayu yang menjadi dasar dan asal bahasa Indonesia .
b. Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1947 sampai dengan tahun 1972.

c. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.


Ejaan ini mulai berlaku tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini sering disebut dengan Ejaan
yang Disempurnakan atau EYD

Perbedaan ketiga jenis ejaan yang pernah dan sedang berlaku dalam aspek penghurufan dapat
dilihat dalam tabel berikut :

Van Ophuysen Suwandi EYD


Jjy
dj dj j
nj nj ny
Sj sj sy
tj Tj c
ch Ch kh
ZZz
f-f
--v
oe U u
ee e e

Adapun motif lahirnya EYD adalah

a. Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa Indonesia


b. Membina ketertiban dalam penu-lisan huruf dan tanda baca
c. Memulai usaha pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh
d. Mendorong pengembangan bahasa Indonesia

Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan

Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dan tanda baca diatur
dalam kaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di antaranya

(1) Pemakaian abjad,huruf vocal, huruf konsonan, dan abjad.


(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar,
(4) Penulisan huruf miring,
(5) Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan,, gabungan kata
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan,
(7) Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya
(a) Tandatitik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik dua (:),
(d) Tanda titik koma (;)
(e) Tanda titiktitik/ellipsis(….),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((….)),
(i) Tanda hubung (-),
(j) Tanda pisah (--),
(k) Tanda petik tunggal (‘…’),
(l) Tanda petik ganda (“…”),
(m) Tanda kurung siku ([…]),
(n) Tanda ulang angka dua (…..2),
(p) Tanda apostrof (‘….)

Tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang berlaku secara resmi.
Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman EYD. Ketiga ejaan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta melalui pemerintahan kolonial Belanda dan
pemerintahan Republik Indonesia.
Penempatan Ejaan dan Tanda Baca Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan
(disingkat Pedoman EYD)

penulisan ejaan dan tanda baca diatur dalam kaidahnya sebagai berikut.

(1) Pemakaian abjad berupa huruf vokal, huruf konsonan,


(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar (kapital)
(4) Penulisan huruf miring atau digarisbawahi (kursif),
(5) Penulisan kata dasar,kata ulang, kata berimbuhan, dan gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan, dan
(7) Penempatan tanda baca (pungtuasi), di antaranya
(a) Tanda titik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik koma (;),
(d) Tandatitik dua (:),
(e) Tanda titik-titik/ellipsis (…),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((…)),
(i) Tanda kurung siku ([…]),
(j) Tanda hubung (-),
(k) Tanda pisah (--),
(l) Tanda petik tunggal (‘…’),
(m)Tanda petik ganda (“…”),
(n) Tanda garis miring (/),
(o) Tanda ulang angka dua (2), dan
(p) Tanda apostrof/penyingkat (‘).

Penggunaan ejaan dan tanda baca

2.1 Pemakaian Huruf Besar/Kapital dan Huruf Miring

A. Huruf Besar

Beberapa kaidah baku yang harus ditaati dalam penggunaan huruf besar adalah:

2.1.a.1 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contohnya:
Saya lapar.
Berita tentang peristiwa itu dimuat di surat kabar.
2.1.a.2 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada petikan langsung.
Contohnya:
Presiden bertanya “Berapa banyak keluarga miskin di NTT?”
“Semua pekerjaan rumah sudah selesai dikerjakan” kata Adik.
“Sebentar ya!” katanya sambil masuk kembali ke kamar.
2.1.a.3 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungangan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contohnya:
Allah
Yang Mahakuasa
Allah akan memberikan jalan keluar kepada umat-Nya.
Alkitab
Quran
Kristen
Bimbinglah hamba-Mu, ya, Tuhan, ke jalan yang Engkau kehendaki
2.1.a.4 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contohnya:
Sultan Hamengko Buwono ke XII
Nabi Musa
Hajah Eyanoer
Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang tidak diikuti nama orang
Contohnya:
Dia baru saja dinobatkan sebagai raja
Tahun ini Putri pergi naik haji

2.1.a.5 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.

Contohnya:
Wakil Presiden Boediono.
Perdana Mentri Ramos Horta
Jendral Adoe Tae
Profesor Yusuf Henukh
Gubernur Nusa Tenggara Timur

Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
nama orang, atau nama tempat:
Contohnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik kemarin?
Kemarin Doktor Marthen Mullik dikukuhkan menjadi profesor.

2.1.a.6 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contohnya:
Soesilo Bambang Yodhoyono
Frans Umbu Datta
Paulusa Isliko
Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai jenis
atau satuan ukuran:
Contohnya:
Mesin diesel
5 ampere
10 volt

2.1.a.7 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Contohnya:
Satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Berbagai macam suku di NTT antara lain suku Rote, Sabu, dan Timor.
Menjaga ketertiban dunia adalah juga tanggung jawab bangsa Indonesia.
Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan:
Contohnya:
Mengindonesiakan kata asing
Keinggris-inggrisan

2.1.a.8 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Contohnya:
bulan Maret
hari Natal
tahun Masehi
hari Senin
Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
nama.

Contohnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya
Perlombaan senjata dapat memicu pecahnya perang dunia

2.1.a.9 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Contohnya:
Timor Barat
Selat Pukuafu
Gunung Mutis
Danau Batur
Jalan El Tari
Kali Noelmina
Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai menjadi
unsur nama diri.
Contohnya:
mandi di kali
menyeberangi selat
menuju ke barat

Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang dipakai sebagai
namajenis.

Contohnya:
garam inggris
gula rote
jagung rote

2.1.a.10 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan .

Contohnya:
Republik Indonesia
Dewan Perwakilan Rakyat
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2010
Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara, lemabaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi

Contohnya:
menjadi sebuah republik
beberapa instansi pemerintah
menurut undang-undang yang berlaku

2.1.a.11 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contohnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Guru dan Dosen

2.1.a.12 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judu; karangan kecuali kata
seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Contohnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Saya suka membaca majalah Bahasa dan Sastra
Ia suka membaca harian umum Pos Kupang

2.1.a.13 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Contohnya:

Dr. doctor
M.A. Master of Arts
S.H. Sarjana Hukum
Ir. Insinyur
Dra. Doktoranda
Prof. Profesor
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
Sdr. Saudara

2.1.a.14 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.

Contohnya:
“Kapan Saudara diwisuda?” tanya Kakak
“Silahkan diminum, Nak” kata Ibu
Meraka pergi bertanya kepada Pak Camat
Besok pagi Bapak akan tiba

2.1.a.15 Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Contohnya:
Sudah sadarkah Anda?
Lamaran Anda telah kami terima
Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang
tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Contohnya:
Kita patut menghormati sudara kita, ibu dan bapak kita.
Dia adalah salah seorang camat di kabupaten Rote Ndao.

B. Huruf Miring
Sama halnya dengan Huruf Besar, penggunaan huruf miring pun harus mengikuti kaidah
baku berikut ini:

2.1.b.1 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.

Contohnya:
Majalah Tempo.
Buku Kecerdasn Emosional karangan Daniel Coleman
Surat kabar Pos Kupang

2.1.b.2 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata tertentu.

Contohnya:
Huruf pertama kata emosi ialah e.
Buatlah sebuah kelimat dengan kecerdasan emosional

2.1.b.3 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Contohnya:
Nama ilmiah rumput kume adalah Sorghum plumosum
Sebuah team work yang kuat perlu dilatih secara teratur

2.2 Penulisan Kata

2.2.a Kata Dasar


Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai suatu kesatuan
Contohnya:
Saya lapar karena belum makan sejak kemarin
Kami rajin sekali

2.2.b Kata Turunan

2.2.b.1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contohnya:
bertenaga
menengok
membuat
disuntik

2.2.b.2 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contohnya:
Bertepuk tangan
mengalir
garis bawahi
sebar luaskan
2.2.b.3 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contohnya:
digarisbawahi
penghancurleburan
menyebarluaskan

2.2.b.4 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Contohnya:

antarkota
antarpulau
mancanegara
pascasarjana
semiprofessional
ekstrakurikuler
dwiwarna

Catatan:
Jika bentukterikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf besar, di antara kedua
unsur kata tersebut dituliskan tanda hubung (-).
Contohnya:
non-Indonesia
pan-Pasifik

2.2.c Kata ulang


Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menuliskan tanda hubung (-) di antara kedua
kata.
Contohnya:

anak-anak
kuda-kuda
huru-hara

2.2.d Gabungan Kata

2.2.d.1 Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Contohnya:

duta besar
mata kuliah
persegi panjang
model linear

2.2.d.2 Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian, dapat ditulis dengan tanda penghubung untuk menegaskan pertalian di antara
unsure yang bersangkutan.
Contohnya:
alat pandang-dengar
ibu-bapak kami yang berada di seberang lautan
orang tua-muda
anak-istri saya

2.2.d.3 Gabungan kata yang lazim ditulis serangkai.


Contohnya:

acapkali
olahraga
manasuka
adakalnya

2.2.e Kata Ganti

Kata ganti ku, kau-, dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan
–nya ditulis serangkia dengan kata yang mendahuluinya.
Contohnya:
Apa yang kubuat pasti ada alasannya
Hartamu, hartku, dan hartnya tidak mungkin disatukan
Mengapa kaulakukan itu?

2.2.f Kata Depan di, ke dan dari

Kata depan di, ke dan dari itulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contohnya:
bermalam di sini
pergi ke sekolah
Kamu dari mana?

2.2.g Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya .


Contohnya:
Rumah itu dilahap dalam sekejap olegh si jagomerah
Ternyata sang musang dan sang kancil adalah dua tokoh dalam cerita itu.

2.2.h Partikel

Partikel –lah, -kah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya .
Contohnya:
Bacalah soal secara teliti sebelum mulai menjawab
Siapakah yang sanggup melawan Goliat?
Apatah gunanya bermuram durja

Partikel –pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, selain kelompok yang dianggap
padu dengan pun yang sudah lazim digunakan (adapun, andaipun, ataupun, bagaimanpun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, sekalipun, dan
walaupun).

Contohnya:
Apa pun makanannya, minumannya pasti gula sabu
Jika majikan tidak ada di rumah, pembantu pun berlagak seperti tuan
Walaupun aku harus menderita, aku akan terus maju
Sekalipun kita tidak sependapat, saya akan mendukung Anda
Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
mendahuluinya atau mengikutinya.

Contohnya:
Keadaan neraca keuangan perusahaan per 1Maret 2011
Pertambahan bobot badan sapi per hari adalah 2 kg
Semua penumpang harus memasuki pesawat udara satu per satu

2.2.i Singkatan dan Akronim


a. Singkatan
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contohnya:

A. K. Malik
Muh. Nuh
M.B.A. Master of business administration.
M.Sc. Master of science
Ph.D. Doctor of philosophy
Bpk. Bapak
Sdr. Saudara
Kol. Kolonel
Kel. Keluarga
Singkatan nama orang resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf besar dan
tidak diikuti dengan tanda titik.

Contohnya:
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
MPR Majelis Permisyawaratan Rakyat
KTP Kartu Tanda penduduk

Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau diikuti dengan tanda titik.
Contohnya:
Dll. dan lain-lain
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan atas
tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.p. untuk perhatian
u.b. untuk beliau
b. Akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

Akronim nama diri berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan
huruf besar.
Contohnya:
TNI Tentara Nasional Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
FKIP Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM Surat Ijin Mengemudi
KTP Kartu Tanda Penduduk

Akronim nama diri berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata ditulis dengan huruf awal huruf besar.
Contohnya:
Bapenas Badan Perencanaan Nasional
Fapet Undana Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana

Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contohnya:
pemilu pemiliham umum
tilang bukti pelanggaran
rapim rapat pimpinan

2.3 Pemakaian Tanda Baca

Tanda baca sangat esensial dalam bahasa tulis, karena tanpa tanda baca, makna kata atau
frasa atau kalimat menjadi kabur bahkan kacau. Tanda baca yang lazim digunakan dewasa ini
didasarkan atas intonasi, dan sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frasa, dan inter-relasi
antar bagian kalimat. Tanda-tanda baca yang umumnya dipakai dalam bahasa Indonesia
adalah:

2.3.a Tanda Titik (.)

2.3.a.1 Tanda titik dipakai pada akhir kalimat.

Contohnya:
Kita liburan ke Bali.
Saya datang terlambat.

2.3.a.2 Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, iktisar, atau
daftar.

Contohnya:
a.1.1 Pembangunan
a.1.2 Lingkungan
b.1.1 Cara membangun rumah
b.1.2 Dukungan keuangan
2.3.a.3 Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Contohnya:
Pukul 1.35.20

2.3.a.4 Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Contohnya:
1.3.5.20 jam
0.0.30 jam

2.3.a.5 Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contohnya:
Mullik, M. L. 2011. Bahasa Indonesia Dalam Karya Tulis Ilmiah. Undana Press

2.3.a.6 Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contohnya:
Jumlah buruh yang berdemontrasi adalah 30.800 orang.

Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Contohnya:
Nomor telpon genggamnya adalah 0812367873.
Undana didirikan pada tahun 1964 oleh konsorsium yang diketuai El Tari.

2.3.a.7 Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, table, dan sebagainya.
Contohnya:
Fluktuasi pertambahan berat badan ternak sapi dapat di lihat pada Tabel 3 dalam Bab II, dan
Grafik 10 dalam Bab V buku ini.

2.3.a.8 Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengiriman dan tanggal surat atau (2)
nama alamat penerima surat.
Contohnya:
Yth. Sdr. Nimrot Kase (tanpa titik)
Jalan Soeharto 72 (tanpa titik)
Kupang (tanpa titik)
1 Maret 2011 (tanpa titik)

2.3.b Tanda Koma (,)


2.3.b.1 Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contohnya:
Saya membutuhkan batu, kayu, semen, dan pasir untuk membangun rumah.
Urutan dari angka bulat terkecil adalah 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya.

2.3.b.2 Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Contohnya:
Saya akan hadir, tetapi agak terlambat karena ada rapat di kantor.
Ia tidak berangkat ke Surabaya, melainkan ke Jakarta.

2.3.b.3 Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahuli induk kalimat.
Contohnya:
Kalau lapar, saya Saya akan makan.
Karena terlambat, ia tidak bisa menjawab semua soal ujian dengan baik.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimat.
Contohnya:
Saya akan makan kalau saya lapar.
Ia tidak bisa menjawab semua soal ujian dengan baik karena terlambat.

2.3.b.4 Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun,
begitu, dan tetapi
Contohnya:
… … . Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tidak datang.
… … . Akan tetapi, kebenaran tidak bisa ditutupi dengan cara apapun.

2.3.b.5 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari
kata lain yang terdapat dalam kalimat.
Contohnya:
O, saya kira Anda bukan orang rote.
Istirahat yang cukup, ya, biar cepat sembuh
Aduh, sakit sekali.

2.3.b.6 Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contohnya:
Katanya, “Saya lapar sekali’
“Saya lapar sekali” katanya, “Karena tidak makan sejak kemarin.”

2.3.b.7 Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, dan (d) nama tempat dan wilayah atau negara yang ditulis berurutan.
Contohnya:
Nama dan alamat tempat kerja saya adalah Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana,
Jalan Adisucipto 10, Penfui, Kupang, NTT 85001, Indonesia.

2.3.b.8 Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Contohnya:
Mullik, Marthen. 2011. Bahasa Indonesia Dalan Karya Tulis Ilmiah. Undana Press.

2.3.b.9 Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


Contohnya:
A.K. Malik, Kalimat Efektif (Kupang, Undana Press, 2011), hlm 19.
2.3.b.10 Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contohnya:
M. L. Mullik, Ph.D.
A. Konda Malik, M.P.

2.3.b.11 Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contohnya:
6,9 km
Rp 56,50

2.3.b.12 Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contohnya:
Teman kerja saya, pak Agus Konda Malik, sangat mahir dalam berbahasa.
Semua mahasiswa, baik jurusan produksi maupun nutrisi, wajib hadir.

2.3.b.13 Tanda koma dipakai -untuk menghindari salah baca- di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat .
Contohnya:
Dalam masalah berbahasa, kita harus menaati kaidah-kaidah baku.
Atas kesediaannya, diucapi terima kasih.

2.3.b.14 Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
Contohnya:
“Dari mana Anda memperoleh buku itu?” tanya kakak sambil melotot.

2.3.c Tanda Titik Koma (;)


2.3.c.1 Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Contohnya:
Rasa kantuk semakin berat; pekerjaan pun belum rampung juga.

2.3.c.2 Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan yang memisahkan yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contohnya:
Ayah membaca Koran di verandah, Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama
pahlawan nasional; saya sendiri asyik menonton acara “Kick Andy”.

2.3.d Tanda Titik Dua (:)

2.3.d.1 Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
atau perintah.
Contohnya:
Para pegawai kantor ini membutuhkan peralatan kantor: meja, kursi, dan komputer, dan
printer.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Contohnya:
Para pegawai kantor ini membutuhkan meja, kursi, komputer, dan printer.

2.3.d.2 Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perintah.
Contohnya:
Ketua : Kase Metan
Sekretaris : Ama Tobo
Tempat Kuliah : Ruang E1
Waktu : 09.00 Wita

2.3.d.3 Tanda titik dua dipakai (a) di antara jilid atau nomor dan halam, (b) di antara bab dan
ayat dalam kitab suci, (c) di antara dua judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama
kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contohnya:
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 13:20-28
Ibrani 3:1-10
Mullik, Marthen. 2011. Bahasa Indonesia Dalan Karya Tulis Ilmiah: Sebuah Tinjauan
Aplikatif. Kupang: Undana Press.

2.3.e Tanda Hubung (-)


2.3.e.1 Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Contohnya:
Selain mengajar, Benjamin juga melakukan kegiatan peneliti-
an yang berkaitan dengan maslah peternakan di NTT.

2.3.e.2 Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Contohnya:
Tandah pada ternak sapi merupakan alat pertahan-
an tubuh yang dipakai untuk menghancurkan musuh.

2.3.e.3 Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka 2 pada kata ulang tidak
bisa pakai dalam teks karangan resmi.
Contohnya:
bapak-bapak (tidak ditulis bapak 2)
kadang-kadang (tidak ditulis kadang 2)
berulang-ulang (tidak ditulis ber-ulang2)

2.3.e.4 Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contohnya:
k-e-l-u-r-a-h-a-n
02-03-2011

2.3.e.5 Tanda hubung dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan (b) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.
Contohnya:
ber-evolusi
sepuluh-ribuan
Tanggung jawab- dan kesetiakawanan-sosial

2.3.e.6 Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf besar, (b) ke- dengan angka, c) angka dengan –an, (d) singkatan
berhuruf besar dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contohnya:
se-Undana
tahun 2000-an
mem-PHK-kan
Sinar-X

2.3.e.7 Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contohnya:
di-upgrade, di-cut off

2.3.f Tanda Pisah (-)


2.3.f.1 Tanda pisah membatasi penyisipan kata yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat.
Contohnya:
Dengan bekerja bersama -berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahun- semua target
organisasi dapat dicapai.

2.3.f.2 Tanda pisah menegaskan adanya keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
jelas.
Contohnya:
Temuan Esintain -gaya gravitasi- telah meletakan landasan yang kuat dalam pengembangan
bidang penerbangan.

2.3.f.3 Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai’
atau ‘sampai dengan’.
Contohnya:
1998-2011
Tanggal 25-04-1965
Kupang-Soe-Kefa

2.3.g Tanda Elipsis (…)

2.3.g.1 Tanda elpisis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.


Contohnya:
Kalau begitu …, ya, tidak perlu dirisaukan lagi.

2.3.g,2 Tanda elpisis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Contohnya:
Dan, perjuangan pergerakan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu … bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat titik,
tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu buah untuk menandai akhir kalimat.

2.3.h Tanda Tanya (?)


Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya, dan untuk menandai bagian kalimat atau
pernyataan yang disangsikan kebenarannya.
Contohnya:
Apakah Anda dalam keadaan sehat?
Memangnya kamu dari Australian?

2.3.i Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contohnya:
Alangkah malangnya nasib pemuda itu!
Keluar dari rumahku sekarang juga!
Merdeka!

2.3.j Tanda Kurung ((…))


2.3.j.1 Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contohnya:
Dokumen usulan ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran (daftar nama anggota, ijasah, surat
keterangan berkelakuan baik, dan hasil wawancara) seperti yang disyaratkan.

2.3.j.2 Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contohnya:
Setiap tahun, ratusan peselancar dari berbagai negara mengadu keahlian dalam Kompetisi
Selancar Rote Ndao di Nemberala (pantai yang memiliki gulungan ombak terbaik nomor 2 di
dunia)

2.3.j.3 Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contohnya:
Bajak laut itu berasal dari (pulau) Alor

2.3.j.4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
Contohnya:
Produktivitas menyangkut aspek (a) masukan, (b) proses, dan (c) luaran

2.3.k Tanda Kurung Siku ([…])

2.3.k.1 Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contohnya:
Melindungi satwa li[a]r tidaklah mudah.

2.3.k.2 Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung (…).
Contohnya:
Rumput kume adalah rumput unggul lokal (asli NTT [bernama latin Sorghum plumosum]
khususnya terdapat di Timor, Rote, Sabu, Sumba) yang memiliki nilai gizi tinggi.

2.3.l Tanda petik (“…”)

2.3.l.1 Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lainnya.
Contohnya:
“Saya mandi dulu, ya” kata Andri, “Silahkan duduk dulu”
Ada pepatah yang berbunyi “rajin belajar, pangkal pandai”

2.3.l.2 Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.

Contohnya:
Puisi “Aku” digubah oleh W.S.Rendra
Modul “Tanda Baca dan Ejaan” terdapat pada halaman 2-20.

2.3.l.3 Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Contohnya:
Cara menyusun ransum ayam dapat dilakukan dengan metode “coba-coba”.
Model potongan rambut acak dikenal dengan nama “punk”.

2.3.m Tanda petik tunggal (‘…’)


2.3.m.1 Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contohnya:
Kata ayah, “tidakkah kamu dengar bunyi ‘tok…tok… tok’ di pintu?”

2.3.m.2 Tanda petik tunggal mengapit makna terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan
asing.
Contohnya:
Sustainable ‘berkelanjutan’

2.3.n Tanda garis miring ( / )

2.3.n.1 Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun tawim.
Contohnya:
No. 124/Fpt/III/2011
Perumahan Dosen Undana Blok D/5
Tahun Akademik 2010/2011

2.3.n.2 Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Contohnya:
Bapak/Ibu/Saudara
Biaya pendidikan sebesar Rp 5 juta/semester
Sebuah alinea hanya boleh memilik satu buah gagasan/ide pokok.

2.3.o Tanda Penyingklat atau Apostrof (‘)


Tanda penyingklat atau apsotrof menunjuk penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Contohnya:
Engkau ’kan berhasil asalkan tidak menyerah (‘kan = akan)
3 Maret ’11 (’11 = 2011)

Diambil dari :

1. Keraf, G. 2004. Komposisi. Nusa Indah, Ende.


Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
IndonesiaTera, Jogjkarta.
2. Keraf, G. 2004. Komposisi. Nusa Indah, Ende.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
IndonesiaTera, Jogjkarta.
3. Al Malik Wordpress
4. Modul Materi Kuliah Bahasa Indonesia , Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013

TUGAS MANDIRI MAHASISWA

1. Unduh Materi ini untuk catatan mahasiswa

2. Identifikasi dan perbaikilah semua ejaan dan tanda baca yang salah atau hilang dalam
naskah tertulis di bawah ini:

produksi biomasa rumput kume cukup tinggi pada musim hujan produksi rumput kume dapat
mencapai 17 ton bahan segar per ha atau 3,73 ton bahan kering per ha dami dato 1998
sayangnya karena rumput ini tumbuh secara alami dan belum ada upaya budidaya sehingga
hanya dapat dipanen sekali dalam setahun pada musim hujan potensi produksi inipun belum
dimanfaatkan karena pada waktu yang bersamaan ketersediaan jenis pakan lain yang lebih
palatabel masih cukup berlimpah apalagi sifat selektifitas sapi saat merumput sehingga
cenderung memilih jenis hijauan pakan yang lebih halus daripada rumput kume yang agak
kasar oleh karenanya kelimpahan produksi rumput kume tidak dimanfaatkan oleh ternak
secara langsung maupun oleh peternak kenyataan di lapangan masih ditemui adanya standing
hay rumput kume ini hingga musim kemarau tiba akumulasi biomasa rumput kume yang
cukup tinggi dalam bentuk stading hay di lokasi menjadi bahan baku yang sangat baik bagi
api sehingga setiap tahun selalu terjadi kebakaran di lahan lahan terbuka di mana terdapat hay
ruput kume

3. Kirim Tugas no 2 sebagai tugas 3 Ejaan dan Tanda Baca , Mahasiswa . Seperti biasa kirim
ke email saya paling lambat hari Senin jam 12.00 pm

4. Atas Kerja samanya terimakasih , minggu depan kita sudah bisa tatap muka ya
MENYUNTING KARANGAN (Contoh
dan Pengertian)
Refsa Bro 21:17:00   Bahasa Indonesia
Halo sobat kali ini admin akan membagikan sebuah materi yaitu Menyunting Karangan.
Materi ini merupakan materi bahasa Indonesia yang telah lama admin pelajari pada saat kelas
3 SMP. Materi yang akan disampaikan adalah tentang pengertian dan contoh menyunting
karangan. Selain itu juga akan dijelaskan apa saja kaidah atau bahasa yang harus diperbaiki
dalam menyunting sebuah karangan.

Kegiatan menyunting dilakukan salah satunya untuk mempersiapkan naskah yang baik dan
benar sebelum diterbitkan. Naskah-naskah tersebuut biasanya berupa buku, majalah, surat
kabar, tabloid, dan sebagainya. Kegiatan menyunting naskah juga merupakan kegiatan
mengedit naskah. Dan orang orang yang berprofesi mengedit naskah disebut editor.

Pengertian Menyunting Karangan

Meyunting karangan adalah memperbaiki karangan agar dapat menjadi karangan yang lebih
baik dibandingkan karangan yang sebelumnya berdasarkan kaidah-kaidah kebahasaan yang
benar dan juga harus menggunakan EYD.

Kaidah yang Harus Diperbaiki dalam Menyunting Karangan

1. Ejaan, hendakya menggunakan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).


2. Tanda baca, ketepatan penggunaan dan penempatan tanda baca, misalnya tanda titik
(.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda petik satu (’….’),
tanda petik dua (”….”), dan sebagainya.
3. Diksi, yaitu pilihan kata yang sesuai dengan konteks kalimat.
4. Kalimat, yaitu keefektifan kalimat.
5. Paragraf, yaitu keterpaduan dan keruntutan paragraf.
6. Keterbacaan karangan.
7. Sistematika penyajian.
8. Kebenaran konsep materi karangan.

Contoh Menyunting Karangan

A. Naskah Sebelum Disunting

Merawat tanaman hias


Tanaman hias adalaah merupakan tanaman yang berfungsi untuk menambah keindahan.
Tanaman hias dapat diletakkan didalam atau diluar ruangan baik dirumah, dikantor, atau
dimana saja. Banyak berbagai jenis tanaman hias yang dijualdengan harga bervaresi. Agar
tanaman hias dapat tampil dengan indah harus dirawat dengan baik. Dalam merawat harus
mengeetahui karaakteristik dan kebutuhan tanaman.

Sebagai contoh misalnya merawat tanaman anggrek harus mengetahui sifat-sifat dan
kebutuhan tanaman anggrek tersebut sehingga tanaman anggrek itu dapat tumbuh dengan
sehat. Demikian juga untuk merawat tanaman hias yang lain juga harus mengetahui dan
memahami sifat-sifat serta kebutuhan tanaman.

Pada dasarnya setiap jenis tanaman hias memiliki sifat-sifat dan kebutuhan yang berlainan
antara satu dengan tanaman lainnya. Misalnya tanaman teratai tanaman bunga kamboja kedua
jenis tanaman tersebut memiliki sifat dan kebutuhan yang berbeda-beda. Tanaman teratai
seharusnya ditanam dikolam atau tempat berair sedangkan tanaman kamboja tidak
membutuhkan banyak air sehingga tidak ditanam didalam kolam seperti halnya tanaman
teratai.

Perbaikan Karangan
Karangan tersebut belum memenuhi standar karangan yang baik dan benar karena ada
beberapa hal yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan misalnya sebagai berikut.

1. Penulisan kalimat pada awal sebuah paragraph seharusnya sedikit menjorok masuk, bukan
rata kiri.
2. Penulisan judul karangan tersebut tidak tepat, judul karangan seharusnya ditulis
menggunakan huruf kapital pada setiap awal kata. Judul karangan seharusnya diletakkan
ditengah. Penulisan judul yang benar untuk karangan tersebut adalah Merawat Tanaman
Hias.
3. Kalimat pertama pada karangan tersebut tidak efektif karena terdapat penggunaan kata
yang mubazir, yaitu kata adalah dan merupakan. Kedua kata tersebut bermakna sama
sehingga seharusnya digunakan salah satunya.
4. Pada kalimat kedua terdapat kesalahan penulisan kata didalam dan diluar. Penulisan yang
benar adalah dengan memisahkan antara kata di dan kata dalam dan di dengan kata luar. Kata
di pada kedua kata tersebut berfungsi sebagai kata depan dan menunjukan tempat. Selain itu,
pada kalimat tersebut juga terdapat kesalahan pada penggunaan tanda baca, seharusnya
sebelum kata baik diletakkan tanda koma (,).
5. Pada kalimat ketiga juga ditemukan kesalah ejaan pada penulisan kata bervareasi. Kata
tersebut tidak baku. Penulisan kata bervareasi yang benar adalah bervariasi.
Selain hal-hal tersebut, masih banyak ditemukan kesalahan penulisan yang lain.

Alur kerja seorang editor buku dalam sebuah perusahaan penerbit ketika
menyunting/mengedit sebuah naskah

a. Membaca naskah secara tuntas dengan tujuan mengetahui gambaran keseluruhan isi
naskah. Ini penting agar sang penyunting juga memahami konsep naskah/ buku yang
diinginkan oleh penulis. Seorang editor tidak boleh begitu saja mengubah sebuah naskah
tanpa mengetahui konsep yang diinginkan oleh penulis. Hal itu disebabkan, sebuah buku
menunjukan identitas penulisnya. Jika buku diubah terlalu dalam oleh sang editor,
dikhawatirkan ciri khas penulis akan Hilang. Hal ini terutama berlaku bagi buku-buku umum.
b. Menandai bagian-bagian yang meragukan. Bagian-bagian yang meragukan ini bisa diberi
tanda dengan pensil berikut keterangan ataupun catatan singkat. Kemudian, seorang editor
perlu berkonsultasi dengan penulis untuk membahas ”temuan-temuan” tersebut. Tujuannya
adalah untuk mencari titik temu.
c. Editor mengeksekusi naskah dengan memperbaiki beberapa temuan sebelumnya perbaikan
tersebut, misalnya dalam hal konsep maupun kebahasaan.
d. Editor berdiskusi dengan bagian art kreatif untuk membahas konsep buku yang akan
diterbitkan tersebut berkaitan dengan naskah grafika : gambar, desain isi, desain kover, dan
tata letak.

Perbaikan Karangan yang Benar (Hasil Menyunting Karangan)

Merawat Tanaman Hias

          Tanaman hias merupakan tanaman yang berfungsi untuk menambah keindahan.


Tanaman hias dapat diletakkan di dalam atau di luar ruanga, baik di rumah, di kantor, atau di
mena saja. Berbagai jenis tanaman hias dijual dengan harga bervariasi. Agar tamanan hias
dapat tampil dengan indah, harus dirawat dengan baik.

          Dalam merawat tanaman hias, seseorang harus mengetahui karakteristikdan kebutuhan


tanaman. Sebagai contoh, misalnya merawat tanaman anggrek, seseorang harus mengetahui
sifat-sifat dan kebutuhan tersebut sehingga dapat tumbuh dengan sehat. Demikian juga untuk
merawat tanaman hias yang lain juga harus mengetahui sifat-sifat dan kebutuhannya.

          Pada dasarnya setiap jenis tanaman hias memiliki sifat-sifat dan kebutuhan yang
berlainan. Misalnya, tanaman teratai atau tanaman bunga kamboja. Kedua jenis tanaman
tersebut memiliki sifat dan kebutuhan yang berbeda. Tanaman teratai seharusnya ditanam di
kolam atau tempat berair, sedangkan tanaman kamboja tidak membutuhkan banyak air
sehingga seharunya tidak ditanam di dalam kolam seperti halnya tanaman teratai.

Pengertian, Cara dan Contoh Menyunting


Karangan (Teks)
Sunday, 1 November 2015 Bhs Indonesia
Pembahasan kali ini adalah tentang pengertiang menyunting karangan, cara menyunting
karangan dan contoh menyunting karangan atau tulisan.

Pernahkah kamu ditugaskan gurumu menulis karangan? Bagaimana hasil tugasmu? Pada
pembelajaran ini, kamu akan berlatih memperbaiki naskah atau wacana. Oleh karena itu,
perhatikan dengan baik supaya kamu memahami teknik menyunting tulisan/karangan yang
benar.

1. Menyunting Tulisan

Menyunting berarti memperbaiki naskah. Istilah lain yang digunakan adalah meng-edit
naskah.
Menyunting adalah kegiatan yang bertujuan untuk menyelaraskan penulisan dengan
ketentuan penulisan yang benar yaitu sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD).
Oleh karena itu, kamu harus memahami beberapa hal di antaranya ketepatan ejaan, tanda
baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana. Inilah
yang kemudian disebut Bahasa Indonesia Baku atau Bahasa Indonesia Standar.

2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

a. Ketepatan Ejaan dan Tanda Baca

Ejaan adalah tata cara menulis, salah satunya pemakaian tanda baca. Beberapa tanda baca
yang sering digunakan adalah sebagai berikut.

- Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya: Dia mengantuk. Apa maksudnya?

- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya: Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Brunai.

- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.

Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.

Misalnya: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman.

- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.

Misalnya: bulan Agustus, bulan Maulid, hari Galungan.

- Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama nama geografi.

Misalnya: Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Terusan Suez

- Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
nama jenis.

Misalnya: garam inggris, gula jawa, kacang bogor.

b. Kalimat Efektif atau Kalimat Baku

Kalimat efektif atau kalimat baku adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah kebakuan atau
menimbulkan efek dan pengaruh positif pada pemakaianya. Kalimat baku dipakai untuk
menyampaikan gagasan secara tepat.

Agar dapat tersampaikan secara baik, hendaklah dibuat dengan susunan sesuai dengan kaidah
bahasa yang ada.

c. Seperti halnya kalimat, sebuah wacana

Seperti halnya kalimat, sebuah wacana tersusun atas beberapa alinea. Alinea yang baik dan
efektif harus memenuhi tiga syarat berikut.

Menyunting Karangan
1) Kesatuan

yang dimaksud kesatuan adalah bahwa semua kalimat yang membentuk alinea harus secara
bersama-sama menyatakan suatu hal, atau satu tema tertentu.

2) Koherensi

Yang dimasud dengan koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan
kalimat yang lain yang membentuk alinea tersebut.

3) Perkembangan alinea

Perkembangan alinea adalah penyusunan atau perincian gagasan yang membina alinea
tersebut.

Contoh Menyunting karangan

Naskah sebelum disunting:

prof dr bambang sudibyo mba


meluncurkan buku digital

Pada saat ketika masih duduk dibangku sekolah, ia mangayuh sepeda dari desa menuju kota
temanggung. Tak ada yang nyangka ia akan menjadi orang penting di republik ini.

dan sekarang ia menjadi orang nomor satu di dunia pendidikan. dialah prof dr. bambang
sudibyo mba, Menteri Pendidikan Nasional, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (ugm)
yang juga mantan bekas menteri keuangan era presiden abdurrahman wahid.

Pria kelahiran temanggung, jawa Tengah, 8 oktober 1952, ini adalah yaitu anak guru agama
yang juga berpropesi sebagai petani tembakau dan padi di temanggung. Bambang adalah
anak kelima dari 11 bersaudara. masa kecil bersama keluarga sampai beranjak remaja ia
jalani didesa sekitar temanggung.

Bambang yang beristrikan Prof Dr retno Sunarminingsih MscApt (menikah 11 Agustus


1979) menempuh pendidikan dasar dikotanya, temanggung. Setelah lulus sd kemudian masuk
ke smp negeri 2 temanggung dan melanjutkan ke SMA negeri 1 temanggung.

Sumber: Majalah Genta, Edisi Juni 2008

Naskah setelah disunting

Prof. Dr. Bambang Sudibyo, M.B.A


Meluncurkan Buku Digital

Ketika masih duduk di bangku sekolah, ia mengayuh sepeda dari desa menuju Kota
Temanggung. Tidak ada yang menyangka, ia akan menjadi orang penting di republik ini.

Sekarang, ia menjadi orang nomor satu di dunia pendidikan. Dialah Prof. Dr. Bambang
Sudibyo, M.B.A., Menteri Pendidikan Nasional, Guru Besar Universitas Gadjah Mada
(UGM) yang juga mantan Menteri Keuangan era Presiden Abdurrahman Wahid.

Pria kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 8 Oktober 1952, ini adalah anak guru agama
yang juga berprofesi sebagai petani tembakau dan padi di Temanggung. Bambang adalah
anak kelima dari 11 bersaudara. Masa kecil bersama keluarga sampai beranjak remaja ia
jalani di desa sekitar Temanggung.

Bambang yang beristrikan Prof. Dr. Retno Sunarminingsih, M.sc.Apt. (menikah 11 Agustus
1979) menempuh pendidikan dasar di kotanya, Temanggung. Setelah lulus SD kemudian
masuk ke SMP Negeri 2 Temanggung dan melanjutkan ke SMA Negeri 1 Temanggung.

Anda mungkin juga menyukai