Anda di halaman 1dari 19

PENYUNTINGAN KALIMAT

Pengertian
Menyunting adalah suatu kegiatan mengedit, mengubah, atau
merapikan susunan letak atau penggunaan bahasa sebuah naskah
tanpa mengubah makna.
Menyunting tulisan juga dapat diartikan memperbaiki tulisan.
Perbaikan itu dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan
berkaitan dengan kaidah penulisan. Perbaikan dapat bersifat
menyeluruh atau sebagian.
Tahapan dan Cara Menyunting
1. Ejaan
a. Penulisan Huruf
Secara umum, dalam Kamus Besar Bahssa Indonesia digunakan ejaan bahasa Indonesia
yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Ejaan
tersebut misalnya penulisan huruf kapital.
Berikut ini contoh penggunaan huruf kapital yang tepat.
Sumbangan pembaca Jawa Pos kembali disalurkan kepada warga
1 2
Dusun Ngompro dan Pilang.
3
Keterangan:
1 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama kata pada awal kalimat.
2 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama semua kata di dalam nama
buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan.
3 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama nama geografi.
b. Tanda Baca
Penulisan tanda baca, misalnya pada penulisan:
Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta
paket buku dan alat tulis. "Alhamdulillah, kami senang karena selama ini belum
pernah ada bantuan alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran, kepala
Dusun Ngompro, kepada Kundari Pri Susanti dari Radar Madiun (grup Jawa Pos).
Bantuan susu akan diserahkan kepada ibu-ibu yang mempunyai balita.
Keterangan:
Tanda titik (.) dipakai pada akhir kalimat.
Tanda koma (,) pada tulisan Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari
seratus setel seragam SD serta paket buku dan alat tulis. Tanda koma tersebut
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat.
Selain itu tanda koma juga berfungsi untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
Tanda pisah (-) pada penulisan ibu-ibu berguna menyambung unsurunsur kata
ulang.
Tanda kurung (( ... )) pada tulisan Radar Madiun (grup Jawa Pos) berguna
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
2. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata misalnya pemilihan kata-kata baku. Dalam bahasa Indonesia
dikenal adanya ragam bahasa baku dan ragam bahasa nonbaku (ragam
dialek dan percakapan sehari-hari).
Ragam bahasa nonbaku artinya penggunaan kata-kata tidak baku dalam
kalimat. Kata yang bergaris bawah berikut ini merupakan contoh
penggunaan kata yang tidak baku dalam sebuah paragraf.

Sumbangan pembaca Jawa Pos terus mengalir. Senin siang kemarin,


Direktur SDM PT Tjiwi Kimia Drs. Sunoto M.B. bersama Ketua SPSI Toto
Suprianto dan temen-temennya datang menyumbang Rp150 juta untuk
korban bencana banjir ke Jawa Pos. "Ini hasil yang dikumpulkan dari
temen-temen karyawan Tjiwi Kimia," tutur Toto Supriyanto kepada M.
Nasaruddin Ismail di kantor Jawa Pos.

Keterangan:
Kata temen-temen dalam paragraf di atas adalah contoh kata yang tidak
baku. Kata baku dari temen-temen adalah teman-teman.
3. Penggunaan Kalimat yang Efektif
Kalimat yang bagaimanakah yang disebut kalimat efektif? Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakaiannya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula.

Ada pun yang dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat yang
mempunyai kaidah sebagai berikut.
a. Memerhatikan Bentuk Gramatikal
Contoh:
Kami semua menghadiri rapat di balai desa.

Kata kami telah menunjukkan jamak (berarti jamak), sehingga tidak


perlu ditambah kata semua. Jadi kalimat yang efektif adalah:
- Kami menghadiri rapat di balai desa.
b. Tidak Menggunakan Kata secara Berlebihan dan Bertumpang Tindih
Contoh:
- Pada saat banjir yang telah lalu, mereka juga menerima bantuan sembako.
- Penggunaan kata pada saat dan telah lalu pada kalimat di atas terlalu
berlebihan karena kedua kata tersebut artinya sama.
Jadi seharusnya digunakan salah satu saja agar efektif, misal:
- Saat banjir yang lalu, mereka juga menerima bantuan sembako.

c. Tidak Menggunakan Kata Depan yang Berlebihan


Contoh:
- Selain daripada itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam
SD serta paket buku dan alat tulis.
Kata depan daripada tidak perlu dipakai karena dengan penggunaannya itu
subjek kalimat menjadi tidak jelas.

Jadi penulisannya menjadi:


- Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD
serta paket buku dan alat tulis.
4. Penyusunan Paragraf
a. Kepaduan Paragraf
Suatu paragraf disebut padu jika kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut padu
(kohesif) dan paragraf-paragraf dalam bacaan tersebut juga padu (koheren).
Berikut ini contoh paragraf yang kohesif dan kata-kata yang bercetak tebal merupakan
penanda kohesinya.
Selepas kebanjiran, warga yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan
hidup. Banyaknya sawah dan rumah yang rusak membuat warga trauma bila diminta mengingat
kembali banjir yang pernah menerjang dusun mereka. "Warga Ngompro saat itu terendam sejak
Rabu sampai Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras," kata Joko Purwanto,
Kepala Desa Ngompro.
Sementara itu, kaum ibu rumah tangga kehilangan alat memasak mereka.Warga Ngompro
kebanyakan memang memasak menggunakan tungku dari tanah liat dan berbahan bakar kayu.
Saat banjir, tungku mereka pun ikut hancur lebur, kayu-kayu masih basah dan tak bisa dipakai
lagi. Ada pula yang nekat menjadikan meja mereka dialasi seng, lalu dijadikan tungku.

Keterangan:
Kohesif artinya keterpaduan antarkalimat dalam satu paragraf, sedangkan koheren
artinya keterpaduan antarparagraf dalam satu wacana.
b. Kesatuan Paragraf
Setiap paragraf dalam bacaan adalah sebuah kesatuan yang membicarakan salah
satu aspek dari tema seluruh bacaan.
Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf harus berhubungan satu sama lain,
sehingga merupakan kesatuan untuk menyampaikan suatu maksud, untuk
mengulas sesuatu hal yang menjadi pembicaran dalam paragraf itu.

Jadi, dalam sebuah paragraf harus ada ide pokok yang mempersatukan semua
kalimat dalam paragraf itu. Ide pokok suatu paragraf itu dapat ditampilkan di awal,
di tengah, atau di akhir paragraf.
Contoh:
Selepas kebanjiran, warga yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus
berjuang meneruskan hidup. Banyaknya sawah dan rumah yang rusak
membuat warga trauma bila diminta mengingat kembali banjir yang pernah
menerjang dusun mereka. "Warga Ngompro saat itu terendam sejak Rabu sampai
Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras," kata Joko Purwanto,
Kepala Desa Ngompro.

Kalimat yang dicetak tebal pada paragraf di atas merupakan ide pokok dari
paragraf tersebut.
Kesalahan-kesalahan dalam Penulisan
kalimat
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang
mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-
contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara
lain:
Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda
gunakan.
Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita
seharusnya tolong-menolong.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat
pada kalimat berikut ini:
Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran nya
dihilangkan.
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat
pada kalimat berikut ini:
Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:
Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
Bahasa asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing.
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat
berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa.
Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa
Masuknya keluar mana?
(Jawa: Mlebune metu endi?)
Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan:
Masuknya lewat mana?
6. Kata depan yang tidak perlu
Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti
pada kalimat berikut :
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya
menjadi:
Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:
1. Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar turunan itu memiliki
kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide
pokoknya. contohnya:
Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan
program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat
atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya
setelah diungkapkan gagasan tentang fungsi MS Word pada kalimat pertama,
diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.
2. Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata
dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak
diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:
Membicarakan tentang transmigrasi
Seharusnya: membicarakan transmigrasi
sudah pada tempatnya apabila
Seharusnya: sudah selayaknya apabila
Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan
bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan
bawah dan kelompok elite.
Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.
3. Kurang logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat
pada contoh berikut:
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam
itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam
hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan
hidupnya perlu akan zat putih telur.

Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:


Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal
dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi,
manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan
daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.
4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam
bahasa keilmuan.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot
A.S atas bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
Sehubungan dengan hal itu,Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal
bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.
Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam
bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti
dengan mengucapkan dan mengatakan.
5. Konstruksi yang bermakna ganda.
Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah,
namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga
tergolong kalimat yang kurang efektif.
Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:
Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.
Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud
nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:
Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.

Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.


Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika
kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik
seperti kalimat berikut:
Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.
6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang
terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi
kurang efektif.
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola
sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang
tangguh.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan
sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang
tangguh.
Atau :
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah
manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang
tangguh.
7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif
jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu
diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga
diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar). Contoh
kalimat yang perinciannya tidak sejajar:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan
menganalisis data.
Seharusnya:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan
data.
Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan
selaras, serasi, dan seimbang.
Seharusnya:
Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan
selaras, serasi, dan seimbang.
Atau:
Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan
selaras, serasi, dan seimbang.

Anda mungkin juga menyukai