Anda di halaman 1dari 13

Modul 4

METODE AKUMULASI KOS


BERDASARKAN PESANAN
Mata Kuliah : Akuntansi Biaya
Dosen Pembimbing : Rika Puspita Sari, SE.,
M.A., CP.

Kelompok: 2

1. Silvia Afifatul Latifa (043845566)


2. Syafaa Kamilda (043815517)
3. Syafi’i Khoirudin (043845541)
4. Winanda eka a. S (043821725)
Kegiatan Belajar 1

KARAKTERISTIK dan KLASIFIKASI KOS JOB ORDER COSTING

Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan perlu untuk menjaga pencatatan total
kos dan kos per unit. Pertama tentu saja untuk penyusunan laporan keuangan, kedua adalah
untuk menentukan profitabilitas yang ingin dicapai, serta ketiga adalah untuk pengambilan
keputusan seperti perubahan harga. Sistem akuntansi untuk mencatat total kos dan kos per
unit yang akan digunakan tergantung pada jenis produk atau layanan yang dihasilkan
perusahaan. Umumnya, perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa dilihat dari jenis produk
atau layanan yang diproduksi, dapat terbagi menjadi dua jenis, yakni: job-order firms serta
process firms.

Perusahaan yang menggunakan sistem akuntasi job-order adalah perusahaan yang


memproduksi produk atau jasa yang unik, yang mana tidak tersedia di pasar dan untuk
mendapatkannya kita perlu untuk melakukan pemesanan terlebih dahulu. Istilah joborder
costing diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi metoda akumulasi kos berdasarkan
pesanan atau cukup metoda pesanan.
A. KARAKTERISTIK JOB ORDER COSTING

Metode akumulasi kos job-order costing hanya dapat diterapkan pada Perusahaan-
perusahaan yang memproduksi produk berdasarkan pesanan, Adapun karakteristik job-order
costing adalah sebagai berikut :

1. Jasa atau produk yang diproduksi sangat bervariasi, sesuai pesanan


2. Kos diakumulasi per pesanan setiap kali satu pesanan selesai dikerjakan
3. Kos per unit dihitung dengan cara membagi total kos pesanan dengan Jumlah unit
produk yang diproduksi untuk pesanan bersangkutan
4. Setiap komponen kos produksi dapat dudentifikasi langsung ke masmgInasing pesanan,
kecuali kos bersifat umum dan bersaraa, museinya overhead. Oleh karena itu, dalam
jfob-order costing kos produksi. diklasifikasikan menjadi kos bahan baku langsung: kos
tenaga kerja langsung: dan overhead.
5. Setiap pesanan harus dibuatkan kartu pesanan untuk mencatat setiap kos yang
dibebankan untuk pesanan bersangkutan.
B. KARTU KOS PESANA

Kartu kos pesanan adalah sebuah dokumen yang dipergunakan untuk mengakumulasi
setiap kos yang dibebankan ke pesanan tertentu dalam sebuah metode akumulasi kos berdasarkan
pesanan. Bentuk dan informasi yang terdapat dalam kartu kos pesanan tampak seperti Tabel 4.1

Kartu kos pesanan pada tabel 4.1 tersebut terbentuk sekuntum atau menyamping. Dalam
model ini komponen kos produksi pesanan disusun menyamping. Bahan baku langsung paling
kiri, kemudian di bagian tengah adalah kolom untuk mencatat kos tenaga kerja langsung. Kolom
paling kanan adalah untuk mencatat cost overhead yang dibebankan.
C. KLASIFIKASI KOS DALAM JOB-ORDER COSTING

Sudah dijelaskan bahwa komponen kos produksi harus dapat diidentifikasi secara langsung ke setiap pesanan.
Meskipun kos overhead tidak dapat ditelusuri langsung ke masing-masing pesanan, tetapi tarif pembebanannya harus
jelas sehingga nilai kos overhead yang dibebankan logis. Secara diagramatis, klasifikasi kos dalam job-order costing
tampak pada Gambar 4.3.

Sesuai dengan Gambar 4.2 komponen bahan baku meliputi bahan baku langsung yang dibebankan secara
langsung ke akun Barang Dalam Proses setiap pesanan, dan bahan baku tidak langsung yang diakumulasi terlebih
dahulu ke akun buku besar overhead kontrol atau overhead aktual. Dalam hal pembebanan Gaji dan Upah tenaga
kerja terdiri atas komponen langsung yang dibebankan secara langsung ke akun Barang Dalam Proses, dan
komponen tidak langsung ditampung ke dalam akun buku besar overhead kontrol. Untuk komponen kos overhead,
nilai yang dibebankan ke akun Barang Dalam Proses menggunakan tarif pembebanan yang ditentukan di awal.
Pada setiap akhir tahun buku (akhir tahun) dilakukan penutupan akun overhead dibebankan (applied overhead) ke
akun overhead control (actual overhead). Ada kemungkinan terjadi perbedaan jumlah sehingga timbul selisih.
Selisih yang timbul bisa menguntungkan (yang dibebankan lebih besar dari aktual) atau sebaliknya (merugikan).
Selisih ini ditutup ke akun Laba Rugi.
Kegiatan Belajar 2

PERMASALAHAN AKUNTANSI DAN PEMBUATAN LAPORAN


DALAM JOB ORDER COSTING

A. MASALAH AKUNTANSI DALAM JOB ORDER POSTING

Masalah akuntansi dalam metoda akumulasi kos berdasarkan pesanan


berkaitan dengan:

1. akuntansi untuk bahan baku: mencakup pencatatan baik pada saat


pembelian maupun pada saat pemakaian.
2. Akuntansi untuk tenaga kerja: mencakup pencatatan pada saat terjadinya,
saat distribusi, dan pada saat pembayaran.
3. Akuntansi untuk kos overhead pabrik: mencakup pencatatan pada saat
pembebanan (didahului menghitung tarif): saat pencatatan overhead
aktual, dan pada saat menghitung dan menutup di akhir periode
4. Akuntansi untuk Penyelesaian Pesanan.
5. Akuntansi untuk penjualan: mencakup pencatatan pada saat penyerahan
barang dan pada saat pengakuan pendapatan.
1. Pencatatan ke Setiap Kartu Kos Pesanan

Setiap penggunaan bahan baku, penggunaan tenaga kerja, dan


pembebanan overhead dicatat secara kronologis ke dalam buku jurnal Tabel
4.3, dan Kartu Kos Pesanan Tabel 4.4 (ilustrasi satu Job, yaitu Job#013).
Setiap pemakaian komponen kos produksi harus dapat ditelusuri dengan
jelas untuk pengerjaan job nomor berapa, dan dicatat pada kartu pesanan
masing-masing. Pada saat mencatat ke dalam buku jurnal, nama akun yang
didebit maupun yang dikredit sedapat mungkin juga sudah menunjukkan
untuk job nomor berapa kos produksi tersebut dikeluarkan.
B. ALIRAN KOS DALAM AKUN-AKUN KOS PRODUKSI
C. PEMBUATAN LAPORAN-LAPORAN

Dari kartu dan buku jurnal, kita dapat menyusun laporan kos produksi
aporan kos produk terjual dan laporan laba rugi. Berikut ini disajikan
laporanlaporan berkaitan dengan pengerjaan ketiga pesanan di atas, yaitu
Job#013: Job#014: dan Job#015.

Catatan :
Sediaan awal bahan baku (lihat Kasus di atas) senilai Rp100.000.000
Selisih pembebanan overhead dibebankan ke kos produk terjual (menambah
atau mengurangi, tergantung sifat selisih). Kos operasional yang dikeluarkan
adalah sebagai berikut: kos penjualan Rp25.000 dan kos administrasi
Rp50.000.
TERIMAKASIH
MODUL 4

METODE AKUMULASI KOS BERDASARKAN PERASAAN

KEGIATAN BELAJAR 1

Karakteristik dan Klasifikasi Kos Job Order Costing

terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan perlu untuk menjaga pencatatan total kos dan kos per
unit. Pertama tentu saja untuk penyusunan laporan keuangan, kedua adalah untuk menentukan
profitabilitas yang ingin dicapai, serta ketiga adalah untuk pengambilan keputusan seperti perubahan
harga.

Sistem akuntansi untuk mencatat total kos dan kos per unit yang akan digunakan tergantung pada jenis
produk atau layanan yang dihasilkan perusahaan. Umumnya, perusahaan manufaktur dan perusahaan
jasa dilihat dari jenis produk atau layanan yang diproduksi, dapat terbagi menjadi dua jenis, yakni: job-
order firms serta process firms.

Seperti yang telah dijelaskan di bagian pendahuluan modul ini, perusahaan yang menggunakan sistem
akuntasi job-order adalah perusahaan yang memproduksi produk atau jasa yang unik, yang mana tidak
tersedia di pasar dan untuk mendapatkannya kita perlu untuk melakukan pemesanan terlebih dahulu.

Pada bagian berikutnya, akan dijelaskan mengenai karakteristik dari Job-order costing beserta klasifikasi
kos dalam job-order costing. Istilah joborder costing diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi
metoda akumulasi kos berdasarkan pesanan atau cukup metoda pesanan.

A. KARAKTERISTIK JOB-ORDER COSTING

Metode akumulasi kos job-order costing hanya dapat diterapkan pada Perusahaan-perusahaan yang
memproduksi produk berdasarkan pesanan, Adapun karakteristik job-order costing adalah swbagai
berikut :

1.Jasa atau produk yang diproduksi sangat bervariasi, sesuai pesanan

2. Kos diakumulasi per pesanan setiap kali satu pesanan selesai dikerjakan

3 Kos per unit dihitung dengan cara membagi total kos pesanan dengan Jumlah unit produk yang
diproduksi untuk pesanan bersangkutan

4.Setiap komponen kos produksi dapat dudentifikasi langsung ke masmgInasing pesanan, kecuali kos
bersifat umum dan bersaraa, museinya overhead. Oleh karena itu, dalam jfob-order costing kos produksi.
diklasifikasikan menjadi kos bahan baku langsung: kos tenaga kerja langsung: dan overhead

5. Setiap pesanan harus dibuatkan kartu pesanan untuk mencatat setiap kos yang dibebankan untuk
pesanan bersangkutan.

B.KARTU KOS PESANAN


Kartu kos pesanan adalah sebuah dokumen yang dipergunakan untuk mengakumulasi setiap kos yang
dibebankan ke pesanan tertentu dalam sebuah metode akumulasi kos berdasarkan pesanan. Bentuk dan
informasi yang terdapat dalam kartu kos pesanan tampak seperti Tabel 4.1.

C. KLASIFIKASI KOS DALAM JOB-ORDER COSTING

Sudah dijelaskan bahwa komponen kos produksi harus dapat diidentifikasi secara langsung ke setiap
pesanan. Meskipun kos overhead tidak dapat ditelusuri langsung ke masing-masing pesanan, tetapi tarif
pembebanannya harus jelas sehingga nilai kos overhead yang dibebankan | logis. Secara diagramatis,
klasifikasi kos dalam job-order costing tampak pada Gambar 4.3.

KEGIATAN BELAJAR 2

Permasalahan Akuntansi dan Pembuatan Laporan dalam Job Order Costing

A. MASALAH AKUNTANSI DALAM JOB-ORDER COSTING

A.Masalah akuntansi dalam metoda akumulasi kos berdasarkan pesanan berkaitan dengan:

1).akuntansi untuk bahan baku: mencakup pencatatan baik pada saat pembelian maupun pada saat
pemakaian.

2).akuntansi untuk tenaga kerja: mencakup pencatatan pada saat terjadinya, saat distribusi, dan pada
saat pembayaran.

3).akuntansi untuk kos overhead pabrik: mencakup pencatatan pada saat pembebanan (didahului
menghitung tarif): saat pencatatan overhead aktual, dan pada saat menghitung dan menutup di akhir
periode.

4).akuntansi untuk Penyelesaian Pesanan.

5).akuntansi untuk penjualan: mencakup pencatatan pada saat penyerahan barang dan pada saat
pengakuan pendapatan.

1. Pencatatan ke Setiap Kartu Kos Pesanan

Selanjutnya, setiap penggunaan bahan baku, penggunaan tenaga kerja, dan pembebanan overhead
dicatat secara kronologis ke dalam buku jurnal Tabel 4.3, dan Kartu Kos Pesanan Tabel 4.4 (ilustrasi satu
Job, yaitu Job#013). Setiap pemakaian komponen kos produksi harus dapat ditelusuri dengan jelas untuk
pengerjaan job nomor berapa, dan dicatat pada kartu pesanan masing-masing. Pada saat mencatat ke
dalam buku jurnal, nama akun yang didebit maupun yang dikredit sedapat mungkin juga sudah
menunjukkan untuk job nomor berapa kos produksi tersebut dikeluarkan. Berikut ini adalah pencatatan
dalam buku jurnal umum dan kartu pesanan salah satu pesanan, berdasarkan ilustrasi 4.1 yaitu
Job#0013.

C. PEMBUATAN LAPORAN-LAPORAN
Dari kartu dan buku jurnal, kita dapat menyusun laporan kos produksi aporan kos produk terjual dan
laporan laba rugi. Berikut ini disajikan laporanlaporan berkaitan dengan pengerjaan ketiga pesanan di
atas, yaitu Job#013: Job#014: dan Job#015

Anda mungkin juga menyukai