Anda di halaman 1dari 3

1.

Mengapa biaya eksplorasi dianggap relatif rumit perlakuan akuntansinya, dan bagaimana solusi
secara akuntansi yang ditawarkan.
Biaya eksplorasi merupakan biaya yang cukup pelik perlakuannya, disebabkan kegiatan eksplorasi
belum tentu membawa hasil atau eksplorasi mungkin saja gagal. Sehingga muncul pertanyaan, apakah
semua biaya dikapitalisasi atau merupakan harga perolehan? Ataukah hanya biaya eksplorasi yang
sukses saja yang diperlakukan sebagai harga perolehan?
Untuk hal tersebut dikenal 2 buah konsep/pendekatan, yaitu berikut ini :
-. Konsep Full Costing (a full-cost approach).
Menurut konsep atau pendekatan ini seluruh biaya yang terjadi untuk eksplorasi dan pengembangan
aktiva sumber alam merupakan beban dari seluruh sumber daya yang ada. Biaya eksplorasi sumber-
sumber yang tidak ada dianggap dan dibebankan sebagai bagian dari harga perolehan Aktiva Sumber
Alam lain yang ditemukan.
Konsep ini berpendapat bahwa terjadinya biaya eksplorasi dan pengembangan terhadap sumber alam
tidak bisa dihindari oleh perusahaan dalam setiap usaha untuk mendapatkan sumber alam tersebut.
Dengan demikian tidak ada alasan untuk menghindari diri dari kenyataan apakah dari kegiatan
tersebut diperoleh sumber-sumber yang produktif maupun yang tidak produktif. Sangat wajar
mengkapitalisasi biaya eksplorasi karena tanpa biaya eksplorasi tidak bisa diharapkan adanya sumber-
sumber alam tersebut baik di masa sekarang maupun yang akan datang. Konsep ini menggambarkan
keadaan yang sewajarnya tentang kenyataan ekonomi yang dihadapi perusahaan yang bergerak dalam
usaha sumber alam. Oleh karena konsep ini menganggap seluruh biaya eksplorasi dikapitalisasikan
maka perusahaan yang menggunakan konsep ini tidak dibenarkan untuk mengakui kerugian atas biaya
eksplorasi sumber alam yang gagal bila kegiatan serupa diperoleh sumber alam yang produktif.
-. Konsep Successfull Effort ( successfull effort aproach).
Menurut konsep ini, hanya biaya eksplorasi yang berhasil saja yang dikapitalisasi dengan harga
perolehan aktiva sumber alam yang bersangkutan. Biaya eksplorasi yang tidak menghasilkan
dibebankan sebagai biaya periodik. Konsep ini mengaitkan biaya yang terjadi dengan pendapatan-
pendapatan yang akan diperoleh setepat-tepatnya dalam kegiatan eksplorasi sumber alam. Biaya-biaya
eksplorasi yang gagal tidak dibenarkan untuk ditangguhkan pembebanannya. Konsep ini sifatnya
lebih konservatif di bandingkan konsep full costing. Risiko akan adanya nilai buku aktiva sumber
alam yang melampaui nilai kandung sumber alam tersebut dapat diperkecil. Dengan konsep ini,
manajemen dapat mengikuti dan mengukur besarnya prestasi untuk setiap sumber secara individual
karena konsep ini menggambarkan biaya historis yang sebenarnya dari masing-masing sumber alam.
Sumber : MODUL EMKA4313 Akuntansi Keuangan Menengah II hal 2.5-2.6
2. Apa yang Anda pahami tentang deplesi, dan bagaimana perhitungan biaya deplesi dilakukan.
Deplesi adalah istilah penyusutan untuk aktiva sumber alam. Deplesi dapat pula didefinisikan sebagai
proses alokasi dari harga perolehan aktiva sumber alam ke periode-periode akuntansi yang menikmati
hasil aktiva sumber alam tersebut.
Penghitungan deplesi.
Menghitung dulu tarif deplesi per satuan output yang dihasilkan sebelum menghitung jumlah atau
besarnya beban penyusutan/deplesi.
Ada 3 faktor yang menentukan besarnya tarif deplesi, yaitu :
-. Harga perolehan aktiva sumber alam yang bersangkutan.
-. Taksiran nilai residu tanah di mana sumber itu berada, bila sumber alam sudah habis dieksploitasi.
-. Taksiran kandungan sumber alam yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.
Bila 3 faktor tersebut sudah ditentukan maka tarif deplesi di hitung dengan rumus

harga perolehan−taksiran nilai residu


Tarif deplesi/satuan output =
taksiran kandungan
Besarnya biaya deplesi untuk satu periode akuntansi tertentu dihitung dengan rumus :
Tarif deplesi/satuan output X kandungan sumber alam yang dieksploitasi untuk periode yang
bersangkutan.
Sumber : MODUL EMKA4313 Akuntansi Keuangan Menengah II hal 2.7-2.8
3. Apakah Goodwill juga di amortisasi seperlu halnya beberapa jenis aset tak berwujud lainnya?
Yang dimaksud dengan goodwill adalah semua kelebihan yang terdapat dalam suatu usaha, seperti
letak perusahaan yang baik, nama yang terkenal, pimpinan yang ahli dan lain-lain. Goodwill dalam
akuntansi hanya timbul dari pembelian sebagian perusahaan lain atau dari transaksi penggabungan
(merger), reorganisasi, perubahan bentuk perusahaan atau perubahan pemilikan dalam firma.
Apakah goodwill juga di amortisasi?
Sebelum diterbitkannya standar akuntansi goodwill yang berlaku secara internasional, Radebaugh &
Gray (1997) menuliskan tentang beberapa metode akuntansi untuk goodwill yang digunakan di
berbagai negara.
-. Goodwill diakui sebagai aset namun tidak di amortisasi.
Pendukung metode ini berpendapat bahwa dalam bisnis yang sukses nilai goodwill yang dibeli tidak
mengalami penurunan karena secara terus menerus dipertahankan. Jika goodwill itu harus
diamortisasi maka ini akan menyebabkan perhitungan ganda (contoh, biaya untuk mempertahankan
goodwill dan biaya amortisasi). Dengan demikian goodwill tidak perlu di amortisasi.
Penentang metode ini berpendapat bahwa tidak konsisten untuk memperlakukan goodwill yang dibeli
sebagai aset tetapi goodwill yang dihasilkan secara internal tidak diperlakukan demikian. Selanjutnya,
goodwill yang dibeli tidak harus dipertahankan tanpa batas waktu sebagai aset karena goodwill
tersebut akan secara terus menerus digantikan oleh goodwill baru yang dihasilkan secara internal
sejak akuisisi.
-. Goodwill di akui sebagai aset dan di amortisasi.
Pendukung metode ini menyatakan bahwa goodwill sama dengan aset lainnya, yang akan digunakan
dalam proses untuk menghasilkan laba sehingga jika goodwill tidak diamortisasi maka laba masa
depan akan overstated karena tidak memasukkan semua biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan
laba. Sementara penentang metode ini menyatakan akan terjadi double counting karena pengeluaran
untuk memelihara goodwill terjadi dalam waktu bersamaan dengan amortisasi goodwill.
Goodwill menurut SAK (Standar Akuntansi Keuangan).
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 39 tentang Penggabungan
Badan Usaha yang menjelaskan tentang keberadaan goodwill yang harus di amortisasi sebagai beban
selama masa manfaatnya. Periode amortisasi goodwill selama 5 tahun dan dapat diperpanjang sampai
20 tahun dengan alasan yang tepat. Dan dalam amortisasi menggunakan metode garis lurus.
Metode/pendekatan ini dijelaskan dalam (Kieso, 2009) pada halaman 172 dan dinamakan pendekatan
kapitalisasi amortisasi.
PSAK No. 22 paragraf 39, sebagai berikut :
Goodwill harus diamortisasi selama beban selama masa manfaatnya. Dalam amortisasi harus
digunakan metode garis lurus, kecuali ada metode lain yang dianggap lebih tepat pada ketentuan
tertentu. Periode amortisasi goodwill tidak boleh lebih dari 5 tahun, kecuali periode yang lebih
panjang tetapi tidak boleh lebih dari 20 tahun dapat digunakan apabila terdapat dasar yang tepat
Berdasarkan IFRS 3.
Goodwill tidak lagi di amortisasi, tetapi dilakukan uji ukur untuk mengukur penurunan nilainya setiap
tahun atau mungkin lebih sering jika keadaan menunjukkan adanya penurunan nilai.
Sumber :
MODUL EMKA4313 Akuntansi Keuangan Menengah II hal 2.30-2.31
https://journal.undiknas.ac.id/index.php/akuntansi/article/download/27/152/708#:~:text=Berdasarkan
%20IFRS%203%2C%20goodwill%20tidak,adanya%20kemungkinan%20terjadinya%20penurunan
%20nilai.
https://media.neliti.com/media/publications/36637-ID-amortisasi-goodwill.pdf
4. Jelaskan klarifikasi aset tak berwujud berdasarkan cara perolehannya, dan berikan contohnya.
Berdasarkan cara perolehannya maka klasifikasi aktiva tak berwujud terdiri atas :
-. Diperoleh dengan pembelian baik secara tunggal maupun kelompok. Contoh : paten dan hak cipta.
-. Diperoleh dengan cara mengembangkan sendiri melalui riset. Contoh : resep atau formula rahasia.
-. Diperoleh dengan cara penggabungan perusahaan. Contoh : Goodwill.
Sumber :
MODUL EKMA4313 Akuntansi Keuangan Menengah II hal 2.23

Anda mungkin juga menyukai