Anda di halaman 1dari 35

Modul 2

Pendapatan Nasional
Dr. Sonny Harry B. Harmadi

P E ND A H U L U A N

P ada awal tahun 2008, media massa sering memberitakan tentang


terjadinya pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6.3% selama
tahun 2007, dengan nilai ekonomi yang terbentuk sebesar Rp.1.964 triliun.
Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai perekonomian yang
terbentuk pada tahun 2006, yaitu sebesar yang hanya Rp.1.847 triliun dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 5.5%. Hal yang menjadi pertanyaan menarik
adalah: ukuran apakah yang sebenarnya digunakan untuk menggambarkan
nilai perekonomian suatu negara sehingga akhirnya dapat mengeluarkan
angka-angka perhitungan seperti di atas?
Dalam konsep ekonomi makro dikenal istilah Produk Domestik Bruto
(PDB), yaitu indikator ekonomi yang mengukur total pendapatan dan total
pengeluaran yang terjadi dalam suatu perekonomian pada periode waktu
tertentu. Perubahan nilai PDB suatu negara merupakan sinyal terjadinya
perubahan nilai ekonomi yang terbentuk di negara tersebut. Misalnya seperti
yang terjadi di Indonesia pada tahun 2007; ketika itu, angka PDB Indonesia
mengalami peningkatan dari Rp1.847,2 triliun pada tahun 2006 menjadi
Rp1.964 triliun pada tahun 2007. Jika merujuk kepada pengertian sederhana
PDB di atas, peningkatan PDB tahun 2006-2007 tentu akan menunjukkan
terjadinya perbaikan dalam kondisi ekonomi Indonesia karena adanya
peningkatan pendapatan Indonesia selama kurun waktu tersebut.
Dalam Modul 2 ini akan dibahas tentang Pendapatan Nasional. Yaitu
tentang apa itu pendapatan nasional? Komponen apa yang ada dalam
pendapatan nasional? Bagaimana cara menghitung nilai tambah? Bagaimana
menghitung pendapatan nasional secara nominal dan riil. Untuk memudahkan
kita menjawab pertanyaan di atas, maka pembahasan dibagi dalam tiga
kegiatan belajar yaitu: (1) Pengukuran Produk Domestik Bruto, (2) PDB
Nominal dan PDB Riil, dan (3) Indikator Lain Pengukur Kinerja Ekonomi
Suatu Negara. Dalam tiap kegiatan belajar dilengkapi dengan uraian materi,
2.2 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

konsep, rumus, contoh, tabel, latihan, rangkuman dan tes formatif untuk
menguji kemampuan Anda terhadap kompetensi yang telah disajikan.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda dapat:
1. menjelaskan definisi produk domestik bruto (PDB);
2. menjelaskan komponen-komponen PDB;
3. menghitung nilai tambah;
4. menghitung PDB;
5. menjelaskan PDB nominal;
6. menjelaskan PDB riil;
7. membedakan antara PDB nominal dan PDB riil;
8. menunjukkan indikator pengukuran kinerja perekonomian selain PDB.

Tips Mempelajari Modul 2

Anda akan berhasil mempelajari modul dengan cara membaca modul ini secara
cermat, pelajari kompetensi khusus yang ingin dicapai, buatlah catatan kecil
tentang hal-hal yang Anda anggap penting. Silakan Anda coba menghitung nilai
tambah
Selamat Belajar Sukses Selalu!
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.3

Kegiatan Belajar 1

Pengukuran Produk Domestik Bruto

D alam Kegiatan Belajar 1, ini kita akan membahas tentang produk


domestik bruto, definisi PDB, cara menghitung PDB, perbedaan PDB
nominal dengan riil.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
perekonomian adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Secara sederhana, PDB
adalah:

Produk = yang dijumlahkan adalah produksi barang dan jasa


Domestik = batasnya adalah wilayah suatu negara, termasuk orang
dan perusahaan asing
Bruto = yang dihitung termasuk penyusutan barang-barang
modal

Namun secara formal, yang dimaksud dengan Produk Domestik Bruto


(PDB) adalah nilai pasar dari seluruh barang/jasa akhir yang dihasilkan oleh
suatu negara dalam periode waktu tertentu. Pengertian ini memang mudah
untuk dimengerti, namun di dalam setiap frase kata dari pengertian tersebut
sebenarnya memiliki makna yang perlu ditelusuri lebih dalam.
Frase “PDB adalah nilai pasar …” menunjukkan bahwa pengukuran
PDB dilakukan dengan menggunakan nilai uang dari suatu barang dan jasa
akhir, bukan menggunakan jumlah barang. Dalam perekonomian terdapat
berbagai macam barang/jasa, dan untuk menjumlahkan seluruh barang dan jasa
tidak dapat dilakukan dengan menjumlahkan kuantitas yang tersedia. Alhasil,
Pengukuran dalam bentuk nilai uang ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
pembandingan antar barang yang tidak seimbang, bagaikan antara apel dan
jeruk, sehingga penyamaan satuan merupakan hal yang dibutuhkan.
Frase “… dari seluruh…” menunjukkan bahwa PDB memasukkan
semua produk yang diproduksi oleh perekonomian dan yang dijual di pasar
secara legal, tidak hanya berupa barang, namun juga jasa. Selain itu, ada
beberapa produk yang tidak masuk ke dalam perhitungan PDB, yaitu
barang/jasa yang diproduksi secara ilegal, di antaranya adalah obat-obatan
terlarang (narkoba) dan makanan yang diproduksi oleh rumah tangga dan
2.4 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

kemudian dikonsumsi langsung oleh rumah tangga tersebut. Kedua hal ini
tidak masuk dalam perhitungan PDB karena tidak pernah masuk ke dalam
pasar sehingga tidak memiliki nilai pasar.
Frase “…barang/jasa…” menunjukkan bahwa PDB dihitung dengan
memasukkan barang nyata (seperti mobil dan tas) dan barang tidak nyata
(seperti pendidikan yang diberikan guru dan pelayanan kesehatan oleh dokter).
Barang yang tidak nyata ini dikenal juga dengan sebutan jasa.
Frase “…akhir…” menunjukkan bahwa barang/jasa yang dimasukkan
dalam perhitungan PDB adalah barang/jasa jadi (yaitu yang dapat langsung
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia), bukan produk yang
setengah jadi yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut sebelum dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, ataupun produk mentah
yang belum diolah sama sekali. Misalnya terhadap meja belajar; yang
dimasukkan dalam perhitungan PDB adalah nilai pasar dari meja belajar,
sementara nilai pasar dari kayu gergajian yang dibeli oleh tukang untuk
menghasilkan meja tidak dimasukkan dalam perhitungan. Kenapa kayu
gergajian tidak dimasukkan dalam perhitungan PDB padahal kayu ini memiliki
nilai pasar dan diperdagangkan secara legal di pasar? Hal ini ditujukan untuk
menghindari persoalan double counting ‘perhitungan ganda’ dari suatu
produk. Nilai kayu sebenarnya telah diperhitungkan dalam menentukan nilai
pasar dari meja, sehingga ketika nilai kayu juga dimasukkan dalam
perhitungan PDB, maka nilai kayu ini akan tercatat dua kali.
Frase “…dihasilkan..” merujuk pada kondisi bahwa PDB
memperhitungkan barang/jasa yang dihasilkan pada masa sekarang. Misalnya,
penjualan sepeda motor baru oleh Yamaha akan diperhitungkan dalam PDB,
namun jika yang melakukan penjualan adalah kalian, maka tidak dimasukkan
dalam perhitungan PDB karena sepeda motor yang kalian jual bukanlah
barang/jasa yang dihasilkan pada masa sekarang.
Frase “…oleh suatu negara dalam periode waktu tertentu”
menunjukkan bahwa barang/jasa yang diperhitungkan dalam PDB adalah
barang/jasa yang dihasilkan oleh daerah-daerah yang berada dalam kawasan
suatu negara, dan pengukuran dilakukan dalam kurun waktu tertentu, misalnya
dalam kurun waktu satu tahun dan tiga bulan.
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.5

A. PERHITUNGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Dalam melakukan perhitungan terhadap PDB, terdapat tiga pendekatan


yang dapat digunakan, yaitu pendekatan pengeluaran, pendekatan pendapatan,
dan pendekatan nilai tambah. Melalui pendekatan pendapatan, PDB dapat
dipandang sebagai total pengeluaran yang dilakukan dalam perekonomian
untuk memperoleh barang/jasa, sementara melalui pendekatan pendapatan,
PDB dapat dipandang sebagai total pendapatan yang diperoleh setiap individu
yang terdapat dalam perekonomian. Kedua pendekatan perhitungan PDB ini
akan menghasilkan nilai yang sama mengingat setiap uang yang dikeluarkan
oleh si pembeli merupakan pendapatan bagi si penjual, seperti yang
diilustrasikan pada gambar berikut.

Pendapatan (1)

Tenaga Kerja (2)

Rumah Tangga Perusahaan

Barang/Jasa (3)

Pengeluaran (4)

Gambar 2.1
Pengukuran PDB sebagai Pendekatan Pendapatan dan Pendekatan
Pengeluaran
2.6 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

Pada Gambar 2.1 di atas terlihat bahwa aliran sebelah luar merupakan
aliran uang, sementara aliran sebelah dalam merupakan aliran barang/jasa dan
aliran tenaga kerja. Rumah tangga sebagai penyedia tenaga kerja menjual jasa
tenaga kerjanya kepada perusahaan (aliran 2) sehingga perusahaan menjadi
mampu untuk menghasilkan barang/jasa yang nantinya akan dibeli oleh rumah
tangga (aliran 3). Pembelian barang/jasa ini oleh rumah tangga akan
menimbulkan aliran uang dari rumah tangga ke perusahaan (aliran 4). Aliran
uang ini merupakan pengeluaran bagi rumah tangga (atau pendapatan bagi
perusahaan). Pengeluaran rumah tangga ini (yang merupakan pendapatan bagi
perusahaan) ini nantinya akan digunakan oleh perusahaan untuk membayar
upah pekerjanya.
Berdasarkan gambaran ini, terlihat bahwa setiap transaksi yang
mempengaruhi pengeluaran akan ikut mempengaruhi pendapatan, dan setiap
transaksi yang mempengaruhi pendapatan pasti akan mempengaruhi
pengeluaran, sehingga tidak salah untuk mengatakan bahwa pengeluaran yang
terjadi akan sama dengan pendapatan yang diterima.

1. Perhitungan PDB dengan Pendekatan Pengeluaran


GDP atau PDB memiliki empat komponen dalam perhitungan dengan
pendekatan pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran
investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (NX). Karena
PDB dapat diartikan sebagai total pengeluaran dalam perekonomian, maka
perhitungan PDB dapat dilakukan mengikuti rumus:

PDB = C + I + G + NX

atau dengan kata lain, PDB merupakan penjumlahan dari konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, dan net ekspor.
Karena persamaan di atas merupakan terjemahan matematis dari definisi
PDB dengan pendekatan pengeluaran, maka persamaan ini disebut juga
dengan persamaan identitas, yaitu persamaan identitas pendapatan nasional.

a. Pengeluaran Konsumsi
Komponen yang termasuk ke dalam variabel konsumsi adalah barang dan
jasa yang dibeli oleh rumah tangga, yang dapat berupa barang tahan lama,
barang tidak tahan lama, dan jasa. Yang dimaksud dengan barang tahan lama
adalah barang yang dapat bertahan dalam jangka waktu lama, seperti mobil
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.7

dan televisi; dan barang yang tidak tahan lama merupakan barang yang
bertahan dalam jangka pendek seperti makanan dan pakaian.

b. Investasi
Yang dimaksud dengan investasi adalah kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan perekonomian dalam menghasilkan output di masa
depan, yang dapat berupa peningkatan stok fisik dari modal, maupun stok
nonfisik. Dengan konsep ini, tindakan membeli saham/obligasi merupakan
tindakan yang tidak dikategorikan ke dalam investasi. Tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai investasi di antaranya adalah membangun rumah,
membeli mesin, penambahan persediaan produk perusahaan, dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Tindakan membangun rumah, membeli mesin,
penambahan persediaan produk perusahaan dikategorikan sebagai tindakan
untuk meningkatkan stok fisik dari modal, sementara tindakan peningkatan
kualitas SDM merupakan tindakan meningkatkan stok non-fisik dari modal.

c. Pengeluaran pemerintah
Yang termasuk ke dalam kategori pengeluaran pemerintah adalah
tindakan pemerintah dalam membeli barang/jasa seperti pembelian peralatan
militer dan pembangunan jalan. Namun, tindakan pemerintah yang
memberikan transfer kepada individu, seperti tindakan pemberian Bantuan
Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi kenaikan harga BBM, tidak
dikategorikan sebagai pengeluaran pemerintah karena tindakan pemerintah ini
tidak menyebabkan perubahan kemampuan perekonomian dalam
memproduksi barang/jasa.

d. Ekspor Bersih
Komponen net ekspor ini merupakan komponen dalam PDB yang
menghitung transaksi perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. Net
ekspor ini dapat menggambarkan besarnya permintaan luar negeri terhadap
barang yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai net ekspor ini dihitung dengan
mengurangkan antara nilai ekspor dengan nilai impor suatu negara. Negara
dengan nilai net ekspor yang positif berarti bahwa negara tersebut memiliki
nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impornya. Sebaliknya
jika negara tersebut memiliki net ekspor yang negatif, berarti nilai impor
negara tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspornya.
Boks 1
2.8 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

Konsumsi Rumah Tangga Mencapai 63,5 Persen

Indonesia menggunakan Rp2.511,3 triliun atau sekitar 63,5 persen (dari produk
domestik bruto/PDB pada 2007 yang mencapai Rp3.957,4 triliun) untuk konsumsi rumah
tangga (RT). Penggunaan PDB untuk konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 0,8
persen dibandingkan 2006 yang mencapai 62,7 persen. Hal tersebut diungkapkan Deputi
Bidang Neraca dan Analisa Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Slamet Soetomo, dalam
konferensi pers mengenai laporan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
2007 di Jakarta, Jumat (15/2), seperti dikutip dari Antara.

"Konsumsi rumah tangga masih cukup besar. Hal ini karena makin banyaknya penawaran
konsumsi rumah tangga. Di mal-mal kita temui kredit nol persen untuk keperluan rumah
tangga," kata Slamet Soetomo.

Data BPS juga menunjukkan, PDB untuk pembentukan modal tetap bruto atau investasi
fisik sebesar Rp983,8 triliun (8,3 persen) meningkat sebesar 0,8 persen dari 2006 yang
mencapai 24,9 persen. Sedangkan, penggunaan PDB untuk konsumsi pemerintah
mencapai Rp329,8 triliun atau menurun sebesar 0,3 persen dibanding 2006. Penurunan
juga terjadi pada transaksi ekspor dan impor. Penggunaan PDB untuk transaksi ekspor
2007 sebesar Rp1.162 triliun (29,4 persen) atau menurun sebesar 0,6 persen dari tahun
2006, sedangkan impor sebesar Rp1.002,5 triliun (25,3 persen) atau menurun 0,3
persen.

Sementara itu, mengenai pertumbuhan ekonomi, Slamet mengatakan, sumber utama


yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,32 pada 2007 adalah ekspor
yang berkontribusi sebesar 3,8 persen. "Komponen terbesar PDB yaitu konsumsi rumah
tangga hanya memberikan sumbangan sebesar 2,9 persen. Sedangkan pembentukan
modal tetap bruto atau investasi sebesar 2,0 persen dan konsumsi pemerintah sebesar
0,3 persen," katanya.

Sumber: Kompas (Jumat, 15 Februari 2008)

2. Perhitungan PDB dengan Pendekatan Pendapatan


Pengukuran PDB dengan pendekatan pendapatan dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh komponen pendapatan yang terdapat dalam
perekonomian. Namun sebelum membahas komponen PDB dengan
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.9

pendekatan pendapatan ini, akan dikupas terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan pendapatan.
Pendapatan pada dasarnya adalah balas jasa terhadap input/faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dalam perekonomian,
terdapat empat kelompok besar faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal,
sumber daya alam, dan keahlian/kewirausahaan. Masing-masing faktor
produksi ini akan memperoleh balas jasa masing-masing berupa upah, bunga
atas modal, sewa, dan laba usaha.

Tabel 2.1
Faktor Produksi dan Balas Jasa yang Diterima

Faktor Produksi Balas Jasa


Tenaga Kerja Upah
Modal Bunga modal
Sumber daya alam (Tanah) Sewa
Keahlian Laba usaha

Karena PDB merupakan penjumlahan dari seluruh komponen pendapatan


yang terdapat dalam perekonomian, maka perhitungan PDB dengan
pendekatan pendapatan dapat dilakukan dengan mengikuti formula:

PDB = w + r + S + π

Dimana w adalah upah, r adalah bunga modal, S adalah sewa, dan 𝜋 adalah
laba usaha.

3. Perhitungan PDB dengan Pendekatan Nilai Tambah/Pendekatan


Produksi
Sebenarnya selain dengan pendekatan pendapatan dan pendekatan
pengeluaran, terdapat satu metode lagi yang dapat digunakan untuk mengukur
nilai PDB suatu perekonomian, yaitu dengan pendekatan nilai
tambah/pendekatan produksi.
Contoh perhitungan sederhana dari PDB dengan pendekatan produksi ini
dapat diamati dari tabel struktur input industri mebel berikut:
2.10 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

Tabel 2.2
Contoh Perhitungan PDB dengan Pendekatan Produksi

Input yang Digunakan Nilai Pasar Input Nilai Tambah


Kayu gelondongan 100 100*
Kayu gergajian 150 50
Kerangka mebel 225 75
Mebel 325 100
Total Nilai Tambah 325

*) nilai tambah dari kayu gelondongan sama dengan nilai pasarnya karena kayu gelondongan ini
merupakan input primer, yaitu input yang diperoleh langsung dari alam dan belum diolah
lebih lanjut.

Untuk memproduksi mebel, diperlukan proses pengolahan input dari kayu


gelondongan menjadi kayu gergajian, kemudian dari kayu gergajian ini diolah
menjadi kerangka mebel, dan dari kerangka mebel diolah menjadi mebel.
Biaya produksi untuk menghasilkan masing-masing produk ini pada dasarnya
merupakan bagian dari biaya produksi dari produk lain hasil pengolahan
lanjutannya. Misalnya biaya produksi untuk menghasilkan kerangka mebel
telah mencakup biaya produksi kayu gergaji, dan biaya produksi produk mebel
telah mencakup biaya produksi pabrik kayu gergaji dan biaya produksi
kerangka mebel.
Karena dalam harga sebuah barang sudah terdapat biaya bahan baku,
maka nilai tambah suatu produk adalah harga produk yang dihasilkan
dikurangi harga atau biaya bahan baku. Nilai tambah ini merupakan
sumbangan perusahaan dalam produksi nasional. Misalnya harga kayu
gergajian Rp 150,- per meter, harga bahan mentah berupa kayu gelondongan
sebesar Rp 100,-, maka nilai tambah kayu gergajian tersebut adalah Rp 50,-.
Nilai tambah inilah yang dihitung dalam pendapatan nasional, karena itu
pendapatan nasional adalah nilai jual dikurangi biaya bahan mentah.
Persoalan yang perlu dicermati dari perhitungan PDB dengan pendekatan
nilai tambah ini adalah munculnya masalah perhitungan ganda (double
counting).
Untuk memproduksi mebel, diperlukan proses pengolahan input dari kayu
gelondongan menjadi kayu gergajian, kemudian dari kayu gergajian ini diolah
menjadi kerangka mebel, dan menjadi mebel. Nilai ekonomi pengolahan dari
kayu gelondongan menjadi kayu gergajian adalah sebesar 150 (= nilai dari
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.11

kayu gelondongan (100) + dengan nilai tambah dari kayu gergajian (50)). Nilai
ekonominya bukanlah 250 (= nilai pasar kayu gelondongan (100) + kayu
gergajian (150)) karena jika nilai ekonomi kayu gergajian dihitung dengan
konsep ini, maka akan terjadi perhitungan ganda. Kenapa? Hal ini karena
nilai pasar dari kayu gergajian yang bernilai 150 pada dasarnya telah
memasukkan nilai pasar dari kayu gelondongan yang menjadi bahan dasar
untuk menghasilkan kayu gergajian. Hal yang sama juga diterapkan untuk
menghitung nilai ekonomi dari mebel, yaitu dengan menjumlahkan seluruh
nilai tambah yang tercipta.

Total Nilai Tambah Mebel


= nilai tambah (NT) kayu gelondongan + NT kayu gergajian
+ NT kerangka mebel + NT mebel

Total Nilai Tambah Mebel = 100 + 50 + 75 + 100 = 325

Penjumlahan total dari nilai tambah ini merupakan nilai dari pendapatan
nasional. Bila diamati, nilai ini sama dengan nilai akhir dari mebel seperti yang
tercantum dalam Tabel 2.2 kolom 2.
Jika diamati lebih dalam, perhitungan PDB dengan pendekatan nilai
tambah ini pada dasarnya adalah perhitungan nilai ekonomi yang diciptakan
oleh sektor-sektor ekonomi yang terdapat di suatu negara. Pada Tabel 2.2 di
atas, input-input yang digunakan dalam proses produksi mebel di atas pada
dasarnya dapat dikelompokkan atas tiga kelompok sektor ekonomi, yaitu
sektor primer (kayu gelondongan), sektor industri (kayu gergajian dan
kerangka mebel), dan sektor perdagangan (mebel). Jadi secara tidak langsung
perhitungan PDB dengan pendekatan nilai tambah ini merupakan perhitungan
PDB yang dilakukan per sektor ekonomi. Di Indonesia, hasil perhitungan PDB
dengan pendekatan nilai tambah ini disajikan menurut sembilan sektor
ekonomi.

Tabel 2.3
Perhitungan Pendapatan Nasional per Sektoral

No. Sektor Ekonomi Nilai


1 Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan Rp xxx
2 Pertambangan dan penggalian Rp xxx
3 Industri pengolahan Rp xxx
2.12 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

No. Sektor Ekonomi Nilai


4 Listrik, gas dan air minum Rp xxx
5 Bangunan Rp xxx
6 Pengangkutan dan komunikasi Rp xxx
7 Perdagangan Rp xxx
8 Bank dan Lembaga Keuangan lainnya Rp xxx
9 Sewa Rp xxx
10 Pemerintah dan Pertahanan Rp xxx
11 Jasa - jasa lainnya Rp xxx
Jumlah GDP Rp xxx

Boks 2
Sektor Pertanian Kontributor terbesar Pertumbuhan Ekonomi

JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal


ketiga 2007 mencapai 6,5 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Sumbangan
tertinggi pertumbuhan ekonomi yang di luar perkiraan banyak pihak ini berasal dari
sektor pertanian sebesar 1,3 persen. Data BPS menunjukkan, tingkat pertumbuhan
pertanian naik menjadi 4,3%. Ini mengulangi sejarah bahwa pertumbuhan pertanian
mampu di atas 3%. ‘’Dalam sejarah republik, hanya empat kali pertumbuhan
pertanian di atas 3%. Biasanya relatif rendah,’’ kata Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada Penghargaan Ketahanan Pangan 2007 di Istana Negara Jakarta, Kamis
15/11).

Perkembangan ekonomi pada triwulan III/2007 menunjukkan bahwa semua sektor


ekonomi mengalami pertumbuhan. Dibandingkan triwulan sebelumnya, pertumbuhan
terbesar terjadi pada sektor pertanian sebesar 10,2 persen, karena terjadinya
pertumbuhan yang cukup tinggi pada produk subsektor perkebunan (33,7 persen).
Selanjutnya sektor pertambangan-penggalian tumbuh 0,3 persen, industri pengolahan
sebesar 3,0 persen, sektor listrik –gas –air bersih 3,6 persen, sektor konstruksi 3,2
persen, sektor perdagangan-hotel-restoran 4,1 persen, sektor pengangkutan-
komunikasi 5,2 persen, sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan 2,1 persen, dan
sektor jasa-jasa 1,1 persen.

Menanggapi capaian sektor pertanian, Kepala BPS, Rusman Heriawan, berkata: “Ini
baru kali pertama terjadi. Ini adalah rahmat tak terduga di saat terjadi euphoria
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.13

kenaikan harga minyak, pertumbuhan sektor pertanian bisa mempertahankan target


6,3 persen hingga akhir tahun.” Sektor pertanian sebagai penyumbang pertumbuhan
terbesar ini ditopang oleh subsektor perkebunan. Subsektor ini memberi kontribusi
tertinggi diikuti subsektor perikanan.

Kontribusi sektor pertanian tahun 2007 sebesar 1,3% melebihi kontribusi sektor
industri dan perdagangan yang kali ini menyumbang masing-masing 1,2%. Berdasarkan
nilai sumbang sektor pertanian pada triwulan III 2007 mencapai angka 157 triliun.
Artinya naik sekitar Rp 22,6 triliun dibanding capaian pada triwulan II 2007 yang
mencapai Rp 134,4 triliun.

Menurut Rusman, meski sektor pertanian mencatat pertumbuhan paling tinggi, tapi
bobot paling besar dalam produk domestik bruto (PDB) tetap diduduki sektor industri.
Sektor ini pada pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2007 menyumbang 1,2 persen.
Jika dilihat per kuartal, PDB pada kuartal ketiga 2007 meningkat 3,9 persen
dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara secara kumulatif, PDB Indonesia hingga
triwulan ketiga 2007 dibandingkan periode sama tahun 2006, tumbuh 6,3 persen.

Besaran PDB pada tiga kuartal pertama di 2007 mencapai Rp 2.901,3 triliun. Nilai ini
meningkat dibanding periode sama tahun 2006 yang sebesar Rp 2.464,8 triliun.
Depkeu sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga hanya
akan mencapai 6,2-6,4 persen. Sedangkan hingga akhir tahun, proyeksi pertumbuhan
ekonomi diperkirakan sebesar 6,2-6,3 persen.

Sumber: Agribisnis Ganesa (2008)

L A T IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan definisi pendapatan nasional bruto!


2) Jelaskan mengapa barang dan jasa yang ilegal tidak dimasukkan ke dalam
penghitungan PDB?
3) Jelaskan makna frase ”....akhir...” dalam definisi PDB!
2.14 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

4) Jelaskanlah komponen apa saja yang termasuk ke dalam variabel


konsumsi dalam penghitungan PDB!
5) Jelaskan pengertian PDB dengan pendekatan pendapatan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Jawaban untuk pertanyaan nomor satu ini berhubungan dengan nilai pasar
dari berbagai output akhir yang dihasilkan oleh sebuah negara dalam
periode waktu tertentu.
2) Hubungan jawaban pertanyaan dua dengan ada atau tidaknya nilai pasar
dari barang dan jasa yang ilegal. Nilai pasar diberikan kepada barang dan
jasa yang masuk pasar resmi.
3) Ada beberapa frase kunci pada definisi PDB. Frase ”...akhir...” akan
berhubungan dengan jenis output yang dihitung dalam PDB. Jenis output
yang dihitung dalam PDB diketahui tidak berjenis output antara.
4) Variabel konsumsi dalam PDB berasal dari barang jenis apakah yang
biasa dikonsumsi sektor rumah tangga. Biasanya barang yang dikonsumsi
rumah tangga adalah barang tahan lama, barang yang tidak tahan lama,
dan jasa.
5) PDB dengan pendekatan pendapatan berhubungan dengan balas jasa yang
diperoleh oleh para pemilik faktor produksi. Dalam perekonomian,
terdapat empat kelompok besar faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal,
sumber daya alam, dan keahlian/kewirausahaan. Masing-masing faktor
produksi ini akan memperoleh balas jasa masing-masing berupa upah,
bunga atas modal, sewa, dan laba usaha.

RA N GK U MA N

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator yang


dapat digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian. Secara formal,
yang dimaksud dengan PDB adalah nilai pasar dari seluruh barang/jasa
akhir yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode waktu tertentu.
Frase “PDB adalah nilai pasar …” menunjukkan bahwa pengukuran
PDB dilakukan dengan menggunakan nilai uang dari suatu barang dan
jasa akhir. Barang dan jasa yang memiliki nilai pasar adalah barang dan
jasa yang masuk ke dalam pasar resmi. Oleh karena itu, barang dan jasa
yang tidak masuk dalam pasar resmi, yaitu barang dan ilegal, tidak
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.15

dihitung dalam PDB. Frase “… dari seluruh…” menunjukkan bahwa


PDB memasukkan semua produk yang diproduksi oleh perekonomian dan
yang dijual di pasar secara legal, tidak hanya berupa barang, namun juga
jasa. Frase “…akhir…” menunjukkan bahwa barang/jasa yang
dimasukkan dalam perhitungan PDB adalah barang/jasa jadi (yaitu yang
dapat langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia).
Untuk menghitung PDB, ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan,
yaitu pendekatan pendapatan, pendekatan pengeluaran, dan dengan
pendekatan nilai tambah/pendekatan produksi. Dengan pendekatan
pendapatan, Produk Domestik Bruto (PDB) dihitung dengan
menjumlahkan pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah,
dan ekspor neto. Pengukuran PDB dengan pendekatan pendapatan
dilakukan dengan menjumlahkan seluruh komponen pendapatan (balas
jasa untuk para pemilik faktor produksi) yang terdapat dalam
perekonomian, yang terdiri dari pendapatan upah, bunga atas modal, sewa,
dan laba usaha. Sementara dengan pendekatan nilai tambah, PDB dihitung
dengan menjumlahkan nilai tambah dari tahap-tahap produksi untuk
menghasilkan suatu produk.

TE S FO R MA TI F 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan perekonomian dalam
menghasilkan output di masa depan disebut ....
A. konsumsi
B. produksi
C. pengeluaran government
D. investasi

2) Tindakan pemerintah dalam membeli barang/jasa seperti pembelian


peralatan militer dan pembangunan jalan disebut ….
A. konsumsi
B. produksi
C. pengeluaran government
D. investasi

3) Menjumlahkan seluruh komponen balas jasa yang terdapat dalam


perekonomian merupakan penghitungan PDB dengan pendekatan ....
A. nilai tambah
B. pendapatan
C. pengeluaran
2.16 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

D. value added

4) Barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga dalam penghitungan PDB
termasuk ke dalam komponen ....
A. konsumsi
B. produksi
C. pengeluaran government
D. investasi

5) Persoalan apa yang perlu dicermati dari perhitungan PDB?


A. Persoalan nilai tambah.
B. Persoalan produksi.
C. Persoalan kemiskinan.
D. Persoalan penghitungan ganda.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Bila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.17

Kegiatan Belajar 2

PDB Nominal dan PDB Riil

S ebelum ini kita telah membahas tentang pengukuran produk domestik


bruto dari sisi pengeluaran dan pendapatan, kemudian pembahasan akan
dilanjutkan dengan PDB nominal dan PDB riil dan bagaimana cara
mengukurnya. Untuk lebih jelasnya silakan Anda baca sajian berikut ini.

A. PDB NOMINAL DAN PDB RIIL

Meningkatnya nilai PDB pada dasarnya menunjukkan dua hal, yaitu


1) terjadinya peningkatan produksi barang/jasa, dan 2) meningkatnya harga
barang dan jasa yang diproduksi. Ekonom mencoba untuk memisahkan kedua
efek dari peningkatan nilai PDB ini sehingga akhirnya memunculkan konsep
yang dikenal sebagai PDB riil dan PDB nominal. Yang dimaksud dengan PDB
riil merupakan produksi barang/jasa yang dihitung dengan menggunakan harga
konstan, sementara yang dimaksud dengan PDB nominal adalah produksi
barang/jasa yang dihitung dengan menggunakan harga masa sekarang. Agar
lebih memahami konsep PDB riil dan PDB nominal, perhatikan ilustrasi
berikut:
Misalkan Indonesia hanya memproduksi dua komoditas, yaitu padi dan
jagung dengan data produksi sebagai berikut:

Tabel 2.4.
Ilustrasi Pengukuran PDB Nominal dan PDB Riil

Jumlah
Jumlah Harga
Harga Padi produksi
Tahun Produksi Jagung
(Rp/Kg) Jagung
Padi (Kg) (Rp/Kg)
(Kg)
2004 200 100 100 50
2005 300 150 200 100
2006 400 200 300 150
2007 500 250 400 200
2.18 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

Berdasarkan data di atas, perhitungan PDB nominal dilakukan dengan


menghitung nilai uang dari produksi barang/jasa dengan teknis perhitungan:
PDB tahun 2004 = (Rp200 x 100kg) + (Rp100 + 50kg) = Rp25.000
PDB tahun 2005 = (Rp300 x 150kg) + (Rp200 + 100kg) = Rp65.000
PDB tahun 2006 = (Rp400 x 200kg) + (Rp300 + 150kg) = Rp125.000
PDB tahun 2007 = (Rp500 x 250kg) + (Rp400 + 200kg) = Rp205.000

Berdasarkan ilustrasi perhitungan PDB nominal di atas terlihat bahwa


perhitungan nilai produksi barang/jasa dilakukan dengan menggunakan harga
saat sekarang.
Bagaimana dengan nilai PDB riil Indonesia? Perhitungan PDB riil, seperti
yang telah dikemukakan di atas, dilakukan dengan menggunakan harga
konstan/harga tahun dasar. Jika dimisalkan tahun dasar dari perhitungan PDB
riil adalah tahun 2004, maka perhitungan PDB riil akan dilakukan dengan
menggunakan harga tahun 2001. Teknis perhitungan PDB riil Indonesia tahun
2004, 2005, 2006, dan 2007 adalah:

PDB tahun 2004 = (Rp200 x 100kg) + (Rp100 + 50kg) = Rp25.000


PDB tahun 2005 = (Rp200 x 150kg) + (Rp100 + 100kg) = Rp40.000
PDB tahun 2006 = (Rp200 x 200kg) + (Rp100 + 150kg) = Rp55.000
PDB tahun 2007 = (Rp200 x 250kg) + (Rp100 + 200kg) = Rp70.000

Berbeda dengan PDB nominal yang menggunakan harga sekarang,


perhitungan PDB riil dilakukan dengan menggunakan harga tahun 2004 (tahun
dasar) di setiap tahun perhitungan PDB.
Di antara PDB riil dan PDB nominal, indikator yang paling baik
digunakan untuk mengamati kinerja perekonomian adalah PDB riil karena
peningkatan nilai PDB riil ini mutlak hanya mencerminkan peningkatan output
produksi suatu perekonomian. Sementara itu pada PDB nominal, peningkatan
nilainya tidak serta merta disebabkan oleh terjadinya peningkatan output
perekonomian, namun juga dapat disebabkan oleh terjadinya peningkatan
harga. Misalkan, jika suatu perekonomian tidak mengalami peningkatan output
produksi, PDB nominal dapat saja mengalami peningkatan seandainya terjadi
kenaikan harga produk dari tahun ke tahun.
Kemudian apa yang dimaksud dengan PDB deflator? PDB deflator
merupakan nilai yang mencerminkan harga barang dan jasa. Yang diukur dari
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.19

perbandingan antara PDB nominal dan PDB riil. Deflator PDB dirumuskan
sebagai:

PDB Nominal
PDB deflator = × 100
PDB Rill

Karena PDB nominal dan PDB riil pasti sama pada tahun dasar, PDB
deflator pada tahun dasar selalu sama dengan 100. PDB deflator pada tahun
yang berurutan mengukur perubahan PDB nominal dari tahun pokoknya yang
tidak disebabkan oleh perubahan PDB riil. Deflator PDB mengukur tingkat
harga-harga saat ini relatif terhadap tingkat harga-harga di tahun pokok.

B. PENERAPAN PERHITUNGAN PDB DI INDONESIA

Di banyak negara dunia, termasuk Indonesia, perhitungan PDB umumnya


hanya dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu perhitungan
PDB dengan pendekatan pengeluaran dan dengan pendekatan nilai tambah.
Pendekatan pendapatan tidak dilakukan karena adanya kesulitan dalam
penghimpunan data. Kecenderungan yang ditunjukkan pelaku ekonomi adalah
cenderung tidak jujur dalam mengungkapkan nominal pendapatannya,
sehingga jika perhitungan PDB dilakukan dengan pendekatan ini, nilai yang
diperoleh tidak akan mampu menggambarkan kinerja ekonomi yang
sebenarnya.
Di Indonesia, perhitungan PDB dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) setiap tiga bulan sekali dimulai dengan kuartal I (periode Januari-
Maret), kuartal II (periode April-Juni), kuartal III (periode Juli-September),
dan kuartal IV (Oktober-Desember). Setiap akhir tahun, BPS melakukan
perhitungan PDB tahunan dengan cara merekapitulasi data PDB kuartalan
yang telah ada.
Publikasi dari perhitungan PDB oleh BPS ini tidak hanya dilakukan per
wilayah nasional, namun juga dilakukan per propinsi dan per kabupaten/kota.
Format publikasi ini akan memungkinkan analisis kinerja perekonomian untuk
dilakukan tidak hanya di level negara, namun juga dapat dilakukan hingga
level kabupaten/kota.
Data yang disajikan dalam Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 di bawah ini
merupakan publikasi PDB Indonesia pada tahun 2008 kuartal I dan II yang
dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan pendekatan nilai
2.20 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

tambah. Dengan pendekatan pengeluaran, komponen pengeluaran


dikelompokkan atas lima kelompok, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, investasi, dan ekspor bersih. Sementara itu dengan pendekatan
nilai tambah, perekonomian dikelompokkan atas sembilan sektor, seperti yang
dapat diamati pada Tabel 2.4.

Tabel 2.5.
PDB Indonesia Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran
(dalam ribuan rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan 2000


Jenis Penggunaan Triw I Triw II Triw I Triw II
2008 2008 2008 2008
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah 703,3 742,9 290,8 293,9


Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 76,7 105,3 32,5 39,4
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 288,2 320,0 118,0 120,9
4. a. Perubahan Inventori -1,6 6,5 -0,7 3,3
b. Diskrepansi Statistik 16,9 48,9 13,2 6,4
5. Ekspor Barang dan Jasa 348,6 378,1 258,1 271,5
6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 308,4 370,8 206,0 217,2
PDB 1 122,1 1 230,9 505,9 518,2
PDB Tanpa Migas 1 001,0 1 090,9 470,4 482,8
Sumber: BPS

C. KELEMAHAN PDB SEBAGAI PENGUKUR KINERJA


PEREKOMIAN

Pada dasarnya, PDB memang mengukur total pendapatan dan pengeluaran


yang terjadi dalam suatu perekonomian, dan dalam bentuk PDB per kapita,
PDB menunjukkan pendapatan dan pengeluaran rata-rata setiap individu yang
terdapat dalam perekonomian. Makin besar pendapatan seseorang tentu akan
mendorong orang tersebut untuk memperbesar pengeluarannya, dan makin
besar pula kesejahteraan ekonomi yang dirasakan oleh orang tersebut. Namun
dalam kenyataannya ditemukan fakta bahwa tingginya PDB per kapita suatu
negara tidak menjamin tingginya kualitas pendidikan dan kesehatan yang
dinikmati oleh penduduknya. Bahkan tingginya PDB cenderung identik
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.21

dengan berkurangnya kualitas kesehatan masyarakat karena tingginya tingkat


polusi yang terjadi. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Paling tidak terdapat enam hal yang tidak dimasukkan dalam konsep
perhitungan PDB, yaitu:
1. Tidak memperhitungkan kerusakan lingkungan yang terjadi
Ketika pemerintah melonggarkan regulasi terhadap pencemaran
lingkungan oleh industri, industri akan terdorong untuk meningkatkan
produksinya karena berkurangnya struktur biaya yang harus dikeluarkan
oleh industri, terutama biaya untuk pengolahan limbah. Dampaknya, PDB
akan mengalami peningkatan karena produksi naik, namun di sisi lain
kualitas hidup masyarakat akan menurun akibat peningkatan pencemaran
yang terjadi.
2. Tidak memperhitungkan kegiatan jual beli yang dilakukan tanpa melalui
pasar
Seorang dokter yang memeriksa pasien di rumah sakit akan
diperhitungkan dalam PDB. Namun kegiatan dokter ini tidak akan
diperhitungkan dalam PDB jika dokter ini memeriksa istrinya yang sedang
sakit di rumah. Kedua tindakan dokter ini, baik di rumah sakit maupun di
rumah, sama-sama meningkatkan kualitas hidup masyarakat, namun
hanya tindakan dokter di rumah sakit yang diperhitungkan sebagai PDB.
3. Tidak memperhitungkan pendapatan warga negara Indonesia di luar
negeri
Kelemahan lain dari PDB ini adalah tidak memperhitungkannya
pendapatan WNI yang terdapat di luar negeri dalam perhitungan PDB.
Coba ingat kembali pengertian PDB yang menyatakan bahwa PDB adalah
nilai pasar dari seluruh barang/jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu
negara dalam periode waktu tertentu. Dari pengertian ini jelas terlihat
bahwa pendapatan penduduk Indonesia yang mencari nafkah di luar
negeri memang tidak diperhitungkan dalam PDB, pendapatan TKI
Indonesia misalnya, merupakan pendapatan yang tidak diperhitungkan
dalam PDB.
4. Menghitung pendapatan warga negara asing yang bekerja di Indonesia
Kerancuan dari PDB adalah memperhitungkan pendapatan warga negara
asing yang bekerja di dalam negeri sehingga gambaran kinerja
perekonomian yang diberikan oleh PDB tidak mutlak menggambarkan
kondisi ekonomi warga Indonesia, namun juga warga asing yang terdapat
di Indonesia.
2.22 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

5. Tidak memperhitungkan kualitas kesehatan dan pendidikan


Terkait dengan kesehatan dan pendidikan, PDB hanya memperhitungkan
kedua hal ini secara materialnya saja, dan tidak memperhatikan kualitas
yang tercipta.
6. Tidak memperhitungkan adanya transfer payment yang dilakukan
pemerintah. Yang dimaksud dengan transfer payment adalah sejumlah
uang yang diberikan kepada seseorang tanpa adanya aktivitas produksi
yang dilakukan orang tersebut. Contoh transfer payment ini adalah uang
pensiun dan subsidi yang diberikan pemerintah, lotre, bunga atas hutang
negara, hadiah, warisan, sumbangan bencana alam dan pembayaran
barang-barang yang dibuat pada tahun sebelumnya.

LA T IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional bruto riil!


2) Jelaskan mengapa PDB nominal kurang bisa mencerminkan kinerja
perekonomian suatu negara!
3) Jelaskan alasan mengapa penghitungan PDB dengan pendekatan
pendapatan sulit untuk diterapkan!
4) Jelaskan apa yang dimaksud dengan PDB deflator!
5) Jelaskan dua dari enam hal yang tidak dimasukkan ke dalam penghitungan
PDB!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Riil berarti sesuai dengan kenyataan, dan biasanya bersifat tetap (konstan).
PDB riil menghitung produksi barang dan jasa dengan menggunakan
harga konstan.
2) Perlu diingat bahwa PDB Nominal menghitung PDB berdasarkan harga
yang berlaku. Jadi peningkatan PDB yang terjadi bisa disebabkan karena
peningkatan harga, bukan peningkatan output seperti yang diharapkan.
Hal ini menjadikan PDB nominal rancu untuk digunakan sebagai indikator
kinerja perekonomian.
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.23

3) Sudah dibahas bahwa penghitungan PDB dengan pendekatan pendapatan


berarti menjumlahkan total balas jasa yang ada di dalam suatu
perekonomian. Akan selalu muncul kemungkinan terjadi moral hazard.
4) Kaitkan jawaban nomor empat ini dengan harga yang berlaku dan harga
pokok pada metode penghitungan PDB.
5) PDB hanya menghitung output yang nyata ada di pasar resmi, PDB tidak
menghitung biaya kerusakan lingkungan yang terjadi. Selain itu, PDB
tidak menghitung kegiatan yang tidak memiliki balas jasa.

RA N GK U MA N

PDB yang meningkat berarti menunjukkan dua hal, 1) terjadinya


peningkatan produksi barang/jasa, dan 2) meningkatnya harga barang dan
jasa yang diproduksi. PDB riil merupakan produksi barang/jasa yang
dihitung dengan menggunakan harga konstan, sementara yang dimaksud
dengan PDB nominal adalah produksi barang/jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga masa sekarang. Indikator yang paling baik digunakan
untuk mengamati kinerja perekonomian adalah PDB riil karena
peningkatan nilai PDB riil ini mutlak hanya mencerminkan peningkatan
output produksi suatu perekonomian. Sayangnya, terdapat enam hal yang
tidak dimasukkan dalam konsep perhitungan PDB, enam hal ini bisa
dibilang merupakan kelemahan PDB. Benang merah dari keenam hal ini
adalah karena PDB tidak menghitung kegiatan yang tidak memiliki harga
pasar atau tidak dilakukan di pasar resmi

TE S FO R MA TI F 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Produksi barang/jasa yang dihitung dengan menggunakan harga masa
sekarang merupakan pengertian dari ....
A. PDB
B. PDB Riil
C. PDB Nominal
D. PNB

2) Jika Suatu nilai yang mencerminkan harga barang dan jasa disebut ....
A. PDB Riil
B. PDB Nominal
C. PNB
2.24 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

D. PDB Deflator

3) Indonesia melakukan penghitungan PDB sebanyak .... kali dalam satu


tahun.
A. empat
B. tiga
C. dua
D. satu

4) Berikut ini merupakan salah satu kelemahan penghitungan PDB adalah


menghitung ....
A. eksternalitas negatif yang terjadi
B. penghasilan warga negara yang bekerja di luar negeri
C. pendapatan warga negara asing yang bekerja di dalam negeri
D. net ekspor

5) Apa yang dimaksud dengan transfer payment?


A. Persoalan Nilai Tambah.
B. Sejumlah uang yang diberikan kepada seseorang berdasarkan
aktivitas produksi yang dilakukan orang tersebut.
C. Sejumlah uang yang diberikan kepada seseorang tanpa adanya
aktivitas produksi yang dilakukan orang tersebut.
D. Balas jasa yang diberikan perusahaan kepada pemilik faktor produksi.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.25
2.26 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

Kegiatan Belajar 3

Indikator Lain Pengukur Kinerja


Ekonomi suatu Negara

S ebelum ini kita telah membahas tentang produk domestik bruto nominal
dan PDB riil dan penghitungan PDB deflator, kemudian pembahasan akan
dilanjutkan indikator lain yang digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi
suatu negara. Untuk lebih jelasnya silakan Anda baca sajian berikut ini.
Mengamati kelemahan yang dimiliki oleh PDB, digunakanlah berbagai
indikator untuk mengakomodasi berbagai kelemahan PDB tersebut. Di antara
indikator perhitungan kinerja ekonomi yang berkembang adalah Produk
Nasional Bruto (PNB), Pendapatan Nasional Neto (PNN), Pendapatan
Nasional, Pendapatan Persolan, dan Pendapatan Disposable.

A. INDIKATOR PENGHITUNGAN KINERJA

Indikator yang digunakan untuk menghitung kinerja suatu negara ada


empat, yaitu Produk Nasional Bruto (PNB), Pendapatan Nasional Neto (PNN),
Pendapatan Nasional, Pendapatan Persoalan dan Pendapatan Disposibel.
Untuk lebih jelasnya Anda baca modul ini lebih lanjut.

1. Produk Nasional Bruto


Produk Nasional Bruto (PNB) merupakan produksi barang/jasa akhir yang
dihasilkan oleh warga suatu negara di manapun dia berada dalam periode
tertentu. Termasuk di dalamnya nilai konsumsi, investasi, pembelian barang
dan jasa oleh pemerintah serta ekspor neto. Perhitungan PNB hanya pada
barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga dalam negeri dan milik warga
dalam negeri, sedangkan yang dihasilkan oleh warga negara asing dan milik
warga negara asing tidak termasuk di dalamnya.
Definisi dari PNB adalah:
Produk = yang dijumlahkan adalah produksi barang dan jasa.
Nasional = batasnya adalah kewarganegaraan.
Bruto = yang dihitung termasuk penyusutan barang-barang modal.
PNB nominal dapat dikonversikan ke dalam PNB riil dengan
menggunakan indeks harga. Jadi jika PNB riil mengukur kuantitas total dari
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.27

output, maka PNB nominal mengukur nilai rupiah dari output. Rasio dari PNB
nominal ke PNB riil adalah harga dari PNB yang disebut dengan deflator PNB.

PNB nominal
PNB riil =
deflator PNB

2. Produk Nasional Neto (PNN)


Produk Nasional Neto (PNN), yaitu total pendapatan penduduk suatu
negara (PNB) dikurangi dengan kerugian yang diakibatkan oleh depresiasi.
Yang dimaksud dengan depresiasi adalah usang dan rusaknya persediaan
perlengkapan dan bangunan dalam perekonomian.

PNB riil = PNB - depresiasi

3. Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional (National Income); untuk memperoleh gambaran
tentang total penerimaan yang diperoleh oleh faktor produksi dalam negeri,
maka dikembangkan variabel Pendapatan Nasional (PN). Seperti yang
diketahui, penerimaan yang diperoleh faktor produksi sebenarnya tidak hanya
berupa upah, bunga atas modal, sewa, dan laba usaha yang merupakan imbalan
atas faktor produksi yang dimilikinya, namun juga dapat berupa subsidi yang
diberikan pemerintah.
Contoh nyata yang baru-baru ini diberikan pemerintah adalah dana BLT
(bantuan langsung tunai) yang merupakan dana kompensasi kenaikan harga
BBM bagi keluarga miskin. Dana ini, meskipun tidak diperoleh dari aktivitas
penawaran faktor produksi yang dilakukan rumah tangga, namun menjadi
sumber penerimaan rumah tangga. Perbedaannya dengan PNN adalah bahwa
pendapatan nasional tidak menghitung pajak usaha tidak langsung dan
menghitung subsidi usaha. Selain itu ketidakcocokan statistika juga
membedakan antara PNN dengan pendapatan nasional.

PN = PNB - pajak tak langsung + subsidi - depresiasi

4. Pendapatan Perseorangan
Pendapatan perseorangan didefinisikan sebagai pendapatan yang diterima
rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Pendapatan perorangan tidak
2.28 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

mengikutsertakan pendapatan tertahan (retained earnings), yaitu pendapatan


yang diperoleh perusahaan namun tidak dibagikan pada para pemiliknya..
pendapatan perorangan mengurangi pajak pendapatan perusahaan dan
kontribusi terhadap tunjangan sosial. Selain itu pendapatan perorangan
menghitung pendapatan bunga yang diterima rumah tangga yang berasal dari
kepemilikan atas utang negara.

5. Pendapatan Perorangan
Pendapatan perorangan yang dapat dibelanjakan (disposable personal
income) adalah pendapatan yang tersisa dalam rumah tangga dan usaha bukan
perusahaan setelah semua kewajiban pada pemerintah dibayar. Pendapatan ini
adalah alat ukur untuk mengamati berapa banyak nominal uang yang
sebenarnya dimiliki oleh individu dalam perekonomian yang dapat digunakan
untuk membeli barang/jasa yang dibutuhkannya, dengan konsep perhitungan
yang dapat diamati pada bagan di atas.
Adapun perhitungan masing-masing jenis pendapatan di atas adalah
sebagai berikut:
PDB = C + I + G + NX
+ Pendapatan Faktor Produksi Domestik yang terdapat di Luar Negeri
- Pendapatan Faktor Produksi Asing yang terdapat di Dalam Negeri
= PNB (Produk Nasional Bruto)
= Penyusutan
= Pendapatan Nasional Neto (PNN)
- Pajak Tidak Langsung
+ Subsidi
= Pendapatan Nasional
- Laba ditahan
- Pembayaran Asuransi
+ Pendapatan bunga personal dari pemerintah dan konsumen
+ Penerimaan bukan balas jasa
= Pendapatan Personal (PI)
- Pajak Langsung
= Pendapatan Disposable
Pada tabel berikut disajikan contoh perhitungan berbagai indikator kinerja
ekonomi Indonesia pada tahun 2002.
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.29

Tabel 2.7
Penghitungan Pendapatan Nasional Indonesia, 2000 (triliun rupiah)

Menurut Harga Berlaku Menurut


Jenis Pengeluaran Harga Tetap
Nilai % 1993
1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga 1.138,3 70,7 302,1
2 Pengeluaran konsumsi pemerintah 132,1 8,2 35,3
3 Pembentukan modal tetap domestik bruto 325,3 26,2 96,1
4 Perubahan stok -96,0 -6,0 -25,7
5 Ekspor barang dan jasa 569,9 35,4 116,9
6 Dikurangi: impor barang dan jasa 459,6 28,5 98,0
Produk Domestik Bruto (PDB) 1.610,0 100,0 426,7
7 Pendapatan neto faktor dari luar negeri -77,8 -4,8 -22,2
Produk Nasional Bruto (PNB) 1.532,2 95,2 404,7
8 Dikurangi: Pajak tak langsung 71,2 4,4 18,9
9 Dikurangi: Depresiasi 80,5 5,0 21,3
Pendapatan Nasional 1.380,5 85,8 364,3

B. CATATAN SEJARAH PERHITUNGAN PENDAPATAN


NASIONAL DI INDONESIA

Pada awal abad XX pemerintah Hindia Belanda membentuk sebuah


komisi yang diketuai oleh Steinmetr untuk mengetahui perkiraan belanja dan
pendapatan penduduk pribumi di Jawa dan Madura. Hal tersebut dilakukan
karena mereka khawatir akan tingkat kemakmuran penduduk pribumi yang
cenderung menurun. Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui apa
penyebab menurunnya tingkat kemakmuran penduduk pribumi dan bagaimana
jalan keluarnya.
Perhitungan pendapatan nasional dilakukan lagi pada tahun 1924 oleh
J.W. Meier Ranneft dan W. Huender karena pemerintah ingin mengetahui
beban pajak atas penduduk pribumi. Sekali lagi, data yang diperoleh hanya
terbatas di pulau Jawa dan Madura. Baru pada tahun 1928–1930 perhitungan
pendapatan nasional yang dilakukan oleh F. De M. Van Ginkel dilakukan di
luar pulau Jawa dan Madura. Di antaranya dilakukan di pantai Timur Sumatra,
pantai Barat Sumatra, dan distrik Lampung. L. Goetzen melakukan
2.30 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

perhitungan yang lebih lengkap, yang meliputi golongan penduduk dan


daerahnya di seluruh wilayah Hindia Belanda pada tahun 1926–1932. Metode
L. Goetzen digunakan oleh J. J. Polak yang melakukan perhitungan pada tahun
1921–1939. Metode yang digunakan adalah menghitung produksi berdasarkan
lapangan usaha. Nilai pendapatan pribumi diperoleh dari nilai produksi
dikurangi biaya bahan, sedangkan upah dan gaji tidak termasuk dalam
perhitungan. Pendapatan warga asing diperoleh dari angka-angka pajak
pendapatan.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1951–1952 dilakukan perhitungan
pendapatan nasional oleh Dr. S. D. Neumark, seorang penasihat PBB untuk
Indonesia. Kemudian dilanjutkan oleh Muljatno pada tahun 1953–1954. Mulai
tahun 1962 perhitungan pendapatan nasional dilakukan oleh BPS yang dibantu
oleh ahli statistik India yang bernama K.N.C. Pillai, penasihat teknis PBB.
Ketika Indonesia keluar dari PBB pada tahun 1965, K.N.C. Pillai ditarik
kembali oleh PBB sehingga BPS harus bekerja sendiri. Hasil perhitungan BPS
untuk tahun 1958–1962 diterbitkan pada tahun 1966. setahun kemudian
terbitlah hasil perhitungan pendapatan nasional untuk tahun 1960–1964.
Ketika Indonesia menjadi anggota PBB lagi, seorang penasihat teknis yang
bernama C. Ross dibantukan di BPS. Setelah mengalami perbaikan dan
penyesuaian yang mengikuti pedoman PBB, pada tahun 1970 BPS
menerbitkan perhitungan pendapatan nasional untuk tahun 1960–1968.

LA T IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Produk Nasional Bruto (PNB)!


2) Jelaskan apa yang membedakan PNN dan PNB!
3) Jelaskan pengertian dari pendapatan perseorangan!
4) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan perorangan yang dapat
dibelanjakan (disposible personal income)!
5) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan tertahan!
Petunjuk Jawaban Latihan
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.31

1) Kata kunci untuk jawaban pertanyaan nomor satu ini adalah menghitung
pendapatan dari seluruh warga negara, baik yang ada di dalam ataupun
luar negeri.
2) Perhatikan kata ”depresiasi” untuk menjawab pertanyaan nomor dua ini.
3) Kaitkan jawaban nomor tiga ini dengan definisi dari kata ”perseorangan”
yang berarti individu dan usaha yang bukan perusahaan.
4) Seperti kita ketahui pendapatan yang dapat dibelanjakan tentunya
pendapatan yang ada di tangan kita. Hubungkan jawaban ini dengan pajak,
dan instrumen lain yang sekiranya mengurangi gaji kita sebelum kita dapat
membawanya pulang dan membelanjakannya.
5) Pendapatan tertahan merupakan suatu alat ukur. Kalimat kuncinya adalah
alat ukur untuk mengamati berapa banyak nominal uang yang sebenarnya
dimiliki.

RA N GK U MA N

Perhitungan masing-masing jenis pendapatan yang telah dijelaskan di atas


adalah sebagai berikut:
PDB = C + I + G + NX
+ Pendapatan Faktor Produksi Domestik yang terdapat di Luar Negeri
- Pendapatan Faktor Produksi Asing yang terdapat di Dalam Negeri
= PNB (Produk Nasional Bruto)
= Penyusutan
= Pendapatan Nasional Neto (PNN)
- Pajak Tidak Langsung
+ Subsidi
= Pendapatan Nasional
- Laba ditahan
- Pembayaran Asuransi
+ Pendapatan bunga personal dari pemerintah dan konsumen
+ Penerimaan bukan balas jasa
= Pendapatan Personal (PI)
- Pajak Langsung
= Pendapatan Disposable
TE S FO R MA TI F 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


2.32 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

1) Nilai konsumsi, investasi, pembelian barang dan jasa oleh pemerintah


serta ekspor neto termasuk ke dalam komponen penghitungan ....
A. PDB
B. PDB Riil
C. PDB Nominal
D. PNB

2) Apakah yang diukur oleh PNB riil ....


A. nilai pasar dari output
B. nilai pasar dari produksi
C. kuantitas total output
D. nilai uang

3) Usang dan rusaknya persediaan perlengkapan dan bangunan dalam


perekonomian dikenal dengan istilah ....
A. Garbage
B. Diminishing Return
C. Depresiasi
D. Sunk

4) Uang pensiun merupakan salah satu bentuk dari ....


A. depresiasi
B. balas jasa
C. salary
D. transfer payment

5) Pendapatan perseorangan yang dikurangi dengan pajak penghasilan


adalah ...
A. personal income
B. private income
C. disposable income
D. autonomous spending

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 3.
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.33

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Bila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2 Tes Formatif 3


2.34 Pengantar Ekonomi Makro ⚫

1) D 1) C 1) D
2) C 2) D 2) C
3) B 3) A 3) C
4) A 4) C 4) D
5) D 5) C 5) C
⚫ ESPA4110/MODUL 2 2.35

Daftar Pustaka

Bishop, Matthew. (2004). Essential Economics. London: The Economist


Newspaper Ltd.

Case, Karl E, dan Ray C.Fair.(1996). Principles of Economics. Ed.ke-4. New


Jersey: Prentice Hall, Inc.

Flynn, Sean Masaki. (2005). Economics for Dummies. Indianapolis: Wiley


Publishing Inc.

Lipsey, Richard G, Peter O. Steiner dan Douglas D. Purvis. 1991. Pengantar


Makroekonomi. Erlangga, Jakarta.

Moss, David A. 2007. A Concise Guide to Macroeconomics. Harvard Business


School Press. Boston, Massachusetts.

Parkin, Michael. (2008). Economics. 8th edition. USA: Person Edication, Inc.

Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus (1989). Economics. McGraw-Hill


International Edition. 13th edition.

Sadono Sukirno. (1985). Makroekonomi Teori Pengantar. Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai