Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada awal tahun 2008, media massa sering memberitakan tentang terjadinya
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6.3% selama tahun 2007, dengan nilai
ekonomi yang terbentuk sebesar Rp.1.964 triliun. Angka ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai perekonomian yang terbentuk pada tahun 2006, yaitu
sebesar yang hanya Rp.1.847 triliun dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5%. Hal
yang menjadi pertanyaan menarik adalah: ukuran apakah yang sebenarnya digunakan
untuk menggambarkan nilai perekonomian suatu negara sehingga akhirnya dapat
mengeluarkan angka-angka perhitungan seperti diatas?

Dalam konsep ekonomi makro dikenal istilah Produk Domestik Bruto (PDB),
yaitu indikator ekonomi yang mengukur total pendapatan dan total pengeluaran yang
terjadi dalam suatu perekonomian pada periode waktu tertentu. Perubahan nilai PDB
suatu negara merupakan sinyal terjadinya perubahan nilai ekonomi yang terbentuk di
negara tersebut. Misalnya seperti yang terjadi di Indonesia pada tahun 2007; ketika
itu, angka PDB Indonesia mengalami peningkatan dari Rp.1.847,2 triliun pada tahun
2006 menjadi Rp.1.964 triliun pada tahun 2007. Jika merujuk kepada pengertian
sederhana PDB di atas, peningkatan PDB tahun 2006-2007 tentu akan menunjukkan
terjadinya perbaikan dalam kondisi ekonomi Indonesia karena adanya peningkatan
pendapatan Indonesia selama kurun waktu tersebut.

Dalam Makalah ini akan dibahas tentang Pendapatan Nasional. Yaitu tentang
apa itu pendapatan nasional? Komponen apa yang ada dalam pendapatan nasional?
Bagaimana cara menghitung nilai tambah? Bagaimana menghitung pendapatan
nasional secara nominal dan riil. Untuk memudahkan kita menjawab pertanyaan di
atas, maka pembahasan dibagi dalam tiga kegiatan belajar yaitu: (1) Pengukuran
Produk Domestik Bruto, (2) PDB Nominal dan PDB Rill, dan (3) Indikator Lain
Pengukur Kinerja Ekonomi Suatu Negara. Dalam tiap kegiatan belajar dilengkapi
dengan uraian materi, konsep, rumus, contoh, tabel, latihan, rangkuman dan tes
formatif untuk menguji kemampuan terhadap kompetensi yang telah disajikan.

Ekonomi Makro Page 1


2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pendapatan nasional
2. Konsep yang ada dalam pendapatan nasional
3. Perhitungan PDB
4. PDB nominal dan riil dan penerapanya
5. Kelemahan PDB sebagai pengukur kinerja perekonomian
6. Indikator lain pengukur kinerja

Ekonomi Makro Page 2


BAB II

PENDAPATAN NASIONAL

1. Pengertian Pendapatan Nasional dan Konsep Pendapatan Nasional


1.1 Pengertian Pendapatan Nasional

Secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang


dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun.
Istilah yang terkait dengan pendapatan nasional beragam antara lain; produk domestic
bruto (gross domestic product/GDP/PDB), produk nasional bruto (gross national
product/GNP/PNB), serta produk nasional neto (net national product/NNP).

Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan perkiraan PDB secara


teratur yang merupakan ukuran dasar dari performansi perekonomian dalam
memproduksi barang dan jasa. Selain itu perhitungan pendapatan nasional juga
berguna untuk menerangkan kerangka kerja hubungan antara variabel makroekonomi,
yaitu; output, pendapatan, dan pengeluaran

1.2 Konsep Pendapatan Nasional


Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional:
1.1.1 Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah nilai
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di
dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam
perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara
yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal
yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang
didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
1.1.2 Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara
(nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk
hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

Ekonomi Makro Page 3


1.1.3 Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang
dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang
pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang
bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak
hadiah, dll.
1.1.4 Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga
menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah
penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,
melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh
pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas
pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah
pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan
(pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak
dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa
tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun
(iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan
dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak
lagi bekerja).
1.1.5 Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan
yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan
selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable
income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak
langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib
pajak, contohnya pajak pendapatan.

Ekonomi Makro Page 4


2. Produk Domestik Bruto

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja


perekonomian adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Secara sederhana, PDB adalah:

Produk : yang dijumlahkan adalah produksi barang dan jasa


Domestik : batasnya adalah wilayah suatu negara, termasuk orang dan
perusahaan asing
Bruto : yang dihitung termasuk penyusutan barang-barang modal

Namun secara formal, yang dimaksud dengan Produk Domestik Bruto (PDB)
adalah nilai pasar dari seluruh barang/jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam periode waktu tertentu. Pengertian ini memang mudah untuk dimengerti,
namun di dalam setiap frase kata dari pengertian tersebut sebenarnya memiliki makna
yang perlu ditelusuri lebih dalam.

Frase "PDB adalah nilai pasar..." menunjukkan bahwa pengukuran PDB


dilakukan dengan menggunakan nilai uang dari suatu barang dan jasa akhir, bukan
menggunakan jumlah barang. Dalam perekonomian terdapat berbagai macam
barang/jasa, dan untuk menjumlahkan seluruh barang dan jasa tidak dapat dilakukan
dengan menjumlahkan kuantitas yang tersedia. Alhasil, Pengukuran dalam bentuk
nilai uang ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pembandingan antar barang yang
tidak seimbang, bagaikan antara apel dan jeruk, sehingga penyamaan satuan
merupakan hal yang dibutuhkan.

Frase "...dari seluruh..." menunjukkan bahwa PDB memasukkan semua


produk yang diproduksi oleh perekonomian dan yang dijual di pasar secara legal,
tidak hanya berupa barang, namun juga jasa. Selain itu, ada beberapa produk yang
tidak masuk ke dalam perhitungan PDB, yaitu barang/jasa yang di produksi secara
legal, di antaranya adalah obat-obatan terlarang (narkoba) dan makanan yang
diproduksi oleh rumah tangga dan kemudian dikonsumsi langsung oleh rumah tangga
tersebut. Kedua hal ini tidak masuk dalam perhitungan PDB karena tidak pernah
masuk ke dalam pasar sehingga tidak memiliki nilai pasar.

Frase "...barang/jasa..." menunjukkan bahwa PDB dihitung dengan


memasukkan barang nyata (seperti mobil dan tas) dan barang tidak nyata (seperti

Ekonomi Makro Page 5


pendidikan yang diberikan guru dan pelayanan kesehatan oleh dokter). Barang yang
tidak nyata ini dikenal juga dengan sebutan jasa.

Frase "...akhir..." menunjukkan bahwa barang/jasa yang dimasukkan dalam


perhitungan PDB adalah barang/jasa jadi (yaitu yang dapat langsung digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia), bukan produk yang setengah jadi yang masih
memerlukan pengolahan lebih lanjut sebelum dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia, ataupun produk mentah yang belum diolah sama sekali.
Misalnya terhadap meja belajar; yang dimasukkan dalam perhitungan PDB adalah
nilai pasar dari meja belajar, sementara nilai pasar dari kayu gergajian yang dibeli
oleh tukang untuk menghasilkan meja tidak dimasukkan dalam perhitungan. Kenapa
kayu gergajian tidak dimasukkan dalam perhitungan PDB padahal kayu ini memiliki
nilai pasar dan diperdagangkan secara legal di pasar? Hal ini ditujukan untuk
menghindari persoalan double counting 'perhitungan ganda' dari suatu produk. Nilai
kayu sebenarnya telah diperhitungkan dalam menentukan nilai pasar dari meja,
sehingga ketika nilai kayu juga dimasukkan dalam perhitungan PDB, maka nilai kayu
ini akan tercatat dua kali.

Frase "...dihasilkan..." merujuk pada kondisi bahwa PDB memperhitungkan


barang/jasa yang dihasilkan pada masa sekarang. Misalnya, penjualan sepeda motor
baru oleh Yamaha akan diperhitungkan dalam PDB, namun jika yang melakukan
penjualan adalah kalian, maka tidak dimasukkan dalam perhitungan PDB karena
sepeda motor yang kalian jual bukanlah barang/jasa yang dihasilkan pada masa
sekarang.

Frase "...oleh suatu negara dalam periode waktu tertentu" menunjukkan


bahwa barang/jasa yang diperhitungkan dalam PDB adalah barang/jasa yang
dihasilkan oleh daerah-daerah yang berada dalam kawasan suatu negara, dan
pengukuran dilakukan dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam kurun waktu satu
tahun dan tiga bulan.

Ekonomi Makro Page 6


Pendapatan (1)

Tenaga Kerja (2)

Rumah Tangga Perusahaan

Barang/Jasa (3)

Pengeluaran (4)

Gambar 1.1
Pengukuran PDB sebagai Pendekatan Pendapatan dan Pendekatan Pengeluaran

Pada 1.1 di atas terlihat bahwa aliran sebelah luar merupakan aliran uang, sementara
aliran sebelah dalam merupakan aliran barang/jasa dan aliran tenaga kerja. Rumah tangga
sebagai penyedia tenaga kerja menjual jasa tenaga kerjanya kepada perusahaan (aliran 2)
sehingga perusahaan menjadi mampu untuk menghasilkan barang/jasa yang nantinya akan
dibeli oleh rumah tangga (aliran 3). Pembelian barang/jasa ini oleh rumah tangga akan
menimbulkan aliran uang dari rumah tangga ke perusahaan (aliran 4). Aliran uang ini
merupakan pengeluaran bagi rumah tangga (atau pendapatan bagi perusahaan). Pengeluaran
rumah tangga ini (yang merupakan pendapatan bagi perusahaan) ini nantinya akan digunakan
oleh perusahaan untuk membayar upah pekerjanya.

Berdasarkan gambaran ini, terlihat bahwa setiap transaksi yang mempengaruhi


pengeluaran akan ikut mempengaruhi pendapatan, dan setiap transaksi yang mempengaruhi
pendapatan pasti akan mempengaruhi pengeluaran, sehingga tidak salah untuk mengatakan
bahwa pengeluaran yang terjadi akan sama dengan pendapatan yang diterima.

3. Perhitungan Domestik Bruto

Dalam melakukan perhitungan terhadap PDB, terdapat tiga pendekatan yang


dapat digunakan, yaitu :

 Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan


(upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam

Ekonomi Makro Page 7


suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor
produksi yang diberikan kepada perusahaan.
 Pendekatan produksi atau pendekatan nilai tambah, dengan cara
menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang
industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai
produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi
(bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
 Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh
pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu
negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini
dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku
kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah
(Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai
ekspor dikurangi impor (X-M)
3.1 Perhitungan PDB dengan Pendekatan Pendapatan

Pengukuran PDB dengan pendekatan pedapatan dilakukan dengan


menjumlahkan seluruh komponen pendapatan yang terdapat dalam perekonomian.
Namun sebelum membahas komponen PDB dengan pendekatan pendapatan ini, akan
dikupas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pendapatan.

Pendapatan pada dasarnya adalah balas jasa terhadap input/faktor produksi


yang digunakan dalam proses produksi. Dalam perekonomian, terdapat empat
kelompok besar faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan
keahlian/kewirausahaan. Masing-masing faktor produksi ini akan memperoleh balas
jasa masing-masing berupa upah, bunga atas modal, sewa, dan laba usaha.

Tabel 1.1
Faktor Produksi dan Balas Jasa yang Diterima

Faktor Produksi Balas Jasa


Tenaga Kerja Upah
Modal Bunga Modal
Sumber daya alam (tanah) Sewa
Keahlian Laba usaha

Ekonomi Makro Page 8


Karena PDB merupakan penjumlahan dari seluruh komponen pendapatan yang
terdapat dalam perekonomian, maka perhitungan PDB dengan pendekatan pendapatan
dapat dilakukan dengan mengikuti formula:

PDB = w + r + S + π

Dimana w adalah upah, r adalah bunga modal, S adalah sewa, dan π adalah laba
usaha.

3.2 Perhitungan PDB dengan Pendekatan Produksi/Nilai Tambah

Sebenarnya selain dengan pendekatan pendapatan dan pendekatan


pengeluaran, terdapat satu metode lagi yang dapat digunakan untuk mengukur nilai
PDB suatu perekonomian, yaitu dengan pendekatan nilai tambah/pendekatan
produksi.

Contoh perhitungan sederhana dari PDB dengan pendekatan produksi ini


dapat diamati dari tabel struktur input industri mebel berikut:

Untuk memproduksi mebel, diperlukan proses pengolahan input dari kayu


gelondongan menjadi kayu gergajian, kemudian dari kayu gergajian ini diolah
menjadi kerangka mebel, dan dari kerangka mebel diolah menjadi mebel. Biaya
produksi untuk menghasilkan masing-masing produk ini pada dasarnya merupakan
bagian dari biaya produksi dari produk lain hasil pengolahan lanjutannya. Misalnya
biaya produksi untuk menghasilkan kerangka mebel telah mencakup biaya produksi
kayu gergaji, dan biaya produksi produk mebel telah mencakup biaya produksi pabrik
kayu gergaji dan biaya prduksi kerangka mebel.

Karena dalam harga sebuah barang sudah terdapat biaya bahan baku, maka
nilai tambah suatu produk adalah harga produk yang dihasilkan dikurangi harga atau
biaya bahan baku. Nilai tambah ini merupakan sumbangan perusahaan dalam
produksi nasional. Misalnya harga kayu gergajian Rp 150,- per meter, harga bahan
mentah berupa kayu gelondongan sebesar Rp 100,-, maka nilai tambah kayu gergajian
tersebut adalah Rp 50,-. Nilai tambah inilah yang dihitung dalam pendapatan nasional,
karena itu pendapatan nasional adalah nilai jual dikurangi biaya bahan mentah.

Persoalan yang perlu dicermati dari perhitungan PDB dengan pendekatan nilai
tambah ini adalah munculnya masalah perhitungan ganda(double counting).

Ekonomi Makro Page 9


Tabel 1.2
Contoh Perhitungan PDB denagn Pendekatan Produksi

Input yang Digunakan Nilai Pasar Input Nilai Tambah


Kayu gelondongan 100 100
Kayu gergajian 150 50
Kerangka mebel 225 75
Mebel 325 100
Total Nilai Tambah 325
*) nilai tambah dari kayu gelondongan sama dengan nilai pasarnya karena kayu gelondongan
ini merupakan input primer, yaitu input yang diperoleh langsung dari alam dan belum diolah
lebih lanjut.

Untuk memproduksi mebel, diperlukan proses pengolahan input dari kayu


gelondongan menjadi kayu gergajian, kemudian dari kayu gergajian ini diolah menjadi
kerangka mebel, dan menjadi mebel. Nilai ekonomi pengolahan dari kayu gelondongan
menjadi kayu gergajian adalah sebesar 150 (= nilai dari kayu gelondongan (100) +
dengan nilai tambah dari kayu gergajian (50)). Nilai ekonominya bukanlah 250 (= nilai
pasar kayu gelondongan (100) + kayu gergajian (150)) karena jika nilai ekonomi kayu
gergajian dihitung dengan konsep ini, maka akan terjadi perhitungan ganda. Kenapa? Hal
ini karena nilai pasar dari kayu gergajian yang bernilai 150 pada dasarnya telah
memasukkan nilai pasar dari kayu gelondongan yang menjadi bahan dasar telah
memasukkan nilai pasar dari kayu gelondongan yang menjadi bahan dasar untuk
menghasilkan kayu gergajian. Hal yang sama juga diterapkan untuk menghitung nilai
ekonomi dari mebel, yaitu dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah yang tercipta.

Total Nilai Tambah Mebel :

NT kayu gelondongan + NT kayu gergajian + NT kerangka mebel + NT Mebel

Total Nilai Tambah Mebel : 100 + 50 +75 + 100 = 325

Penjumlahan total dari nilai tambah ini merupakan nilai dari pendapatan nasional.
Bila diamati, nilai ini sama dengan nilai akhir dari mebel seperti yang tercantum dalam
tabel 1.2 kolom 2.

Ekonomi Makro Page 10


Jika diamati lebih dalam, perhitungan PDB dengan pendekatan nilai tambah ini
pada dasarnya adalah perhitungan nilai ekonomi yang diciptakan oleh sektor-sektor
ekonomi yang terdapat di suatu negara. Pada tabel 1.2 diatas, input-input yang digunakan
dalam proses produksi mebel di atas pada dasarnya dapat dikelompokkan atas tiga
kelompok sektor ekonomi, yaitu sektor primer (kayu gelondongan), sektor industri (kayu
gergajian dan kerangka mebel), dan sektor perdagangan (mebel). Jadi secara tidak
langsung perhitungan PDB dengan pendekatan nilai tambah ini merupakan perhitungan
PDB yang dilakukan per sektor ekonomi. Di Indonesia, hasil perhitungan PDB dengan
pendekatan nilai tambah ini disajikan menurut sembilan sektor ekonomi.

Tabel 1.3
Perhitungan Pendapatan Nasional per Sektoral

No. Sektor Ekonomi Nilai


1 Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan Rp xxx
2 Pertambangan dan penggalian Rp xxx
3 Industri pengolahan Rp xxx
4 Listrik, gas dan air minum Rp xxx
5 Bangunan Rp xxx
6 Pengangkutan dan komunikasi Rp xxx
7 Perdagangan Rp xxx
8 Bank dan Lembaga Keuangan lainnya Rp xxx
9 Sewa Rp xxx
10 Pemerintah dan Pertahanan Rp xxx
11 Jasa-jasa lainnya Rp xxx
Jumlah GDP Rp xxx

Ekonomi Makro Page 11


3.3 Perhitungan PDB dengan Pendekatan Pengeluaran

GDP atau PDB memiliki empat komponen dalam perhitungan dengan


pendekatan pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran investasi (I),
pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (NX). Karena PDB dapat diartikan
sebagai total pengeluaran dalam perekonomian, maka perhitungan PDB dapat
dilakukan mengikuti rumus:

PDB = C + I + G + NX

atau dengan kata lain, PDB merupakan penjumlahan dari konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, dan net ekspor.

Karena persamaan di atas merupakan terjemahan matematis dari definisi PDB


dengan pendekatan pengeluaran, maka persamaan ini disebut juga dengan persamaan
identitas, yaitu persamaan identitas pendapatan nasional.

a. Pengeluaran Konsumsi
Komponen yang termasuk ke dalam variabel konsumsi adalah barang dan jasa
yang dibeli oleh rumah tangga, yang dapatberupa barang tahan lama, barang
tidak tahan lama, dan jasa. Yang dimaksud dengan barang tahan lama adalah
barang yang dapat bertahan dalam jangka waktu lama, seperti mobil dan
televisi; dan barang yang tidak tahan lama merupakan barang yang bertahan
dalam jangka pendek seperti makanan dan pakaian.
b. Investasi
Yang dimaksud dengan investasi adalah kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan perekonomian dalam menghasilkan output di masa depan, yang
dapat berupa peningkatan stok fisik dari modal, maupun stok nonfisik. Dengan
konsep ini, tindakan membeli saham/obligasi merupakan tindakan yang tidak
dikategorikan ke dalam investasi. Tindakan yang dapat dikategorikan sebagai
investasi di antaranya adalah membangun rumah, membeli mesin,
penambahan persediaan produk perusahaan, dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Tindakan membangun rumah, membeli mesin, penambahan
persediaan produk perusahaan dikategorikan sebagai tindakan untuk
meningkatkan stok fisik dari modal, sementara tindakan peningkatan kualitas
SDM merupakan tindakan meningkatkan stok non-fisik dari modal.

Ekonomi Makro Page 12


c. Pengeluaran Pemerintah
Yang termasuk ke dalam kategori pengeluaran pemerintah adalah tindakan
pemerintah dalam membeli barang/jasa seperti pembelian peralatan militer dan
pembangunan jalan. Namun, tindakan pemerintah yang memberikan transfer
kepada individu, seperti tindakan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
sebagai kompensasi kenaikan harga BBM, tidak dikategorikan sebagai
pengeluaran pemerintah karena tindakan pemerintah ini tidak menyebabkan
perubahan kemampuan perekonomian dalam memproduksi barang/jasa.
d. Ekspor Bersih
Komponen net ekspor ini merupakan komponen dalam PDB yang menghitung
transaksi perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. Net ekspor ini
dapat menggambarkan besarnya permintaan luar negeri terhadap barang yang
dihasilkan oleh suatu negara. Nilai net ekspor ini dihitung dengan
mengurangkan antara nilai ekspor dengan nilai impor suatu negara. Negara
dengan nilai net ekspor yang positif berarti bahwa negara tersebut memiliki
nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impornya. Sebaliknya
jika negara tersebut memiliki net ekspor yang negatif, berarti nilai impor
negara tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspor-nya.

4. PDB Nominal dan PDB Riil


Meningkatnya nilai PDB pada dasarnya menunjukkan dua hal, yaitu :
1. terjadinya peningkatan produksi barang/jasa,
2. meningkatnya harga barang dan jasa yang diproduksi.

Ekonomi mencoba untuk memisahkan kedua efek dari peningkatan nilai PDB ini
sehingga akhirnya memunculkan konsep yang dikenal sebagai PDB Riil dan PDB
Nominal. Yang dimaksud dengan PDB Riil merupakan produksi barang/jasa yang
dihitung dengan menggunakan harga konstan, sementara yang dimaksud dengan PDB
Nominal adalah produksi barang/jasa yang dihitug dengan menggunakan harga masa
sekarang. Agar lebih memahami konsep PDB Riil dan PDB Nominal, perhatikan ilustrasi
berikut:

Misalkan Indonesia hanya memproduksi dua komoditas, yaitu padi dan jagung
dengan data produksi sebagai berikut:

Ekonomi Makro Page 13


Tabel 1.4
Ilustrasi Pengukuran PDB Nominal dan PDB Riil

Tahun Harga Padi Jumlah Harga Jumlah


(Rp/Kg) Produksi Jagung Produksi
Padi (Kg) (Rp/Kg) Jagung (Kg)
2004 200 100 100 50
2005 300 150 200 100
2006 400 200 300 150
2007 500 250 400 200

Berdasarkan data di atas, perhitungan PDB nominal dilakukan dengan


menghitung nilai uang dari produksi barang/jasa dengan teknis perhitugan:

PDB tahun 2004 = (Rp200 x 100kg) + (Rp100 + 50kg) = Rp25.000


PDB tahun 2005 = (Rp300 x 150kg) + (Rp200 + 100kg) = Rp65.000
PDB tahun 2006 = (Rp400 x 200kg) + (Rp300 + 150kg) = Rp125.000
PDB tahun 2007 = (Rp500 x 250kg) + (Rp400 + 200kg) = Rp205.000

Berdasarkan ilustrasi perhitungan PDB riil nominal di atas terlihat bahwa


perhitungan nilai produksi barang/jasa dilakukan dengan menggunakan harga saat
sekarang.

Bagaimana dengan nilai PDB riil Indonesia? Perhitungan PDB riil, seperti
yang telah dikemukakan di atas, dilakukan dengan menggunakan harga konstan/harga
tahun dasar. Jika dimisalkan tahun dasar perhitungan PDB riil adalah tahun 2004,
maka perhitungan PDB riil akan dilakukan dengan menggunakan harga tahun 2001.
Teknis perhitungan PDB riil Indonesia tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007 adalah:

PDB tahun 2004 = (Rp200 x 100kg) + (Rp100 + 50kg) = Rp25.000


PDB tahun 2005 = (Rp200 x 150kg) + (Rp100 + 100kg) = Rp40.000
PDB tahun 2006 = (Rp200 x 200kg) + (Rp100 + 150kg) = Rp55.000
PDB tahun 2007 = (Rp200 x 250kg) + (Rp100 + 200kg) = Rp70.000

Ekonomi Makro Page 14


Berbeda dengan PDB nominal yang menggunakan harga sekarang,
perhitungan PDB riil dilakukan dengan menggunakan harga tahun 2004 (tahun dasar)
di setiap tahun perhitungan PDB.

Di antara PDB riil dan PDB nominal, indikator yang paling baik digunakan
untuk mengamati kinerja perekonomian adalah PDB riil karena peningkatan nilai
PDB riil ini mutlak hanya mencerminkan peningkatan output produksi suatu
perekonomian. Sementara itu pada PDB nominal, peningkatan nilainya tidak serta
merta disebabkan oleh terjadinya peningkatan output perekonomian, namun juga
dapat disebabkan oleh terjadinya peningkatan harga. Misalkan, jika suatu
perekonomian tidak mengalami peningkatan output produksi, PDB nominal dapat saja
mengalami peningkatan seandainya terjadi kenaikan harga produk dari tahun ke
tahun.

Kemudia apa yang dimaksud dengan PDB deflator? PDB deflator merupakan
nilai yang mencerminkan harga barang dan jasa. Yang diukur dari perbandingan
antara PDB nominal dan PDB riil. Deflator PDB dirumuskan sebagai:

PDB Nominal
PDB deflator = × 100
PDB Riil

Karena PDB nominal dan PDB riil pasti sama pada tahun dasar, PDB deflator
pada tahun dasar selalu sama dengan 100. PDB deflator pada tahun yang berurutan
mengukur perubahan PDB nominal dari tahun pokoknya yang tidak disebabkan oleh
perubahan PDB riil. Deflator PDB mengukur tingkat harga-harga saat ini relatif
terhadap tingkat harga-harga di tahun pokok.

5. Penerapan Perhitungan PDB di Indonesia

Di banyak negara dunia, termasuk Indonesia, perhitungan PDB umumnya


hanya dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu perhitungan PDB
dengan pendekatan pengeluaran dan dengan pendekatan nilai tambah. Pendekatan
pendapatan tidak dilakukan karena adanya kesulitan dalam penghimpunan data.
Kecenderungan yang ditunjukkan pelaku ekonomi adalah cenderung tidak jujur dalam
mengungkapkan nominal pendapatannya, sehingga jika perhitungan PDB dilakukan
dengan pendekatan ini, nilai yang diperoleh tidak akan mampu menggambarkan
kinerja ekonomi yang sebenarnya.

Ekonomi Makro Page 15


Di Indonesia, perhitungan PDB dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
setiap tiga bulan sekali dimulai dengan kuartal l (periode Januari-Maret), kuartal ll
(periode April-Juni), kuartal lll (periode Juli-September), dan kuartal IV (Oktober-
Desember). Setiap akhir tahun, BPS melakukan perhitungan PDB tahunan dengan
cara merekapitulasi data PDB kuartalan yang telah ada.
Publikasikan dari perhitungan PDB oleh BPS ini tidak hanya dilakukan per
wilayah nasional, namun juga dilakukan per propinsi dan per kabupaten/kota. Format
publikasi ini akan memungkinkan analisis kinerja perekonomian untuk dilakukan
tidak hanya di level negara, namun juga dapat dilakukan hingga level kabupaten/kota.
Data yang disajikan dalam Tabel 1.3 dan Tabel 1.4 di bawah ini merupakan
publikasi PDB Indonesia pada tahun 2008 kuartal I dan II yang dihitung dengan
menggunakan pendekatan pengeluaran dan pendekatan nilai tambah. Dengan
pendekatan pengeluaran, komponen pengeluaran dikelompokkan atas lima kelompok,
yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor bersih.
Sementara itu dengan pendekatan nilai tambah, perekonomian dikelompokkan atas
sembilan sektor, seperti yang dapat diamati pada Tabel 1.4.
Tabel 1.5
PDB Indonesia Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran
(dalam ribuan rupiah)
Harga Berlaku Harga Konstan 2000
Jenis Penggunaan Triw I Triw II Triw I Triw II
2008 2008 2008 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah
703,3 742,9 290,8 293,9
Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 76,7 105,3 32,5 39,4
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 288,2 320,0 118,0 120,9
4. a. Perubahan Inventori -1,6 6,5 -0,7 3,3
4. b. Diskrepansi Statistik 16,9 48,9 13,2 6,4
5. Ekspor Barang dan Jasa 348,6 378,1 258,1 271,5
6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 308,4 370,8 206,0 217,2
PDB 1 122,1 1 230,9 505,9 518,2
PDB Tanpa Migas 1 001,0 1 090,9 470,4 482,8

Ekonomi Makro Page 16


6. Kelemahan PDB Sebagai Pengukur Kinerja Perekonomian

Pada dasarnya, PDB memang mengukur total pendapatan dan pengeluaran


yang terjadi dalam suatu perekonomian, dan dalam bentuk PDB per kapita, PDB
menunjukkan pendapatan dan pengeluaran rata-rata setiap individu yang terdapat
dalam perekonomian. Makin besar pendapatan seseorang tentu akan mendorong orang
tersebut untuk memperbesar pengeluarannya, dan makin besar pula kesejahteraan
ekonomi yang dirasakan oleh orang tersebut. Namun dalam kenyataannya ditemukan
fakta bahwa tingginya PDB per kapita suatu negara tidak menjamin tingginya kualitas
pendidikan dan kesehatan yang dinikmati oleh penduduknya. Bahkan tingginya PDB
cenderung identik dengan berkurangnya kualitas kesehatan masyarakat karena
tingginya tingkat polusi yang terjadi. Kenapa hal ini bisa terjadi?

Paling tidak terdapat enam hal yang tidak dimasukkan dalam konsep
perhitungan PDB, yaitu:

1. Tidak memperhitungkan kerusakan lingkungan yang terjadi


Ketika pemerintah melonggarkan regulasi terhadap pencemaran lingkungan oleh
industri, industri akan terdorong untuk meningkatkan produksinya karena
berkurangnya struktur biaya yang harus dikeluarkan oleh industri, terutama biaya
untuk pengolahan limbah. Dampaknya, PDB akan mengalami peningkatan karena
produksi naik, namun disisi lain kualitas hidup masyarakat akan menurun akibat
peningkatan pencemaran yang terjadi.

2. Tidak memperhitungkan kegiatan jual beli yang dilakukan tanpa melalui pasar
Seorang dokter yang memeriksa pasien di rumah sakit akan diperhitungkan dalam
PDB. Namun kegiatan dokter ini tidak akan diperhitungkan dalam PDB jika
dokter ini memeriksa istrinya yang sedang sakit di rumah. Kedua tindakan dokter
ini, baik di rumah sakit maupun di rumah, sama-sama meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, namun hanya tindakan dokter di rumah sakit yang
diperhitungkan sebagai PDB.

3. Tidak memperhitungkan pendapatan warga negara Indonesia di luar negeri


Kelemahan lain dari PDB ini adalah tidak memperhitungkannya pendapatan WNI
yang terdapat di luar negeri dalam perhitungan PDB. Coba ingat kembali

Ekonomi Makro Page 17


pengertian PDB yang menyatakan bahwa PDB adalah nilai pasar dari seluruh
barang/jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode waktu tertentu.
Dari pengertian ini jelas terlihat bahwa pendapatan penduduk Indonesia yang
mencari nafkah di luar negeri memang tidak diperhitungkan dalam PDB,
pendapatan TKI Indonesia misalnya, merupakan pendapatan yang tidak
diperhitungkan dalam PDB.

4. Menghitung pendapatan warga negara asing yang bekerja di Indonesia


Kerancuan dari PDB adalah memperhitungkan pendapatan warga negara asing
yang bekerja di dalam negeri sehingga gambaran kinerja perekonomian yang
diberikan oleh PDB tidak mutlak menggambarkan kondisi ekonomi warga
Indonesia, namun juga warga asing yang terdapat di Indonesia.

5. Tidak memperhitungkan kualitas kesehatan dan pendidikan


Terkait dengan kesehatan dan pendidikan, PDB hanya memperhitungkan kedua
hal ini secara materialnya saja, dan tidak memperhatikan kualitas yang tercipta.

6. Tidak memperhitungkan adanya transfer payment yang dilakukan pemerintah.


Yang dimaksud dengan transfer payment adalah sejumlah uang yang diberikan
kepada seseorang tanpa adanya aktivitas produksi yang dilakukan orang tersebut.
Contoh transfer payment ini adalah uang pensiun dan subsidi yang diberikan
pemerintah, lotre, bunga atas hutang negara, hadiah, warisan, sumbangan bencana
alam dan pembayaran barang-barang yang dibuat pada tahun sebelumnya.

7. Indikator Lain Pengukur Kinerja Ekonomi Suatu Negara


7.1 Indikator Perhitungan Kinerja
Indikator yang digunakan untuk menghitung kinerja suatu negara ada empat,
yaitu:
 Produk Nasional Bruto (PNB),
 Pendapatan Nasional Neto (PPN),
 Pendapatan Nasional,

Ekonomi Makro Page 18


 Pendapatan Perseorangan
 Pendapatan Perorangan/ Disposible

7.1.1 Produk Nasiaonal Bruto

Produk Nasional Bruto (PNB) merupakan produksi barang/jasa akhir yang


dihasilkan oleh warga suatu negara di manapun dia berada dalam periode tertentu.
Termasuk di dalamnya nilai konsumsi, investasi, pembelian barang dan jasa oleh
pemerintah serta ekspor neto. Perhitungan PNB hanya pada barang dan jasa yang
dihasilkan oleh warga dalam negeri dan milik warga dalam negeri, sedangkan yang
dihasilkan oleh warga negara asing dan milik warga negara asing tidak termasuk di
dalamnya.

Definisi dari PNB adalah:


Produk : yang dijumlahkan adalah produksi barang dan jasa.
Nasional : batasnya adalah kewarganegaraan.
Bruto : yang dihitung termasuk penyusutan barang-barang modal.

PNB nominal dapat dikonversikan ke dalam PNB riil dengan menggunakan


indeks harga. Jadi jika PNB riil mengukur kuantitas total dari output, maka PNB
nominal mengukur nilai rupiah dari output. Rasio dari PNB nominal ke PNB riil
adalah harga dari PNB yang disebut dengan deflator PNB.

7.1.2 Produk Nasional Neto (PNN)

Pendapatan Nasional Neto (PNN), yaitu total pendapatan penduduk suatu


negara (PNB) dikurangi dengan kerugian yang diakibatkan oleh depresiasi. Yang
dimaksud dengan depresiasi adalah usang dan rusaknya persediaan perlengkapan dan
bangunan dalam perekonomian.

PNB riil = PNB – depresiasi

7.1.3 Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional (National Income); untuk memperoleh gambaran


tentang total penerimaan yang diperoleh oleh faktor produksi dalam negeri, maka
dikembangkan variabel Pendapatan Nasional (PN). Seperti yang diketahui,
penerimaan yang diperoleh faktor produksi sebenarnya tidak hanya berupa upah,

Ekonomi Makro Page 19


bunga atas modal, sewa, dan laba usaha yang merupakan imbalan atas faktor
produksi yang dimilikinya, namun juga dapat berupa subsidi yang diberikan
pemerintah.

Contoh nyata yang baru-baru ini diberikan pemerintah adalah dana BLT
(Bantuan Langsung Tunai) yang merupakan dana kompensasi kenaikan harga BBM
bagi keluarga miskin. Dana ini, meskipun tidak diperoleh dari aktvitas penawaran
faktor produksi yang dilakukan rumah tangga, namun menjadi sumber penerimaan
rumah tangga. Perbedaannya dengan PNN adalah bahwa pendapatan nasional tidak
menghitung pajak usaha tidak langsung dan menghitung subsidi usaha. Selain itu
ketidakcocokan statistika juga membedakan antara PNN dengan pendapatan
nasional.

PN = PNB – pajak tak langsung + subsidi – depresiasi

7.1.4 Pendapatan Perseorangan

Pendapatan perseorangan didefinisikan sebagai pendapatan yang diterima di


rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Pendapatan perorangan tidak
mengikutsertakan pendapatan tertahan (retained earnings), yaitu pendapatan yang
diperoleh perusahaan namun tidak dibagikan pada para pemiliknya. Pendapatan
perorangan mengurangi pajak pendapatan perusahaan dan kontribusi terhadap
tunjangan sosial. Selain itu pendapatan perorangan menghitung pendapatan bunga
yang diterima rumah tangga yang berasal dari kepemilikan atas hutang negara.

7.1.5 Pendapatan Disposible

Pendapatan perorangan yang dapat dibelanjakan (disposable personal


income) adalah pendapatan yang tersisa dalam rumah tangga dan usaha bukan
perusahaan setelah semua kewajiban pada pemerintah dibayar. Pendapatan ini
adalah alat ukur untuk mengamati berapa banyak nominal uang yang sebenarnya
dimiliki oelh individu dalam perekonomian yang dapat digunakan untuk membeli
barang/jasa yang dibutuhkannya, dengan konsep perhitungan yang dapat diamati
pada bagian di atas.

Ekonomi Makro Page 20


Adapun perhitungan masing-masing jenis pendapatan di atas adalah sebagai
berikut:

PDB = C + I + G + NX

+ Pendapatan Faktor Produksi Domestik yang terdapat di Luar Negeri


- Pendapatan Faktor Produksi Asing yang terdapat di Dalam Negeri

= PNB (Produk Nasional Bruto)


= Penyusutan

= Pendapatan Nasional Neto (PNN)


- Pajak Tidak Langsung

+ Subsidi

= Pendapatan Nasional
- Laba ditahan
- Pembayaran Asuransi

+ Pendapatan bunga personal dari pemerintah dan konsumen


+ Penerimaan bukan balas jasa

= Pendapatan Personal (PI)


- Pajak Langsung

= Pendapatan Disposable

Ekonomi Makro Page 21


Pada tabel berikut disajikan contoh perhitungan berbagai indikator kinerja
ekonomi Indonesia pada tahun 2002.

Tabel 1.6
Penghitungan Pendapatan Nasional Indonesia, 2002 (triliun rupiah)

Menurut Harga Berlaku Menurut Harga


Jenis Pengeluaran
Nilai % Tetap 1993
Pengeluaran konsumsi rumah
1 1.138,3 70,7 302,1
tangga
Pengeluaran konsumsi
2 132,1 8,2 35,3
pemerintah
Pembentukan modal tetap
3 325,3 26,2 96,1
domestik bruto
4 Perubahan stok -96,0 -6,0 -25,7
5 Ekspor barang dan jasa 569,9 35,4 116,9
Dikurangi: impor barang dan
6 459,6 28,5 98,0
jasa
Produk Domestik Bruto (PDB) 1.610,0 100,0 426,7
Pendapatan neto faktor dari luar
7 -77,8 -4,8 -22,2
negeri
Produk Nasional Bruto (PNB) 1.532,2 95,2 404,7
8 Dikurangi: Pajak tak langsung 71,2 4,4 18,9
9 Dikurangi: Depresiasi 80,5 5,0 21,3
Pendapatan Nasional 1.380,5 85,8 364,3

8. Catatan Sejarah Perhitungan Pendapatan Nasional Di Indonesia

Pada awal abad XX pemerintah Hindia Belanda membentuk sebuah komisi


yang diketuai oleh Steinmetr untuk mengetahui perkiraan belanja dan pendapatan
penduduk pribumi di Jawa dan Madura. Hal tersebut dilakukan karena mereka
khawatir akan tingkat kemakmuran penduduk pribumi yang cenderung menurun. Data
yang diperoleh digunakan untuk mengetahui apa penyebab menurunnya tingkat
kemakmuran penduduk pribumi dan bagaimana jalan keluarnya.

Ekonomi Makro Page 22


Perhitungan pendapatan nasional dilakukan lagi pada tahun 1924 oleh J.W.
Meier Ranneft dan W. Huender karena pemerintah ingin mengetahui beban pajak atas
penduduk pribumi. Sekali lagi, data yang diperoleh hanya terbatas di pulau Jawa dan
Madura. Baru pada tahun 1928-1930 perhitungan pendapatan nasional yang dilakukan
oleh F. De M. Van Ginkel dilakukan di luar pulau Jawa dan Madura. Di antaranya
dilakukan di pantai Timur Sumatra, pantai Barat Sumatra, dan distrik Lampung. L.
Goetzen melakukan perhitungan yang lebih lengkap, yaitu meliputi golongan
penduduk dan daerahnya di seluruh wilayah Hindia Belanda pada tahun 1926-1932.
Metode L. Goetzen digunakan oleh J. J. Polak yang melakukan perhitungan pada
tahun 1921-1939. Metode yang digunakan adalah menghitung produksi berdasarkan
lapangan usaha. Nilai pendapatan pribumi diperoleh dari nilai produksi dikurangi
biaya bahan, sedangkan upah dan gaji tidak termasuk dalam perhitungan. Pendapatan
warga asing diperoleh dari angka-angka pajak pendapatan.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1951-1952 dilakukan perhitungan


pendapatan nasional oelh Dr. S. D. Neumark, seorang penasihat PBB untuk Indonesia.
Kemudian dilanjutkan oleh Muljatno pada tahun 1953-1954. Mulai tahun 1962
perhitungan pendapatan nasional dilakukan oleh BPS yang dibantu oleh ahli statistik
India yang bernama K.N.C. Pillai, penasihat teknisi PBB. Ketika Indonesia keluar dari
PBB pada tahun 1965, K.N.C. Pillai ditarik kembali oleh PBB sehingga BPS harus
bekerja sendiri. Hasil perhitungan BPS untuk tahun 1958-1962 diterbitkan pada tahun
1966. Setahun kemudian terbitlah hasil perhitungan pendapatan nasional untuk tahun
1960-1964. Ketika Indonesia menjadi anggota PBB lagi, seorang penasihat teknis
yang bernama C. Ross dibantukan di BPS. Setelah mengalami perbaikan dan
penyesuaian yang mengikuti pedoman PBB, pada tahun 1970 BPS menerbitkan
perhitungan pendapatan nasional untuk 1960-1968.

Ekonomi Makro Page 23


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan Bab II di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pendapatan Nasional adalah ukuran nilai output berupa barang dan jasa yang
dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah seluruh pendapatan
yang diterima oleh masyarakat dalam suatu Negara dalam satu tahun.
2. Gross national product (GNP) atau produk nasional bruto (PNB) merupakan
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk warga negara suatu
negara, baik yang berada di dalam negeri maupun yang ada diluar negeri.
Sedangkan Perhitungan Pendapatan Nasional gross domestic product (GDP) atau
produk domestic bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh seluruh penduduk yang berada didalam wilayah hukum suatu negara, tanpa
memperhatikan apakah penduduk tersebut warga negara dari negara yang
bersangkutan ataupun warga negara dari negara bukan yang bersangkutan.
3. Manfaat penghitungan pendapatan nasional adalah agar pemerintah dapat
menelaah kembali struktur perekonomian yang kemudian dapat dijadikan bahan
untuk membuat kebijakan, dapat mengetahui tingkat penyebaran pendapatan
yang kurang merata antar daerah, dengan begitu pemerintah dapat membuka
lapangan kerja baru di daerah yang berpendapatan rendah, serta dapat
membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, sehingga dapat
dijadikan sebagai landasan perumusan kebijakan.

Ekonomi Makro Page 24


DAFTAR PUSTAKA

Suyitno,sadono.2012.makroekonomiteoripengantar/jakarta:RajawaliPers
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pendapatan-nasional.html

Ekonomi Makro Page 25

Anda mungkin juga menyukai