PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada awal tahun 2008, media massa sering memberitakan tentang terjadinya
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6.3% selama tahun 2007, dengan nilai
ekonomi yang terbentuk sebesar Rp.1.964 triliun. Angka ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai perekonomian yang terbentuk pada tahun 2006, yaitu
sebesar yang hanya Rp.1.847 triliun dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5%. Hal
yang menjadi pertanyaan menarik adalah: ukuran apakah yang sebenarnya digunakan
untuk menggambarkan nilai perekonomian suatu negara sehingga akhirnya dapat
mengeluarkan angka-angka perhitungan seperti diatas?
Dalam konsep ekonomi makro dikenal istilah Produk Domestik Bruto (PDB),
yaitu indikator ekonomi yang mengukur total pendapatan dan total pengeluaran yang
terjadi dalam suatu perekonomian pada periode waktu tertentu. Perubahan nilai PDB
suatu negara merupakan sinyal terjadinya perubahan nilai ekonomi yang terbentuk di
negara tersebut. Misalnya seperti yang terjadi di Indonesia pada tahun 2007; ketika
itu, angka PDB Indonesia mengalami peningkatan dari Rp.1.847,2 triliun pada tahun
2006 menjadi Rp.1.964 triliun pada tahun 2007. Jika merujuk kepada pengertian
sederhana PDB di atas, peningkatan PDB tahun 2006-2007 tentu akan menunjukkan
terjadinya perbaikan dalam kondisi ekonomi Indonesia karena adanya peningkatan
pendapatan Indonesia selama kurun waktu tersebut.
Dalam Makalah ini akan dibahas tentang Pendapatan Nasional. Yaitu tentang
apa itu pendapatan nasional? Komponen apa yang ada dalam pendapatan nasional?
Bagaimana cara menghitung nilai tambah? Bagaimana menghitung pendapatan
nasional secara nominal dan riil. Untuk memudahkan kita menjawab pertanyaan di
atas, maka pembahasan dibagi dalam tiga kegiatan belajar yaitu: (1) Pengukuran
Produk Domestik Bruto, (2) PDB Nominal dan PDB Rill, dan (3) Indikator Lain
Pengukur Kinerja Ekonomi Suatu Negara. Dalam tiap kegiatan belajar dilengkapi
dengan uraian materi, konsep, rumus, contoh, tabel, latihan, rangkuman dan tes
formatif untuk menguji kemampuan terhadap kompetensi yang telah disajikan.
PENDAPATAN NASIONAL
Namun secara formal, yang dimaksud dengan Produk Domestik Bruto (PDB)
adalah nilai pasar dari seluruh barang/jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam periode waktu tertentu. Pengertian ini memang mudah untuk dimengerti,
namun di dalam setiap frase kata dari pengertian tersebut sebenarnya memiliki makna
yang perlu ditelusuri lebih dalam.
Barang/Jasa (3)
Pengeluaran (4)
Gambar 1.1
Pengukuran PDB sebagai Pendekatan Pendapatan dan Pendekatan Pengeluaran
Pada 1.1 di atas terlihat bahwa aliran sebelah luar merupakan aliran uang, sementara
aliran sebelah dalam merupakan aliran barang/jasa dan aliran tenaga kerja. Rumah tangga
sebagai penyedia tenaga kerja menjual jasa tenaga kerjanya kepada perusahaan (aliran 2)
sehingga perusahaan menjadi mampu untuk menghasilkan barang/jasa yang nantinya akan
dibeli oleh rumah tangga (aliran 3). Pembelian barang/jasa ini oleh rumah tangga akan
menimbulkan aliran uang dari rumah tangga ke perusahaan (aliran 4). Aliran uang ini
merupakan pengeluaran bagi rumah tangga (atau pendapatan bagi perusahaan). Pengeluaran
rumah tangga ini (yang merupakan pendapatan bagi perusahaan) ini nantinya akan digunakan
oleh perusahaan untuk membayar upah pekerjanya.
Tabel 1.1
Faktor Produksi dan Balas Jasa yang Diterima
PDB = w + r + S + π
Dimana w adalah upah, r adalah bunga modal, S adalah sewa, dan π adalah laba
usaha.
Karena dalam harga sebuah barang sudah terdapat biaya bahan baku, maka
nilai tambah suatu produk adalah harga produk yang dihasilkan dikurangi harga atau
biaya bahan baku. Nilai tambah ini merupakan sumbangan perusahaan dalam
produksi nasional. Misalnya harga kayu gergajian Rp 150,- per meter, harga bahan
mentah berupa kayu gelondongan sebesar Rp 100,-, maka nilai tambah kayu gergajian
tersebut adalah Rp 50,-. Nilai tambah inilah yang dihitung dalam pendapatan nasional,
karena itu pendapatan nasional adalah nilai jual dikurangi biaya bahan mentah.
Persoalan yang perlu dicermati dari perhitungan PDB dengan pendekatan nilai
tambah ini adalah munculnya masalah perhitungan ganda(double counting).
Penjumlahan total dari nilai tambah ini merupakan nilai dari pendapatan nasional.
Bila diamati, nilai ini sama dengan nilai akhir dari mebel seperti yang tercantum dalam
tabel 1.2 kolom 2.
Tabel 1.3
Perhitungan Pendapatan Nasional per Sektoral
PDB = C + I + G + NX
atau dengan kata lain, PDB merupakan penjumlahan dari konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, dan net ekspor.
a. Pengeluaran Konsumsi
Komponen yang termasuk ke dalam variabel konsumsi adalah barang dan jasa
yang dibeli oleh rumah tangga, yang dapatberupa barang tahan lama, barang
tidak tahan lama, dan jasa. Yang dimaksud dengan barang tahan lama adalah
barang yang dapat bertahan dalam jangka waktu lama, seperti mobil dan
televisi; dan barang yang tidak tahan lama merupakan barang yang bertahan
dalam jangka pendek seperti makanan dan pakaian.
b. Investasi
Yang dimaksud dengan investasi adalah kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan perekonomian dalam menghasilkan output di masa depan, yang
dapat berupa peningkatan stok fisik dari modal, maupun stok nonfisik. Dengan
konsep ini, tindakan membeli saham/obligasi merupakan tindakan yang tidak
dikategorikan ke dalam investasi. Tindakan yang dapat dikategorikan sebagai
investasi di antaranya adalah membangun rumah, membeli mesin,
penambahan persediaan produk perusahaan, dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Tindakan membangun rumah, membeli mesin, penambahan
persediaan produk perusahaan dikategorikan sebagai tindakan untuk
meningkatkan stok fisik dari modal, sementara tindakan peningkatan kualitas
SDM merupakan tindakan meningkatkan stok non-fisik dari modal.
Ekonomi mencoba untuk memisahkan kedua efek dari peningkatan nilai PDB ini
sehingga akhirnya memunculkan konsep yang dikenal sebagai PDB Riil dan PDB
Nominal. Yang dimaksud dengan PDB Riil merupakan produksi barang/jasa yang
dihitung dengan menggunakan harga konstan, sementara yang dimaksud dengan PDB
Nominal adalah produksi barang/jasa yang dihitug dengan menggunakan harga masa
sekarang. Agar lebih memahami konsep PDB Riil dan PDB Nominal, perhatikan ilustrasi
berikut:
Misalkan Indonesia hanya memproduksi dua komoditas, yaitu padi dan jagung
dengan data produksi sebagai berikut:
Bagaimana dengan nilai PDB riil Indonesia? Perhitungan PDB riil, seperti
yang telah dikemukakan di atas, dilakukan dengan menggunakan harga konstan/harga
tahun dasar. Jika dimisalkan tahun dasar perhitungan PDB riil adalah tahun 2004,
maka perhitungan PDB riil akan dilakukan dengan menggunakan harga tahun 2001.
Teknis perhitungan PDB riil Indonesia tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007 adalah:
Di antara PDB riil dan PDB nominal, indikator yang paling baik digunakan
untuk mengamati kinerja perekonomian adalah PDB riil karena peningkatan nilai
PDB riil ini mutlak hanya mencerminkan peningkatan output produksi suatu
perekonomian. Sementara itu pada PDB nominal, peningkatan nilainya tidak serta
merta disebabkan oleh terjadinya peningkatan output perekonomian, namun juga
dapat disebabkan oleh terjadinya peningkatan harga. Misalkan, jika suatu
perekonomian tidak mengalami peningkatan output produksi, PDB nominal dapat saja
mengalami peningkatan seandainya terjadi kenaikan harga produk dari tahun ke
tahun.
Kemudia apa yang dimaksud dengan PDB deflator? PDB deflator merupakan
nilai yang mencerminkan harga barang dan jasa. Yang diukur dari perbandingan
antara PDB nominal dan PDB riil. Deflator PDB dirumuskan sebagai:
PDB Nominal
PDB deflator = × 100
PDB Riil
Karena PDB nominal dan PDB riil pasti sama pada tahun dasar, PDB deflator
pada tahun dasar selalu sama dengan 100. PDB deflator pada tahun yang berurutan
mengukur perubahan PDB nominal dari tahun pokoknya yang tidak disebabkan oleh
perubahan PDB riil. Deflator PDB mengukur tingkat harga-harga saat ini relatif
terhadap tingkat harga-harga di tahun pokok.
Paling tidak terdapat enam hal yang tidak dimasukkan dalam konsep
perhitungan PDB, yaitu:
2. Tidak memperhitungkan kegiatan jual beli yang dilakukan tanpa melalui pasar
Seorang dokter yang memeriksa pasien di rumah sakit akan diperhitungkan dalam
PDB. Namun kegiatan dokter ini tidak akan diperhitungkan dalam PDB jika
dokter ini memeriksa istrinya yang sedang sakit di rumah. Kedua tindakan dokter
ini, baik di rumah sakit maupun di rumah, sama-sama meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, namun hanya tindakan dokter di rumah sakit yang
diperhitungkan sebagai PDB.
Contoh nyata yang baru-baru ini diberikan pemerintah adalah dana BLT
(Bantuan Langsung Tunai) yang merupakan dana kompensasi kenaikan harga BBM
bagi keluarga miskin. Dana ini, meskipun tidak diperoleh dari aktvitas penawaran
faktor produksi yang dilakukan rumah tangga, namun menjadi sumber penerimaan
rumah tangga. Perbedaannya dengan PNN adalah bahwa pendapatan nasional tidak
menghitung pajak usaha tidak langsung dan menghitung subsidi usaha. Selain itu
ketidakcocokan statistika juga membedakan antara PNN dengan pendapatan
nasional.
PDB = C + I + G + NX
+ Subsidi
= Pendapatan Nasional
- Laba ditahan
- Pembayaran Asuransi
= Pendapatan Disposable
Tabel 1.6
Penghitungan Pendapatan Nasional Indonesia, 2002 (triliun rupiah)
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan Bab II di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pendapatan Nasional adalah ukuran nilai output berupa barang dan jasa yang
dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah seluruh pendapatan
yang diterima oleh masyarakat dalam suatu Negara dalam satu tahun.
2. Gross national product (GNP) atau produk nasional bruto (PNB) merupakan
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk warga negara suatu
negara, baik yang berada di dalam negeri maupun yang ada diluar negeri.
Sedangkan Perhitungan Pendapatan Nasional gross domestic product (GDP) atau
produk domestic bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh seluruh penduduk yang berada didalam wilayah hukum suatu negara, tanpa
memperhatikan apakah penduduk tersebut warga negara dari negara yang
bersangkutan ataupun warga negara dari negara bukan yang bersangkutan.
3. Manfaat penghitungan pendapatan nasional adalah agar pemerintah dapat
menelaah kembali struktur perekonomian yang kemudian dapat dijadikan bahan
untuk membuat kebijakan, dapat mengetahui tingkat penyebaran pendapatan
yang kurang merata antar daerah, dengan begitu pemerintah dapat membuka
lapangan kerja baru di daerah yang berpendapatan rendah, serta dapat
membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, sehingga dapat
dijadikan sebagai landasan perumusan kebijakan.
Suyitno,sadono.2012.makroekonomiteoripengantar/jakarta:RajawaliPers
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pendapatan-nasional.html