Fithri Azizah
90500120095
Prodi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
firhriazizah@gmail.com
Secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah yang terkait dengan
pendapatan nasional beragam antara lain; produk domestic bruto (gross domestic product/GDP),
produk nasional bruto (gross national product/GNP), serta produk nasional neto (net national
product/NNP).
Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan perkiraan GDP secara teratur yang
merupakan ukuran dasar dari performansi perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.
Selain itu perhitungan pendapatan nasional juga berguna untuk menerangkan kerangka kerja
hubungan antara variabel makroekonomi, yaitu; output, pendapatan, dan pengeluaran.
Produk domestik bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang
diperoleh dari unit-unit produksi didalam batas wilayah suatu Negara (domestik)
selama satu periode. Dalam menghitung GDP jumlah pasar, yang harus
diperhatikan adalah jangan sampai ada perhitngan ganda atau double accounting.
Konsep GDP meliputi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara pada
suatu neara, baik di luar negeri mapun dalam negeri.
Produk nasional bruto atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat dalam suatu negara (nasional) selama 1 periode. Dalam
menghitung besarnya GNP berdasarkan harga pasar, yang harus diperhatikan yaitu
jangan sampai ada perhitungan ganda. Dalam GNP ini, hasil produksi barang dan
jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada didalam negeri maupun diluar
negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di
wilayah negara tersebut.
Produk Nasional Netto (NNP) adalah jumlah GNP yang dikurangi dengan barang
modal sebagai penggantian. Penyusutan bagi peralatan yang digunakan untuk
memproduksi barang dalam proses produksi umumnya bersifat tafsiran, sehingga
dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil. Penyusutan adalah berkurang
barang yang sudah lama karena pemakaian.
Pendapatan Nasional Netto (NNI) adalah pendapatan yang dihitung dari jumlah
balas jasa yang diterima oleh rakyat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI
bisa didapat dari NNP dikurangi dengan pajak tidak langsung dan subsidi. Pajak
tidak langsung yaitu pajak yang beratnya dapat digeserkan kepada pihak lain,
contoh pajak penjualan, pajak impor, bea ekspor, dan cukai-cukai. Sedangkan
subsidi adalah bantuan dari pemerintah kepada masyarakat.
1. Pajak Perseroan, yaitu pajak yang dibayar oleh setiap badan usaha kepada
pemerintah.
2. Laba yang tidak dibagi, yaitu jumlah laba yang tetap ditahan di dalam
perusahaan untuk tujuan tertentu, contoh untuk keperluan memperluas wilayah
perusahaan.
3. Iuran pensiun yaitu iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan
perusahaan dengan tujuan untuk dikembalikan setelah tenaga kerja tersebut
mencapai umur tertentu dan tidak lagi bekerja.
4. Asuransi yaitu perjanjian antara dua pihak, dimana pihak satu harus wajib
membayar iuran atau yang lainnya, dan pihak yang lain harus memberikan jaminan
penuh kepada pembayar iuran tersebut.
Jadi pendapatan nasional menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah
semua barang dan jasa selama satu tahun. Barang dan jasa yang dimaksud adalah barang
akhir (final goods) atau barang jadi (finished goods), artinya barang yang langsung
dapat diterima konsumen. Cara menghitung pendapatan nasional dengan cara ini berarti
menghitung nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai
lapangan usaha dalam perekonomian.
a. Rumah tangga berupa konsumsi (C). Nilai pembelanjaan yang dilakukan oleh
rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu.
b. Perusahaan berupa investasi (I) . Pengeluaran untuk membeli barang modal yang
dapat menaikkan produksi barang dan jasa di masa yang akan datang.
d. Pengeluaran ekspor dan impor (X – M). Nilai Ekspor yang dilakukan suatu negara
dalam satu tahun tertentu dikurangi dengan nilai impornya dalam periode waktu yang
sama
Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan :
Dengan dua pendekatan yang telah disampaikan muncul suatu pertanyaan apakah sama
antara GDP dengan GNP atau adakah perbedaan antara GDP dengan GNP? Secara
sederhana dapat dinyatakan GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi di dalam
negeri. Sedangkan di dalam GNP ada bagian barang atau jasa yang diperoleh dari luar
negeri. Misalnya, pendapatan dari seorang warga negara Indonesia yang bekerja di
Amerika adalah bagian dari GNP indonesia tetapi bukan bagian dari GDP Indonesia
karena pendapatan itu tidak dihasilkan di Indonesia.
Berbeda dengan GNP, maka NNP merupakan GNP dikurangi penyusutan dari stok
modal yang ada selama periode tertentu. Penyusutan merupakan ukuran dari bagian
GNP yang baru di sisihkan untuk menjaga kapasitas produksi dari perekonomian.
Biasanya data GNP lebih banyak digunakan dibandingkan dengan NNP karena
persoalan estimasi penyusutan mungkin tidak teliti dan juga tidak tersedia dengan cepat
sedangkan perkiraan GNP tersedia dalam bentuk sementara.
Y=R+W+I+P
Keterangan :
P = Profit (Laba)
Pendapatan nasional dapat dihitung menurut harga yang berlaku dan menurut harga tetap.
Penghitungan menurut harga tetap yang dilakukan di Indonesia pada masa ini menggunakan
harga-harga pada tahun 1993. Kedua cara penghitungan itu menurut harga tetap dan harga
yang berlaku akan ditujukan dalam tabel berikut. Data yang dikemukakan adalah data
pendapatan domestik bruto, pendaptan nasional bruto, dan data pendapatan nasional (yaitu
pendapatan nasional bersih/neto pada harga faktor).
Berdasarkan kepada harga yang berlaku, PDB Indonesia pada tahun 2002 mencapai Rp
1.610 triliun. Pendapatan neto faktor-faktor produksi bernialai negatif, yaitu sebesar Rp-
77,8 triliun, yang berarti Indonesia lebih banyak membayar ke luar dibandingkan dengan
penerimaan dari luar negri. Sebagai akibatnya nilai Produk Nasional Bruto lebih kecil dari
Produk Domestik Bruto yaitu hanya mecapai Rp 1.532,2 triliun.
Komponen pengeluaran agregat yang terbesar adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga
yaitu sebanyak Rp 1.138,3 triliun dan meliputi 70,7 persen dari pendapatan domestik bruto.
Ekspor juga relatif penting peranannya dalam perekonomian dan nilai mencapai Rp 569,9
triliun dan meliputi 35,4 persen dari produk domestik bruto. Investasi hanya meliputi 20,2
persen dari PNB dan pengeluaran pemerintah perannannya lebih kecil lagi, yaitu hanya
meliputi 8,2 persen dari PDB.
Konsep pendapatan nasional perlu dibedakan di antara pengertian neto dan bruto. PNB
(Pendapatan Nasional Bruto) perlu dikurangi oleh depresiasi untuk memperoleh pendapatan
nasional neto atau Net National Product (NNP).
Selanjutnya NNP dapat dibedakan menurut harga pasar dan menurut harga faktor. NNP
menurut harga faktor adalah pendapatan negara. Di berbagai negara, hubungan diantara
Produk Nasional Bruto (PNB) dan Pendapatan Nasional (PN) dapat dinyatakan dengan
persamaan:
Dimana g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi dan dinyatakan dalam persen. PN-riil1 adalah
pendapatan nasional untuk tahun dimana tingkat pertumbuhan ekonominya dihitung dan PN-riil0
adalah pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.
Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa
ini dilakukan dengan menggunakan formula berikut :
Dimana PN-riiln adalah pendapatan nasional riil tahun n, HIn adalah indeks harga atau
pendeflasi pendapatan nasional (GNP deflator) pada tahun n, dan PN masa ini adalah
pendapatan nasional pada harga masa ini, yaitu pada tahun n.
Apabila dengan menggunakan cara penghitungan diatas telah didapat data pendapatan nasional
riil untuk berbagai tahun, tingkat pertumbuhan ekonomi telah dapat dihitung, yaitu dengan
menggunakan persamaan penghitungan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana ekonomi Islam mengkritis perhitungan GDP rill per kapita yang dijadikan sebagai
indikator bagi kesejahteraan suatu negara. Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam
dan sistem ekonomi lainnya adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan
yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen rohaniah masuk dalam
pengertian falah. Al falah dalam pengertian Islam mengacu pada konsep Islam tentang manusia
itu sendiri. Namun, lebih sering kesejahteraan itu diwujudkan pada peningkatan GNP yang
tinggi, yang apabila dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan per capita income
yang tinggi. Jika hanya itu ukurannya, maka kapitalis modern akan mendapat angka maksimal.
Akan tetapi, pendapatan per kapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang
menyusun kesejahteraan. Ia hanya merupakan necessary condition dalam isu kesejahteraan dan
bukan sufficient condition.
Dalam Islam, esensi manusia ada pada ruhaniahnya. Karena itu, seluruh kegiatan duniawi
termasuk dalam aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiyah
melainkan juga memenuhi kebutuhan ruhani di mana roh merupakan esensi manusia.
Maka dari itu, selain harus memasukkan unsur falah dalam menganalisis kesejahteraan,
perhitungan pendapatan nasional berdasarkan Islam juga harus mampu mengenali bagaimana
interaksi instrumen-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan
umat.
Pada intinya, ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial Islam.
Setidaknya ada empat hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional
berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jernih dan
tidak bias
Referensi