Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
EKONOMI ISLAM
2024
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendapatan nasional merupakan salah satu alat untuk mengetahui tingkat perekonomian suatu
negara. Dan tujuan perhitungan pendapatan nasional adalah untuk mendapatkan gambaran
terkait dengan tingkat pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pendapatan nasional dapat
dihitung apabila kita mengetahui nilai dari beberapa unsur yang ada pada suatu negara, salah
satunya adalah produk domestik bruto (PDB).
Dalam teori ekonomi, pendapatan nasional merupakan salah satu faktor yang paling banyak
dibicarakan. Hingga saat ini, dalam pandangan masyarakat, pendapatan nasional masih
menjadi penopang utama kebijakan perekonomian. Artinya sebagian besar kebijakan
ekonomi ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Kegiatan perekonomian suatu
negara dimulai ketika dunia usaha melakukan kegiatan produktif yang menghasilkan barang
dan jasa. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu perusahaan dalam setahun disebut
produk nasional atau produk nasional.
PEMBAHASAN
PDB pada dasarnya adalah total nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit bisnis di suatu
negara. PDB (produk domestik bruto) dalam harga berlaku menentukan nilai tambah barang
atau jasa, yang dapat dihitung setiap tahun berdasarkan harga berlaku. Sebaliknya, PDB atas
dasar harga konstan menentukan nilai tambah barang dan jasa, yang dihitung berdasarkan
harga berlaku pada tahun tersebut.
Dalam persoalan perhitungan yang ada di dalam pendapatan nasional tentunya akan
menggunakan beberapa pendeketan, dimana pendekatan itu dianataranya ada: metode
Produksi, metode penegeluaran, dan metode pendapatan.
Dalam proses perhitungan metode produksi ini lebih dikenal dengan metode produksi bersih.
Produk bersih ini merupakan nilai tambah yang diperoleh dalam proses produksi jadi. Secara
umum model pendekatan ini menghitung nilai tambah setiap proses produksi dalam jumlah
baik dalam satu periode dan biasanya dalam satu tahun.
PDB/Y = { ( Q1 + Q2 ) + ( Q2 . P2 ) + ……+ ( Qn + Pn )}
Keterangan:
Qn = jumlah N barang.
Y= C + I + G = ( X-M)
Catatan:
Pendekatan ekonomi tradisional mengatakan bahwa PDB riil atau GNP dapat digunakan
sebagai ukuran kemakmuran atau kesejahteraan ekonomi suatu negara. Dengan meningkatnya
produk nasional bruto(PNB), maka diasumsikan bahwa kedudukan masyarakat akan
meningkat secara signifikan, begitu pula sebaliknya tentunya setelah dilakukan pembagian
jumlah penduduk (PNB per kapita).
Ekonomi Islam mengkritik penggunaan PDB riil per kapita sebagai indikator kesejahteraan
suatu negara. Argumen-argumen berikut menunjukkan bahwa Produk Nasional Bruto (GNP)
belum sepenuhnya cocok digunakan sebagai bagian dari bantuan negara dalam negeri.
Perhitungan GNP hanya mencakup barang-barang yang diperdagangkan di pasar, tidak
memperhitungkan barang-barang yang diproduksi atau dikonsumsi secara lokal. Contohnya,
di beberapa daerah pedesaan negara-negara berkembang, masyarakat mengonsumsi sayuran
dan hasil tanaman dari kebun mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti
beras di Indonesia, yang memiliki dampak besar terhadap kesejahteraan mereka.
a. Perkiraan PNB tidak mencakup sisa nilai tambah, yang merupakan perbedaan yang
signifikan. Sebenarnya, negara-negara maju telah mulai mempertimbangkan waktu kerja
sebagai bagian dari evaluasi mereka dan menguranginya. Kesenjangan antara PNB dan
kesejahteraan semakin membesar dalam konteks ini.
b. Liburan tidak dihitung dalam perkiraan GNP, sebuah perbedaan yang berarti. Faktanya
adalah negara-negara saat ini memiliki kemampuan untuk mengevaluasi dan
menguranginya. Dalam konteks ini, kesenjangan antara GNP dan kesejahteraan semakin
membesar.
c. Masalah Dalam perhitungan GNP, masalah polusi tidak dipertimbangkan. Sebagai contoh,
banyak pabrik melepaskan limbah ke air dan udara selama proses produksi, yang
menyebabkan pencemaran lingkungan. Dampaknya adalah lingkungan menjadi
terkontaminasi dan penduduk di sekitar pabrik menderita berbagai penyakit. Biaya
pengobatan yang tinggi ini memiliki dampak sosial yang signifikan.
Seperti yang ditunjukkan oleh contoh-contoh di atas, GNP sulit digunakan sebagai ukuran
pendapatan nasional atau untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu negara.
Salah satu yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah
penggunaan parameter falah. Falah adalah kemakmuran sejati, kemakmuran sejati yang
didalamnya tercakup dalam makna falah komponen spiritual. Al Falah dalam istilah Islam
mengacu pada konsep Islam tentang kemanusiaan. Selain analisis zakat yang harus
mencantumkan faktor falah, penghitungan pendapatan nasional umat Islam juga harus mampu
mengidentifikasi instrumen wakaf, zakat, dan penyaluran sedekah yang dalam interaksinya
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
Dalam Islam, sifat manusia adalah sifat spiritualnya. Oleh karena itu, segala kegiatan duniawi,
termasuk kegiatan ekonomi, tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani saja,
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan ruhani, dimana ruh merupakan hakikat manusia.
Pada hakikatnya, ekonomi Islam harus mampu menyediakan sarana pengukuran kesejahteraan
ekonomi dan sosial berdasarkan etika dan sistem sosial Islam. Setidaknya ada empat faktor
yang perlu diukur dengan menggunakan pendekatan pendapatan nasional berbasis ekonomi
Islam, untuk dapat melihat tingkat kebahagiaan secara lebih jelas dan tidak konvensional.
Keempat hal tersebut adalah:
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa total pendapatan tahunan suatu negara setara
dengan pendapatan nasionalnya. Pendapatan nasional juga dapat diukur dengan menggunakan
indikator seperti produk domestik bruto (PDB) dan produk domestik neto (PNN), yang
menggambarkan nilai keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu negara atau
oleh warga negaranya. Terdapat enam sumber utama pendapatan makroekonomi suatu negara,
yaitu PDB (Produk Domestik Bruto), PNN (Produk Domestik Neto), NNI (Pendapatan
Nasional), PI (Pendapatan Pribadi), gaji bersih pribadi, dan DI (tunjangan tambahan) atau gaji
bersih pribadi.
Secara lebih mendalam, ekonomi Islam menganggap pendapatan nasional sebagai salah satu dari
empat penanda yang dapat dipakai untuk mengukur kesejahteraan komunitas. Penanda-penanda
ini mencakup pembagian pendapatan di antara rumah tangga, hasil produksi di daerah pedesaan,
kesejahteraan umat Islam secara keseluruhan, dan penerapan pendapatan nasional sebagai
indikator kesejahteraan ekonomi dan sosial dalam masyarakat Islam. Dalam pandangan ekonomi
Islam, pendapatan nasional diperoleh dari berbagai sumber seperti ghanimah, zakat, sedekah,
infaq, ushr, jizyah, kharaj, pajak pertambangan, dan wakaf. Faktor-faktor seperti penawaran dan
permintaan secara agregat, pola konsumsi dan tabungan, serta tingkat investasi memengaruhi
besarnya pendapatan tersebut.