Anda di halaman 1dari 6

Nama : Juanda Astuti

Kelas : AK22B

METODE AKUMULASI KOS BERDASARKAN PESANAN

A. Karakteristik dan Klasifikasi Kos Job Order Costing


1. Karakteristik Job-Order Costing

Metode akumulasi kos job-order costing hanya dapat diterapkan pada perusahaan- perusahaan
yang memproduksi produk berdasarkan pesanan. Adapun karakteristik job- order costing
adalah sebagai berikut:

1. Jasa atau produk yang diproduksi sangat bervariasi, sesuai pesanan;

2. Kos diakumulasi per pesanan setiap kali satu pesanan selesai dikerjakan;.

3. Kos per unit dihitung dengan cara membagi total kos pesanan dengan

jumlah unit produk yang diproduksi untuk pesanan bersangkutan;

4. Setiap komponen kos produksi dapat diidentifikasi langsung ke masing-masing pesanan,


kecuali kos bersifat umum dan bersama, misalnya overhead. Oleh karena itu, dalam job-order
costing kos produksi diklasifikasikan menjadi kos bahan baku langsung, kos tenaga kerja
langsung, dan overhead;

5. Setiap pesanan harus dibuatkan kartu pesanan untuk mencatat setiap kos yang dibebankan
untuk pesanan bersangkutan. Berdasarkan dari karakteristik-karakteristik tersebut maka salah
satu contoh perusahaan yang biasanya menggunakan job-order costing adalah perusahaan
mebel. Katakanlah PT X memesan sebuah meja yang berbentuk bundar dan diberi ukiran atau
ornamen bunga. Sedangkan PT Y memesan sebuah meja yang berbentuk kotak dengan
tambahan bahan kaca sebagai pemanisnya. Masing-masing dari PT X dan PT Y akan
menerima tagihan kos yang berbeda atas meja yang mereka pesan karena berbeda dari segala
aspek, salah satunya adalah bahan baku yang digunakan.

Perusahaan harus sudah memiliki sistem yang memadai untuk menghitung perkiraan
kos yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut dan perkiraan laba kotor yang
diinginkan sehingga dengan segera dapat memberikan. informasi tentang harga pesanan ke
pelanggan
B. Kartu Kos Pesanan

Kartu kos pesanan adalah sebuah dokumen yang dipergunakan untuk mengakumu- lasi setiap
kos yang dibebankan ke pesanan tertentu dalam sebuah metode akumulasi kos berdasarkan
pesanan.

Tabel 4.2 menyajikan bentuk lain yang dapat dibuat, yaitu model stafel. Dalam model ini
komponen-komponen kos produksi pesanan disusun ke bawah. Komponen bahan baku
langsung paling atas, komponen kos tenaga kerja langsung di bagian tengah, dan paling bawah
komponen kos overhead yang dibebankan.

C. Klasifikasi Kos Dalam Job-Order Costing

Sudah dijelaskan bahwa komponen kos produksi harus dapat diidentifikasi secara langsung ke
setiap pesanan. Meskipun kos overhead tidak dapat ditelusuri langsung ke masing-masing
pesanan, tetapi tarif pembebanannya harus jelas sehingga nilai kos overhead yang dibebankan
logis.
Sesuai dengan Gambar 4.2 komponen bahan baku meliputi bahan baku langsung yang
dibebankan secara langsung ke akun Barang Dalam Proses setiap pesanan, dan bahan baku
tidak langsung yang diakumulasi terlebih dahulu ke akun buku besar overhead kontrol atau
overhead aktual. Dalam hal pembebanan Gaji dan Upah tenaga kerja terdiri atas komponen
langsung yang dibebankan secara langsung ke akun Barang Dalam Proses, dan komponen
tidak langsung ditampung ke dalam akun buku besar overhead kontrol. Untuk komponen kos
overhead, nilai yang dibebankan ke akun Barang Dalam Proses menggunakan tarif
pembebanan yang ditentukan di awal. Pada setiap akhir tahun buku (akhir tahun) dilakukan
penutupan akun overhead dibebankan (applied overhead) ke akun overhead control (actual
overhead). Ada kemungkinan terjadi perbedaan jumlah sehingga timbul selisih. Selisih yang
timbul bisa menguntungkan (yang dibebankan lebih besar dari aktual) atau sebaliknya
(merugikan). Selisih ini ditutup ke akun Laba Rugi.

Permasalahan Akuntansi dan Pembuatan Laporan dalam Job Order


Costing

1. Masalah Akuntansi dalam Job-Order Costing

Masalah akuntansi dalam metoda akumulasi kos berdasarkan pesanan berkaitan dengan:

1. Akuntansi untuk bahan baku: mencakup pencatatan baik pada saat pembelian maupun pada
saat pemakaian;
2. Akuntansi untuk tenaga kerja: mencakup pencatatan pada saat terjadinya, saat distribusi,
dan pada saat pembayaran.

3. Akuntansi untuk kos overhead pabrik: mencakup pencatatan pada saat pembebanan
(didahului menghitung tarif); saat pencatatan overhead aktual; dan pada saat menghitung dan
menutup di akhir periode.

4. Akuntansi untuk Penyelesaian Pesanan:

5. Akuntansi untuk penjualan: mencakup pencatatan pada saat penyerahan barang dan pada
saat pengakuan pendapatan.

Contoh :

PT X adalah perusahaan manufaktur yang berproduksi atas dasar pesanan. Pada

tahun ini perusahaan menerima tiga pesanan yang masing-masing diberi nomor:

Job#013; Job#014; dan Job#015. Saldo awal bahan baku senilai Rp100.000. Untuk

mengerjakan pesanan-pesanan tersebut terjadi transaksi-transaksi ssebagai berikut

(asumsikan urutan transaksi mencerminkan urutan tanggal), yang diadopsi dari buku

Cost Accounting 13.

Transaksi:

1) Dibeli material secara kredit Rp25.000.000.

2) Material dipakai seharga Rp37.000.000 terdiri atas Rp31.000.000 bahan langsung dan
Rp6.000.000 bahan tidak langsung. Dari Rp31.000.000, untuk Job #013- Rp2.510.000,
Job#014-Rp24.070.000 dan Job#015 Rp4.420.000.

3) Gaji dan Upah Rp31.000.000 terdiri dari Rp27.000.000 tenaga langsung dan Rp4.000.000
tenaga tidak langsung. Dari Rp27.000.000, untuk Job#013- Rp1.568; Job#014-Rp22.832.000,
dan Job#015=Rp2.600.000

4) Perusahaan menggunakan tarif overhead ditetapkan didepan atas dasar jam mesin. Pada
tahun ini overhead yang dianggarkan adalah Rp300.000.000/th pada kapasitas Jam Mesin
=7.500 jam. Dengan demikian Tarif pembebanan bahwa, masing-masing Job menggunakan
Jam mesin sbb:
a. Job# 013 sebanyak 29,4 Jam mesin x Rp40.000 = Rp1.176.000

b. Job#014 sebanyak 250,6 Jam mesin x Rp40.000 Rp10.024.000

c. Job#015 sebanyak 50 Jam mesin x Rp40.000 Rp2.000.000

5) Overhead sesungguhnya:

a. Depresiasi mesin Rp4.929.000

b. Asuransi Pabrik Rp516.000

6) Job#013 dan Job##014 sudah selesai dengan kos produksi:

a. Job#013-Rp5.254.000

b. Job #5575 Rp56.926 Total Rp62.180.000

7) Job#013 sudah diserahkan dengan harga Rp7.860.000, tapi belum

F. Pembuatan Laporan-Laporan

Dari kartu dan buku jurnal, kita dapat menyusun laporan kos produksi, laporan kos produk
terjual dan laporan laba rugi. Berikut ini disajikan laporan-laporan berkaitan dengan pengerjaan
ketiga pesanan di atas, yaitu Job#013; Job#014; dan Job#015.

Sediaan awal bahan baku (lihat Kasus di atas) senilai Rp100.000.000 Selisih
pembebanan overhead dibebankan ke kos produk terjual (menambah atau mengurangi.
tergantung sifat selisih). Kos operasional yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: kos
penjualan Rp25.000 dan kos administrasi Rp50.000.

Anda mungkin juga menyukai