Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

NILAI ATAU NORMA KELUARGA

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

Alfin Nuril Fatqil A. (2019.01.001)


Aulia Septianie (2019.01.004)
Elsa Dewi Rosinta (2019.01.008)
Indri Utami Ridwan (2019.01.010)
Intan Christi Maskikit (2019.01.011)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

JALAN CIMANUK NO 20 SURABAYA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Nilai atau Norma Keluarga” yang merupakan tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga, kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya
kepada Ibu Ni Putu Widari, S.ST.,M.Kes selaku dosen pengampu yang telah
memberikan dukungan dan bimbingannya, meskipun masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan


serta pengetahuan kita mengenai “Nilai atau Norma Keluarga“. Oleh karena itu,
kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, karena tidak
ada hal yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surabaya, 23 Maret 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................5
1.4 Manfaat .................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Definisi Keluarga ..................................................................................6
2.2 Definisi Nilai dan Norma Keluarga.......................................................7
2.3 Nilai-nilai Keluarga...............................................................................9
2.4 Variable Yang Mempengaruhi Sistem Nilai Keluarga .......................12
2.5 Konflik Nilai........................................................................................13
2.6 Hambatan didalam Keluarga................................................................14
2.7 Masalah yang Mungkin Muncul .........................................................16
2.8 Manfaat Data bagi Perawat..................................................................17

BAB 3 PENUTUP..................................................................................................18
3.1 Kesimpulan..........................................................................................18
3.2 Saran.....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan satuan yang terkecil dalam masyarakat. Keluarga
mempunyai peran yang besar dalam membentuk sebuah bangsa yang besar
seperti Indonesia. Keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak, masing-
masing memiliki peran yaitu peran orang tua untuk mencintai, mengajari dan
memimpin, sedangkan peran anak bersikap baik pada orang tua dan hormat.
Keluarga merupakan sarang keamanan dan sumber perlindungan.
Pada makalah ini akan di jelaskan tentang nilai-nilai keluarga. Nilai adalah
sebuah keyakinan yang abadi terbentuk karena perilaku spesifik. Nilai
merupakan ciri sentral dari sistem kepercayaan seorang individu karena
kualitas keabadian mereka. Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman bagi
tindakan (Rokeach, 1973). Ada 7 kriteria yang digunakan untuk mengartikan
nilai yaitu: kehendak lebih pada kemampuan kognitif, proses pendewasaan
nilai, berubah-ubah dan fleksibel, penampilan nilai, penampilan diri
memberikan informasi tentang nilai, secara psikologi kedewasaan orang
dewasa karena adanya kepercayaan diri dan kearifan/kebijaksanaan dan proses
nilai seseorang dimulai dengan keterbukaan akan kesiapan penampilan.
Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber sistem nilai dan norma-
norma utama dari sebuah keluarga. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat
dalam kehidupan terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai
ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya
(Jhonson’s, 1992).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah makalah ini, antara lain :
1.2.1 Apa definisi dari keluarga?
1.2.2 Apa definisi dari nilai dan norma keluarga?
1.2.3 Bagaimana nilai-nilai yang ada dalam keluarga?

4
1.2.4 Apa saja variable yang mempengaruhi sistem nilai keluarga?
1.2.5 Apa saja konflik nilai?
1.2.6 Apa saja hambatan yang ada didalam keluarga?
1.2.7 Apa saja masalah yang mungkin muncul?
1.2.8 Apa manfaat data bagi perawat?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari keluarga.
1.3.2 Untuk mengetahui definisi dari nilai dan norma keluarga.
1.3.3 Untuk mengetahui nilai-nilai yang ada dalam keluarga.
1.3.4 Untuk mengetahui variable yang mempengaruhi sistem nilai keluarga.
1.3.5 Untuk mengetahui konflik nilai.
1.3.6 Untuk mengetahui hambatan yang ada didalam keluarga.
1.3.7 Untuk mengetahui masalah yang mungkin muncul.
1.3.8 Untuk mengetahui manfaat data bagi perawat.

1.4 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang nilai atau norma
keluarga, dan dapat diterapkan dalam pelayanan keperawatan.
b. Masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan tentang nilai atau norma
keluarga, dan semoga dapat menerapkan nilai-nilai dan norma-norma
tersebut ke dalam keluarga masing-masing.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keluarga


Pengertian keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi teori yang
menjadi dasar pendefinisiannya. Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta (kula
warga). Kulawarga yang berarti anggota kelompok kerabat. Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, anak atau suami
istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (UU no.10 tahun 1992).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988). Keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang
sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan terus menerus, yang tinggal
dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban
antara satu orang dengan lainnya (Jhonson’s, 1992).
Keluarga adalah nilai yang menjadi bagian dari sosialisasi individu dalam
keluarga, pekerjaan, tempat ibadah, berbagai kelompok sosial lainnya. Ketika
anak-anak mengamati orang tua, keluarga dan teman, mereka menerima
tingkah laku yang akan yang akan membentuk dasar sistem nilai mereka.
Pembentukan kejujuran merupakan salah satu contoh, orang yang
mempengaruhi anak kecil umumnya tidak sadar bahwa mereka telah
mentransmisikan nilai. Manusia sebagai mahluk individu dan juga sebagai
mahluk sosial membutuhkan adanya ikatan antara individu dengan individu
dan antara individu dengan masyarakat. Dalam hubungan keterikatan ini
manuisa membanguan sebuah keluarga yang menjalin perbedaan karakter dan
kepribadian menjadi satu kesepakatan bersama. Keluarga disebut sebagai
institusi sosial yang di dalamnya terdapat banyak nilai norma yang mengatur
kehidupan bersama. Kelurga sebagai unit terkecil dari masyarakat, menjadi
media yang sangat signifikan dalam membudayakan nilai-nilai akhlak dan
budi pekerti yang terpuji.

6
Kelompok keluarga merupakan sumber utama sistem kepercayaan-
kepercayaan, nilainilai dan norma-norma yang menentukan pemahaman
individu-individu terhadap sifat dan makna dari dunia, tempat mereka dalam
kelompok keluarga dan bagaimana mencapai tujuantujuan dan aspirasi-
aspirasi mereka. Keluarga-keluarga biasanya mempunyai nilai-nilai yang tidak
disadari. Keperluan yang praktis dapat mengubah nilai-nilai keluarga dalam
kehidupan sehari-hari sehingga nilai-nilai tersebut tidak dapat diingat
(Graedon, 1985). Dalam antropologi hal merujuk pada suatu yang nyata
(perilaku keluarga yang sebenarnya) versus sesuatu yang ideal (nilai-nilai
keluarga yang mendukung). Perbedaan antara yang nyata dengan ideal secara
khusus disebabkan karena keluarga membuat sesuatu adaptasi yang penting
terhadap konteks sosial. Keluarga etnis minoritas yang miskin sering kali
harus berkompromi dengan nilai-nilai dan cita-cita mereka karena realita-
realita dunia mereka yang serba keras.
Norma-norma merupakan pola-pola prilaku yang dianggap menjadi hak
dari sebuah masyarakat tertentu, dan pola-pola prilaku semacam itu di
dasarkan pada sistem nilai dari keluarga. Aturan keluarga adalah sesuatu
refleksi nilai-nilai keluarga yang lebih spesifik dari norma-norma keluarga.
Aturan-aturan keluarga merujuk pada pengaturan khusus yang kelurga
pertahankan yaitu tentang apa yang dapat diterima dan yang tidak. Aturan-
aturan keluarga diatur oleh nilai-nilai yang lebih abstrak dan memberikan sifat
umum serta bimbingan yang dibutuhkan oleh keluarga. Tingginya nilai
familisme dikalangan keluargakeluarga menerjemahkan norma dan nilai
keluarga bahwa anggota keluarga besar adalah semua bagian dari familia.

2.2 Definisi Nilai dan Norma Keluarga


a. Definisi nilai
Nilai adalah sebuah keyakinan yang abadi terbentuk karena perilaku
spesifik. Nilai merupakan ciri sentral dari sistem kepercayaan seorang
individu karena kualitas keabadian mereka. Nilai (value) adalah
konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Pendapat lain menyatakan

7
bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu
berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan anggapan
terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting
atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda,
orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.
Sedangkan nilai keluarga adalah suatu system ide, sikap, dan
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara
sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota
keluarga dalam suatu budaya lazim.
Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dan
dalam keluarga nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan aturan-
aturan dan nilai-nilai keluarga. Misalnya, jika seseorang menilai
kesehatan dan merasakannya dalam suatu keadaan yang menyenangkan
maka jauh lebih mungkin ia ikut dalam upaya perawatan kesehatan dan
kebiasaan-kebiasaan yang sehat. Di samping itu, ada keputusan moral
(berupa norma dan aturan/kaidah keluarga) yang menentang kebiasaan-
kebiasaan buruk yang bertentangan dengan kesehatan.
Keluarga dan individual jarang berperilaku atas dasar pola-pola nilai
yang konsisten. Nilai-nilai tertentu yang kita anut secara bersamaan,
seperti persaingan antara individualism dan kebebasan versus familisme
(memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga terlebih dahulu sebelum
memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu). Sebuah aturan nilai-nilai
yang dimiliki oleh keluarga menggambarkan makna dari kejadian-
kejadian penting tertentu dan pada saat yang sama hal ini juga
memberikan caracara untuk berespon terhadap situasi-situasi ini. Aturan
nilai-nilai ini memberikan definisi-definisi dimensi waktu dan
mengandung konsep-konsep yang berkaitan dengan tanggung jawab dan
nilai dari individual anggota keluarga. Nilai-nilai keluarga tidak hanya
merupakan gambaran dari masyarakat itu dimana individual atau
keluarga sendiri, tapi juga menggambarkan subkultur keluarga yang
mengidentifikasi.

8
b. Definisi norma
Norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat untuk
mengukur apakah tindakan yang dilakukan merupakan tindakan yang
wajar dan dapat diterima atau tindakan yang menyimpang.
Norma merupakan pola-pola perilaku yang diangap menjadi hak dari
sebuah masyarakat tertentu dan pola-pola perilaku semacam itu
didasarkan pada nilai dari keluarga. Pola-pola tersebut juga merupakan
modal perilaku. Dengan kata lain, norma-norma menentukan perilaku
peran yang sesuai bagi setiap posisi dalam keluarga dan masyarakat
menerangkan bagaimana hubungan timbal balik harus dipelihara, dan
juga bagaimana perilaku peran dapat berubah mengikuti perubahan usia
dari mereka yang menempati posisi ini.
Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber system nilai dan
norma-norma utama dari sebuah keluarga. Sebaliknya, kelompok
keluarga merupakan suatu sumber utama system kepercayaan, nilai-nilai,
dan norma-norma yang menentukan pemahaman individu terhadap
berbagai hal.

2.3 Nilai-nilai Keluarga


Sistem nilai keluarga dianggap sangat mempengaruhi nilai-nilai pokok
dari masyarakat, juga dipengaruhi nilai-nilai subkultural keluarga serta
kelompok-kelompok referensi lainn. Karena keluarga memiliki fungsi-
fungsinya sendiri dalam konteks kemasyarakatan yang lebih besar, maka
keluarga pun memiliki nilai-nilai yang membimbing kehidupan keluarga.
Keluarga dalam menciptakan paradigmanya sendiri yaitu sebuah struktur
kuat menyangkut keyakinan-keyakinan bersama, ketetapan, dan asumsi-
asumsi tentang dunia sosial. Keyakinan-keyakinan bersama ini semata-mata
berdasarkan pengalaman masa lalu dari keluarga. Keluarga mengembangkan
sendiri paradigm mereka sebagai perluasan dari bagaiman mereka menghadapi
kesulitan-kesulitan dan krisis. Sistem keyakinan keluarga memiliki sebuah
nilai Internal control (menguasai alam) dan nilai Eksternal control (situasi
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal diluar control keluarga).

9
Sebuah nilai dari keluarga dan sistem keyakinan membentuk pola-pola
tingkah lakunya sendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapi
oleh keluarga. Keyakinankeyakinan dan nilai-nilai keluarga membentuk
pandangan yang keluarga miliki terhadap stressor dan bagaimana mereka
harus memberikan respon terhadap stressor. Dengan kata lain, keyakinan-
keyakinan dan nilai-nilai keluarga menentukan bagaimana sebuah keluarga
akan mengatasi kesehatan dan stressor-stressor lain. Sebuah keluarga yang
memiliki orientasi pada penguasaan, boleh percaya bahwa keluarga ini dapat
mengontrol dan memecahkan setiap masalah yang ia hadapi. Dalam hal ini
keluarga akan menggunakan strategi-strategi koping yang aktif dan lebih jelas
seperti mencari informasi dan sumber-sumber dalam komunitas untuk
memecahkan atau mengontrol masalah. Sebaliknya sebuah keluarga yang
kurang berorientasi pada penguasaan dan control dan lebih berorientasi pada
penerimaan pasif boleh jadi percaya dalam menerima apa saja yang terjadi.
Mereka menghadapi dengan menyerahan diri mereka kepada kehendak
Tuhan. Keluarga-keluarga ini sering disebut “Fatalistik”. Fatalisme adalah
keyakinan tentang segala sesuatu telah ditentukan oleh kekuasaan yang lebih
tinggi dann keluarga tidak berdaya untuk mengubah apa yang telah ditentukan
untuk terjadi. Keluarga-kelurag yang fatalistis adalah keluarga-keluarga yang
karena alasan kultur dan jaringan, merasa tidak punya kekuatan untuk
mengubah jalannya kejadian-kejadian. Dalam situasi yang tidak punya
harapan, dimana kehilangan tidak bias dihindari, dan control tidak
memungkinkan, keluarga-keluarga yang berorientasi pada penguasaan dan
berorientasi secara fatalistis bertingkah laku agak berbeda. Keluarga yang
berorientasi pada penguasaan tidak akan putus asa, bahkan pada saat sakit
parah sekalipun, tapi akan mengalami stress lebih banyak daripada keluarga
yang berorientasi secara fatalistis, yang akan menerima keadaan secara pasif.
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga tak berbeda jauh dengan
nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Tak dapat dipungkiri
bahwa nilai dan norma yang diterapkan dalam keluarga akan membentuk
kepribadian masing-masing anggotanya. Walaupun nilai dan norma yang

10
ditonjolkan pada tiap keluarga akan berbeda. Adapun nilai dan norma yang
berlaku dalam keluarga antara lain:
1) Nilai dan Norma Agama
Agama merupakan pondasi dari kepribadian seseorang. Keyakinan pada
sang pencipta menjadikan seseorang takut untuk bertindak sesuatu yang
buruk. Agama juga menjadi batasan tentang pemikiran atau logika
manusia dalam menentukan mana yang baik dan buruk maupun yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Penerapan nilai dan norma agama
ditunjukkan dengan melakukan ibadah bersama, makan sahur dan buka
puasa bersama atau diskusi mendalam tentang kitab suci secara bersama.
2) Nilai Moral dan Nilai Kesusilaan
Nilai moral merupakan nilai yang berasal dari hati nurani setiap manusia
yang kemudian diterapkan dan diatur oleh norma kesusilaan. Pelanggaran
dari norma ini tidak terlalu berat, hukuman yang didapatkan biasanya
berupa rasa bersalah dan malu. Keluarga menanamkan nilai moral sebelum
anak-anak berinteraksi dengan dunia luar. Contoh pembelajaran moral
dalam keluarga adalah membuang sampah pada tempatnya, bertutur kata
yang baik dan tidak mengucapkan kata-kata kasar.
3) Nilai Dominan
Nilai dominan merupakan nilai yang lebih dipentingkan dibanding nilai
yang lainnya. Nilai inilah yang akan dijunjung tinggi oleh keluarga untuk
diajarkan kepada anak-anaknya dan bisa menjadi kebanggaan saat
menerapkannya. Contoh dari penerapan nilai ini seperti ayah mendidik
untuk selalu mengedepankan Tuhan diatas segalanya, sedangkan ibu
mengajarkan untuk selalu berusaha yang terbaik.
4) Nilai Etika dan Norma Kesopanan
Sebagai warga negara Indonesia yang memiliki kebudayaan sebagai orang
timur selalu mengedepankan etika dan kesopanan dalam setiap bertingkah
laku, baik dengan orang yang lebih tua, dengan teman sebaya, maupun
dengan orang yang lebih muda. Dalam keluarga, anak belajar sopan santun
terlebih kepada orang yang lebih tua maupun kepada adik. Seperti jalan

11
dengan sedikit membungkuk saat lewat dengan ayah atau ibu, tidak
bersuara saat makan, tidak naik ke atas meja.
5) Nilai Estetika atau Keindahan
Nilai estetika atau keindahan bersumber pada rasa manusia yang bersifat
universal. Nilai keindahan memang ditanamkan dan diajarkan ke anak
sejak dini, akan tetapi nilai ini bersifat subjektif. Maka, orangtua hanya
perlu memberitahukan apa yang benar dan yang salah tanpa harus
mendikte apa yang harus dilakukan. Sebagai contoh interaksi sosial,
orangtua meminta anak merapikan kamar dan mengembalikan barang ke
tempat yang seharusnya agar kamar terlihat rapi dan bersih.
6) Norma Adat Istiadat
Adat istiadat yang berlaku dalam sebuah keluarga bergantung pada tempat
tinggal keluarga tersebut atau dimana orang tua dibesarkan. Adat istiadat
biasanya turun temurun. Jika dua orang dengan latar belakang adat yang
berbeda, maka harus saling menghargai adat pasangannya agar terjalin
hubungan yang harmonis serta dapat memberikan contoh yang baik
kepada anak-anak mereka. Misalnya, Keluarga X terdiri dari Ayah yang
berasal dari Maluku dan Ibu berasal dari Jawa Timur. Adat istiadat
keduanya sungguh berbeda, namun mereka berhasil mendidik anak mereka
dengan kedua adat istiadat.

2.4 Variable Yang Mempengaruhi Sistem Nilai Keluarga


Sebuah variable yang paling penting adalah kelas social. Variable-variabel
penting lainnya meliputi warisan budaya yang dimiliki oleh sebuah keluarga,
termasuk latar belakang agama, tingkat akulturasi dengan kebudayaan yang
dominan, tahap perkembangan dan idiosinkrasi keluarga dan pribadi. Latar
belakang budaya membuat perbedaan penting dalam hal betapa pentingnya
setiap nilai bagi keluarga.
Sebuah keluarga yang bermukim dalam sebuah komunitas pedesaan, kota
atau pinggiran kota juga memainkan suatu peran yang signifikan dalam
membentuk nilai-nilai dalam sebuah keluarga. Dalam hubungan dengan
permukiman kota dan desa, orang desa lebih cenderung lebih tradisional dan

12
konserfativ daripada rekan-rekan yang di kota maupun dipinggir kota.
Komunitas pinggiran kota adalah orang-orang yang hidup menjadi pemukim
tetap dan terdiri dari kelas menengah dan biasanya mendukung nilai-nilai dari
kelas menengah. Sebaliknya populasi kota, pusat kota beraneka ragam,
umumnya terdiri dari seluruh spectrum kelas social dan keluarga-keluarga dari
berbagai etnis dan kelompokkelompok ras. Dengan demikian, keluarga-
keluarga perkotaan lebih banyak menampakan perbedaan-perbedana nilai,
meskipun umumnya cenderung lebih memeganag pandanganpandangan social
dan politik.
Satu variable yang mempengaruhi nilai-nilai dan norma-norma dari sebuah
keluarga adalah siklus kehidupan keluarga dan usia anggota-anggotanya.
Nilai-nilai tertentu lebih dominan ketika individunya masih dalam usia dewasa
awal. Slatter, 1970 menggambarkan perbedaan-perbedaan drastic dalam nilai-
nilai, apabila ia membandingkan nilai dari “generasi muda” dengan nilai-nilai
lama dari kultur yang dominan (dewasa).

2.5 Konflik Nilai


Karena begitu banyak faktor yang berfungsi mengubah nilai-nilai dan
norma-norma keluarga dan individu maka konflik tidak bias dihindari. Isu-isu
dan konflik-konflik yang tidak dapat dipecahkan karena seperangkat norma
tradisional muncul secara bersamaan, baik didalam keluarga maupun diluar.
Dalam komunitas, kelompok-kelompok tertentu dan individu-individu tertentu
tahan terhadap norma-norma yang muncul dan pola-pola yang lebih
tradisional dengan penuh semangat, padahal individu-individu dan kelompok-
kelompok lain tidak dapat menerima dan lebih setia kepada norma dan nilai-
nilai tersebut.
Akibat dari perubahan social ini adalah muculnya konflik-konflik dalam
bidang-bidang utama. Meskipun nilai-nilai masyarakat bersifat pluralisme,
dimana sistem-sistem nilai tradisional dan yang baru muncul hidup
berdampingan, perbedaan social yang dimainkan dalam keluarga
menghasilkan konflik dan kebingungan. Sebuah isu nilai keluarga yang paling
umum adalah yang berkaiatan dengan makna dari perkawinan. Sementara,

13
pernikahan tradisional dipandang suci dan mengikat, perkawinan semakin
dianggap sebagai suatu perjanjian yang harus dibatalkan apabila kedua
pasangan memiliki keluhan-keluhan yang sah (Eshleman, 1971).

2.6 Hambatan Di Dalam Keluarga


Komunikasi dalam keluarga seringkali mengalami hambatan bahkan
kegagalan antara orang tua dan anak. Esensi keluarga (ibu dan ayah) adalah
kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan dalam mengupayakan anak
untuk memiliki dan mengembangkan konsep diri sebagai manusia komunikan.
Keluarga dikatakan “utuh”, apabila di samping lengkap anggotanya, juga
dirasakan lengkap oleh anggotanya terutama anak-anaknya. Jika dalam
keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi dengan kualitas dan
intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah dan atau ibu di rumah tetap
dirasakan kehadirannya dan dihayati secara psikologis.
Ini diperlukan agar pengaruh, arahan, bimbingan, dan sistem nilai yang
direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati, mewarnai sikap dan pola
perilaku anak-anaknya. David (1992: 33-94) dalam (Sochib 2007: 19-21)
mengkategorikan keluarga dalam pengertian sebagai keluarga seimbang
adalah keluarga yang dtandai oleh keharmonisan hubungan (relasi) antara
ayah dengan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan anak. Dalam keluarga ini
orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga
saling menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta. Orang tua
sebagai koordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak menentang
otoritas, segera ditertibkan karena di dalam keluarga terdapat aturan-aturan
dan harapan-harapan. Anak-anak merasa aman, walaupun tidak selalu
disadari. Diantara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama,
melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan
diupayakan untuk dipecahkan bersama. Keluarga kuasa lebih menekankan
kekuasaan daripada relasi.
Pada keluarga ini, anak merasa seakan-akan ayah dan ibu mempunyai
buku peraturan, ketetapan, ditambah daftar pekerjaan yang tidak pernah habis.
Orang tua bertindak sebagai bos dan pengawas tertinggi. Anggota keluarga

14
terutama anak-anak tidak memiliki kesempatan atau peluang agar dirinya
“didengarkan”. Keluarga protektif lebih menekankan pada tugas dan saling
menyadari perasaan satu sama lain. Dalam keluarga ini ketidakcocokan sangat
dihindari karena lebih menyukai suasana kedamaian. Sikap orang tua lebih
banyak pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman
sebagai rujukan kegiatan. Esensi dinamika keluarga adalah komunikasi
dialogis yang didasarkan pada kepekaan dan rasa hormat.
Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua. Dalam
keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah) dan kurang peka memenuhi
kebutuhan anak-anak. Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara kejam
karena kesenjangan hubungan antara mereka dengan orang tua. Keluarga
kacau selalu tidak rukun. Orang tua menggambarkan kemarahan satu sama
lain dan hanya ada sedikit relasi antara orang tua dengan anak-anaknya. Anak
merasa terancam dan tidak sayang. Hampir sepanjang waktu mereka dimarahi
atau ditekan. Anak-anak mendapatkan kesan bahwa mereka tidak diinginkan
keluarga. Dinamika keluarga dalam banyak hal sering menimbulkan
kontradiksi karena pada hakikatnya tidak ada keluarga. Rumah hanya sebagai
terminal dan tempat berteduh oleh individu-individu.
Keluarga simbiosis dicirikan oleh orientasi dan perhatian keluarga yang
kuat bahkan hampir seluruhnya terpusat pada anak-anak. Keluarga ini
berlebihan dalam melakukan relasi. Orang tua sering merasa terancam karena
meletakkan diri sepenuhnya pada anak-anak, dengan alasan “demi
keselamatan”. Orang tua banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan dan
memenuhi keinginan anak-anaknya. Anak dewasa dalam keluarga ini belum
memperlihatkan perkembangan sosialnya. Dalam kesehariannya, dinamika
keluarga ditandai oleh rutinitas kerja. Rumah dan keluarga mendominasi para
anggota keluarga. Di antara kelima pengertian keluarga dalam kategori bisa
dikatakan bahwa komunikasi orang tua dan anak mengalami hambatan bahkan
kegagalan karena komunikasi keluarga tersebut termasuk dalam kategori
keluarga kuasa dan keluarga kacau karena di dalamnya dijelaskan bahwa
orang tua terlalu berkuasa, segala peraturan yang dijalankan dalam keluarga
harus sesuai dengan apa yang ada dalam buku peraturan dan tanpa

15
mendengarkan apa yang dikomunikasikan anak atau keinginan anak akan
kebutuhannya dan termasuk keluarga kacau karena cenderung timbul konflik
dan kurang peka dalam memenuhi kebutuhan anak.
Hambatan dalam berkomunikasi dengan anak yang telah diungkapkan di
atas dapat diatasi dengan beberapa solusi adalah sebagai berikut :
1) Manage waktu kita, jangan tergesa-gesa dalam mengurusi anak.
2) Belajar kenali diri kita, lawan bicara kita, sebab tiap pribadi unik.
3) Pahami bahwa kebutuhan dan kemauan berbeda, apalagi pada usia tiap
anak yang berbeda.
4) Belajar bahasa tubuh anak.
5) Jadilah pendengar aktif.
6) Jangan biarkan anak merasa tidak percaya diri, mendoktrin anak, pilah
setiap masalah anak, orang tua, atau masalah bersama.
7) Teladan lebih baik dari 1000 kata.
Proses komunikasi antara orang tua dengan anak, sangat membantu anak
memahami dirinya sendiri, perasaannya, pikirannya, pendapatnya dan
keinginan-keinginannya. Anak dapat mengidentifikaskan perasaannya secara
tepat sehingga membantunya untuk mengenali perasaan yang sama pada orang
lain. Lama-kelamaan, semakin anak terlatih dalam mengenali emosi, tumbuh
keyakinan dan sense of control terhadap perasaannya sendiri (lebih mudah
mengendalikan sesuatu yang telah diketahui). Dalam pengertiannya bahwa
diharapkan tidak akan terjadi disharmonis relation atau keterhambatan dan
kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak atau dengan anggota
keluarga lain.

2.7 Masalah yang mungkin muncul


a. Perbedaan nilai-nilai latar belakang budaya di dalam keluarga
Masalah yang sering muncul dalam keluarga adalah konflik nilai.
Semisal ketika ada satu keluarga yang terdiri dari seorang yang
berkebudayaan jawa dan seorang lainnya berasal dari keluarga yang
menganut budaya batak. Banyak sekali perbedaan-perbedaan yang timbul
di antara mereka. Misalnya dalam hal bahasa dan komunikasi. Orang

16
jawa terbiasa berkomunikasi dengan suara yang lembut, tenang, dan
perlahan. Ketika menikah dengan orang batak, di awal-awal pernikahan
akan merasakan perbedaan dengan orang batak tersebut dalam hal
komunikasi. Orang batak terbiasa berkomunikasi dengan suara yang
lantang dan keras.
b. Perbedaan generasi
Nilai tidak bersifat statis. Nilai berkembang sesuai dengan
perkembangan. Hal ini akan menyebabkan perbedaan nilai yang dianut
oleh suatu generasi dengan generasi sebelumnya. Contohnya perbedaan
nilai yang dianut oleh kakek dan cucunya. Kakek memegang teguh nilai-
nilai tradisional akan tetapi cucunya memegang nilai yang sedang
berkembang atau sedang muncul.

2.8 Manfaat Data bagi Perawat


a. Memberikan pengetahuan kepada perawat mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh anggota keluarga
b. Dengan mengetahui nilai dan norma yang dianut, perawat akan
mengetahui mengenai bahasa yang digunakan, bahasa nonverbal yang
ditunjukkan oleh klien. Kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan,
pantang terhadap makanan tertentu, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari, dan lain-lain
c. Dengan mengetahui nilai dan norma yang dianut, perawat bisa
menyesuaikan diri terhadap nilai dan norma yang dianut keluarga
tersebut dan mengetahui latar belakang penggunaan nilai dan norma
dalam keluarga tersebut.
d. Dengan mengetahui nilai dan norma dalam suatu keluarga akan
memudahkan perawat dalam melakukan proses keperawatan berikutnya.

17
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nilai adalah sebuah keyakinan yang abadi terbentuk karena perilaku
spesifik. Nilai merupakan ciri sentral dari sistem kepercayaan seorang
individu karena kualitas keabadian mereka. Sistem nilai keluarga dianggap
sangat mempengaruhi nilai-nilai pokok dari masyarakat, juga dipengaruhi
nilai-nilai subkultural keluarga serta kelompokkelompok referensi lainn.
Karena keluarga memiliki fungsi-fungsinya sendiri dalam konteks
kemasyarakatan yang lebih besar, maka keluarga pun memiliki nilai-nilai yang
membimbing kehidupan keluarga.
Nilai keluarga adalah suatu system ide, sikap, dan kepercayaan tentang
nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar
mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim.
Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber system nilai dan norma-norma
utama dari sebuah keluarga. Sebaliknya, kelompok keluarga merupakan suatu
sumber utama system kepercayaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang
menentukan pemahaman individu terhadap berbagai hal.
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga tak berbeda jauh dengan
nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Tak dapat dipungkiri
bahwa nilai dan norma yang diterapkan dalam keluarga akan membentuk
kepribadian masing-masing anggotanya. Walaupun nilai dan norma yang
ditonjolkan pada tiap keluarga akan berbeda. Adapun nilai dan norma yang
berlaku dalam keluarga antara lain: Nilai dan Norma Agama, Nilai Moral dan
Nilai Kesusilaan, Nilai Dominan, Nilai Etika dan Norma Kesopanan,
Nilai Estetika atau Keindahan, dan Norma Adat Istiadat.

3.2 Saran
Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan,
wawasan dan gambaran tentang nilai atau norma keluarga. Untuk terciptanya
makalah yang lebih baik kedepannya, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Jakarta :


EGC

Nurherbyanti, karina. 2008. Nilai dan Norma Sosial. Diakses dari: http://pelangi
sosiologisma.blogspot.com/2008/09/nilai-dan-norma-sosial.html pada
tanggal 24 Maret 2022

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika


Setiawati.

Santosa, Agus. 2009. Nilai dan Norma Sosial. Diakses dari:


http://agsasman3yk.wordpress.com/2009/09/01/nilai-dan-norma-sosial/
pada tanggal 24 Maret 2022

Santun. 2012. Penuntun Praktis Askep Keluarga. Edisi 2. Jakarta : Trans Info

Sudiharto.2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai