Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

GIZI DAN KESEHATAN


(ABKC 5606)
“GIZI PADA BAYI, BATITA DAN BALITA”

Dosen Pembimbing:
Dr. Arif Sholahuddin, M.Si.
Ratna Yulinda, M.Pd.
Mella Mutika Sari, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 2
Ahmad Barzi (1910129110002) Mauliani (1910129120001)
Ainun Jariyah (1810129220005) Novita Noramelia (1910129220010)
Annisa Rahmalia (1910129220021) Putri Sallamah N. (2010913820001)
Anita Rahman (1810129320001) Rahayu Ningsih (1910129320013)
Artika Haspita Ardy (1810129120004) Rizki Ma'waddah (1810129220021)
Barsinah (1910129120010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
APRIL 2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
BAB II GIZI PADA BAYI, BATITA DAN BALITA 3
A. Pengertian Bayi, Batita dan Balita 3
B. Karakteristik Bayi, Batita dan Balita 4
C. Kebutuhan Energi Dan Zat Nutrisi Pada Bayi, Batita Dan Balita 6
D. Status Gizi 7
E. Hasil Analisa Wawancara 11
BAB III PENUTUP 34
F. Kesimpulan 34
G. Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan serta peran gizi bagi tubuh manusia berbeda-beda. Hal Itu
tergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti faktor usia, jenis
kelamin, pekerjaan atau status sosial, dan faktor lain yang mempengaruhi
aktivitas manusia, sirkulasi dan metabolisme serta proses pembuangannya.
Makalah ini akan membahas kebutuhan dan pengaruh gizi dan kebutuhan gizi
bagi tubuh manusia, khususnya untuk bayi, batita dan balita.
Fenomena saat ini yang terjadi adalah ketidakmampuan atau
ketidaktahuan, dan bahkan ketidakpedulian terhadap kebutuhan yang harus
dipenuhi pada bayi, batita dan balita selama tahap pertumbuhannya. Sehingga
beberapa kasus, penyakit yang diderita pada usia dewasa dapat terjadi pada
usia bayi dan balita. Namun, pada kejadian ini kita tidak dapat menyalahkan
siapapun, karena kesalahan pemikiran dan penanganan yang sangat
berpengaruh pada hal inu. Misalnya saja pada bayi berusia 1-2 tahun yang
tidak lagi memperoleh ASI, dan telahd iberikan asupan makanan. Pada masa
kanak-kanak, tidak menutup kemungkinan anak itu akan lebih beresiko
mengidap penyakit maag, dari pada seorang anak yang memperoleh asupan
makanan pada usia yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut,
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Bayi, Batita dan Balita?
2. Bagaimana Karakteristik Bayi, Batita dan Balita?
3. Bagaimana Kebutuhan Energi dan Zat Nutrisi pada Bayi, Batita dan
Balita?
4. Apa yang dimaksud dengan Status Gizi?

1
5. Bagaimana hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa golongan
umur tentang menu sarapan, makan siang, makan malam selama 1
minggu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini sebagai berikut,
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Bayi, Batita dan Balita?
2. Bagaimana Karakteristik Bayi, Batita dan Balita?
3. Bagaimana Kebutuhan Energi dan Zat Nutrisi pada Bayi, Batita dan
Balita?
4. Apa yang dimaksud dengan Status Gizi?
5. Bagaimana hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa golongan
umur tentang menu sarapan, makan siang, makan malam selama 1
minggu?
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah untuk menambah wawasan
para pembaca mengenai gizi pada bayi, batita dan balita.

2
BAB II
GIZI PADA BAYI, BATITA DAN BALITA

A. Pengertian Bayi, Batita dan Balita


1. Bayi
Menurut Departemen Kesehatan, masa bayi adalah masa
keemasan sekaligus masa kritis perkembangan seseorang. Dikatakan
masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan
dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat
singkat dan tidak dapat diulang kembali. Masa bayi adalah masa
keemasan sekaligus masa kritis perkembangan seseorang. Dikatakan
masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan
dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat
singkat dan tidak dapat diulang kembali.
Menurut WHO, usia perkembangan bayi terbagi 2 yaitu,
neonatus sejak lahir sampai usia 28 hari dan bayi dari usia 29 hari sampai
12 bulan. Bayi adalah anak usia 0 sampai 12 bulan. Setiap bayi
mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan dalam masa hidupnya.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang
berkesinambungan, bersifat kontinyu dan pertumbuhan merupakan
bagian dari proses perkembangan. Pertumbuhan yang meliputi perubahan
tinggi badan, berat badan.
2. Batita
Toodler atau batita merupakan anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun),
dimana pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja
dan mengontrol orang lain melalui penolakan, kemarahan, dan tindakan keras
kepala. Pada periode ini adalah periode pertumbuhan dan perkembangan anak
berkembang secara optimal.
Pada periode anak usia toddler terdapat beberapa ciri-ciri
perkembangan yaitu anak selalu ingin mencoba hal yang diinginkannya
dan rasa ingin tahu tentang sesuatu lebih tinggi, anak usia toddler

3
menolak atau menuntut apa yang dia inginkan atau yang tidak
diinginkan, dan didalam anak usia toddler sudah tertanam rasa otonomi .
Anak usia 1-3 tahun atau batita adalah konsumen pasif, yang artinya anak
menerima makanan apa yang diberikan oleh ibunya sehingga batita sebaiknya
dikenalkan dengan berbagai makanan. Laju pertumbuhan batita lebih besar
dibandingkan usia prasekolah sehingga memerlukan jumlah makanan yang
relatif besar dengan pola makan yang diberikan dalam porsi kecil, Saat usia
batita anak masih tergantung penuh kepada orang tuanya untuk melakukan
kegiatan yang penting seperti mandi,buang air besar dan kecil, dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah baik tetapi kemampuan lain masih
terbatas.
3. Balita
Anak bawah lima tahun atau sering disebut sebagai anak balita
adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih populer
dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan. Para ahli menggolongkan usia
balita sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan terhadap
berbagai serangan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau
kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu.

B. Karakteristik Bayi, Batita dan Balita


1. Karakteristik Bayi
Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan,
sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat diwujudkan. Apabila pada masa ini bayi memperoleh
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya
apabila bayi pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan
gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang
akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini
maupun masa selanjutnya.
2. Karakteristik Batita

4
Perkembangan pada anak usia 1-3 tahun ditandai dengan
peningkatan dalam gerakan motorik kasar dan halus yang cepat. Khusus
anak usia 12-24 bulan perkembangan yang penting yaitu antara lain
adalah berjalan, mengeksplorasi rumah dan sekeliling, menyusun 2-3
kotak, mengatakan 5-10 kata, naik turun tangga, menunjukan mata dan
hidungnya, dan menyusun kata. Sedangkan pertumbuhan pada anak usia
batita menjadi lebih lambat karena rata rata berat badannya hanya
bertambah 0,23 kg perbulan dan pertambahan tinggi badan 1 cm
perbulan. Pertumbuhan batita seperti ini hal normal, namun asupan
energi dan zat-zat lain yang adekuat yang sangatlah penting untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
3. Karakteristik Balita
Berdasarkan karakteristik anak usia balita dibedakan menjadi
usia balita (>1-3 tahun), dan usia prasekolah (>3-5 tahun). Anak usia 1-3
tahun merupakan konsumen pasif dimana anak menerima makanan dari
apa yang disediakan ibunya. Saat itu gigi anak sudah tumbuh dan gigi
susunya akan lengkap pada usia 2-2,5 tahun. Dengan kondisi demikian,
sebaiknya anak pada usia tersebut diperkenalkan dengan berbagai
makanan yang teksturnya tidak terlalu keras karena walaupun giginya
sudah tumbuh, kemampuan untuk mengerat dan mengunyah masih belum
terlalu kuat. Disamping itu, enzim dan cairan pencernaan yang
dikeluarkan oleh organ pencernaan juga belum optimal. Laju
pertumbuhan pada masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun,
perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya
lebih besar
Sedangkan pada usia prasekolah, anak adalah konsumen aktif
yaitu mereka dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini,
anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah seperti play
group sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku

5
sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada
masa ini, anak mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan
mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Perilaku ini disebut
negativistic. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan
anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jajanan yang
dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya
sehingga anak kurang gizi. Sebaliknya, jika jajanan tersebut dimakan
terus menerus dengan kandungan energi berlebihan dapat menyebabkan
anak over weight, bahkan obesitas.

C. Kebutuhan Energi Dan Zat Nutrisi Pada Bayi, Batita Dan Balita
Kebutuhan nutrisi pada bayi, batita dan balita sangatlah penting pada
masa pertumbuhan. Berikut beberapa kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk
pertumbuhan bayi dan balita :
1. Energi
Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat, protein, dan
lemak. Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan
karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam
keseimbangan diet (balanced diet) ialah 15% berasal dari protein, 35% dari
lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang tetap setiap hari
sebanyak 500 kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram
dalam seminggu.

2. Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel
tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis
tubuh. Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang
masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia.
Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida
terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping mensuplai
energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan

6
energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam
lemak esensial

3. Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial.
Akan tetapi dalam praktek sehari-hari umumnya dapat ditentukan
dari asalnya. Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan protein
susu biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi protein. Nilai gizi
protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino
pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam
makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60%
dari pada nilai gizi protein telur.

4. Vitamin dan Mineral


Pada dasarnya dalam ilmu gizi, nutrisi atau yang lebih
dikenal dengan zat gizi dibagi menjadi 2 macam, yaitu makronutrisi
dan mikronutrisi. Makronutrisi terdiri dari protein, lemak,
karbohidrat dan beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah yang besar. Sedangkan mikronutrisi (mikronutrient) adalah
nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit (dalam
ukuran miligram sampai mikrogram), seperti vitamin dan mineral.
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang
tidak larut dalam air (vitamin A, D, E dan K). Mineral merupakan
bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan
fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan, berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama
sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim .

7
D. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan
asupan zat gizi yang berbeda antara individu, hal ini tergantung pada usia
orang tersebut, jenis kelamin, aktifitas tubuh dalam sehari, berat badan
dan lain-lain.
Status gizi termasuk salah satu faktor yang sangat berpengaruh
pada kualitas sumber daya manusia karena sangat mempengaruhi
kecerdasan, produktifitas dan kreatifitas. Dalam upaya peningkatan status
gizi, pada hakikatnya harus dimulai sedini mungkin pada usia anak
sekolah, karena pada usia ini anak berada pada masa awal belajar yang
dapat mempengaruhi proses belajar pada masa yang akan datang. Status
gizi anak sekolah perlu diperhatikan untuk menunjang kondisi fisik otak
yang merupakan syarat agar anak dapat mempunyai kecerdasan tinggi
2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang
didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk
mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status
gizi buruk. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung penilaian status gizi di antaranya adalah
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Pengukuran status gizi anak
yang paling banyak digunakan adalah pengukuran antropometri.
a. Penilaian secara langsung
1) Antropometri
Secara umum, antropometri adalah ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Parameter yang diukur antara lain Berat Badan,

8
Tinggi Badan, LILA, Lingkar Kepala dan Lingkar Dada. Indeks
antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran
terhadap satu atau lebih pengukuran yang dihubungkan dengan
umur (Supariasa dan Bakri, 2002). Pada metode antropometri
dikenal dengan Indeks Antropometri. Indeks antropometri
adalah kombinasi antara beberapa parameter, yang merupakan
dasar dari penilaian status gizi. Beberapa indeks telah
diperkenalkan seperti tinggi badan menurut umur (TB/U), berat
badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB).
Berat badan berdasarkan umur (BB/U) Indikator ini
bertujuan untuk mengukur berat badan sesuai dengan usia anak.
Penilaian BB/U dipakai untuk mencari tahu kemungkinan
seorang anak mengalami berat badan kurang, sangat kurang atau
lebih. Tinggi badan berdasarkan umur (TB/U) Indikator ini
bertujuan untuk mengukur tinggi badan sesuai dengan usia anak.
Penilaian TB/U dipakai untuk megindentifikasi penyebab jika
anak memiliki tubuh pendek. Berat badan berdasarkan tinggi
badan (BB/TB) Indikator ini bertujuan untuk mengukur berat
badan sesuai dengan tinggi badan anak. Pengukuran ini yang
umumnya digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak.
Dalam pemakaian untuk menilai status gizi, antropometri
disajikan dalam bentuk indeks yang dilakukan dengan variabel
lain. Variabel tersebut adalah umur, tinggi badan dan berat
badan
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting
untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi kemudian dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada

9
jaringan epitel, seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral pada
organ-organ yang dekat dengan tubuh, seperti kelenjar tiroid.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan,
antara lain darah, urin, tinja dan beberapa jaringan tubuh yang
lainnya, seperti hati dan otot.
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.
b. Penilaian secara tidak langsung
1) Survei Konsumsi Makanan
Adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Statistik Vital
Adalah dengan menganalisis data beberapa statistik
kesehatan, seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu serta data
lainnya yang berkaitan dengan gizi.
3) Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi, seperti iklim, tanah dan irigasi. Penggunaan faktor
ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi.

10
11
E. Hasil Analisa Wawancara
1. Kelompok Bayi umur 0 – 1 Tahun
a) Nama : Tiara Al-Fatina dan Tiara Al-Fathina
Usia : 1 tahun
Alamat : Banjarbaru

Menu Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu


Sarapan Nasi + Nasi + Nasi + Nasi + Bubur Bubur +
Bubur ayam sayur sayur sayur ayam sayur
ayam blender bening bayam sop sop
blender + ikan blender
blender
Makan Agar- Cemilan Roti Kue sus Cemilan Roti
siang agar anak- susu susu susu
Roti susu susu anak +
susu
Makan Nasi + Nasi + Bubur + Nasi + Nasi + Bubur
malam tempe + ikan + sayur ayam telur + sayur
Bubur + sayur sayur bobor blender sayur sop
sayur sop bayam bobor wortel
blender

12
b) Nama : Muhammad Fazril Adha
Usia : 8 bulan
Alamat : Binuang (Tapin)
Menu Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
Sarapan Bubur Bebongko Bubur Bubur Bebongko Bubur
Bubur ayam ayam ayam ayam
ayam
Makan Nasi Nasi Bubur Nasi Nasi Bubur +
siang lembek lembek + + sayur lembek lembek + sayur
Nasi + sayur sayur sop + + sayur sayur sop sop
lembek + sop bening + telur bening + telur
sayur sop telur
+ telur
Makan Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
malam lembek lembek + lembek lembek lembek + lembek
Nasi + sayur telur + sayur + sayur sayur sop + sayur
lembek + sop sop + bening + telur sop +
sayur sop telur telur

ANALISA:
Saat si kecil baru akan mulai MPASI, Para Ibu pasti bertanya-tanya tentang apa makanan yang aman diberikan
untuk bayi, berapa porsi MPASI tiap makan, berapa kali anak harus makan, sudah siapkah ia menerima makanan tertentu,
dan masih banyak lagi pertanyaan yang mungkin belum terjawab. Nah, Ibupedia punya tips nih seputar pemberian makan
pada bayi umur 0-12 bulan.

13
Tips ini dapat digunakan untuk mengetahui apa dan berapa banyak sebaiknya Para Ibu memberi MPASI si kecil di
setiap tahap perkembangan dari usia 0 sampai 12 bulan. Jika si kecil makan lebih atau kurang daripada yang kami tulis di
tips ini, jangan kuatir karena tips ini hanyalah panduan umum saja.
Dulu ada anggapan bahwa orang tua sebaiknya memperkenalkan makanan yang dapat menyebabkan efek
alergi seperti telur, ikan, dan kacang kepada anak yang umurnya antara 1 sampai 3 tahun. Sementara banyak ahli sekarang
percaya bahwa menunda mengenalkan makanan kepada anak-anak tidak mencegah terjadinya alergi makanan.
Tetapi tetap saja ada banyak dokter anak yang merekomendasikan untuk menunda atau menunggu anak tersebut
lebih besar saat diperkenalkan kepada jenis makanan tertentu. Jadi jika Para Ibu memutuskan untuk memperkenalkan
makanan baru kepada anak, ada baiknya jika Bunda berkonsultasi dengan dokter anak sebelumnya.

 Umur: 0 sampai 6 bulan


 Perilaku makan :
Refleks rooting membantu si kecil untuk mencari puting susu demi mendapatkan makanan
 Apa yang harus di makan:
Hanya ASI dan susu formula.
 Tips :
Saluran pencernaan bayi masih berkembang, sehingga tidak boleh diberi makanan yang padat dulu.
 Umur: 4 - 6 bulan
 Perilaku Makan:

14
Sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk makan makanan yang padat. Bunda boleh memberikan
(Makanan Pendamping ASI) MPASI di usia ini hanya dengan rekomendasi dokter. Biasanya dokter akan
mempertimbangkan banyak hal terkait kondisi kesehatan si kecil sebelum membolehkan Anda memberikan anak
MPASI dini. Bila tidak ada masalah kesehatan tertentu, lebih baik tunda pemberian MPASI sampai anak usia 6 bulan.
Si kecil mungkin tidak melakukan semua hal di list ini. Ini hanyalah tanda-tanda yang harus diperhatikan:
 Bisa menahan kepala tetap terangkat
 Duduk dengan baik di high chair
 Membuat gerakan mengunyah
 Menunjukkan kenaikan berat badan yang signifikan (dua kali lipat dari berat badan ketika baru lahir)
 Menunjukkan minat terhadap makanan
 Dapat menutup mulut di sekitar sendok
 Dapat memindahkan makanan dari depan ke belakang mulut
 Dapat menggerakkan lidah bolak-balik dan mendorong makanan keluar dengan lidah
 Tampak selalu lapar setelah 8-10 kali menyusui atau setelah menghabiskan 40 oz susu formula
 Mulai tumbuh gigi
 Apa yang harus di makan:
 ASI atau susu formula, dengan tambahan:
 Makanan halus rekomendasi dokter

15
 Umur: 6-8 bulan
 Perilaku Makan:
Menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk makan makanan yang padat. Tanda-tandanya sama dengan yang terdapat di
point umur 4-6 bulan.
 Apa yang harus di makan:
 ASI atau susu formula, ditambah
 Bubur yang mengandung banyak zat besi (beras, gandum)
 Puree buah(pisang, pir, apel)
 Puree sayur (wortel, kentang)
 Tahu yang dihaluskan
 Puree daging (ayam, daging sapi)
 Puree kacang (acang polong, kacang merah, buncis)
 Porsi MPASI per hari:
 3 sampai 9 sendok makan bubur dan dalam sehari berikan 2 sampai 3 kali.
 1 sendok teh buah dan ditambah secara bertahap menjadi ¼ sampai ½ cangkir. Berikan 2 sampai 3 kali setiap hari.
 1 sendok teh sayuran dan ditambah secara bertahap menjadi ¼ sampai ½ cangkir. Berikan 2 sampai 3 kali setiap
hari.

16
 Tips:
Kenalkan makanan baru satu jenis setiap waktu dengan paling tidak memberikan jeda 3 hari untuk memastikan si kecil
tidak alergi.

 Umur: 8-10 bulan


 Perilaku Makan:
Menunjukkan Tanda-tanda kesiapan untuk solid food dan finger food.
Tanda-tandanya sama dengan yang terdapat di chart umur 4-6 bulan, ditambah:
 Suka mengambil benda dengan ibu jari dan telunjuk
 Dapat memindahkan barang dari satu tangan ke tangan lainnya
 Menempatkan segala sesuatu di mulutnya
 Menggerakan rahang untuk mengunyah
 Apa yang harus di makan:
 ASI atau susu formula, ditambah
 Sedikit keju, yogurt (ingat, jangan berikan susu sapi sampai bayi berumur 1 tahun)
 Bubur nasi atau gandum
 Buah dan sayur yang sudah dilunakkan (pisang, pir, alpukat, wortel, kentang)
 Makanan padat (potongan kecil pisang, snack untuk bayi yang sedang tumbuh gigi)
 Sedikit makanan yang mengandung protein (telur, daging yang sudah dihaluskan, daging ikan, tofu)

17
 
 Porsi MPASI per hari:
 ¼ sampai 1/3 cangkir susu
 ¼ sampai ½ cangkir bubur nasi atau gandum
 ¼ sampai ½ cangkir berisi buah
 ¼ sampai ½ cangkir berisi sayuran
1
 /8 sampai ¼ cangkir berisi makanan berprotein
 Tips:
Kenalkan makanan baru satu jenis setiap waktu dengan paling tidak memberikan jeda 3 hari untuk memastikan si kecil
tidak alergi.

 Umur: 10-12 bulan


 Perilaku Makan:
Menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk tambahan makanan padat. Tanda-tandanya sama dengan yang terdapat di
chart umur 8-10 bulan, ditambah:
 Mengunyah makanan jadi lebih mudah
 Memiliki lebih banyak gigi
 Tidak lagi mendorong makanan keluar dari mulut
 Mencoba untuk menggunakan sendok

18
 
 Apa yang harus di makan:
 ASI atau susu formula ditambah
 Sedikit keju, yogurt (ingat, jangan berikan susu sapi samapi bayi berumur 1 tahun)
 Bubur nasi atau gandum
 Buah-buahan yang dipotong kecil-kecil atau yang dilunakkan
 Sayuran yang dipotong kecil-kecil (wortel, kacang)
 Makaroni dan keju
 Protein (telor, daging yang sudah dihaluskan, daging ikan, tofu)
 Makanan padat (potongan kecil pisang, snack untuk bayi yang sedang tumbuh gigi)
 Porsi MPASI per hari:
1
 /3 cangkir susu
 ¼ sampai ½ cangkir bubur nasi atau gandum
 ¼ sampai ½ cangkir berisi buah
 ¼ sampai ½ cangkir berisi sayuran
1
 /8 sampai ¼ cangkir berisi makaroni dan keju
1
 /8 sampai ¼ cangkir berisi makanan berprotein

19
 Tips:
Kenalkan makanan baru satu jenis setiap waktu dengan paling tidak memberikan jeda 3 hari untuk memastikan si kecil
tidak alergi.

2. Kelompok Batita Umur 1-3 Tahun


a) Usia : 1 tahun 1 bulan

Menu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu


Sarapan Bubur Bubur ayam Nasi + Bubur Bubur Bubur Bubur
ayam Sayur ayam ayam ayam ayam
Sop yang
diblender
Makan Nasi + Nasi + Sayur Nasi + Bubur Nasi + Nasi + Nasi +
Siang Sayur capcay yang Sayur ayam + Rebusan Sayur Tumis
bayam diblender sop yang telur brokoli daun tahu &
yang diblender & jagung kelor brokoli
diblender yang yang yang
diblender diblender diblender
Makan Nasi + Nasi + Sayur Nasi + Nasi + Nasi + Nasi + Nasi +
Malam Sayur capcay yang Sayur Sayur Sayur Sayur Tumis
bayam diblender bayam bayam labu capcai tahu &
yang yang siam yang brokoli
diblender diblender yang diblender yang
diblender diblender

20
b) Usia : 1 tahun 9 bulan

Menu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu


Nasi + Nasi + Nasi + Nasi + Nasi + Nasi + Nasi +
Sayur Sayur Sayur Telur Ikan Sayur Kecap
Sarapan
bening sop bening mata goreng bening
(bayam sapi
( wortel ( bayam) ( bayam
dan
, kol, dan
kacang
daun kacang)
panjang)
sop)
Nasi+ Nasi + Nasi + Bubur Nasi + Nasi + Bubur
Makan Hati ayam Ayam Telur ayam Ayam Ikan ayam
siang goreng dadar kecap goreng
+ susu
Nasi+ Nasi Nasi + Nasi + Nasi + Nasi + Nasi +
Ayam +Ikan Ikan Tumis Ayam Ikan telur
Makan goreng goreng goreng daging rica-rica goreng + mata sapi
malam Tumis
kacang
panjang.

21
ANALISA:
Dari hasil survey yang ada pada anak balita usia 1-3 tahun tersebut sudah bisa dikategorikan mencakup menu sesuai
dengan anjuran untuk memenuhi kecukupan gizi yang terdapat dalam menu makan tersebut sudah mencakup makanan
pokok (nasi atau bubur, jagung), lauk nabati hewani (telur,ayam, ikan susu), sayur (brokoli, sayur daun kelor, bayam,
kacang dll). Dan seperti dilihat juga survey terhadap anak balita berumur 13 bulan juga makannya sudah memiliki jadwal
makan yang teratur dimana sudah memenuhi kebutuhan si anak. Juga seperti kita lihat pada hasil survey anak umur 21 bulan
juga menu makannya sudah memiliki jadwal makan yang teratur dimana sudah memenuhi kebutuhan si anak
Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen
pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan
konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya (Supriasa, 2002).
Penyusunan menu balita harus mengacu pada angka kecukupan gizi (AKG). Angka kecukupan gizi (AKG) adalah
nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut
kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. Angka kecukupan gizi yang sudah
ditetapkan untuk orang Indonesia meliputi energi, protein, vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin C, tiamin,
riboflavin, niacin, piridoksin, vitamin B12, asam folat, kalsium, fosfor, magnesium, besi, seng, iodium, mangan, selenium,
dan fluor. Angka kecukupan energi tingkat nasional yang pada taraf konsumsi 2000 kkal dan taraf persediaan 2200 kkal.
Sedangkan angka kecukupan protein tingkat nasional pada taraf konsumsi 52 gram dan taraf persediaan 57 gram. Kecukupan
gizi untuk pelabelan produk makanan yang dikemas disebut dengan acuan label gizi (ALG).

22
Menyusun menu seimbang dengan cara pada setiap menu hidangan harus mengandung kalori dari karbohidrat,
protein, lema, di sempurnakan dengan vitamin dan mineral (Marwanti, 2002: 3). Penyusunan menu balita yang baik dengan
cara: memilih makanan yang cukup mengandung kalsium dan zat besi (Marwanti, 2002: 10).
Menu gizi seimbang untuk anak usia 1-3 tahun terdiri dari berbagai bahan makanan yaitu:
1) Makanan pokok, untuk memberi rasa kenyang seperti nasi, jagung, ubi jalar, singkong dsb.

2) Lauk, untuk memberikan rasa nikmat terdiri dari lauk nabati dan hewani.

3) Sayur, Untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan.

4) Buah untuk mencuci mulut, seperti pepaya, nanas, pisang, dsb.


 Menu makanan balita usia 1 tahun
Anak 1 tahun atau 12 bulan ini membutuhkan sekitar 1125 kalori per hari. Selain memberikan makanan utama, bisa
dilengkapi dengan menyajikan makanan selingan atau camilan agar kebutuhan kalori tersebut terpenuhi.
 Menu makanan balita usia 2 tahun
Di usia 2 tahun, anak mulai mencoba banyak jenis makanan yang sebenarnya sering tidak sehat, terutama dalam hal
camilan. Ini masa yang wajar karena ia memang sudah bisa mencicipi menu lain, tidak seperti saat masih bayi.
 Menu makanan balita usia 3 tahun
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 dari Kementerian Kesehatan RI, kebutuhan kalori anak usia 1-3
tahun adalah 1125 kkal per hari.

23
Contoh menu makanan untuk anak usia 1-3 tahun :
- Sup Makaroni Tofu Brokoli
- Kentang Tuna Saus Bayam
- Nasi Goreng Sayur
- Tumis tahu tempe
- Nugget bayam
- Sup Krim Brokoli
- Bubur Ikan Salmon
- Nasi Tim Ayam
- Tofu Kuah Wortel

3. Kelompok Balita Umur 3-5 Tahun


a) Nama : Nalendra Adiraja Kusuma
Usia : 5 tahun
Alamat : Tasikmalaya
Menu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Sarapan Telor Nasi Bubur Nasi TO Bubur Ketupat
Sayur ceplok kuning ayam & ayam
bayam gorengan

24
& tempe bayam
Makan Sayur Sayur sop Telor Tumis Acar ikan Udang
siang kacang & & balado & buncis & & asam
Beef ikan Perkedel pepes tahu perkedel manis
burger goreng tahu jagung
Makan Sop Tumis Tumis Ayam Sayur Pecel lele
malam dengkul cumi- kangkung bakar & kacang
Nasi cumi & tempe ikan
goreng tongkol

b) Nama : Muhammad Zaid El Khalif


Umur : 3 tahun
Alamat
Menu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Sarapan Telor Sayur Bubur Sayur Sate Sayur toge
:
Bubur ceplok asem sumsum tahu taichan dan tahu
Tasikmalaya
sumsum
Makan Sayur sop Soto Capcay Semur Ati Ayam Pepes ikan
siang ayam ampela crispy
Ikan
goreng
Makan Tumis Ikan Ayam Sate Sayur sop Ayam
25
malam kangkung bakar goreng aichan crispy
Nasi & tempe bumbu
goreng kuning
c) Nama : Aisha Khomaira
Usia : 4 tahun
Alamat : Desa Babirik Hilir, HSU

26
Menu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Sarapan Nasi Nasi Nasi Nasi putih Nasi putih Nasi
Nasi putih, putih, goreng & ayam & telur goreng
putih, telor ikan krispi dadar
Sayur ceplok, pindang
bening kecap goreng
& ikan
sepat
Makan Nasi Nasi Nasi Nasi putih Nasi putih Nasi putih
siang putih& goreng putih, dan telur & mie & ikan
Nasi ikan sepat dan telur ikan dadar instan nila bakar
putih, goring dadar asin&
mie oseng-
instan oseng
tahu
tempe
Makan Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi putih,
malam putih, putih & putih, putih, putih, sayur
Nasi tumis sup ayam sayur oseng ikan terong,

27
goreng kangkung, bening & nangka, sepat, dan ikan nila
ikan asin ayam ikan peda tahu goreng
goreng goreng goreng

d) Nama : Siti Az-Zahra


Umur : 5 tahun
Alamat : Desa Babirik Hilir, HSU
Menu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Sarapan Nasi putih Nasi Nasi putih Nasi Nasi putih Nasi putih
Nasi & telur putih, & telur goreng & telur & ikan
goreng dadar oseng- dadar dadar goreng
oseng
terong &
ikan asin
Makan Nasi putih Mie Nasi Nasi putih Nasi Nasi putih,
siang & ikan instan putih, dan sup putih, tempe,
Nasi sepat ayam ikan ikan tahu, dan
putih & goring goreng goreng, ikan
Ikan perkedel goreng
goreng jagung

28
Makan Nasi Nasi Nasi putih Nasi Nasi putih Nasi putih,
malam putih, putih, & ikan putih, & ikan sayur
Nasi tumis oseng goreng sayur kol, bakar bening,
putih, kangkung tahu, ikan dan tempe ikan asin
tumis & tempe asin
kol, ikan
asin

e) Nama : Muhammad Raihan


Usia : 5 tahun
Alamat : Danau Panggang, Amuntai

29
Menu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Sarapan Sayur Nasi Pisang Telor Bubur Ayam
Nasi bening goreng goreng dadar ayam masak
putih+ habang ANALISA
kacang Saran menu
& tempe makan
Makan Sayur Ayam Telor Sayur perkedel Kue dan untuk anak
usia siang kacang & goreng rebus bening & jagung & buah 3 – 5 tahun
Telor ikan ikan ikan pisang Ketika
ceplok goreng goreng goreng memasuki
Makan Telor Nasi Ikan Sayur Terong Telor
usia 3 tahun, anak
malam ceplok putih & bakar & bayam & goreng dadar &
mulai bersifat
Nasi tahu kuah ikan asin tumis
mandiri
putih+ goreng mentimun kangkung
dalam
ikan
memilih dan
goreng
menetukan
makanan yang ingin dikonsumsinya. Biasanya pada rentang usia 3-5 tahun, anak sering menolak makanan yang tidak
disukai dan hanya memilih makanan yang disukai sehingga perlu diperkenalkan kepada mereka beranekaragam makanan.
Dalam pemberian makan setiap hari perhatikan 3 j yaitu jenis, jumlah dan jadwal makan.

30
1. Jenis; dalam sehari makanlah bervariasi makanan dari berbagai kelompok makanan
a. Makanan pokok : sebagai sumber tenaga dan mengenyangkan
b. Lauk pauk dari hewani dan nabati sebagai zat pembangun, antibodi atau kekebalan tubuh
c. Sayur dan buah sebagai zat pengatur dan pelindung, kaya vitamin, mineral dan serat
d. Susu kaya protein dan kalsium untuk pertumbuahn tulang dan gigi.
e. Cukup minum air putih
2. Jumlah: sesuai kebutuhan anak
3. Jadwal makan, buat jadwal makan anak 3 kali makan utama dan 2 kali-3 kali makan snack. Beri kesempatan anak merasa
lapar.
Berdasarkan angka kecukupan gizi yang telah ditetapkan oleh kemenkes RI lewat peraturan Menteri Kesehatan No.
28 Tahun 2019, inilah jumlah kebutuhan kalori anak setiap hari:
a. Usia 0-5 bulan: 550 kkal per hari
b. Usia 6-11 bulan: 800 kkal per hari
c. Usia 1-3 tahun: 1350 kkal per hari
d. Usia 4-6 tahun: 1400 kkal per hari
e. Usia 7-9 tahun: 1650 kkal per hari
Bila dilihat kebutuhan kalori anak tersebut, berikut contoh pembagian porsi makan anak usia 3-5 tahun:
1. Makanan pokok

31
Ada beberapa makanan pokok yang bisa diberikan dalam satu porsi makan anak usia 3 tahun. Berdasarkan data
komposisi pangan indonesia, berikut makanan pokok yang bisa dijadikan pilihan:
 Nasi putih 100 gram atau satu centong nasi, mengandung 180 kal energi dan 38,9 gram karbohidrat
 Kentang 100 gram mengandung 62 kal energi dan 13,5 gram karbohidrat
 Roti seberat 100 gram mengandung 248 kal energi dan 50 gram karbohidrat
2. Protein hewani
Berikut takaran protein hewani yang bisa dijadikan pilihan:
 Daging sapi 100 gram mengandung 273 kal energi dan 17,5 gram protein
 Ayam 100 gram mengandung 298 kal energi dan 18,2 gram protein
 Ikan 100 gram rata-rata mengandung 100 kal dan 16,5 gram protein
 Telur ayam 100 gram mengandung 251 kal energi dan 16,3 gram protein
 Untuk daging sapi dan ayam, pastikan proses memasaknya lebih lama agar daging empuk dan anak tidak sulit
mengunyahnya.
3. Protein nabati
Tahu dan tempe menjadi andalan dalam asupan protein nabati. Tubuh anak usia 3 tahun membutuhkan 26 gram
protein di dalam tubuh. Selain tahu tempe, anda bisa mencoba bubur kacang hijau yang mengandung 109 kal energi dan
8,9 gram protein.
4. Sayur dan buah

32
Anak-anak membutuhkan 100-400 gram sayur dan buah dalam sehari. Ini bisa didapat dalam waktu makan yang
berbeda, bisa saat sarapan, makan siang, makan malam, atau camilan. Sebagai contoh, ½ mangkuk sayur sop untuk pagi
hari, ¼ mangkuk sayur bayam di siang hari, dan ¼ rebusan jagung di malam hari. Untuk buah bisa memakai banyak
pilihan, seperti dua potong semangka dalam sehari. Lalu esoknya diganti melon, pisang, atau jeruk. Buah bisa dijadikan
camilan setelah makan berat.
5. Susu
Mengutip buku gizi anak dan remaja yang ditulis oleh dr. Sandra fikawati, satu porsi susu yang diberikan pada
anak usia 3 tahun tidak harus dalam bentuk minuman, tetapi juga bahan makanan. Anda bisa memakai susu sebagai
bahan makanan dengan membuat variasi menu lain. Berbagai menu kreasi susu misalnya puding susu, cream soup, mac
and cheese, spagheti carbonara yang berbasis susu. Selain itu, lengkapi kebutuhan kalsium dari makanan olahan susu
lain misalnya yoghurt dan keju.
Adapun saran jadwal dan menu makan untuk anak usia 3-5 tahun dalam sehari yaitu:
 Jam 07.00 : Makan Pagi : Nasi goreng dan omelet telur
 Jam 10.00 : Snack pagi : susu 1 gelas
 Jam 12.00: makan siang : Nasi+sup sayuran+ayam kecap
 Jam 15.00: snack sore : buah potong dan puding
 Jam 18.00: makan malam: nasi soto daging
 Jam 20.00 : Snack malam: susu 1 gelas

33
34
BAB III
PENUTUP

F. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan
seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka
terhadap lingkungan dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi
berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang kembali. Toodler atau
batita merupakan anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun), dimana pada periode ini anak
berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan mengontrol orang lain melalui
penolakan, kemarahan, dan tindakan keras kepala. Pada periode ini adalah periode
pertumbuhan dan perkembangan anak berkembang secara optimal. Sedangkan Anak
bawah lima tahun atau sering disebut sebagai anak balita adalah anak yang telah
menginjak usia diatas satu tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak
dibawah lima tahun atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59
bulan.
Adapun kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk pertumbuhan bayi dan
balita yaitu:
1. Energi
2. Lemak
3. Protein
4. Vitamin dan Mineral
Kemudian status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi
yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
G. Saran
Saran yang bisa penulis berikan perlu nya kesadaran pada setiap orang
bahwa gizi pada bayi, batita dan balita sangat penting untuk diketahui.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan pandangan tentang
permasalahan tersebut.

35
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama. (2004). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi
Edisi kelima. Jakarta: Dian Rakyat
Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ariani, P. A. (2017). Ilmu Gizi Dilengkapi dengan Standar Penilaian Status Gizi
Dan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Charney, P., Escott-Stump, S. & Mahan, L. K. (2008). Nutrition Diagnosis and
Intervention. In: MAHAN, L. K. & ESCOTT-STUMP, S. (eds.) Krause's
Food and Nutrition Therapy. 12th ed. Missouri: Saunders Elsevier.
Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Hidayat, A. A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI, (2015). “Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014”. Indonesia,
Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal
McGuire, M., Beerman, KA. (2011). Nutritional Sciences: From Fundamentals to
Food, Second Edition. Belmont: Wadsworth Cengage Learning.
Muaris, H. (2006). Lauk Bergizi Untuk Anak Balita. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sandjaja. (2009). Kamus Gizi. Kompas: Jakarta
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta: Depdiknas.
Soenardi, T. (2006). Makanan Sehat Penggugah Selera Makan Balita. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Umum.
Supariasa, I. D. N. dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Uripi, V. (2004). Menu Sehat Untuk Balita. Jakarta: Puspa Swara.
Whaley, & Wong. (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta:
EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai