Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU


(AKPC 5503)

“HIRARKI TAKSONOMI DOMAIN PSIKOMOTOR”

Dosen Pengampu:

Mella Mutika Sari, M.Pd

Oleh:
Kelompok 4
Anggri Andini (1819129220027)
Anita Rahman (1810129320001)
Artika Haspita Ardy (1810129120001)
Halifah Fitri (1810129120009)
Ira Mahrita (1810129120024)
Lamiyah (1810129120001)
Tiara Puji Lestari (1810129220019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga


makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 5 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
KAJIAN TEORI......................................................................................................3
A. Pengertian Hasil Belajar...................................................................................3
B. Pengertian Psikomotor......................................................................................3
C. Jenis Perangkat Penilaian Psikomotor..............................................................5
D. Pembelajaran Psikomotor.................................................................................8
E. Penilaian Hasil Belajar Psikomotor..................................................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian
.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa
2. Apa
3. Bagaimana
4. Bagaimana
5. Bagaimana
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui
2. Untuk mengetahui
3. Untuk mengetahui
4. Untuk mengetahui.
5. Untuk mengetahui
D. Manfaat Penulisan
Manfaat pembuatan makalah ini adalah semoga dapat digunakan sebagai
bahan pengajaran di bidang pendidikan dan menambah wawasan bagi pembaca
mengenai hirarki taksonomi domain psikomotor.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa
mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri,
cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk
golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya
nampak dengan mikroskop elektron (Dwidjoseputro, 1990). Mikroorganisme
umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di lingkungan akuatik,
berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer (Pelczar dan Chan, 1986).
Mikroorganisme tersebut mempunyai beberapa peranan salah satunya
mikroorganisme yang hidup dalam tanah dapat membantu pembentukan struktur
tanah yang mantap, karena mikroorganisme tanah dapat mengeluarkan (sekresi)
zat perekat yang tidak mudah larut dalam air (Hardjowigeno, 1992).

B. Jenis-Jenis Mikroba
Mikroorganisme terbagi menjadi beberapa jenis, yaiu sebagai berikut,
1. Bakteri
Bakteri adalah organisme uniseluler yang umumnya mempunyai
ukuran 0.5 - 1.0 sampai 2.0 - 10 mm dan mempunyai tiga bentuk
morfologi, yaitu bulat (cocci), batang (bacilli), dan lengkung (Nugroho
dan Maulany, 1996). Bakteri merupakan mikrobia uniseluler, pada
umumnya bakteri tidak mempunyai kholorofil. Ada beberapa
yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya secara pembelahan.
Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di atmosfir, di dalam
endapan - endapan lumpur, didalam lumpur laut, dalam air, pada
sumber air panas, di daerah antartika, dalam tubuh hewan, manusia,
dan tanaman (Purwoko,2007).
2. Arkhebakteria

2
Archae dibedakan dari bakteri lain yang dikenal atau
digolongkan dalam eubakteri dengan karakteristik fenotipe yang
sangat terspesialisasi. Mayoritas archae juga berasal dari kondisi
lingkungan ektrim, sebagai contoh pada lingkungan ektrim panas,
ekstrim dingin, ekstrim kadar keasaman, ataupun tekanan. (Pratiwi,
2008).
3. Sianobakteria
Cyanobacteria (Cyanophyta) atau alga hijau biru merupakan
kelompok alga prokariotik. Alga atau ganggang Hijau-Biru atau
Cynobacteria ialah kelompok Eubacteria (bakteri). Cynobacteria
mengandung sejenis klorofil, selain dari itu juga memiliki klorofil dan
berbagai karotenoid. Ganggang Hijau-Biru (Alga Hijau Biru ) mempunyai
fikosianin dan terkadang fikoeritrin. Dengan adanya fikosianin penyebab
Cyanobacteria dengan sifat khas yakni berwarna hijau kebiru-biruan.
Namun tidak semua juga memiliki warna hijau biru, melainkan juga warna
hijam, cokelat, kuning, hijau rumput, merah dan campuran. Contohnya
laut yang memiliki warna merah yang disebabkan oleh blooming
Cyanobacteria yang memiliki kandungan yang besar akan fikoeritrin.
Kebanyakan dari Cyanobacteria mampu mengikat nitrogen dari
atmosfer dengan proses fiksasi nitrogen yang terjadi di heterosista.
Sianobakteri juga dikenal dengan sebutan “blue green algae”. Mayoritas
sianobakteri adalah fotoautotrof aerobik, yang proses kehidupannya
membutuhkan air, karbon dioksida, zat anorganik dan cahaya.
Sianobakteri memiliki membran inti dan nukleus, memiliki dinding sel
yang tebal (peptidoglikan), lentur, dan sel-selnya tidak memiliki flagel
(Harmoko, H., & Krisnawati, Y, 2018).
4. Protozoa
Protozoa merupakan mikroorganisme bersel tunggal yang banyak
terdapat di dalam air laut, air tawar, tanah lembab, dan dalam tubuh
organisme lain. Meskipun hanya terdiri dari satu sel dengan satu atau
beberapa inti, ternyata protozoa memiliki susunan anatomi, fisiologi dan

3
tingkah laku yang sangat kompleks. Sifat hidup Protozoa kebanyakan
adalah bebas di alam namun sebagian kecil bersifat parasit. Protozoa yang
hidup bebas disebut juga sebagai Protozoa nonpatogenik sedangkan yang
parasit disebut Protozoa patogenik. Protozoa nonpatogenik tidak akan
merugikan organisme lain justru beberapa diantaranya bermanfaat. Habitat
Protozoa menyebar luas dan banyak ditemukan di perairan tawar, sungai
kecil dan kolam [CITATION Ast17 \l 1057 ].
5. Alga
Alga (seaweed) adalah bagian terbesar dari tumbuhan laut, dimana
secara morfologi dapat dikelompokkan kedalam golongan tumbuhan tidak
berpembuluh (Thallophyta) karena tidak memiliki perbedaan susunan
kerangka seperti akar, batang dan daun. Alga diklasifikasikan dalam empat
kelas besar yaitu Chlorophyceae (alga hijau), Cyanophyceae (alga hijau-
biru), Phaeophyceae (alga coklat), dan Rhodophyceae (alga merah)
Ginting, Rangia, Letha & Wullur, (2019).
6. Fungi
Fungi (jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal
atau banyakdengan tidak memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding
yang tersusun ataskitin. Karena sifatsifatnya tersebut dalam klasifikasi
makhluk hidup, Jamurdipisahkan dalam kingdom nya tesendiri, fungi tidak
termasuk dalam kindom pro-tista, monera, maupun plantae. Karena tidak
berklorofil, jamur temasuk ke dalammakhluk hidup heterotof (memperoleh
makanan dari organisme lainnya), dalamhal ini jamur hidup dengan jalan
menguraikan bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya. Umumnya
jamur hidup secara saprofit (hidup dengan menguaisampah oganik seperti
bankai menjadi bahan anoganik). Ada juga jamur yanghidup secara parasit
(memperoleh bahan organik dari inangnya), adapula yanghidup dengan
simbiosis mutualisme (yaitu hidup dengan organisme lain agarsama-sama
mendapatkan untung) (Utami, dkk, 2016)
7. Protista Mirip Jamur

4
Protista mirip jamur memiliki penampilan yang berkilau, basah dan
bertekstur seperti gelatin. Sebagian besar protista mirip jamur berukuran
kecil dan hidup ditempat lembab dan basah. Protista ini memiliki struktur
tubuh dan cara reproduksi mirip jamur yaitu dengan badan buah penghasil
spora. Protista ini bergerak mirip Amoeba atau disebut amoeboid. Protista
ini memperoleh nutrisi dari sisa-sisa organisme yang sudah mati. Protista
mirip jamur terdiri dari dua filum yaitu Myxomycota dan Oomycota
(Karmana, 2007).

C. Pengertian Koloni
Dalam biologi, koloni terdiri dari dua atau lebih individu yang sama
yang hidup dalam hubungan dekat, atau terhubung satu sama lain. Asosiasi ini
biasanya untuk keuntungan bersama seperti pertahanan yang lebih kuat atau
kemampuan untuk menyerang mangsa yang lebih besar (Jackson, 1977). Ini
adalah sekelompok sel identik (klon) di permukaan (atau di dalam) media padat,
biasanya berasal dari sel induk tunggal, seperti pada koloni
bakteri. Sebaliknya, organisme soliter adalah organisme di mana semua individu
hidup secara mandiri dan memiliki semua fungsi yang dibutuhkan untuk bertahan
hidup dan bereproduksi. Sedangkan, Koloni mikroba didefinisikan sebagai
kelompok mikroorganisme yang terlihat tumbuh di permukaan atau di dalam
media padat, mungkin dibiakkan dari satu sel (Hiebert, Simpson & Tiozzo,
2020)..

D. Ciri-Ciri Koloni Mikroba


Menurut Tarigan (1988), ciri-ciri koloni mikrobia dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Ukuran
Ukuran koloni bervariasi, mulai dari sebesar ujung jarum, yaitu
kira-kira pecahan mm (diameternya) sampai 5-10 mm. Walaupun koloni
suatu mikrobia mempunyai ciri-ciri diameter, kiranya perlu diingat, bahwa
ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya diameter tersebut.

5
Misalnya hanya koloni-koloni yang menyebar saja yang dapat diukur,
karena koloni-koloni ini cenderung memilki diameter yang lebih besar
daripada koloni yang bertumpuk-tumpuk. Hal ini disebabkan karena
persaingan pada koloni yang menyebar lebih kecil dari persaingan yang
terjadi pada koloni yang bertumpuk-tumpuk dan kurang mendapat
hambatan dari zat-zat hasil sampingan.
2. Margin
Bagian tepi koloni bakteri bervariasi, tergantung kepada
spesiesnya. Bentuknya dapat melingkar rata seperti tepi (pinggir) suatu
tetesan, atau tidak baraturan seperti tonjolan yang melengkung, seperti
benang atau seperti akar.
3. Tekstur Permukaan
Permukaan koloni juga bervariasi, tergantung kepada spesiesnya
dan tekstur permukaan ini ada yang licin (smooth), kasar (rough), granuler,
atau mukoid (berlendir). Koloni spesies tertentu ada permukaanya yang
keriput (wrinkled). Semua koloni-koloni kultur murni pada piring petri,
mempunyai persamaan jenis permukaan, akan tetapi kita harus mengingat
bahwa beberapa kultur murni dapat menunjukkan variasi permukaan. Pada
umumnya prmukaan koloni memiliki 3 macam bentuk yaitu: S (smooth),
licin, bundar, konveks; R (rough), kasar, datar, bergerigi; dan M (Mucoid),
berlendir, basah, kadang-kadang bersatu, lembut, dan tebal.
4. Elevasi (elevation)
Elevasi koloni juga bervariasi, tergantung pada spesiesnya, bisa
tipis sampai tebal. Permukaannya dapat merata atau bisa menunjukkan
adanya variasi kesinambungan.
5. Konsistensi
Konsistensi koloni dapat diketahui dengan menyentuhkan jarum
ose ke permukaan koloni. Beberapa spesies bakteri dapat membentuk
koloni yang bersifat viscous, ada juga spesies bakteri yang membentuk
koloni yang kering, atau berbetuk seperti tepung yang akan terpecah bila
tersentuh jarum.

6
6. Pigmentasi
Beberapa spesies bakteri dapat menghasilkan zat warna di dalam
sel yang tidak larut dalam air, sehingga menyebabkan koloninya berwarna,
contoh : Flectobacillus major berwarna merah muda.

Gambar 1. Ukuran, Bentuk, Elevasi, dan Margin Koloni Bakteri pada Petri
(Sumber: Fardiaz, 1993)

Menurut Hamidayati dkk., (2008), ciri-ciri pertumbuhan koloni


bakteri pada agar miring diperoleh dengan menggoreskan jarum inokulum
tegak dan lurus. Ciri koloni berdasarkan bentuk:

Gambar 2. Bentuk Koloni Bakteri pada Medium Agar Miring


(Sumber: Hamidayati dkk., 2008)

Cara penanaman koloni bakteri pada agar tegak adalah dengan


menusukkan jarum inokulum needle ke dalam media agar tegak. Ciri-ciri
koloni berdasarkan bentuk:

7
Gambar 3. Bentuk Koloni Bakteri pada Medium Agar Tegak
(Sumber: Aulia, 2008)

E. Sifat-Sifat Koloni dalam Beberapa Jenis Medium


Menurut Jutono, dkk. (1980), berikut ini merupakan sifat-sifat khas koloni
dalam beberapa jenis medium, yaitu:
1. Medium agar lempengan (streak plate dan pour plate)
a. Bentuk koloni akan tampak sebagai titik-titik, bulat, benang, serupa
akar, dan kumparan.
b. Permukaan koloni dasar, timbul mendatar, timbul melengkung,
mencembung, membukit, dan berkawah.
c. Tepi koloni ada yang utuh, berombak, berbelah-belah, bergerigi,
berbenang, dan keriting.
2. Medium agar miring
a. Sifat-sifatnya berkisar pada bentuk dan tepi koloni, dan dinyatakan
dengan kata-kata seperti serupa batang dan serupa akar.
3. Medium agar padat (tusukan dalam gelatin/agar)
a. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin, ada juga bakteri yang
tidak mampu mengencerkan gelatin.
b. Bentuk koloni serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot,
serupa batang, serupa kawah, mangkuk, corong, dan pundit-pundi.

Gambar 4. Jenis Medium


(Sumber : Harley dan Prescott, 2002)

8
BAB III
PEMBAHASAN

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
P.

B. Saran
P.

10
DAFTAR PUSTAKA
Belum urut masi!

Jackson, JBC. (1977). Persaingan pada Substrat Keras Laut: Makna Adaptif dari
Strategi Soliter dan Kolonial. USA: Naturalis Amerika. 
Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga

Hiebert, L.S ., Simpson, C. & Tiozzo, S. (2020). Coloniality, Clonality, and


Modularity In Animals: The Elephant In The Room . Journal of Experimental
Zoology Part B Molecular and Developmental Evolution, 2(1), 1-15.

Tortora, G.J., Berdell, R.F., Christine L., Kasus (2009). Mikrobiologi, Suatu


Pengantar .Berlin: Benjamin Cummings .

Harmoko, H., & Sepriyaningsih. (2017). Keanekaragaman mikroalga di Sungai


Kati Kota Lubuklinggau. Scripta Biologica, 4(3), 201-205.

Rohmi, Kinanti, Y. S., Diarti, M. W., & Jiwintarum, Y. (2017). Karakteristik


Morfologi, Koloni Dan Biokimia Bakteri Yang Diisolasi Dari Sedimen
Laguna Perindukan Nyamuk. Jurnal Kesehatan Prima, 11(2), 130-134.

Astuti, D. S. (2017). Inventarisasi Protozoa di Objek Wisata Umbul Cokro Tulung


Klaten. Seminar Nasionsl Pendidikan Biologi dan Saintek II (p. 70).
Surakarta: ISSN: 2527-533X.

Karmana, O. (2007). Cerdas Belajar Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Hardjowigeno, Sarwono. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta: PT Melon Putra

Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 2. Jakarta: UI Press

11
Ginting, E.L., Rangian, L., Letha, L. & Wullur, S. (2019). Isolasi Bakteri Simbion
Alga Merah Dari Perairan Tongkeina, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah
Platax. Vol. 7 (2).

Purwoko, T. (2007). Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara

Utami, F., dkk. (2016). Laporan Praktikum Fungi. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia

Suharto, K. A. (2016). Laporan Morfologi Koloni Bakteri. Yogyakarta:


Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Aulia, I. A. 2008. Uji Aktivitas antibakteri Froksi Etil asetat Ekstrak


Etanolik Daun Arbenan (Duchesna Indica (Andr.) Focke) Terhadap
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten
Antibiotik Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi Fakultas
Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. hal 10-20.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Biologi Pangan. PT. Raja GraFindo Persada,
Jakarta.
Hamdiyati, Y., Kusnadi, I. Hardian. 2008. Aktivitas Antibakteri ekstrak
Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus epidermis. Jurusan Pendidikan Biologi MIPA. Jurnal
Pengajaran MIPA. 12(2): 144-148.

Jutono, Hartadi, S., Siti, K. S., Susanto, dan Suhadi. 1980. Mikrobiologi Umum.
UGM-Press. Yogyakarta.
Tarigan, J. (1988). Pengantar Mikrobiologi Umum. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai