Anda di halaman 1dari 4

PEMBULLYAN MENGHANTUIKU!

Bullying adalah perilaku agresif yang menyebabkan korbannya terluka atau merasa tidak
nyaman. Menurut Olweus bullying adalah perilaku negative yang mengakibatkan seseorang
dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang yang ditandai dengan
adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban.
Menurut American Psychatric Association (APA) bahwa bullying adalah perilaku agresif
yang dikarakteristikkan dengan tiga kondisi yaitu: (a) perlikaku negative yang bertujuan untuk
merusak atau membahayakan (b) perilaku yang diulang selama jangka waktu tertentu (c) adanya
ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dari pihak-pihak yang terlibat. Beberapa kondisi
tersebut lebih mengacu pada yang dapat menjadikan korban trauma, cemas dan sikap-sikap yang
membuat tidak nyaman.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa bullying adalah tindakan kekerasan
yang melibatkan penyiksaan fisik terhadap seseorang. Mungkin Bullying sering kali terlihat
sebagai bentuk perilaku berupa pemaksaan. Biasanya menggunakan bahasa yang kasar,tidak
sopan,vulgar atau penghinaan.
Faktor-faktor Perilaku bullying yaitu :
1. Faktor Orang Tua
Orang tua adalah role model untuk anak-anaknya sehingga perilaku mereka mudah untuk
ditiru.Keluarga merupakan factor yang penting dalam membentuk pribadi seseorang anak dan
mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.Oleh karena itu dapat diartikan bahwa
kecenderungan orang tua mendidik dengan kasar dapat memberi dampak kepada anak sikap
agresifnya.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terbagi menjadi dua lingkungan disekolah dan lingkungan yang
disebabkan pergaulan teman.Lingkungan sekolah dan pergaulan teman tidak dapat dipungkiri
dari seseorang siswa bahwa beberapa remaja menganggap sahabat lebih penting disbanding
orang tuanya.
3. Faktor Sekolah
Iklim sekolah atau school climate merupakan kondisi atau suasana sekolah sebagai
wadah untuk menimba ilmu bagi peserta didik usia remaja.Kurang puasnya pengasuhan yang
dialami anak mengakibatkan anak merasa sedikit mendapatkan cinta,perhatian,pengawasan serta
asuhan anak tidak memberikan batasan yang jelas tentang tingkah laku yang dilarang disebut
dengan pola asuh permissive parenting
4. Faktor Teman
Teman sebaya memainkan peranan yang tidak kurang pentingnya Terhadap
perkembangan dan pengukuhan tingkah laku buli, sikap anti sosial dan Tingkah laku di kalangan
anak-anak. Kehadiran teman sebaya sebagai Pengamat, secara tidak langsung, membantu
pembuli memperoleh dukungan Kuasa, popularitas, dan status. Dalam banyak kasus, saksi atau
teman sebaya Yang melihat, umumnya mengambil sikap berdiam diri dan tidak mau campur
Tangan.
5. Faktor Media
Paparan aksi dan tingkah laku kekerasan yang sering ditayangkan oleh Televisi dan
media elektronik akan mempengaruhi tingkah laku kekerasan anak-Anak dan remaja. Beberapa
waktu yang lalu, masyarakat diramaikan oleh Perdebatan mengenai dampak tayangan Smack-
Down di sebuah televisi swasta Yang dikatakan telah mempengaruhi perilaku ke-kerasan pada
anak-anak Meskipun belum ada kajian empiris dampak tayangan Smack-Down di Indonesia,
namun para ahli ilmu sosial umumnya menerima bahwa tayangan Yang berisi kekerasan akan
memberi dampak baik jangka pendek maupun Jangka panjang kepada anak-anak.
Ciri-ciri pelaku dan korban bullying
Ciri-ciri pelaku bullying adalah memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga pelaku
dapat mengatur orang lain yang dianggap lebih rendah. Menurut Astuti (2008), ciri-ciri pelaku
bullying antara lain adalah sebagai berikut:

1. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa di sekolah.


2. Menempatkan diri ditempat tertentu di sekolah/sekitarnya.
3. Merupakan tokoh populer di sekolah.
4. Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai, yaitu sering berjalan di depan, sengaja
menabrak, berkata kasar, menyepelekan/melecehkan.

Sedangkan menurut Susanto (2010), ciri-ciri korban bullying antara lain adalah sebagai
berikut:

1. Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi korban
atau sebaliknya.
2. Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan orang tua
mereka.
3. Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang
bodoh dan tidak berharga. Kepercayaan diri mereka rendah dan tingkat kecemasan sosial
mereka tinggi.
4. Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban laki-laki lebih sering mendapat
siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik. Dibandingkan korban laki-laki, korban
perempuan lebih sering mendapat siksaan secara tidak langsung misalnya melalui kata-
kata atau bullying verbal.
5. Secara antar perorangan, walaupun korban sangat menginginkan penerimaan secara
sosial, mereka jarang sekali untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah
sosial. Anak korban bullying kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban tidak
bersikap aktif dalam sebuah aktivitas.

Peran dan scenario Bullying


Menurut Salmivalli (2010), terdapat beberapa peran terjadinya skenario bullying di
sekolah yaitu sebagai berikut:

1. Bully yaitu pelaku langsung bullying. Siswa yang biasanya dikategorikan sebagai
pemimpin, dia berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying.
2. Assisting the bully yaitu orang yang menemani temannya melakukan bullying. Dia juga
terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung bergantung mengikuti perintah
bully.
3. Reinforcing the bully adalah mereka yang mendukung temannya melakukan bullying.
Ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, menertawakan korban,
memprovokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya.
4. Defender adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantu korban, tetapi
seringkali mereka menjadi korban juga.
5. Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melakukan
apapun, seolah-olah tidak peduli pada korban karena takut menjadi korban bully
selanjutnya.
6. Victim adalah orang yang seringkali menjadi sasaran bully. Mereka biasanya memiliki
fisik yang lemah, dan memiliki suatu kekurangan sehingga sering menjadi korban bully.

Sebagaimana yang tercantum dalam UU no 14 Tahun 2005, bahwa peran guru dalam
pembelajaran adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik. Jadi, pendidik
khususnya guru/ pengajar lebih berperan penting dalam kelas. Selain mendidik, peran guru pun
diharapkan berhasil menjadi pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, inspirator dan motivator
bagi peserta didiknya. Karena efektif dan kondusifnya kelas bergantung kepada guru. Jangan
sampai guru membuka peluang sekecil apapun terhadap peserta didiknya untuk melakukan
tindakan yang tercela.

Terkait Bullying, fakta-fakta menyebutkan, komitmen pengakuan dan perlindungan


terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2). Undang-undang tersebut menyatakan bahwa setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi atau Bullying.

Kasus Bullying yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia kian
memprihatinkan.Hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014
menyebutkan, hampir setiap sekolah di Indonesia ada kasus Bullying. Statistik
kasus Bullying lewat pengaduan anak di sektor pendidikan dari Januari 2011 hingga Agustus
2014 tergambar sbb: Tahun 2011 terdapat 61, tahun 2012 terdapat 130 kasus, tahun 2013
terdapat 91 kasus, tahun 2014 terdapat 87 kasus.
Berdasarkan penjelasan faktor-faktor diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi munculnya perilaku bullying dikarenakan adanya perasaan ingin
mendominasi dan balas dendam yang ada dalam diri pembully, rendahnya kepercayaan diri yang
dimiliki oleh korban bully.

Anda mungkin juga menyukai