Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2085-6601

EISSN : 2502-4590

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITARIAN DAN


KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA
Dwi Fitri Hartaty1*), Azhar Azis1
1
Program Studi Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Medan Area
*)
E-mail : df.hartaty@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan antara pola asuh otoritarian dan
konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja.Populasi penelitian adalah siswa
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kota Pematangsiantaryang berusia 12 sampai dengan
15 tahun dan duduk di kelas VII sampai kelas VIII. Siswa dimaksud adalah yang memiliki kriteria
nakal menurut data bimbingan konseling di MTsN Pematangsiantar, tahun ajaran 2012/2013
dengan jumlah populasi 74 siswa.Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan tekniktotal
sampling yang berarti seluruh anggota populasi berpartisipasi sebagai sampel.
Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala psikologi, yang terdiri dari skala kenakalan
remaja, skala pola asuh otoritarian, dan skala konformitas teman sebaya. Analisa terhadap data
yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Berdasarkan
hasil analisa data diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara pola asuh otoritarian
dengan kenakalan remaja dan terdapat hubungan antara konformitas teman sebaya dengan
kenakalan remaja. Diketahui pula bahwaterdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh
otoritarian dan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Sumbangan variabel pola
asuh otoritarian dan konformitas teman sebaya terhadap kenakalan remaja adalah sebesar
30,8%.

Kata Kunci : pola asuh otoritarian, konformitas teman sebaya, kenakalan remaja

Abstract
This study aimed to determine the relationship between authoritarian parenting and peer
conformity with juvenile delinquency. The study population was12 to 15 years old students of
MTs Negeri (MTsN) Pematangsiantar and were sitting in class VII and VIII. The students were
classified as naughty students based on the education and counseling data in MTs Negeri
(MTsN) Pematangsiantar,with academic year of 2012/2013. The study population was consisted
of 74 students. The study samples then were selected by using the total sampling technique
which meant that all members of the population participatedas samples. The data collection
toolswas psychological scales, which consisted of the scale of juvenile delinquency,
authoritarian parenting, and peers conformity. Analysis of the data collected was done by using
multiple regression analysis techniques. Based on the data analysis, it was found that there was
a a significant relationship between authoritarian parenting style with juvenile delinquency and
also there was relationship between peer conformity with juvenile delinquency. Also found that
there was a significant relationship between authoritarian parenting and peer conformity with
juvenile delinquency. The contribution of the authoritarian parenting and peer conformity to
juvenile delinquency was 30.8%.

Keywords: authoritarian parenting, conformity peers, juvenile delinquency

PENDAHULUAN menjelang dewasa. Pada perkembangan ini


Masa remaja merupakan tingkat kebutuhan remaja telah cukup kompleks,
perkembangan yang telah mencapai jenjang cakrawala interaksi sosial dan pergaulan

1
ISSN : 2085 – 6601
EISSN : 2502-4590

remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian di luar nikah, berurusan dengan polisi karena
diridengan lingkungannya, remaja telah mulai kasus narkoba, dan banyak pelajar yang
memperhatikan dan mengenali berbagai terlibat tawuran yang menjadi sebuah tren
norma pergaulan, yang berbeda dengan dari perkembangan masa remaja,
norma yang berlaku sebelumnya di dalam mengecewakan banyak pihak (Islamuddin,
keluarga. Remaja mulai memahami norma 2012)
pergaulan dengan kelompok remaja, Remaja yang ikut-ikutan mengambil
kelompok anak-anak, kelompok dewasa dan bagian dalam aksi-aksi perkelahian antar
kelompok orangtua. sekolah, secara tidak sadar melakukan
Meskipun diakui bahwa remaja masih tindakan kriminal dan anti sosial yang pada
belum mampu menguasai fungsi-fungsi umumnya adalah anak-anak normal yang
psikisnya, tetapi ia butuh akan pengakuan berasal dari keluarga harmonis. Tingkah laku
dan penghargaan. Remaja membutuhkan itu pada umumnya merupakan kegagalan
penghargaan bahwa ia telah mampu berdiri sistem kontrol diri terhadap impuls-implus
sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas yang kuat, dorongan primitif dan kemudian
seperti yang dilakukan orang dewasa, dan disalurkan lewat perbuatan kejahatan,
dapat bertanggungjawab atas sikap dan kekerasan, yang dianggap nilai lebih oleh
perbuatan yang dilakukannya. Oleh karena remaja.
itu, kepercayaan diri anak remaja diperlukan Kenakalan remaja meliputi semua
agar mereka merasa dihargai. Tidak seperti perilaku yang menyimpang dari norma-norma
anak-anak, pada masa remaja yang dilakukan oleh remaja, perilaku tersebut
perkembangan sosialnya semakin luas, akan merugikan dirinya sendiri dan orang
remaja tidak lagi hanya berteman dengan lain. Tidak sedikit kenakalan yang dilakukan
anak-anak sebaya di sekitar rumahnya, tetapi remaja akibat dari pola asuh orangtua. Konflik
sudah mencari teman lain di lingkungan yang didalam keluarga, tidak adanya komunikasi
lebih luas. Tanpa seleksi yang ketat, remaja antar anggota keluarga, atau perselisihan
memilih teman bermain, teman berkumpul, antar anggota keluarga bisa memicu perilaku
teman berbicara, teman berbagi suka dan negatif remaja. Dengan pendidikan yang
duka. Meski akhirnya tanpa disadari teman salah di dalam keluarga, seperti memanjakan
tersebut membawanya pada perilaku- anak, bersikap otoriter atau penolakan
perilaku tertentu, bila perilaku mereka itu terhadap eksistensi anak bisa menjadi
positif tidak menjadi masalah, namun jika penyebab terjadinya kenakalan remaja
perilaku yang negatif seperti menganggu (Geldard, 2011).
ketentraman masyarakat, berkelahi, minum- Masalah yang menjadi pemicu konflik
minuman keras, terlibat narkoba, bolos antara remaja dan orangtua mencakup
sekolah, mencuri dan sebagainya, maka hal keterlambatan pulang dari sekolah, gaya dan
ini yang tidak disenangi semua pihak, guru, model berpakaian, karakteristik teman
orangtua dan masyarakat. sepergaulan, prestasi belajar dan tugas
Kartono (2011) mengatakan, pengaruh sekolah. Hal-hal ini terjadi karena pada masa
sosial dan budaya memainkan peran yang remaja kebutuhan remaja untuk
besar dalam pembentukan atau bersosialisasi dengan teman sebayanya
pengkondisian tingkah laku kriminal anak- demikian kuat. Bahkan mereka cenderung
anak remaja. Perilaku anak-anak remaja ini memilih teman sebaya daripada orangtuanya
menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak untuk berbagi perasaanya, terutama pada
adanya konformitas terhadap norma-norma remaja yang kurang dekat dengan orangtua.
sosial, mayoritas kenakalan remaja berusia Mereka merasa kurang dimengerti oleh
dibawah 21 tahun, angka tertinggi kenakalan orangtuanya dan sering mengalami
remaja ada pada usia 15-19 tahun. kesalahfahaman dalam relasi dengan
Kehidupan modern dengan segala orangtua. Sementara ketika bersama teman
kemajuannya memberikan kemudahan dan sebaya, mereka merasa dimengerti oleh
peluang kepada siapapun juga untuk berbuat teman sebayanya dan memiliki masalah-
dan berperilaku positif dan negatif. Cukup masalah yang tidak jauh berbeda sehingga
banyak remaja yang terjerumus ke dalam saling berbagi dengan nyaman (Lestari,
dunia hitam, tidak sedikit remaja yang hamil 2012).

2
ISSN : 2085-6601
EISSN : 2502-4590

Kontrol orangtua secara umum belasan tahun dapat terlibat dalam semua
menurun pada masa remaja, sehingga hal ini jenis perilaku konformitas yang bersifat
memiliki efek remaja berhadapan dengan negatif, menggunakan bahasa gaul, mencuri
berbagai bahaya. Banyak orangtua melakukan perusakan serta mempermainkan
menggunakan gaya pengasuhan otoritarian orangtua dan guru. Meskipun demikian,
(otoriter) dalam menangani remaja. Dalam terdapat banyak bentuk konformitas teman
pengasuhan ini orangtua dominan sebaya yang tidak negatif dan lebih
menghukum dan membatasi, sehingga merupakan keinginan untuk bergabung
remaja harus mengikuti pengarahan yang dalam dunia yang sama dengan teman-
diberikan dan menghormati usaha-usaha teman (Santrock, 2007).
yang telah dilakukan orangtua. Pengasuhan Secara individual, remaja sering
orangtua yang bersifat otoritarian berkaitan merasa tidak nyaman dalam melakukan apa
dengan perilaku remaja yang tidak yang dituntutkan pada dirinya. Namun,
berkompeten, remaja yang dibesarkan oleh karena besarnya tekanan atau besarnya
orangtua yang otoritarian sering sekali cemas keinginan untuk diakui, ketidakberdayaan
terhadap perbandingan sosial, kurang untuk meninggalkan kelompok, dan
memperlihatkan inisiatif dan memiliki ketidakmampuan untuk mengatakan “tidak”,
komunikasi yang buruk (Santrock, 2007). membuat segala tuntutan yang diberikan
Orangtua ingin bertindak otoriter kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama
terhadap anaknya, karena ia dididik seperti kelamaan perilaku ini menjadi kebiasaan,
itu oleh orangtuanya sendiri, tetapi dan melekat sebagai suatu karakter yang
kenyataanya remaja tidak dapat dididik diwujudkan dalam berbagai perilaku negatif
secara keras seperti itu, sehingga remaja kelompok remaja.
bermasalah terkekang. Sikap orangtua yang Konformitas teman sebaya memiliki
terlalu dominan dan hak orangtua atas diri kekuatan yang luar biasa untuk menentukan
anak adalah mutlak,dapat mengakibatkan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam
remaja mencari dukungan dari lingkungan lingkungan pergaulan yang penuh dengan
luar ( Sarwono, 2000). ”energi negatif” seperti yang terurai di atas,
Disamping pola asuh orangtua segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan
otoritarian, konformitas teman sebaya juga hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya,
mempengaruhi kenalan remaja. Banyaknya jika remaja berada dalam lingkungan
masalah yang timbul akibat pergaulan, pergaulan yang selalu menyebarkan ”energi
keingintahuan yang tinggi, hingga masalah- positif”, yaitu sebuah kelompok yang selalu
masalah yang bergesekan dengan hukum memberikan motivasi, dukungan, dan
dan tatanan sosial yang berlaku di sekitar peluang untuk mengaktualisasikan diri
remaja. Tingginya rasa solidaritas antar secara positif kepada semua anggotanya,
teman, pengakuan kelompok, atau ajang remaja juga akan memiliki sikap yang positif.
penunjukan identitas diri, dapat menimbulkan Remaja tingkat SMP khususnya di MTs
masalah pada saat remaja salah dalam Negeri Pematangsiantar merupakan usia
memilih kelompok teman sebaya. remaja yang memerlukan perhatian,
Demi alasan solidaritas, sebuah bimbingan dari guru, orangtua, dan
kelompok sering kali memberikan tantangan menciptakan konformitas teman sebaya
atau tekanan-tekanan kepada anggota karena mereka masih mencari identitas diri,
kelompoknya (peer-pressure) yang ingin dihargai, dipercaya dan belajar
terkadang berlawanan dengan hukum atau bertanggungjawab.
tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
saja berupa paksaan untuk menggunakan Pematangsiantar, terdapat beberapa
narkoba, melakukan hubungan seks, kenakalan remaja, selama 5 tahun (tahun
melakukan penodongan, bolos sekolah, 2007 s/d 2012) ini terdapat kenakalan remaja
tawuran, merokok, corat-coret tembok, seperti merokok (42 kasus), mengompas (14
tekanan yang ini biasa disebut dengan kasus), menonton video porno (25 kasus),
konformitas teman sebaya. bolos sekolah berkelompok maupun
Konformitas terhadap teman sebaya perorangan (235 kasus), cabut jam pelajaran
dapat bersifat positif ataupun negatif, remaja berkelompok dan perorangan (56 kasus),

3
ISSN : 2085 – 6601
EISSN : 2502-4590

mengkonsumsi lem (9 kasus), merusak mendukung (Behavioral encouraged), dan


inventaris sekolah (24 kasus), mencuri (16 aspek tingkat konflik orangtua-anak (Level
kasus) serta berkelahi berkelompok dan of parent-child conflict. Berdasarkan hasil
perorangan ( 75 kasus), sehingga uji coba diketahui bahwa skala ini memiliki
mencemaskan pihak sekolah dan orangtua 42 butir pernyataan yang valid dengan
terhadap masa depan mereka(data BK koefisien rbt bergerak dari -0,225 sampai
MTsN Pematangsiantar,2012). 0,492 dengan koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach sebesar 0,830.
METODE PENELITIAN 3. Skala konformitas teman sebaya :disusun
Penelitian ini merupakan penelitian berdasarkan aspek-aspek konformitas
kuantitatif korelasional. Populasi dalam teman sebaya menurut Sears, dkk
penelitian ini adalah siswa Madrasah (Susilowati, 2011) yaituperilaku,
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kota penampilan, dan pandangan.
Pematangsiantar, yang berusia 12 sampai Berdasarkan hasil uji coba diketahui
dengan 15 tahun, duduk di kelas VII sampai bahwa skala ini memiliki 30 butir
kelas VIII. Siswa dimaksud adalah yang pernyataan yang valid dengan koefisien
memiliki kriteria nakal menurut data rbt bergerak dari -0,144 sampai 0,559 dan
bimbingan konseling di MTsN koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
Pematangsiantar, tahun ajaran 2012/2013 sebesar 0,826.
dengan jumlah populasi 74 siswa.Teknik Ketiga skala diatas disusun dengan
pengambilan sampel dari populasi dalam berdasarkan skala Likert yang terdiri dari
penelitian ini adalah total sampling, dengan empat kategori yaitu Sangat Setuju (SS),
demikian ukuran sampel penelitian sebesar Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
74 siswa.Pemilihan sekelompok subjek yang Tidak Setuju (STS).
didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut
paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat HASIL PENELITIAN
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Uji hipotesis diarahkan untuk menguji
Alat (instrumen) pengumpulan data ketiga hipotesis dalam penelitian ini :
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Hipotesis Pertama
skala psikologi. Penulis menyusun tiga jenis Hipotesa pertama dalam penelitian ini
skala, yaitu: berbunyi : ada hubungan signifikan antara
1. Skala kenakalan remaja :disusun pola asuh otoritarian dengan kenakalan
berdasarkan aspek-aspek kenakalan remaja. Asumsinya bahwa semakin
remaja menurut Jensen (Sarwono, 2000), dominan pola asuhotoritarian orangtua
yaitu kenakalan yang menimbulkan korban pada anak maka semakin tinggi kenakalan
fisik pada oranglain, kenakalan yang remaja, begitu juga sebaliknya. Kebenaran
menimbulkan korban materi, kenakalan hipotesa pertama ini diperoleh melalui
sosial yang tidak menimbulkan korban proses uji regresi antara variabel pola
dipihak oranglain, dan kenakalan yang asuh otoritarian dan variabel kenakalan
melawan status sebagai pelajar. remaja dengan komputerisasi program
Berdasarkan hasil uji coba diketahui SPSS versi 17. Hasil uji regresi tersebut
bahwa skala ini memiliki 49 butir dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
pernyataan yang valid dengan koefisien
rbt bergerak dari -0,144 sampai 0,559 dan Tabel.1.Hasil Analisa Regresi Antara Pola
koefisien reliabilitas Alpha Cronbach Asuh Otoritariandengan Kenakalan Remaja
sebesar 0,899. RX1. R2 P B Kesimpula
2. Skala pola asuh otoritarian :disusun Y
0,515 n
0,26 0,00 0,57 signifikan
berdasarkan aspek-aspek pola asuh 5 0 5
otoritarian menurut Frazier (2000), yaitu Analisa tabel di atas adalah sebagai
aspek batasan perilaku (behavioral berikut:
quidelines), aspek kualitas hubungan - Besar hubungan antara variabel pola
orangtua-anak (emotional quality of asuh otoritarian dengan kenakalan
parent-child relantionship), aspek perilaku remaja sebesar 0,515. Hal ini

4
ISSN : 2085-6601
EISSN : 2502-4590

menunjukkan hubungan diantara memiliki kontribusi sebesar12,7% dalam


keduanya. menjelaskan kenakalan remaja,
- Arah hubungan yang positif (0,515), sementara sisanya dipengaruhi oleh
menunjukkan bahwa semakin dominan variabel lain.
pola asuh otoritarian orangtua akan - Tingkat signifikansi koefisien korelasi
membuat kenakalan remaja semakin satu sisi dari output (diukur dari
tinggi, demikian juga sebaliknya. probabilitas p) menghasilkan angka
- Angka R2 sebesar 0,265 disebut 0,002. Oleh karena probabilitas p > 0,05;
koefisien determinasi, dalam hal ini praktis korelasinya bersifat signifikan.
berarti pola asuh otoritarian memiliki 3) Hipotesis Ketiga
kontribusi sebesar 26,5% dalam Hipotesa ketiga dalam penelitian ini
menjelaskan kenakalan remaja. berbunyi: ada hubungan signifikan antara
Sementara sisanya dipengaruhi oleh pola asuh otoritarian dan konformitas
variabel lain. teman sebaya dengan kenakalan
- Tingkat signifikansi koefisien korelasi remaja.Asumsinya bahwa semakin
satu sisi dari output (diukur dari dominan pola asuh otoritarian orangtua
probabilitas p) menghasilkan angka dan konformitas teman sebaya yang
0,000. Oleh karena probabilitas p > 0,05; negatif, maka semakin tinggi kenakalan
hal ini berarti korelasinya bersifat remaja, demikian juga
signifikan. sebaliknya.Kebenaran hipotesa ketiga ini
2) Hipotesis Kedua diperoleh melalui proses uji regresi ganda
Hipotesa kedua dalam penelitian ini antara variabel pola asuh otoritarian dan
berbunyi: ada hubungan signifikan antara konformitas teman sebaya dengan
konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja, dengan menggunakan
kenakalan remaja. Asumsinya bahwa program SPSS versi 17.Hasil uji regresi
dengan konformitas teman sebaya yang ganda tersebut dapat dilihat dalam tabel
negatif, maka akan semakin tinggi dibawah ini.
kenakalan remaja, begitu juga
sebaliknya.Kebenaran hipotesa kedua ini Tabel 3. Hasil Analisa Regresi Ganda Antara
diperoleh melalui proses uji regresi antara Pola Asuh Otoritarian dan
variabel konformitas teman sebaya Konformitas Teman Sebaya dengan
dengan variabel kenakalan remaja dengan Kenakalan Remaja
komputerisasi program SPSS versi Variabel F R R2 P Kesimpulan
17.Hasil uji regresi tersebut dapat dilihat X1,X2-Y 15,824 0,555 0,308 0,000 signifikan
dalam tabel dibawah ini: Berdasarkan hasil analisis yang
menggunakan analisis regresi berganda,
Tabel 2. Hasil Analisa Regresi Antara diketahui bahwa terdapat hubungan yang
konformitas teman sebaya dengan kenakalan signifikan antara pola asuh otoritarian dan
remaja konformitas teman sebaya dengan
RX2-Y R2 P B Kesimpula kenakalan remaja. Hal ini ditunjukkan
0,35 0,12 0,00 0,60 n Signifikan dengan nilai koefisien freg = 15,824 dan
6 Analisa7 2 diatas
tabel 6 adalah sebagai sig. 0,000.
berikut: Analisis tabel diatas adalah sebagai
Besar hubungan antara variabel konformitas berikut:
teman sebaya dengan kenakalan remaja - Besar hubungan antara variabel pola
(rx2y) sebesar 0,356 menunjukkan hubungan asuh otoritarian dan konfromitas teman
diantara kedua variabel. sebaya dengan kenakalan remaja
- Arah hubungan 0,356, menunjukkan (rx1x2y) sebesar 0,555.
dengan konformitas teman sebaya yang - Angka R2 sebesar 0,308 bisa disebut
negatif, maka kenakalan remaja semakin koefisien determinasi, dalam hal ini
tinggi, demikian juga sebaliknya. berarti variabel pola asuh otoritarian dan
- Angka R2 sebesar 0,127 bisa disebut konformitas teman sebaya memberikan
koefisien determinasi, dalam hal ini kontribusi sebesar 30,8% dalam
berartikonformitas teman sebaya
5
ISSN : 2085 – 6601
EISSN : 2502-4590

menjelaskan kenakalan remaja, sisanya baku hipotetik dan simpangan baku empirik
dipengaruhi oleh variabel lain. dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
- Tingkat signifikansi koefisien korelasi
satu sisi dari output (diukur dari Tabel 5. Hasil perhitungan nilai rata-rata
probabilitas p) menghasilkan angka hipotetik dan nilai rata-rata empirik
0,000 atau praktis 0. Oleh karena Variabel SD Nilai rata-rata Keterangan
probabilitas p > 0,05; praktis korelasinya Hipotetik Empirik
bersifat signifikan. Pola asuh 16,021 105 113,43 Cukup
otoritarian dominan
4) Model Persamaan Garis Regresi Konformitas 10,514 75 70,91 Sedang
Model Persamaan regresi dapat dibuat teman
dengan melihat tabel berikut: sebaya
Kenakalan 17,894 122,5 99,41 Rendah
Tabel 4. Model Persamaan Regresi remaja
Unstandardized Berdasarkan perbandingan kedua nilai
Coefficients rata-rata (mean hipotetik dan mean empirik),
maka dapat dinyatakan bahwa subjek dalam
Std.
Model B Error t Sig. penelitian ini memiliki pola asuh otoritarian
yang cukup dominan, konformitas teman
1 (Constant) 16.314 15.211 1.072 .287
sebaya yang sedang, dan memiliki tingkat
Pola Asuh .500 .116 4.319 .000 kenakalan remaja yang rendah.
Otoritarian
Konformitas .372 .176 2.105 .039 DISKUSI
Teman Sebaya Berdasarkan hasil penelitian ini
Pada tabel dapat diketahui bahwa nilai menunjukkan bahwa terdapat hubungan
koefisien konstanta B adalah 16,314 dan yang signifikan antara pola asuh otoritarian
nilai koefisien masing-masing variabel dan konformitas teman sebaya dengan
pola asuh otoritarian dan konformitas kenakalan remaja. Hal ini menandakan
teman sebaya adalah 0,500 dan 0,372 bahwa semakin dominan pola asuh
sehingga model persamaan regresi yang otoritarian orangtua dan konformitas teman
diperoleh adalah sebagai berikut: sebaya yang negatif, maka akan semakin
Y = 16,314+0,500X1+0,372X2 tinggi kenakalan remaja. Sebaliknya semakin
Dari persamaan regresi diatas, dapat kurang dominan pola asuh otoritarian
diartikan bahwa pengaruh masing-masing orangtua dan konformitas teman sebaya
variabel sebagai berikut: yang positif, maka kenakalan remaja akan
a. Satu poin kenaikan variabel pola asuh rendah. Berdasarkan hasil ini, maka hipotesis
otoritarian menyebabkan kenaikan yang diajukan dinyatakan diterima.
kenakalan remaja sebesar 0,500 Selanjutnya diketahui bahwa
ditambah konstanta sebesar 16,314.
persentase sumbangan yang diberikan
b. Satu poin kenaikan konformitas teman
variabel pola asuh otoritarian terhadap
sebaya menyebabkan kenaikan nilai
kenakalan remaja adalah sebesar 26,5%,
variabel kenakalan remaja sebesar
kemudian hasil ini juga diketahui bahwa
0,372.
sumbangan yang diberikan oleh variabel
Dalam upaya mengetahui bagaimana
konformitas teman sebaya adalah sebesar
kriteria pola asuh otoritarian, konformitas
teman sebaya dan kenakalan remaja pada 12,7%. Sumbangan kedua variabel bebas
siswa, maka perlu dibandingkan antara (pola asuh otoritarian dan konformitas teman
mean/nilai rata-rata empirik dengan sebaya) terhadap kenakalan remaja adalah
mean/nilai rata-rata hipotetik dengan sebesar 30,8%. Sementara itu, berdasarkan
memperhatikan besarnya bilangan SD dari nilai rata-rata hipotetik dengan nilai rata-rata
masing-masing variabel.Gambaran empirik, diperoleh hasil bahwa pola asuh
selengkapnya mengenai perbandingan siswa MTs Negeri Pematangsiantar berada
mean/nilai rata-rata hipotetik dengan pada pola asuh otoritarian yang cukup
mean/nilai rata-rata empirik serta simpangan dominan, dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa pola asuh otoritarian akan
6
ISSN : 2085-6601
EISSN : 2502-4590

mempengaruhi kenakalan remaja bagi siswa terhadap desakan teman-teman sebaya


tersebut. dapat bersifat positif dan negatif. Remaja
Hal di atas sesuai dengan pendapat terlibat dalam semua jenis perilaku
Kartono (2010) yang mengemukakan bahwa konformitas yang negatif, menggunakan
remaja yang nakal biasanya mempunyai latar bahasa gaul, mencuri, dan melakukan
belakang keluarga dengan pola asuh otoriter perusakan. Piaget (Santrock, 2007) juga
yang ketat dan fanatik, penghayatan diri mengatakan bahwa tidak semua konformitas
pribadi mengenai ketidakberhargaan teman sebaya membawa pengaruh yang
personal remaja diperkuat oleh adanya negatif bagi remaja. Piaget menekankan
disiplin keras dan fanatisme religius orangtua bahwa melalui interaksi dengan teman-teman
mereka. sebaya, remaja mempelajari modus relasi
Pola asuh otoritarian mempengaruhi yang timbal balik secara simetris. Remaja
kegiatan dan kehidupan remaja, termasuk mengeksplorasi prinsip-prinsip kesetaraan
kegiatan remaja di lingkungan sosialnya. dan keadilan melalui pengalaman mereka
Sikap orangtua yang cenderung dominan dan ketika menghadapi perbedaan pendapat
hak orangtua atas diri anak adalah mutlak, dengan teman-teman sebaya. Di samping itu
sehingga jika ada orangtua yang bertindak Sullivan (Santrock, 2007) juga berpendapat
melebihi batas atas diri anaknya, oranglain bahwa remaja dengan konformitas positif
tidak akan berbuat apa-apa. Sebagai akibat akan menjalin persahabatan yang karib
dari pola asuh otoritarian ini akan dengan teman-teman sebayanya, sehingga
menimbulkan terganggunya kemampuan remaja dapat belajar untuk menjadi mitra
anak dalam tingkah laku sosial dan yang lebih terampil dan peka.
menimbulkan kenakalan bagi Sebaliknya, terdapat sejumlah ahli teori
remaja(Sarwono,2000). yang menekankan pengaruh negatif dari
Pada penelitian ini juga diketahui juga teman-teman sebaya bagi perkembangan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara remaja, bagi beberapa remaja, pengalaman
konformitas teman sebaya dengan kenakalan ditolak atau diabaikan dapat membuat remaja
remaja. Berdasarkan perbandingan nilai rata- merasa kesepian dan bersikap bermusuhan,
rata hipotetik dengan nilai rata-rata empirik, beberapa ahli juga menyataan bahwa teman-
diperoleh hasil bahwa konformitas teman teman sebaya dapat mempengaruhi remaja
sebaya yang dimiliki siswa MTs Negeri dengan memperkenalkan remaja pada
Pematangsiantar berada pada konformitas kegiatan-kegiatan yang negatif, sehingga
yang sedang, yang akan dapat menimbulkan kenakalan bagi remaja.
mempengaruhi kenakalan remaja, namun Pada penelitian ini, hubungan pola
dengan tingkat konformitas yang berada asuh otoritarian dan konformitas teman
pada posisi sedang mengindikasikan bahwa sebaya dengan kenakalan remaja, ternyata
ketika melakukan konformitas, subjek tidak menunjukkan hasil bahwa hubungan pola
akan menerima begitu saja stimulus yang asuh otoritarian cukup dominan, dan
berasal dari luar, terutama jika nilai yang konformitas teman sebaya sedang, dengan
terkandung dari stimulus tersebut lebih kenakalan remaja yang rendah. Rendahnya
memberi pengaruh ke arah negatif. Hal ini kenakalan remaja mungkin terjadi karena
berkaitan dengan kenakalan remaja yang masih takutnya remaja pada aturan-aturan
rendah, remaja dapat memilih dan dan pengawasan yang diterapkan oleh
menentukan kapan sebaiknya harus orangtua, dan konformitas teman sebaya
konformis dan kapan harus memegang teguh yang diterima masih positif, sehingga
pendirian untuk tidak mengikuti anjuran membuat kenakalan remaja rendah.salah
kelompok yang mengarah ke negatif, satu yang menjadi kelemahan dari penelitian
sehingga akan menempatkan remaja secara ini, yaitu bahwa sampel yang dipilih oleh
luwes dalam pergaulan tanpa menimbulkan peneliti mungkin saja berasal dari siswa yang
kerugian bagi dirinya sendiri maupun bagi orangtuanya kurang menerapkan pola asuh
kelompok teman sebayanya. otoritarian pada anaknya.
Sesuai dengan pendapat Santrock
(2010) yang mengatakan, bahwa konformitas

7
ISSN : 2085 – 6601
EISSN : 2502-4590

Dalam penelitian ini diketahui masih Geldard, D. (2011).Konseling


terdapat 69,20% lagi pengaruh dari faktor lain Remaja.Yogyakarta: Pustaka
terhadap kenakalan remaja. Faktor lain yang Pelajar.
tidak dibahas dalam penelitian ini, tetapi Gunarsa, Yulia S., &Gunarsa, Singgih.
dapat mempengaruhi kenakalan remaja (2012).Psikologi untuk
antara lain konflik otoritas, tindakan tertutup, Keluarga.Jakarta : Imprint BPK
tindakan agresi, identitas, distorsi negatif, Gunung Mulia.
kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan Haditono, S. (1991). Psikologi
pendidikan dan nilai sekolah, relasi dengan Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah
saudara kandung, status sosio-ekonomi dan Mada University Press.
kualitas lingkungan rumah (Santrock, 2007). Hasmayani, B., Hotman S., (2012), Perbedaan
Minat Sekolah dan Motivasi belajar
KESIMPULAN Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua,
Berdasarkan hasil analisa data Analitika: 4 (1): 24-30
diketahui bahwa terdapat hubungan Islamuddin. (2012). Psikologi Pendidikan
signifikan antara pola asuh otoritarian dengan .Jakarta: Erlangga.
kenakalan remaja dan terdapat hubungan Kartono, K. (2011). Kenakalan Remaja.
antara konformitas teman sebaya dengan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
kenakalan remaja. Diketahui pula Lestari, S. (2012).Psikologi Keluarga.
bahwaterdapat hubungan yang signifikan Jakarta: Kencana Prenada Media
antara pola asuh otoritarian dan konformitas Group.
teman sebaya dengan kenakalan remaja. Novita, E., (2012), Perbedaan Agresivitas
Sumbangan variabel pola asuh otoritarian Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua,
dan konformitas teman sebaya terhadap Analitika: 4 (2): 53-56
kenakalan remaja adalah sebesar 30,8%.
Salamiah S, N.S., Dini H.S., (2011),
Pola asuh otoritarian dan konformitas
teman sebaya dapat menjadi salah satu
Hubungan Intelegensi Dan Pola
bahan penting untuk mengurangi kenakalan Asuh Orangtua Demokratis Dengan
remaja. Lingkungan sekitar dapat Harga Diri Siswa, Analitika: 3 (2):
membimbing anak dan mampu menjadi 99-114
sahabat agar anak mampu menempatkan diri Santrock, J.W. (2007).Remaja.Jakarta:
dalam konformitas yang positif di lingkungan Erlangga.
sosialnya. Orangtua juga perlu menerapkan Santrock, J.W. (1996).Adolesence Remaja.
pola asuh otoritarian dalam situasi yang tepat JakartA: Erlangga.
karena pola asuh otoritarian memiliki dimensi Sarwono, S. (2000).Psikologi Remaja
positif sesuai dengan kebutuhan yang ada. .Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lingkungan sekolah dapat menciptakan iklim Simatupang, H., Babby H., (2013), Perbedaan
yang kondusif bagi perkembangan remaja Minat Sekolah dan Motivasi Belajar
(seperti: memperkecil kesempatan siswa Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua,
untuk berkumpul diluar jam belajar, Analitika: 5 (1): 1-7
pengkondisian ruang guru, dan kantin Susilowati, K. (2011). Hubungan antara
sekolah yang tidak terlalu jauh dari kelas) Konformitas Teman Sebaya dan
dengan memberikan peluang dan Konsep Diri dengan Kemandirian
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, pada Remaja Panti Asuhan
baik dengan guru maupun dengan teman- Muhammadiyah.
temannya sehingga menciptakan konformitas Karanganyar.Skripsi.Surakarta:
yang positif. Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran.
DAFTAR PUSTAKA
Geldard, D. (2011).Konseling Keluarga.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai