EISSN : 2502-4590
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan antara pola asuh otoritarian dan
konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja.Populasi penelitian adalah siswa
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kota Pematangsiantaryang berusia 12 sampai dengan
15 tahun dan duduk di kelas VII sampai kelas VIII. Siswa dimaksud adalah yang memiliki kriteria
nakal menurut data bimbingan konseling di MTsN Pematangsiantar, tahun ajaran 2012/2013
dengan jumlah populasi 74 siswa.Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan tekniktotal
sampling yang berarti seluruh anggota populasi berpartisipasi sebagai sampel.
Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala psikologi, yang terdiri dari skala kenakalan
remaja, skala pola asuh otoritarian, dan skala konformitas teman sebaya. Analisa terhadap data
yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Berdasarkan
hasil analisa data diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara pola asuh otoritarian
dengan kenakalan remaja dan terdapat hubungan antara konformitas teman sebaya dengan
kenakalan remaja. Diketahui pula bahwaterdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh
otoritarian dan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Sumbangan variabel pola
asuh otoritarian dan konformitas teman sebaya terhadap kenakalan remaja adalah sebesar
30,8%.
Kata Kunci : pola asuh otoritarian, konformitas teman sebaya, kenakalan remaja
Abstract
This study aimed to determine the relationship between authoritarian parenting and peer
conformity with juvenile delinquency. The study population was12 to 15 years old students of
MTs Negeri (MTsN) Pematangsiantar and were sitting in class VII and VIII. The students were
classified as naughty students based on the education and counseling data in MTs Negeri
(MTsN) Pematangsiantar,with academic year of 2012/2013. The study population was consisted
of 74 students. The study samples then were selected by using the total sampling technique
which meant that all members of the population participatedas samples. The data collection
toolswas psychological scales, which consisted of the scale of juvenile delinquency,
authoritarian parenting, and peers conformity. Analysis of the data collected was done by using
multiple regression analysis techniques. Based on the data analysis, it was found that there was
a a significant relationship between authoritarian parenting style with juvenile delinquency and
also there was relationship between peer conformity with juvenile delinquency. Also found that
there was a significant relationship between authoritarian parenting and peer conformity with
juvenile delinquency. The contribution of the authoritarian parenting and peer conformity to
juvenile delinquency was 30.8%.
1
ISSN : 2085 – 6601
EISSN : 2502-4590
remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian di luar nikah, berurusan dengan polisi karena
diridengan lingkungannya, remaja telah mulai kasus narkoba, dan banyak pelajar yang
memperhatikan dan mengenali berbagai terlibat tawuran yang menjadi sebuah tren
norma pergaulan, yang berbeda dengan dari perkembangan masa remaja,
norma yang berlaku sebelumnya di dalam mengecewakan banyak pihak (Islamuddin,
keluarga. Remaja mulai memahami norma 2012)
pergaulan dengan kelompok remaja, Remaja yang ikut-ikutan mengambil
kelompok anak-anak, kelompok dewasa dan bagian dalam aksi-aksi perkelahian antar
kelompok orangtua. sekolah, secara tidak sadar melakukan
Meskipun diakui bahwa remaja masih tindakan kriminal dan anti sosial yang pada
belum mampu menguasai fungsi-fungsi umumnya adalah anak-anak normal yang
psikisnya, tetapi ia butuh akan pengakuan berasal dari keluarga harmonis. Tingkah laku
dan penghargaan. Remaja membutuhkan itu pada umumnya merupakan kegagalan
penghargaan bahwa ia telah mampu berdiri sistem kontrol diri terhadap impuls-implus
sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas yang kuat, dorongan primitif dan kemudian
seperti yang dilakukan orang dewasa, dan disalurkan lewat perbuatan kejahatan,
dapat bertanggungjawab atas sikap dan kekerasan, yang dianggap nilai lebih oleh
perbuatan yang dilakukannya. Oleh karena remaja.
itu, kepercayaan diri anak remaja diperlukan Kenakalan remaja meliputi semua
agar mereka merasa dihargai. Tidak seperti perilaku yang menyimpang dari norma-norma
anak-anak, pada masa remaja yang dilakukan oleh remaja, perilaku tersebut
perkembangan sosialnya semakin luas, akan merugikan dirinya sendiri dan orang
remaja tidak lagi hanya berteman dengan lain. Tidak sedikit kenakalan yang dilakukan
anak-anak sebaya di sekitar rumahnya, tetapi remaja akibat dari pola asuh orangtua. Konflik
sudah mencari teman lain di lingkungan yang didalam keluarga, tidak adanya komunikasi
lebih luas. Tanpa seleksi yang ketat, remaja antar anggota keluarga, atau perselisihan
memilih teman bermain, teman berkumpul, antar anggota keluarga bisa memicu perilaku
teman berbicara, teman berbagi suka dan negatif remaja. Dengan pendidikan yang
duka. Meski akhirnya tanpa disadari teman salah di dalam keluarga, seperti memanjakan
tersebut membawanya pada perilaku- anak, bersikap otoriter atau penolakan
perilaku tertentu, bila perilaku mereka itu terhadap eksistensi anak bisa menjadi
positif tidak menjadi masalah, namun jika penyebab terjadinya kenakalan remaja
perilaku yang negatif seperti menganggu (Geldard, 2011).
ketentraman masyarakat, berkelahi, minum- Masalah yang menjadi pemicu konflik
minuman keras, terlibat narkoba, bolos antara remaja dan orangtua mencakup
sekolah, mencuri dan sebagainya, maka hal keterlambatan pulang dari sekolah, gaya dan
ini yang tidak disenangi semua pihak, guru, model berpakaian, karakteristik teman
orangtua dan masyarakat. sepergaulan, prestasi belajar dan tugas
Kartono (2011) mengatakan, pengaruh sekolah. Hal-hal ini terjadi karena pada masa
sosial dan budaya memainkan peran yang remaja kebutuhan remaja untuk
besar dalam pembentukan atau bersosialisasi dengan teman sebayanya
pengkondisian tingkah laku kriminal anak- demikian kuat. Bahkan mereka cenderung
anak remaja. Perilaku anak-anak remaja ini memilih teman sebaya daripada orangtuanya
menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak untuk berbagi perasaanya, terutama pada
adanya konformitas terhadap norma-norma remaja yang kurang dekat dengan orangtua.
sosial, mayoritas kenakalan remaja berusia Mereka merasa kurang dimengerti oleh
dibawah 21 tahun, angka tertinggi kenakalan orangtuanya dan sering mengalami
remaja ada pada usia 15-19 tahun. kesalahfahaman dalam relasi dengan
Kehidupan modern dengan segala orangtua. Sementara ketika bersama teman
kemajuannya memberikan kemudahan dan sebaya, mereka merasa dimengerti oleh
peluang kepada siapapun juga untuk berbuat teman sebayanya dan memiliki masalah-
dan berperilaku positif dan negatif. Cukup masalah yang tidak jauh berbeda sehingga
banyak remaja yang terjerumus ke dalam saling berbagi dengan nyaman (Lestari,
dunia hitam, tidak sedikit remaja yang hamil 2012).
2
ISSN : 2085-6601
EISSN : 2502-4590
Kontrol orangtua secara umum belasan tahun dapat terlibat dalam semua
menurun pada masa remaja, sehingga hal ini jenis perilaku konformitas yang bersifat
memiliki efek remaja berhadapan dengan negatif, menggunakan bahasa gaul, mencuri
berbagai bahaya. Banyak orangtua melakukan perusakan serta mempermainkan
menggunakan gaya pengasuhan otoritarian orangtua dan guru. Meskipun demikian,
(otoriter) dalam menangani remaja. Dalam terdapat banyak bentuk konformitas teman
pengasuhan ini orangtua dominan sebaya yang tidak negatif dan lebih
menghukum dan membatasi, sehingga merupakan keinginan untuk bergabung
remaja harus mengikuti pengarahan yang dalam dunia yang sama dengan teman-
diberikan dan menghormati usaha-usaha teman (Santrock, 2007).
yang telah dilakukan orangtua. Pengasuhan Secara individual, remaja sering
orangtua yang bersifat otoritarian berkaitan merasa tidak nyaman dalam melakukan apa
dengan perilaku remaja yang tidak yang dituntutkan pada dirinya. Namun,
berkompeten, remaja yang dibesarkan oleh karena besarnya tekanan atau besarnya
orangtua yang otoritarian sering sekali cemas keinginan untuk diakui, ketidakberdayaan
terhadap perbandingan sosial, kurang untuk meninggalkan kelompok, dan
memperlihatkan inisiatif dan memiliki ketidakmampuan untuk mengatakan “tidak”,
komunikasi yang buruk (Santrock, 2007). membuat segala tuntutan yang diberikan
Orangtua ingin bertindak otoriter kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama
terhadap anaknya, karena ia dididik seperti kelamaan perilaku ini menjadi kebiasaan,
itu oleh orangtuanya sendiri, tetapi dan melekat sebagai suatu karakter yang
kenyataanya remaja tidak dapat dididik diwujudkan dalam berbagai perilaku negatif
secara keras seperti itu, sehingga remaja kelompok remaja.
bermasalah terkekang. Sikap orangtua yang Konformitas teman sebaya memiliki
terlalu dominan dan hak orangtua atas diri kekuatan yang luar biasa untuk menentukan
anak adalah mutlak,dapat mengakibatkan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam
remaja mencari dukungan dari lingkungan lingkungan pergaulan yang penuh dengan
luar ( Sarwono, 2000). ”energi negatif” seperti yang terurai di atas,
Disamping pola asuh orangtua segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan
otoritarian, konformitas teman sebaya juga hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya,
mempengaruhi kenalan remaja. Banyaknya jika remaja berada dalam lingkungan
masalah yang timbul akibat pergaulan, pergaulan yang selalu menyebarkan ”energi
keingintahuan yang tinggi, hingga masalah- positif”, yaitu sebuah kelompok yang selalu
masalah yang bergesekan dengan hukum memberikan motivasi, dukungan, dan
dan tatanan sosial yang berlaku di sekitar peluang untuk mengaktualisasikan diri
remaja. Tingginya rasa solidaritas antar secara positif kepada semua anggotanya,
teman, pengakuan kelompok, atau ajang remaja juga akan memiliki sikap yang positif.
penunjukan identitas diri, dapat menimbulkan Remaja tingkat SMP khususnya di MTs
masalah pada saat remaja salah dalam Negeri Pematangsiantar merupakan usia
memilih kelompok teman sebaya. remaja yang memerlukan perhatian,
Demi alasan solidaritas, sebuah bimbingan dari guru, orangtua, dan
kelompok sering kali memberikan tantangan menciptakan konformitas teman sebaya
atau tekanan-tekanan kepada anggota karena mereka masih mencari identitas diri,
kelompoknya (peer-pressure) yang ingin dihargai, dipercaya dan belajar
terkadang berlawanan dengan hukum atau bertanggungjawab.
tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
saja berupa paksaan untuk menggunakan Pematangsiantar, terdapat beberapa
narkoba, melakukan hubungan seks, kenakalan remaja, selama 5 tahun (tahun
melakukan penodongan, bolos sekolah, 2007 s/d 2012) ini terdapat kenakalan remaja
tawuran, merokok, corat-coret tembok, seperti merokok (42 kasus), mengompas (14
tekanan yang ini biasa disebut dengan kasus), menonton video porno (25 kasus),
konformitas teman sebaya. bolos sekolah berkelompok maupun
Konformitas terhadap teman sebaya perorangan (235 kasus), cabut jam pelajaran
dapat bersifat positif ataupun negatif, remaja berkelompok dan perorangan (56 kasus),
3
ISSN : 2085 – 6601
EISSN : 2502-4590
4
ISSN : 2085-6601
EISSN : 2502-4590
menjelaskan kenakalan remaja, sisanya baku hipotetik dan simpangan baku empirik
dipengaruhi oleh variabel lain. dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
- Tingkat signifikansi koefisien korelasi
satu sisi dari output (diukur dari Tabel 5. Hasil perhitungan nilai rata-rata
probabilitas p) menghasilkan angka hipotetik dan nilai rata-rata empirik
0,000 atau praktis 0. Oleh karena Variabel SD Nilai rata-rata Keterangan
probabilitas p > 0,05; praktis korelasinya Hipotetik Empirik
bersifat signifikan. Pola asuh 16,021 105 113,43 Cukup
otoritarian dominan
4) Model Persamaan Garis Regresi Konformitas 10,514 75 70,91 Sedang
Model Persamaan regresi dapat dibuat teman
dengan melihat tabel berikut: sebaya
Kenakalan 17,894 122,5 99,41 Rendah
Tabel 4. Model Persamaan Regresi remaja
Unstandardized Berdasarkan perbandingan kedua nilai
Coefficients rata-rata (mean hipotetik dan mean empirik),
maka dapat dinyatakan bahwa subjek dalam
Std.
Model B Error t Sig. penelitian ini memiliki pola asuh otoritarian
yang cukup dominan, konformitas teman
1 (Constant) 16.314 15.211 1.072 .287
sebaya yang sedang, dan memiliki tingkat
Pola Asuh .500 .116 4.319 .000 kenakalan remaja yang rendah.
Otoritarian
Konformitas .372 .176 2.105 .039 DISKUSI
Teman Sebaya Berdasarkan hasil penelitian ini
Pada tabel dapat diketahui bahwa nilai menunjukkan bahwa terdapat hubungan
koefisien konstanta B adalah 16,314 dan yang signifikan antara pola asuh otoritarian
nilai koefisien masing-masing variabel dan konformitas teman sebaya dengan
pola asuh otoritarian dan konformitas kenakalan remaja. Hal ini menandakan
teman sebaya adalah 0,500 dan 0,372 bahwa semakin dominan pola asuh
sehingga model persamaan regresi yang otoritarian orangtua dan konformitas teman
diperoleh adalah sebagai berikut: sebaya yang negatif, maka akan semakin
Y = 16,314+0,500X1+0,372X2 tinggi kenakalan remaja. Sebaliknya semakin
Dari persamaan regresi diatas, dapat kurang dominan pola asuh otoritarian
diartikan bahwa pengaruh masing-masing orangtua dan konformitas teman sebaya
variabel sebagai berikut: yang positif, maka kenakalan remaja akan
a. Satu poin kenaikan variabel pola asuh rendah. Berdasarkan hasil ini, maka hipotesis
otoritarian menyebabkan kenaikan yang diajukan dinyatakan diterima.
kenakalan remaja sebesar 0,500 Selanjutnya diketahui bahwa
ditambah konstanta sebesar 16,314.
persentase sumbangan yang diberikan
b. Satu poin kenaikan konformitas teman
variabel pola asuh otoritarian terhadap
sebaya menyebabkan kenaikan nilai
kenakalan remaja adalah sebesar 26,5%,
variabel kenakalan remaja sebesar
kemudian hasil ini juga diketahui bahwa
0,372.
sumbangan yang diberikan oleh variabel
Dalam upaya mengetahui bagaimana
konformitas teman sebaya adalah sebesar
kriteria pola asuh otoritarian, konformitas
teman sebaya dan kenakalan remaja pada 12,7%. Sumbangan kedua variabel bebas
siswa, maka perlu dibandingkan antara (pola asuh otoritarian dan konformitas teman
mean/nilai rata-rata empirik dengan sebaya) terhadap kenakalan remaja adalah
mean/nilai rata-rata hipotetik dengan sebesar 30,8%. Sementara itu, berdasarkan
memperhatikan besarnya bilangan SD dari nilai rata-rata hipotetik dengan nilai rata-rata
masing-masing variabel.Gambaran empirik, diperoleh hasil bahwa pola asuh
selengkapnya mengenai perbandingan siswa MTs Negeri Pematangsiantar berada
mean/nilai rata-rata hipotetik dengan pada pola asuh otoritarian yang cukup
mean/nilai rata-rata empirik serta simpangan dominan, dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa pola asuh otoritarian akan
6
ISSN : 2085-6601
EISSN : 2502-4590
7
ISSN : 2085 – 6601
EISSN : 2502-4590