Anda di halaman 1dari 13

MAKNA KELUARGA BAGI REMAJA KORBAN PERCERAIAN

(Studi Kasus di Kelurahan Sudiang, Kecamatan Biringkanaya)

MEANING OF FAMILY FOR TEENAGE DIVORCE VICTIMS


(Case Study in Kelurahan Sudiang, Kecamatan of Biringkanaya)

NASRIL ENDRAWAN
Pendidikan IPS Kekhususan Pendidikan Sosiologi
Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

nasrilendrawan @gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: (i) Makna keluarga bagi remaja dari keluarga bercerai, (ii) Faktor-faktor yang
memotivasi remaja dari keluarga bercerai tetap bersekolah dan (iii) Remaja dari keluarga bercerai bersikap dan
berperilaku kepada kedua orang tuanya. Penelitian ini menggunakan pedekatan deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa (i) Makna keluarga yang dikonstruksikan oleh para informan
tergolongkan kepada beberapa kategori, yaitu: makna keluarga sebagai keutuhan dan kebersamaan anggota keluarga,
makna keluarga sebagai pemenuhan fungsi ekonomis, makna keluarga sebagai penentuan status dan pemberian peran,
makna sebagai pemenuhan fungsi afeksi (kasih sayang), serta makna keluarga sebagai mendahulukan kepentingan dan
masa depan anak. (ii) Faktor yang memotivasi untuk tetap bersekolah terdapat 6 kategori, yaitu: faktor ingin bekerja
dan hidup mandiri, faktor dorongan dari keluarga, faktor keinginan pembuktian diri kepada orang tua maupun
masyarakat, faktor ingin menggapai cita-cita, faktor ingin membantu orang tua, dan faktor motivasi dari diri sendiri.
(iii) Sikap dan perilaku para remaja tersebut kepada kedua orang tua mereka, terdapat 3 kategori, yaitu: sikap dan
perilaku tetap sama seperti sebelum perceraian orang tua, perubahan dari awalnya marah dan benci berubah menjadi
baik dan sayang, dan yang terakhir yaitu marah dan benci kepada orang tuanya.

Kata kunci : makna keluarga, remaja, perceraian.

ABSTRACT

The study aims at discovering (i) the meaning of family for teenage divorce victims, (ii) the factors that
motivate teenage from divorced family to keep studying in school, and (iii) the attitude and behavior of teenage
from divorce family to their families. The study employed descriptive qualitative approach. Data were collected by
employing observation, interview, and documentation.
The results of the study reveal that (i) the meanings of family constructed by the informants are
categorized in several categories, namely the meaning of family as integrity and togetherness of family
members, the meaning of family as fulfillment of economic function, the meaning of family as status
determination and assignment of roles, meaning as fulfillment of affection function, and meaning as prioritize
the interest and the future of the children; (ii) the factors to keep studying in school has 6 categories, namely
factors of desire to work and be independent, factor of encouragement from the family, factor of desire to
prove themselves to parents and the people, factor of desire to achieve what they dream of in life, factor of
helping the parents, and factor of motivation from themselves; (iii) the attitude and behavior of teenage to
both of their parents have 3 categories, namely the attitude and behavior remain the same as before the divorce
of their parents, the changes from initially angry and hate change to be nice and affectionate, and finally
angry and hate to their parents.

Keywords: meaning of family, teenage, divorce


PENDAHULUAN lagi, anak-anak tidak diberi penjelasan yang
memadai mengapa sampai orang tua mereka
Ketika manusia lahir ke bumi ini, senantiasa memutuskan untuk bercerai. Mereka dianggap
terhubung dengan suatu ikatan darah ataupun tidak perlu tahu titik pangkal persoalan yang
kekerabatan yang dikenal dengan sebutan menyebabkan orang tua mereka bercerai karena
keluarga. Hampir setiap orang di dunia hari ini hal tersebut dianggap bukan menjadi urusan
lahir dan belajar mengenal diri dan lingkungannya mereka.
yang merupakan hasil proses sosialisasi di dalam Anak-anak yang masih kecil mungkin tidak
keluarga. Di dalam keluarga diajarkan nilai-nilai, perlu diberi penjelasan, namun anak-anak yang
norma-norma, serta peran-peran yang dijalani oleh telah memasuki masa remaja sudah semestinya
setiap anggota keluarga yang merupakan diberi penjelasan memadai ihwal perceraian orang
konsekuensi logis dari posisi (kedudukan) mereka tua mereka. Saat anak-anak telah memasuki usia
masing-masing di dalam keluarga. remaja, maka daya imajinasi dan abstraksi mereka
Keluarga sendiri terdiri atas 2 jenis, yaitu telah berkembang jauh lebih baik dari pada anak-
keluarga luas dan keluarga inti. Pada masyarakat anak yang belum memasuki usia remaja. Berfikir
perkotaan, jenis keluarga luas sudah sangat jarang lebih logis dan sistematis dalam menyelesaikan
dapat ditemui. Perkembangan kota yang sangat persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Jika
dinamis dan individualis, menyebabkan sistem remaja-remaja yang orang tuanya bercerai tidak
kekeluargaan hanya menyisakan bentuk keluarga diberi penjelasan yang memadai, maka mereka
inti saja. Setiap keluarga baru memilih tinggal akan menyusun sendiri penjelasan-penjelasan
terpisah dengan orang tua dan saudara-saudara (sesuai dengan jangkauan pengetahuan yang
lainnya, meskipun harus dengan mengontrak dimilikinya) dan memberikan pemaknaan-
rumah. Akibatnya, terjadi jarak antara orang tua, pemaknaan atas fenomena perceraian orang
saudara dengan keluarga baru tersebut. tuanya. Jika remaja tersebut lebih mendahulukan
Pengambilan jarak oleh keluarga baru rasionalitasnya dalam memaknai perceraian orang
dengan keluarga lainnya, pada satu sisi tuanya, dampaknya dapat menjadi lebih positif.
memberikan dampak positif berupa tanggung Namun, jika remaja tersebut mendahulukan
jawab dalam membina sendiri rumah tangga pendekatan perasaan dalam memaknai perceraian
mereka, mencari nafkah, serta mendidik anak- orang tuanya, maka efek negatif akan dapat
anak mereka kelak sesuai pola pengajaran yang terjadi. Dalam psikologi, hanya remaja-remaja
disepakati oleh pasangan suami-istri tersebut. berjiwa tangguh yang dapat menerapkan
Namun pada sisi lain mengurangi partisipasi kemungkinan pertama yang disebutkan di atas.
keluarga luas untuk dapat membantu ketika terjadi Disinilah peran dari orang tua dalam memberikan
persoalan-persoalan di dalam rumah tangga argumentasi-argumentasi logis dan positif demi
pasangan suami-istri tersebut. Beberapa mengontrol pemaknaan dari anak-anak
persoalan-persoalan yang terjadi dapat semakin remajanya, agar pemaknaan yang diberikan oleh
menguatkan ikatan pernikahan, namun seringkali remaja-remaja tersebut atas fenomena perceraian
pula persoalan-persoalan yang terjadi justru dapat orang tuanya tidak berkembang secara liar dan
membuat sebuah keluarga menjadi terpecah. serampangan yang dapat menjerumuskan remaja-
Keluarga yang terpecah karena remaja tersebut ke dalam pelampiasan yang
permasalahan-permasalahan yang terjadi di antara negatif.
pasangan suami-istri, sangat besar potensinya Anak-anak dari keluarga bercerai sudah
berpengaruh kepada anak-anak di dalam keluarga pasti akan kehilangan sosok orang tuanya. Dalam
tersebut. Anak-anak berada pada posisi yang artian bahwa intensitas pertemuan (interaksi) dan
lemah dalam pengambilan putusan untuk bercerai. pencurahan kasih sayang, serta pengasuhan dan
Anak-anak tidak diberi porsi untuk berpendapat pendidikan dari salah satu orang tuanya akan
apalagi untuk protes terhadap keputusan bercerai sangat terbatas mereka dapatkan karena tidak
dari orang tua mereka. Dan yang lebih parahnya tinggal serumah lagi. Menurut kebiasaan
masyarakat Indonesia, anak-anak dari keluarga
bercerai akan tinggal dengan ibunya. Akan ada keluarga yang bercerai akan menunjukkan sikap
jarak dan waktu yang menjadi pemisah anak-anak dan perilaku yang berlawanan dengan aturan-
dan salah satu orang tuanya. Bahkan pada kasus- aturan atau dengan kata lain menjadi anak yang
kasus tertentu, mereka akan kehilangan kedua nakal. Gunarsa (2013: 68) mengatakan bahwa
orang tuanya. Mereka akan dititipkan kepada yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja,
salah satu keluarga dari pihak ibu ataupun ayahnya salah satu faktornya adalah karena tidak adanya
sementara kedua orang tuanya pergi mencari salah satu figur ayah atau ibu ataupun keduanya,
nafkah di daerah lain maupun telah menikah lagi. sehingga struktur keluarga tidak lagi utuh. Ketidak
Kejadian seperti itu terjadi dan dialami oleh utuhan keluarga ini mempengaruhi perilaku anak.
Pangeran Wahid Akbar (16 tahun) dan Asifah (16 Faktor yang lain juga adalah karena
tahun). keluarga yang berantakan akibat perceraian.
Pangeran Wahid Akbar pada saat ini tinggal Perceraian menyebabkan anak-anak menjadi
di rumah saudara perempuan ibunya, di BTN sangat bingung dan merasakan ketidakpastian
Tirasa Sudiang. Bapaknya berdomisili di daerah emosional. Mereka tertekan, sangat menderita dan
Tello, sedangkan ibunya tinggal dan berjual- merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Ada
jualan di perbatasan Papua dan Papua Nugini. perasaan bersalah dan berdosa pada diri anak.
Pangeran Wahid Akbar hanya dapat sesekali Kemudian munculah konflik batin dan kegalauan
bertemu dengan ibunya. Sedangkan dengan jiwa. Anak tidak bisa tenang belajar, tidak betah
bapaknya, dia pun sangat jarang bertemu, tinggal di rumah, selalu merasa pedih, risau dan
meskipun memungkinkan untuknya lebih sering malu. Untuk melupakan semua derita batin
bertemu. Kejadian yang kurang lebih sama tersebut anak lalu melampiaskan kemarahan dan
dialami oleh Asifah. Saat ini dia tinggal dengan agresivitasnya keluar. Nakal, urakan, berandalan,
nenek dari pihak bapaknya, sedangkan kedua tidak mau mengenal lagi aturan dan norma sosial,
orang tuanya kini telah menikah lagi. Ibunya bertingkah laku semaunya sendiri, membuat onar
sekarang tinggal di Sulawesi Barat bersama di luar rumah dan suka berkelahi. Jablonska dan
suaminya, sedangkan bapaknya masih tinggal di Lindber juga menyatakan bahwa remaja dengan
Makassar dengan istrinya. orang tua tunggal memiliki resiko yang lebih
Fenomena perceraian yang semakin marak tinggi terhadap perilaku beresiko, menjadi korban
terjadi beberapa tahun terakhir ini tentu saja dan mengalami distres mental, daripada remaja
menimbulkan keprihatinan tersendiri dalam dengan orang tua yang lengkap (Lestari, 2013: 8-
masyarakat. Di Kota Makassar, angka gugatan 9).
cerai yang masuk ke Pengadilan Agama Klas 1A Konflik batin, kegalauan jiwa, perasaan
Makassar pada tahun 2015 adalah sebanyak 2.508 risau, serta rasa malu dari anak-anak yang orang
gugatan cerai; terdiri dari 662 cerai talak dan 1.846 tuanya bercerai, tidak terlepas dari struktur
cerai gugat (istri yang mengajukan gugatan cerai). pemaknaan yang mereka bangun dalam diri
Dari 2.508 gugatan tersebut, sebanyak 1.849 yang mereka. Struktur makna itu juga tidak terlepas dari
diputus sedangkan sisanya masuk dalam proses pengaruh penilaian negatif oleh masyarakat
pada tahun berikutnya (Berita Kota Makassar, 29 mengenai keluarga yang berantakan atau terpecah
November 2016). Angka tersebut sedikit menurun akibat perceraian. Terjadi komunikasi
pada tahun 2017, dimana gugatan cerai yang intersubjektif dan negosiasi makna antara remaja
terdaftar di Pengadilan Agama Klas 1A Makassar sebagai individu dengan masyarakat sebagai
sebanyak 2.357; terdiri dari 628 cerai talak, dan sebuah struktur.
sebanyak 1.729 cerai gugat. Dari 2.357 gugatan Mencermati fenomena tersebut di atas,
itu, sebanyak 2.122 gugatan diputus oleh pemaknaan yang lebih positif terhadap keluarga
pengadilan (http://pa-makassar.go.id). dari remaja-remaja tersebut memegang peran
Disamping fakta-fakta di atas, dengan penting dan memberi kekuatan mengutuhkan diri
segala keterbatasan yang remaja-remaja dari mereka. Berbeda halnya jika remaja dari keluarga
keluarga bercerai miliki, mereka masih mau untuk bercerai sudah tidak peduli lagi dan berempati
melanjutkan sekolahnya. Biasanya remaja dari
terhadap keluarganya, sikap dan perilakunya akan keluarga informan maupun orang-orang yang
mengarah ke hal yang negatif. berada di Kelurahan Sudiang.
Berdasarkan permasalah diatas maka
peniliti tertarik mengkaji masalah “Makna B. Fokus Penelitian
Keluarga Bagi Remaja Korban Perceraian (Studi Fokus penelitian ini adalah menyangkut:
Kasus di Kelurahan Sudiang, Kecamatan (1). Makna keluarga dalam pandangan remaja
Biringkanaya)”. korban perceraian orang tua. (2). Faktor-faktor
yang memotivasi remaja korban perceraian orang
METODE PENELITIAN tua tetap melanjutkan sekolahnya. (3). Sikap dan
perilaku remaja korban perceraian kepada kedua
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian orang tuanya.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode C. Deskripsi Fokus Penelitian
penelitian kualitatif, di mana metode penelitian ini Untuk memudahkan pengamatan fokus
menjadikan peneliti sebagai instrumen kunci penelitian, maka penelitian ini berfokus pada:
(human instrument), dengan maksud bahwa pada 1. Bentuk-bentuk pemaknaan mengenai keluarga
proses menganalisis data hasil penelitian, yang dipahami oleh remaja dari keluarga yang
interpretasi peneliti atas data tersebut yang bercerai.
menjadi dasar utama. 2. Hal-hal yang memotivasi remaja dari keluarga
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang bercerai untuk tetap melanjutkan
kuantitatif, dimana hasil penelitian tersebut dapat sekolahnya.
digeneralisasi pada tingkatan populasi atau 3. Sikap dan perilaku seseorang akan ikut
bahkan pada komunitas lain yang memiliki berubah seiring berubahnya pemaknaannya
karaterikstik yang sama dan sifatnya untuk terhadap sesuatu. Sikap dan perilaku remaja
menguji suatu teori. Sedangkan pada penelitian ini dari keluarga bercerai terhadap kedua orang
yang bersifat kualitatif, dimana penelitian tuanya juga tidak akan terlepas dari unsur
kualitatif menurut Faisal (Supratman, 2015: 133), pemaknaan tersebut.
malah harus membebaskan dirinya dari “tawanan”
D. Instrumen Penelitian
suatu teori, dan hasil penelitian kualitatif pun tidak
Instrumen dalam penelitian ini adalah
bisa dilakukan generalisasi karena yang
peneliti sendiri. Peneliti menjadi instrumen kunci
dikehendaki adalah makna.
(human instrument), dengan maksud bahwa
peneliti menganalisis data selama dilapangan
2. Lokasi penelitian
maupun setelah data telah didapatkan seluruhnya.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan
Peneliti menginterpretasi dan menarik kesimpulan
Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Kota
berdasarkan pemahaman dan pengetahuan peneliti
Makassar mengenai makna keluarga bagi remaja
atas data-data tersebut.
korban perceraian. Pemilihan lokasi ini didasarkan
pada banyaknya fenomena perceraian yang terjadi
E. Informan Penelitian
berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan.
Penentuan informan penelitian pada
Selain daripada itu, aspek keterjangkauan
dasarnya dan paling penting adalah ‘terjangkau’.
seperti yang dimaksud oleh Patton (2009) dimana
Maksudnya adalah bahwa informan bagi sebuah
pemilihan informan didasarkan pada aspek
penelitian dapat ditemui dan bersedia berbagi
kemudahan informan ditemui dan kebersediaan
informasi dengan peneliti (Patton, 2009).
informan tersebut untuk berbagi informasi pada
Penentuan informan pada penelitian ini
peneliti menjadi pilihan rasional bagi saya jika
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
memilih meneliti remaja korban perceraian orang
ini adalah teknik pengambilan sampel sumber data
tua di Kelurahan Sudiang yang berdekatan dengan
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
domisili peneliti. Dengan maksud juga agar
tersebut yaitu: (1) remaja yang berada dalam
penelitian ini dapat memberi manfaat kepada
rentang umur antara 12-20 tahun. Pemilihan umur Pada saat melakukan wawancara, peneliti
dalam rentang tersebut, saya dasarkan pada berdialog langsung dengan informan dengan
pendapat ahli mengenai remaja yang telah dibahas mengajukan pertanyaan yang telah disusun
pada bab II di atas. (2) Berasal dari keluarga yang berdasarkan pedoman wawancara. Dalam hal ini
minimal telah setahun bercerai. Dengan peneliti melemparkan pertanyaan secara
pertimbangan bahwa remaja yang telah setahun terstruktur sambil menambahkan pertanyaan-
orang tuanya bercerai, sudah dapat pertanyaan untuk mengembangkan atau menggali
menginterpretasi dan memaknai mengenai lebih dalam informasi yang dibutuhkan dari
kenyataan perceraian orang tuanya, sehingga informan. Setiap pernyataan yang diberikan
dapat memberi data yang dibutuhkan untuk informan direkam seraya tetap membuat catatan-
penelitian ini. (3) Tetap melanjutkan sekolahnya. catatan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
Keputusan untuk tetap bersekolah yang menjadi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak
pembeda remaja tersebut dengan remaja-remaja diinginkan pada alat perekam misalnya data rusak,
lain yang juga dengan orang tua bercerai yang adanya gangguan suara (suara tidak terdengar
tidak melanjutkan sekolahnya (putus sekolah).. jelas) atau data hilang. Jika data yang
dikumpulkan belum sepenuhnya lengkap maka
F. Teknik Pengumpulan Data peneliti berusaha mengajukan pertanyaan lanjutan
Teknik pengumpulan data merupakan untuk menggali hal-hal lain yang diinginkan.
langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah 2. Observasi
mendapatkan data. Oleh karena itu, digunakan Metode observasi atau pengamatan
beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu: merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan jalan mengadakan pengamatan
1. Wawancara terhadap peristiwa atau kegiatan tertentu yang
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan menjadi subjek penelitian. Peneliti mengamati
dengan melakukan interview dengan remaja- kondisi di lapangan guna mengetahui kondisi
remaja dari keluarga yang bercerai. Wawancara lingkungan informan yang kiranya berhubungan
dilakukan dalam penelitian ini pada dasarnya dengan fokus penelitian ini sehingga dapat
ingin mengetahui secara lebih dekat bagaimana memperkaya informasi bagi penelitian ini.
bentuk pemaknaan keluarga dari remaja korban
perceraian, hal-hal yang memotivasi mereka untuk 3. Dokumentasi
tetap bersekolah, dan bagaimana sikap dan Studi dokumen merupakan pelengkap dari
perilaku kepada kedua orang tua mereka. penggunaan metode observasi dan wawancara
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih dalam penelitian kualitatif. Dokumen yang
menyeluruh dan valid, peneliti melengkapi diri dimaksud adalah berupa data mengenai angka
dengan media seperti alat perekam wawancara, perceraian serta data yang berkenaan dengan
kamera, buku catatan dan alat tulis. Pada saat lokasi penelitian (letak geografis, demografis, dan
penelitian ini berlangsung, peneliti melakukan lain-lain). Dokumen yang telah diperoleh
wawancara dengan prosedur sebagai berikut: (1) kemudian dianalisis, dibandingkan, dipadukan
Membuat janji dengan informan (sumber data); sehingga membentuk suatu hasil kajian yang
(2) Menyiapkan instrumen dan peralatan yang sistematis padu dan utuh. Jadi studi dokumentasi
telah ditetapkan; (3) Datang ke lokasi tempat tidak hanya sekedar mengumpulkan dan
wawancara akan dilakasanakan lebih awal; (4) menuliskan atau melaporkan dalam bentuk
Meminta bantuan orang lain untuk mengambil kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen, tetapi
gambar dokumentasi awal kegiatan wawancara; lebih dari itu yang dilaporkan dalam penelitian ini
(5) Memulai wawancara dengan menyampaikan adalah hasil analisis dari dokumen-dokumen
pokok-pokok wawancara; (6) Melakukan tersebut.
wawancara sesuai dengan panduan dan tahapan
yang telah dipersiapkan.
G. Teknik Analisis Data PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dilapangan, 1. Makna keluarga dalam pandangan remaja
selanjutnya diolah dan dianalisis dengan dari keluarga bercerai
menggunakan metode reduksi data, penyajian Makna hadir pada diri manusia sebagai
data, dan penarikan kesimpulan: akibat dari manusia mengorelasikan realitas yang
dihadapinya dengan pengetahuan yang telah ia
1. Reduksi Data miliki sebelumnya. Ketika seseorang berhadapan
Mereduksi data berarti merangkum, dengan sebuah realitas, dalam memahami dan
memilih dan memilah hal-hal yang pokok, menginterpretasi realitas, seseorang tidak berada
memfokuskan pada hal-hal yang menjadi fokus pada posisi yang netral dan objektif karena hal
penelitian, dicari tema dan polanya, dan tersebut mustahil. Setiap orang senantiasa
membuang hal-hal yang tidak sesuai dengan fokus membawa horizon pengetahuannya ketika
penelitian. berhadapan dengan realitas.
Pertemuan (interseksi) horizon pembaca
2. Penyajian data (yang memahami dan menginterpretasi) dengan
Dalam penelitian ini, penyajian data bisa horizon teks atau realitas (yang dipahami dan
dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti uraian diinterpretasi) menghasilkan perluasan horizon
singkat, kategorisasi, hubungan antar kategori, pengetahuan pada diri pembaca. Tentu saja,
dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, perluasan horizon pengetahuan pembaca (dalam
maka akan memudahkan untuk memahami apa hal ini remaja dari keluarga bercerai) membuat
yang terjadi, dapat dijelaskan makna yang makna yang dipersepsikannya tidak terbatas pada
terkandung didalamnya sehingga dapat makna-makna yang terbakukan secara sosial saja
memudahkan peneliti dalam membuat kesimpulan (konvensi), namun dapat meluas menjadi apa saja
penelitian. tergantung sejauh mana perluasan horizon si
remaja dan sejauh mana pula penghayatannya
3. Penarikan kesimpulan (fenomenologis) pada konteks keberadaannya.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif Tidak ada batasan karena makna bersifat arbitrer.
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang Maka tidak salah jika lazim kita mendengar
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, ungkapan bahwa satu realitas dapat dimaknai
karena masalah dan rumusan masalah dalam dengan seribu makna.
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan Pengetahuan yang dimaksud disini bukan
akan berkembang setelah peneliti berada hanya merupakan apa yang dipelajari dan dihayati
dilapangan. secara fenomenologis, akan tetapi juga
Setelah data telah didapatkan dari informan pengetahuan yang didapatkan melalui internalisasi
sesuai dengan tujuan penelitian ini, data tersebut (sosialisasi primer) dan juga dialektika
kemudian diverifikasi, dipilah-pilah, dikelompok- subjektivasi dan objektivasi (sosialisasi sekunder)
kelompokkan, dipahami dan diinterpretasikan, ditengah-tengah masyarakat, sehingga makna
barulah kemudian kesimpulan dapat dibuat oleh yang hadir pada diri remaja-remaja korban
peneliti. perceraian orang tua tidak hanya sebagai hasil
konstruksi berfikir semata, namun juga
H. Pengabsahan Data merupakan hasil konstruksi sosial dimana para
Uji keabsahan data yang digunakan dalam remaja tersebut tinggal. Agak sulit untuk
penelitian ini adalah member check, yaitu proses menentukan batas demarkasi konstruksi berfikir
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada individu dan konstruksi sosial, karena sejatinya
pemberi data. Tujuan member check adalah untuk pada sosialisasi primer di lingkungan keluarga
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh pada kenyataannya merupakan hasil konstruksi
sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi sosial dan pada sosialisasi sekunder di masyarakat
data. pun pada kenyataannya individu-individu juga
berperan aktif di dalamnya.
Membaca informasi yang disampaikan oleh dan makna keluarga sebagai pemenuhan fungsi
para informan di atas, terlihat memiliki beberapa kasih sayang (afeksi) yang diisi oleh 3 informan.
pengelompokan pemaknaan dalam memaknai Keaneka ragaman pemaknaan yang
keluarga sebagai sebuah institusi sosial dan disampaikan oleh para remaja dari keluarga
kenyataan hidup sehari-hari. Mereka tidak bercerai yang menjadi informan penelitian ini,
berbicara makna keluarga secara ideal, namun membuktikan bahwa proses abstraksi yang terjadi
mempersepsikannya berdasarkan pengetahuan pada diri remaja-remaja tersebut telah berjalan
atas kenyataan perceraian orang tua mereka yang dengan sangat baik. Ini membuktikan bahwa
mereka alami dan hayati sebagai sebagai sebuah manusia sebagai aktor adalah diri yang kreatif
faktisitas yang memaksa. Blumer, seperti yang dalam mengkonstruksi diri dan dunia sosialnya.
dikutip oleh Barbalet (Turner, 2012: 326), Kondisi ini agak sedikit berbeda dengan yang
mengatakan bahwa “makna yang diberikan oleh dikatakan oleh Mead (Ritzer-Goodman, 2005),
seorang aktor terhadap sebuah objek adalah suatu yaitu bahwa “...Proses sosial mendahului fikiran.
fungsi dari proses-proses interaksi dimana aktor Proses sosial bukanlah produk dari fikiran...”.
yang bersangkutan terlibat”. Pada tahap eksternalisasi dari seorang aktor,
Kategori pemaknaan yang dominan proses sosial memang benar telah terjadi
berdasarkan hasil penelitian ini adalah makna mendahului fikiran sang aktor. Namun aktor
keluarga sebagai keutuhan dan kebersamaan kemudian terlibat dan mencurahkan dirinya dalam
anggota keluarga. Pemaknaan ini jika ditelusuri proses sosial yang terjadi. Pada tahap ini, tidak
pada penyebab perceraian kedua orang tua logis ketika dipahami bahwa aktor berjalan
informan-informan tersebut memiliki korelasi mengikuti proses sosial seperti layaknya ban
signifikan. Disamping itu pula, kenyataan berjalan dalam sebuah industri perakitan
dimasyarakat bahwa layaknya sebuah keluarga elektronik tanpa sedikitpun aktor mencurahkan
adalah yang tinggal dalam satu rumah serta utuh pemikiran-pemikirannya. Objektivikasi dari
dan harmonis. Bukan menjadi kondisi yang umum Berger dan Luckmann lebih sesuai dalam
ditengah-tengah masyarakat, dimana sebuah menjelaskan bagaimana fikiran memengaruhi
keluarga, salah satu atau beberapa anggotanya proses sosial yang sedang berjalan.
hidup terpisah dengan yang lainnya. Faktor ini
2. Faktor-faktor yang memotivasi remaja dari
pula yang juga berperan dalam mengonstruksi
keluarga bercerai tetap bersekolah
makna keluarga oleh sebagian besar informan
Ketika terjadi sebuah masalah dalam
penelitian ini.
kehidupan seorang manusia, dia akan membawa
Hal yang menarik berdasarkan hasil
masalah tersebut ke dalam fakultas akaliahnya dan
penelitian ini bahwa hanya terdapat 2 orang
mencari bahan-bahan atau pengetahuan-
informan yang memaknai keluarga sebagai
pengetahuan yang kiranya dapat ia pergunakan
pemenuhan fungsi ekonomis. Padahal biasanya
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Proses ini
setiap terjadi perceraian, umum di masyarakat
lazim disebut dengan berfikir. Berger dan
menjadikan faktor ekonomi sebagai biang keladi
Luckmann (1990: 34) menyebutnya dengan
terjadinya perceraian. Namun ternyata dari 12
“kenyataan hidup sehari-hari berusaha
orang informan penelitian ini, hanya 2 orang saja
mengintegrasikan sektor problematis itu ke dalam
yang mengonstruksi makna keluarga sebagai
apa yang tidak problematis lagi”.
pemenuhan fungsi ekonomis. Hal ini juga berarti
Seorang manusia senantiasa mencari solusi
bahwa faktor ekonomi bukanlah acuan utama bagi
akan permasalahan-permasalahan yang ia hadapi.
para remaja tersebut dalam melihat dan memaknai
Mengapa? Karena hal tersebut sifatnya fitrawi.
keluarga. Faktor ekonomi tidak lebih penting dari
Manusia tidak pernah nyaman dengan situasi yang
keutuhan dan kebersamaan anggota keluarga.
tidak berjalan dengan normal atau sifatnya rutin.
Bahkan makna tersebut berada pada peringkat
Kenyataan sehari-hari adalah kenyataan utama
ketiga setelah makna keluarga sebagai keutuhan
yang merupakan hal-hal rutin terjadi dalam
dan kebersamaan anggota keluarga (5 informan)
kehidupan manusia. Masalah adalah
interupsi/penyimpangan dari kenyataan sehari- oleh suatu masyarakat. salah satu dari social stock
hari tersebut. Menyelesaikan masalah (mencari of knowledge itu adalah bahwa jika ingin berhasil
solusi) adalah usaha mengembalikan di masa depan, maka seseorang harus pintar dan
penyimpangan yang terjadi kepada kondisi memiliki keahlian agar dapat bekerja dan
kenyataan rutin sehari-hari itu. mendapatkan penghidupan yang layak. Untuk itu,
Selain daripada itu, mencari sebuah agar dapat menjadi pintar dan ahli, mau tidak mau
penyelesaian atas sebuah masalah yang mendera harus bersekolah. Stock pengetahuan (social stock
dikarenakan manusia tidak pernah bisa tahan of knowledge) dari pengetahuan akal sehat
dengan kondisi chaotis. Senantiasa berusaha (common sense knowledge) inilah yang menjadi
mengembalikannya ke dalam keadaan normal kepercayaan pada diri individu-individu tersebut,
kehidupannya. Hal tersebut karena manusia yang dalam hal ini adalah remaja-remaja dari
adalah “kehendak untuk percaya”, kata Nietzsche. keluarga bercerai. Kepercayaan kepada
Manusia butuh pegangan, tidak terbiasa atau tidak pengetahuan masyarakat ini yang menjadi
nyaman dengan ketidakpastian. Manusia pegangan, menjadi sandaran, memberikan
mempercayai Tuhan, sains, filsafat, dan lain harapan bagi remaja-remaja tersebut dalam
sebagainya demi sebuah pegangan dalam hidup. meredakan kecemasan dan menatap masa depan
Berkaitan dengan mengapa para remaja dari dengan lebih optimis.
keluarga bercerai memilih melanjutkan Pendidikan merupakan modal kultural
sekolahnya? Hal tersebut, salah satunya, berkaitan (budaya) dalam pandangan Pierre Bourdieu
dengan “kehendak untuk percaya” demi sebuah (Thompson, 1984). Dalam arena terjadi
pegangan hidup pasca perceraian kedua orang tua percampuran dan perebutan kuasa diantara
mereka. Mereka merasakan kecemasan berkaitan beberapa jenis modal atau kapital (ekonomi,
dengan masa depan mereka. Tentang bagaimana budaya, dan simbol). Agar dapat eksis dan
nasib mereka kemudian hari kelak. Dengan bersaing di dalam arena, seseorang harus
perceraian kedua orang tua mereka, mereka menguasai salah satu diantara beberapa modal
kehilangan pegangan, tempat bersandar dalam tersebut. Terbuka juga kesempatan mengkonversi
mengarungi kehidupan dunia yang kurang sebuah modal menjadi modal yang lain. Sebagai
bersahabat bagi mereka. Untuk itu mereka contoh; kualifikasi pendidikan (modal budaya)
mencari sebuah pegangan kiranya dapat dapat dikonversi ke dalam bentuk kerja yang
meredakan tegangan kecemasan tersebut. menguntungkan sehingga mendapatkan
Kecemasan timbul karena kesadaran penghasilan yang memadai atau bahkan berlebih
manusia mengetahui bahwa ia tidak dapat (modal ekonomi).
mengendalikan masa depannya. Usaha-usaha Keputusan remaja untuk tetap melanjutkan
(ikhtiar) yang dilakukan olehnya senantiasa pendidikannya demi harapan dapat bekerja dan
bersilangan dengan usaha-usaha yang dilakukan hidup mandiri merupakan sebuah keputusan yang
oleh manusia lainnya, sedangkan usaha-usaha dari tepat dan bijak agar dapat bersaing di dalam arena
manusia-manusia lainnya berada di luar dan meraih apa yang mereka inginkan. Bukan hal
manipulasi (kuasa) nya. Selamanya masa depan yang tidak mungkin, selain mendapatkan
adalah prediksi-prediksi dan bukan sebuah pekerjaan dan penghasilan yang mencukupi,
kepastian. Oleh sebab itu manusia butuh kepada mereka juga pada akhirnya bisa mendapatkan
sebuah pegangan atau kepercayaan untuk jabatan dan status sosial yang merupakan modal
mengatasi rasa cemas tersebut, karena kecemasan simbolik.
adalah suatu hal yang tidak mengenakkan.
Masyarakat menyediakan banyak stock 3. Sikap dan perilaku remaja dari keluarga
pengetahuan (social stock of knowledge) yaitu bercerai kepada kedua orang tuanya
berupa pengetahuan-pengetahuan yang Remaja sebagai tahapan dalam
diturunkan dari generasi sebelumnya melalui perkembangan manusia memiliki karakteristik-
media sosialisasi. Stock pengetahuan itu berupa karakteristik secara umum. Namun keumuman
kesepahaman umum (konvensi) yang diyakini tersebut tidak meniscayakan bahwa semua remaja
harus berkarateristik seperti itu. Demikian pula darinya, awalnya dia membenci ibunya. Namun
halnya dengan remaja dari keluarga bercerai, sikap dan perilaku ibunya yang menunjukkan rasa
meskipun telah dikemukakan oleh Gunarsa (2013) kasih dan sayang kepadanya dengan sering
bahwa penyebab kenakalan remaja adalah karena mengunjunginya disekolahnya, akhirnya sikap
tidak adanya salah satu sosok orang tua, dan dan perilaku Cica Mustika berubah menjadi baik
karena keluarga yang terpecah oleh perceraian, dan sayang kepada ibunya. Hal yang sama pun
namun selalu saja ada pengecualian-pengecualian. terjadi pada informan yang bernama Sari. Dia
Pengecualian-pengecualian tersebut awalnya benci dan marah kepada ibunya, karena
dimungkinkan oleh perbedaan pemahaman yang ibunya tega menjual rumah dan lari dengan laki-
merupakan korelasi proses internal dan sosial pada laki lain. Namun ketika ibunya pada akhirnya
diri setiap manusia. pulang dengan tangan hampa, hatinya menjadi
Jika seseorang memaknai baik sesuatu, luluh.
maka ia akan mendekatinya, menjaganya, Remaja-remaja dari keluarga bercerai yang
melindunginya, bahkan memperlakukannya tinggal dengan ibu mereka mempunyai sikap dan
secara istimewa. Namun sebaliknya, jika sesuatu perilaku yang baik kepada ibunya, seperti pada
itu dimaknai sebagai buruk atau jahat, maka kasus Max Devan S. Maarisit, Andi Wello Faizal,
seseorang akan menjauhinya, mengasingkannya, Muh. Reza Fatahillah, serta Sari. Pada kasus Sari,
mengasarinya, bahkan sampai ketika ibunya meninggalkan dirinya dan saudara-
menghancurkannya. Belanda menjajah Indonesia saudaranya ada rasa marah dan benci kepada
ratusan tahun karena mereka memahaminya ibunya. Namun ketika ibunya pulang dan
sebagai sebuah kebaikan untuk mereka. Dowes berkumpul lagi bersama dia dan saudara-
Dekker berpaling memihak perjuangan rakyat saudaranya, terjadi perubahan pada sikap dan
Indonesia untuk merdeka, karena ia memaknainya perilakunya kepada ibunya menjadi lebih baik dan
sebagai kebaikan dan kebenaran. Pelaku bom sayang.
bunuh diri satu keluarga di beberapa gereja Ada pula beberapa informan yang tidak
beberapa waktu lalu, dikarenakan mereka tinggal dengan ibu maupun ayahnya, namun sikap
meyakininya sebagai sebuah kebenaran dan dan perilakunya tetap baik kepada kedua orang
kewajiban jihad demi masuk surga. Pertentangan tuanya. Hal ini terlihat pada kasus Ismiawati,
antar manusia yang terjadi di muka bumi ini tidak Salsabila Saninah, dan Musfirah. Ketiga informan
terlepas dari pertentangan baik dan buruk, benar tersebut tinggal dengan tante ataupun nenek
dan salah, dan persoalan tersebut berpangkal pada mereka, namun sikap dan perilaku mereka kepada
bagaimana cara manusia memahami dan kedua orang tua mereka tetap baik. Jarak yang
memaknai (menginterpretasi) sebuah realitas atau memisahkan mereka tidak menjadi sebab
kenyataan. Manusia tidak pernah terhenti pada perubahan sikap dan perilaku kepada orang tua
benda atau realitas yang berada dihadapannya. mereka karena komunikasi dengan kedua orang
Manusia senantiasa melihat dibalik benda atau tua mereka tetap terjalin dengan baik walaupun via
realitas tersebut. Senantiasa melihat melampaui telephon. Namun pada kasus Asifah, berkebalikan
unsur kebendaan, itulah yang disebut dengan dengan ketiga informan di atas. Asifah memiliki
makna. rasa marah dan dendam kepada ibu dan juga
Perilaku seseorang tidak terlepas dari ayahnya. Rasa marah dan dendam kepada ibunya
rangkaian stimulus, interpretasi, dan respon. terlebih karena ibunya lebih memilih calon
Respon yang diberikan seseorang atas stimulus suaminya (saat itu) ketimbang Asifah. Harga diri
yang ia terima, tidak serta-merta. Stimulus Asifah sebagai seorang anak direndahkan dan
merupakan situasi atau peluang untuk bertindak diremehkan oleh sikap dan perilaku ibunya yang
dan bukannya suatu paksaan, kata Mead (Johnson, secara tegas mengatakan lebih memilih calon
1986: 251). Respon senantiasa diperbaharui suaminya. Sedangkan rasa marah kepada ayahnya,
seiring berubahnya stimulus yang datang padanya. karena ayahnya lebih mengutamakan dan
Situasi ini dapat kita lihat pada salah satu informan memperhatikan anak-anaknya dari istrinya yang
yang bernama Cica Mustika. Menurut informasi
sekarang ketimbang Asifah dan saudara- Perubahan makna mengikuti perubahan simbol-
saudaranya. simbol yang disajikan oleh orang tua mereka
Pada kasus Pangeran Wahid Akbar dalam situasi interaksi tatap muka. Semakin
Badaruddin, dia mempunyai rasa marah kepada intensif pertemuan orang tua dan anak remajanya
bapaknya. Rasa marah tersebut bukan karena tersebut dengan menunjukkan perubahan-
adanya jarak (terpisah tempat tinggal) dengan perubahan sikap dan perilaku dari orang tua yang
bapaknya, namun terlebih karena saat sebelum menunjukkan perhatian dan kasih sayang,
cerai dengan ibunya, dia melihat bapaknya suka semakin besar peluang terjadi perubahan sikap
memukul ibunya ketika sedang bertengkar, dan dan perilaku dari anak remajanya tersebut.
juga karena faktor ekonomi keluarga. Meskipun Senada dengan itu, George J. McCall
pada akhirnya, dengan bertambahnya usia sikap (Umiarso & Elbadiansyah, 2014: 191) juga
dan perilakunya kepada bapaknya mengalami mengatakan bahwa dalam interaksi sosial muncul
perubahan menjadi lebih baik. pikiran atau kesadaran diri (self) sang aktor
Pada kasus Rifda Nafizah Putri, rasa marah merupakan bagian esensi dalam tindakan sosial,
dan benci kepada ibunya bukanlah karena adanya sehingga mereka saling memengaruhi,
jarak diantara mereka. Rasa marah tersebut menyesuaikan diri dan saling mencocokkan
sebagai akibat perilaku ibunya yang sering tindakan-tindakan mereka. Dalam konteks ini,
bercerita jelek mengenai ayahnya, dan belakangan makna akan dikonstruksi sebagai embrionik
dia mengetahui bahwa cerita-cerita tersebut tindakan sosial sang aktor dari hasil pemahaman
tidaklah benar. Rasa tersebut tidak mengalami dan penafsiran mereka. ...diri (self) sang aktor
perubahan karena komunikasi antara dia dan akan membuat dan bertindak berdasarkan
ibunya terputus setahun belakangan. Padahal jika interpretasi itu, ia akan berusaha untuk
komunikasi terjalin dengan baik, ada melekatkan makna yang diperoleh dari interaksi
kemungkinan terjadi perubahan pada diri Rifda sosial tersebut untuk tindakannya.
Nafizah Putri. Mengapa interaksi sosial melalui interaksi
Masalah komunikasi menjadi faktor utama tatap muka yang lebih memungkinkan terjadinya
timbulnya rasa marah, benci, ataupun dendam perubahan makna pada diri interpreter?.
pada diri Asifah, dan Rifda Nafizah Putri dan Jawabannya sederhana, yaitu karena pada situasi
berefek kepada sikap dan perilaku mereka kepada tatap muka, seseorang dapat dengan lebih mudah
salah satu ataupun kedua orang tua mereka. memasuki subjektifitas lawan bicara melalui
Padahal dengan komunikasi yang lancar dan baik, ekspresi wajah, gerak tubuh, pilihan kata, dan
dapat mengubah sikap dan perilaku yang tidak intonasi suara sehingga menghadirkan keyakinan
baik dari para informan tersebut kepada kedua pada diri interpreter (penafsir) bahwa lawan
orang tuanya. bicaranya benar-benar memaksudkan hal-hal yang
Interaksi sosial dalam bentuknya yang dia kemukakan dan bukan sebuah kemunafikan
paling dasar yaitu interaksi tatap muka, (pencitraan) belaka. Berbeda halnya dengan
memungkinkan bagi seseorang untuk memahami interaksi secara tidak langsung melalui telepon,
dan menafsirkan diri orang lain secara lebih lentur sms, ataupun chat via aplikasi messenger. Melalui
dan terbuka. Diri seseorang lebih terbuka melalui telepon, hanya pilihan kata dan intonasi suara
ekspresi wajah, pilihan kata, intonasi suara, dan yang dapat dirujuk oleh sang interpreter,
gerak tubuh sehingga lebih mudah ditafsirkan sedangkan ekspresi wajah dan gerak tubuh
ketimbang interaksi model lainnya. Pada interaksi terselubungi oleh ketidakhadiran fisik. Begitu pula
tatap muka, pola-pola respon senantiasa secara jika melalui sms ataupun aplikasi messenger.
terus dan bersinambungan dimodifikasi melalui Bahkan interaksi melalui media tersebut lebih
pertukaran makna-makna subjektif yang beraneka parah karena menyelubungi kesemua syarat yang
ragam. Nah, perubahan sikap dan perilaku dari dapat menghadirkan keyakinan pada diri
remaja-remaja dari keluarga bercerai terhadap interpreter. Kata-kata yang dipakai singkat, emosi
orang tuanya terjadi melalui media interaksi tatap yang disampaikan pun diwakilkan pada simbol-
muka yang intensif dengan orang tua mereka.
simbol emoticon yang sifatnya palsu dan b. Makna keluarga sebagai pemenuhan fungsi
hiperealistik. ekonomis, terdapat 2 orang informan yang
Dari pemaparan beberapa informan termasuk di dalamnya, yaitu Pangeran Wahid
mengenai sikap dan perilaku mereka kepada orang Akbar Badaruddin dan Max Devan S. Maarisit.
tuanya pasca perceraian juga terungkap bahwa ada c. Makna keluarga sebagai penentuan status dan
setidaknya 4 informan perempuan dan 3 informan pemberian peran. Terdapat 2 orang informan di
laki-laki yang memiliki rasa marah maupun benci dalamnya, yaitu Andi Mega Mustika dan
kepada salah satu orang tuanya pasca perceraian Pangeran Wahid Akbar Badaruddin. Jadi
terjadi, namun perasaan marah dan benci tersebut Pangeran Wahid Akbar Badaruddin masuk ke
berubah secara berangsur-angsur. Kondisi dalam 2 kategori sekaligus berdasarkan
psikologis para informan tersebut tidak serta merta pemaknaan yang diungkapkannya.
mengarahkan pola sikap dan perilaku mereka. d. Makna sebagai pemenuhan fungsi afeksi (kasih
Bukan rasa yang mencari pengetahuan (fides sayang) termasuk di dalamnya 3 orang
quaerens intellectum) -seperti yang dikemukakan informan, yaitu Asifah, Muh. Reza Fatahillah,
oleh Anselmus dan Agustinus- namun dan Andi Wello Faizal.
pengetahuan yang mengarahkan perasaan. e. Makna keluarga sebagai mendahulukan
Perasaan marah dan benci mereka mengalami kepentingan dan masa depan anak, hanya
proses perasionalan oleh pengetahuan. Bahwa biar terdapat 1 orang informan di dalamnya, yaitu
bagaimanapun buruknya orang tua, mereka informan yang bernama Sari.
tetaplah orang tua yang telah melahirkan kita. 2. Terdapat beberapa faktor yang memotivasi
Pengetahuan ini adalah pengetahuan yang umum para remaja dari keluarga bercerai untuk tetap
(pengetahuan akal sehat/common sense melanjutkan sekolahnya, yaitu:
knowledge) yang biasa dijumpai ditengah-tengah a. Faktor ingin bekerja dan hidup mandiri. Pada
masyarakat dan berakar dari ajaran agama. kategori ini terdapat 6 orang informan yang
Berdasarkan fakta tersebut dapat tergolong di dalamnya. Keenam informan
disimpulkan bahwa anggapan umum selama ini tersebut adalah; Asifah, Ismiawati, Cica
bahwa perempuan dikendalikan oleh perasaannya Mustika, Andi Mega Mustika, Pangeran Wahid
sedangkan laki-laki oleh rasionalitasnya tidak Akbar Badaruddin, dan Rifda Nafizah Putri.
terbukti pada informan perempuan penelitian ini. b. Faktor dorongan dari keluarga. Pada kategori
Informan perempuan penelitian ini tidak ini terdapat 4 orang informan, yaitu; Muh.
senantiasa mengutamakan perasaannya dalam Reza Fatahillah, Sari, Andi Mega Mustika, dan
berhadapan dengan orang tuanya. Proses dialektis Max Devan S. Maarisit.
subjektivasi dan objektivasi pada gilirannya c. Faktor keinginan pembuktian diri kepada
menginternalisasi nilai-nilai kebaikan dan akhlak orang tua maupun masyarakat. Terdapat 2
yang sejatinya mendewasakan pemikiran, sikap orang yang masuk ke dalam kategori ini.
dan perilaku mereka. Kedua informan tersebut adalah Salsabila
Saninah dan Rifda Nafizah Putri.
KESIMPULAN d. Faktor ingin menggapai cita-cita, termasuk di
Berdasarkan hasil penelitian dan dalamnya 2 orang informan, yaitu Musfira dan
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan Andi Wello Faizal.
sebagai berikut: e. Faktor ingin membantu orang tua, terdapat 2
1. Terdapat lima kategorisasi pemaknaan yang orang informan. Informan yang dimaksud
didapatkan berdasarkan kepada pernyataan adalah Pangeran Wahid Akbar Badaruddin,
dari para informan-informan. dan Andi Wello Faizal.
a. Makna keluarga sebagai keutuhan dan f. Faktor motivasi dari diri sendiri. Pada kategori
kebersamaan anggota keluarga, terdapat 5 ini, secara implisit seluruh informan termasuk
orang informan yang termasuk di dalamnya, di dalamnya. Penggunaan diksi ‘saya ingin’,
yaitu Ismiawati, Cica Mustika, Salsabila ‘saya mau’, dan sejenisnya, menunjukkan
Saninah, Rifda Nafizah Putri, dan Musfira. intensionalitas dari informan-informan
tersebut. Akan tetapi secara eksplisit, hanya 2. Pasca perceraian, komunikasi orang tua dengan
yang menggunakan diksi ‘motivasi diri anak-anaknya harus tetap terjalin dengan baik.
sendiri’, ataupun ‘dorongan diri sendiri’ yang Tanggung jawab sebagai orang tua dalam
peneliti kutip pernyataannya. Dan adapun yang mengontrol perkembangan mental dan sekolah
secara eksplisit mengungkapkannya, yaitu; anak jangan dibebankan kepada orang lain.
Max Devan S. Maarisit serta Andi Wello Anak sebesar apapun masih butuh dan akan
Faizal. tetap butuh perhatian dari orang tua mereka.
3. Pada pembahasan hasil penelitian mengenai Kisah anak-anak Nabi Yaqub as yang cemburu
sikap dan perilaku remaja dari keluarga kepada Nabi Yusuf as kiranya dapat menjadi
bercerai kepada orang tuanya, terdapat 3 contoh bahwa meskipun seorang anak telah
kategori, yaitu: tumbuh dewasa tetap haus akan perhatian dan
a. Sikap dan perilaku tetap sama seperti sebelum cinta kedua orang tuanya.
perceraian orang tua. Informan yang masuk 3. Seringkali masyarakat menganggap bahwa
kategori ini adalah; Ismiawati, Salsabila masalah perceraian adalah masalah privat
Saninah, Max Devan S. Maarisit, dan Musfira sebuah keluarga, sehingga tidak mau ambil
b. Perubahan dari awalnya marah dan benci pusing dengan hal tersebut. Anggapan tersebut
berubah menjadi baik dan sayang, terdapat 6 jelas salah, karena sebuah keluarga merupakan
orang informan, yaitu; Cica Mustika, Andi bagian dari struktur masyarakat sehingga
Mega Mustika, Sari, Pangeran Wahid Akbar sebagai bagian dari sebuah struktur,
Badaruddin, Muh. Reza Fatahillah, serta Andi seharusnya keluarga-keluarga yang lain mesti
Wello Faizal. turun tangan membantu keluarga yang bercerai
c. Marah dan benci kepada orang tuanya, terdapat tersebut. Memediasi, jika mungkin, pasangan
2 informan, yaitu; Rifda Nafizah Putri dan suami-istri yang akan bercerai. Namun hal
Asifah yang paling penting kiranya adalah memberi
perhatian dan bantuan kepada anak-anak dari
SARAN pasangan suami-istri yang bercerai. Perlakukan
Berdasarkan kesimpulan yang anak-anak tersebut layaknya anak sendiri, jika
dikemukakan di atas, maka saran/masukan yang bermasalah dengan biaya sekolahnya, urung
dapat peneliti kemukakan sehubungan dengan rembuklah dengan tokoh masyarakat maupun
hasil penelitian ini antara lain: masyarakat sekitar untuk dapat membantu
1. Pernikahan merupakan kesepakatan di antara anak-anak tersebut. Masyarakat jangan
dua orang berbeda jenis kelamin untuk hidup berpangku tangan melihat seseorang yang
bersama. Karena pernikahan merupakan hancur menjadi lebih hancur lagi.
kesepakatan, maka tentunya jika kedua belah
pihak ingin mengakhiri kesepakatan tersebut DAFTAR PUSTAKA
adalah sesuatu yang wajar. Namun sebaiknya
sebelum memutuskan untuk bercerai perlu Ali, Abdullah. 2007. Metode Penelitian Dan
mempertimbangkan banyak hal, apalagi jika Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon: STAIN
telah memiliki anak. Pendapat dan pandangan Cirebon Press.
anak-anak mestilah diperhatikan dan menjadi
bahan pertimbangan orang tua dalam membuat Berger, Peter L., & Luckmann, Thomas. 1966.
keputusan. Memberi pemahaman kepada anak Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Sebuah
mengapa kedua orang tuanya mesti bercerai Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan.
juga penting agar rasa kecewa dan frustasi anak Terjemahan oleh Basari, Hasan. 1990.
dapat sedikit terkurangi. Selain dari itu, tetap Jakarta: LP3ES.
menjamin hidup anak-anak mereka dan tidak
ditinggalkan hidup bersama dengan tantenya, Berita Kota Makassar. 29 November, 2016. 1.856
neneknya, atau bahkan pada kakaknya untuk Bercerai, Perempuan Lebih Banyak
menanggung hidupnya. Menggugat.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja
Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga: Dan Permasalahannya. Jakarta: CV.
Upaya Membangun Citra Membentuk Sagung Seto.
Pribadi Anak. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan;
Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
Ideologi, Dan Politik Media. Yogyakarta: R&D. Bandung: Alfabeta.
LKiS.
Supratman, Lucy Pujasari. 2015. Konsep Diri
Goode, William J. Tanpa Tahun. Sosiologi Remaja Dari Keluarga Bercerai. Jurnal
Keluarga. Terjemahan oleh Hasyim, Penelitian Komunikasi, (Online), Vol. 18,
Lailahanoum. 2004. Jakarta: Bumi No. 2
Aksara. (https://www.researchgate.net/publicatio
n/296686796_KONSEP_DIRI_REMAJA
Gunarsa, Singgih D. 2001. Psikologi Praktis: _DARI_KELUARGA_BERCERAI,
Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: Diakses 11 Januari 2018).
Gunung Mulia.
Suhendi, Hendi., & Wahyu, Ramdani. 2001.
Johnson, Doyle Paule. 1986. Teori Sosiologi Pengantar Sosiologi. Bandung: Pustaka
Klasik Dan Moderen. Terjemahan oleh Setia.
Lawang, Robert M. Z. 1994. Jakarta:
Gramedia. Turner, Bryan S. (Ed). 2009. Teori Sosial: Dari
Lestari, Sri. 2013. Psikologi Keluarga: Klasik Sampai Postmodern. Terjemahan
Penanaman Nilai dan Penanganan oleh S. A. Setiyawati., & Shufiyati, Roh.
Konflik dalam Keluarga. Jakarta: 2012. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kencana.
Thompson, John B. 1984. Analisis Ideologi
Narwoko, J. Dwi., & Suyanto, Bagong. 2004. Dunia: Kritik Wacana Ideologi-Ideologi
Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan. Dunia. Terjemahan oleh Haqqul Yaqin.
Jakarta: Kencana. 2014. Jogjakarta: IRCiSoD

Patton, M. Q. 1990. Metode Evaluasi Kualitatif. Umiarso., & Elbadiansyah. 2014. Interaksionisme
Terjemahan oleh Priyadi, Budi Puspo. Simbolik: Dari Era Klasik Hingga
2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Modern. Jakarta: Rajawali Pers.

Ritzer, George. 2016. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Website Pengadilan Agama Klas 1A Kota
Berparadigma Ganda. Terjemahan oleh Makassar (http://pa-makassar.go.id,
Alimandan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Diakses 17 Januari 2018).
Perkasa.
Wirawan, Bagus Ida. 2014. Teori-Teori Sosial
Ritzer, George., & Goodman, Douglas J. 2005. Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial,
Teori Sosiologi Modern. Terjemahan oleh Defenisi Sosial, dan Perilaku Sosial).
Alimandan. 2008. Jakarta: Kencana. Jakarta: Kencana.

Santrock, John W. 2004. Pendidikan Psikologi. Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Anak Dan
Terjemahan oleh Tri Wibowo B. S. 2007. Remaja. Bandung: PT. Remaja
Jakarta: Kencana. Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai