Anda di halaman 1dari 11

Makalah Pendidikan Agama

Oleh:

KELOMPOK 5

1. BEATRIZE FEDIA KINANTI


2. DEA FADILLAH
3. MARISCA RAHMADINI
4. VIONY NADELLA
5. MUHAMMAD RAJA FELARIDHO
6. SEPTHYA PRATAMA VANESQI
7. SEMA ANGGELITA PUTRI

DOSEN PEMBIMBING :ERI FAUZIAH,SPd.I,M.KES


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................   i
DAFTAR  ISI......................................................................................................................   ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................................................   1
1.2 Rumusan
Masalah..............................................................................................................................    2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................    3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian aliran-aliran
ketuhanan..........................................................................................................................    4
2.2 Aliran-aliran
ketuhanan..........................................................................................................................    5
2. Tokoh – tokoh aliran-aliran
ketuhanan..........................................................................................................................    8
                                  
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................   10
3.2 Saran............................................................................................................................   11
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 12  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi,


yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis.Bagi orang yang
menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi),
akanmenambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.Jadi Filsafat
Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang
Tuhan.Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan
secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi. Hal ini
bukan menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta,
yakni makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa
pertama, tetapi bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu,
bukan pula pada teodise.Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan
Allah dalam filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan, sebab dapat
menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah cara
ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan
dengan filsafat lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll).Maka para filsuf
mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik,
dan secara refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran
Allah melalui sekitar diri kita.

1.2   RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian aliran-aliran ketuhanan ?
B.     Aliran-Aliran Ketuhanan ?
C.     Siapa saja tokoh tokohnya ?
1.3  TUJUAN
A.    Untuk Mengetahui Pengertian aliran-aliran ketuhanan.
B.     Untuk Mengetahui aliran-aliran ketuhanan.
C.     Tokoh – tokoh aliran-aliran ketuhanan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN ALIRAN-ALIRAN KETUHANAN

Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan Filsafat Ketuhanan .Pemikiran tentang Tuhan dengan
pendekatan akal budi (filosofis). Bagi penganut agama tertentu terutama agama Islam, Kristen,
Yahudi, akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Agama Kristen
mengenal konsep Tritunggal, yang maksudnya Tuhan memiliki tiga pribadi: Bapa, Putra,
dan Roh Kudus. Konsep ini terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks.Konsep
ini merupakan paham monoteistis yang dipakai sejak Konsili Nicea I pada tahun 325 M. Kata
"Tritunggal" sendiri tidak ada dalam Alkitab. Di dalam Ulangan 6:4ditulis bahwa Tuhan itu Esa.
Keesaan ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah "kesatuan dari berbagai satuan". Contohnya,
pada Kejadian2:24 ditulis "keduanya (manusia dan istrinya) menjadi satu (ekhad) daging"
berarti kesatuan dari 2 manusia. Di Kejadian 1:26 Allah menyebut diri-Nya dengan kata ganti
"Kita", mengandung kejamakan dalam sifat Tuhan.Pengertiannya adalah satu substansi
ketuhanan, namun terdiri dari tiga pribadi.
Di samping monoteisme yang menolak keberadaan dewa-dewi, ada ajaran henoteisme yang
meyakini dan memuja satu Tuhan, namun juga meyakini keberadaan dewa-dewi lainnya dan
bahkan dapat turut memuja mereka.Variasi istilah tersebut adalah "monoteisme inklusif" dan
"politeisme monarkis", dipakai untuk membedakan ragam dari fenomena tersebut. Henoteisme
mirip namun kurang eksklusif daripada monolatri (pemujaan satu Tuhan) karena monolator
hanya memuja satu Tuhan (menolak keberadaan dewa-dewi untuk disembah), sedangkan
penganut henoteisme dapat memuja dewa-dewi daripanteon yang mereka yakini, tergantung
keadaan, meskipun biasanya mereka hanya akan memuja satu Tuhan saja sepanjang hidup
mereka (kecuali ada konversi tertentu). Dalam beberapa agama, pemilihan Tuhan Mahakuasa
dalam kerangka henoteistis dapat saja terjadi, tergantung alasan kultural, geografis, historis,
bahkan politis.
2.2 ALIRAN-ALIRAN KETUHANAN

A. Deisme
       Pertama saya tidak akan membahas arti dari kata Deisme secara etimologi bahasa Yunani
seperti umumnya tulisan orang lain. Kedua, yang jelas, intinya yang dimaksud dengan deisme
adalah sauatu faham kepercayaan kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta, tetapi terpisah
dengan diri dan meyakini bahwa alam semestalah yang mengatur dirinya. Karena buku rujukan
yang saya punya terbatas untuk menjelaskan tentang deisme, mungkin saya hanya akan menulis
tentang pemikiran W Leibniz dan Quentin Smith, yang saya pikir masuk kategori deisme juga
jika kita lihat pemikiran dari kedua tokoh tersebut. Terutama teori Leibniz, “tentang Eksistensi
Allah dalam Argumentasi Kosmologis”, Baiklah kita mulai pembahasan dengan pemikiran
Leibniz.

a.Biografi dan Karya Leibniz


Gottfried Wilhem von Leibniz lahir pada 1 Juli 1646 di kota Leipzig, Sachsen. Ayahnya,
Friedrich Leibniz, menjabat sebagai professor filsafat moral di Universitas Leipzig. Ibunya
bernama CatharinaScmuck adalah seorang ahli dari ahli hokum. Ayah Leibniz meninggal pada
saat ia berusia 6 tahun. Leibniz masuk Universitas Leipzig sebagai mahasiswa hukum, pada
tahun 1663 ia telah menyelesaikan program sarjananya. Dan pada tahun 1666 ia memperoleh
gelar doktornya.

b. Eksistensi Alam Semesta sebagai “Ada” yang Kontingen


Dalam argumentasi kosmologinya, libniz menerima adanya penyebab mundur yang tidak
terbatas. Ia tidak tergantung pada permis penolakan suatu sebab mundur yang tak terbatas.[3]
Selain itu, baginya dunia atau alam semesta adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari pengada-
pengada yang bersifat kontingen. Rangkaian dari pengada-pengada terhubung dengan kejadian-
kejadian.Karena itu, dunia sebagai suatu keseluruhanpun bersifat kontingen.
Bagi Leibniz, adanya suatu eksistensi pengada selalu membutuhkan penjelasan dari
eksistensinya.[4] Dalam suatu rangkaian terjalin relasi kausalitas langsung antara pengada yang
lebih awal dan pengada yang seterusnya.
Leibniz juga memberikan batasan bagi pengada-pengada dalam suatu rangkaian untuk sampai
pada penjelasan penuh atas keberadaanya.
Lalu bagaimana menjelaskan adanya suatu pengada yang menyebabkan seluruh pengada-
pengada dapat ada, jika segala yang ada adalah kontingen?.Jalan keluar yang diambil Leibniz
adalah bahwa pengada itu haruslah berada di luar rangkaian, karena setiap rangkaian tidak dapat
memberikan penjelasan pada dirinya sendiri. Adanya eksistensi ini harus dijelaskan dalam suatu
aktivitas kausal dari pengada di luar rangkaian tersebut.[5] Karena itu haruslah ada suatu
pengada yang niscaya, yang oleh Leibniz disebut sufficient reason. Setiap pengada harus
memiliki prinsip ini sebagai jaminan eksistensinya.
B. Pantheisme
           Istilah panenteisme telah diperkenalkan pertama kali oleh filsuf idealis Jerman Karl
Friedrich Christian Krause (1781-1832). Panenteisme berasal dari kata Yunani panberarti semua,
enberarti didalam dan theos yang berarti Tuhan. Dengan demikian, berarti Semua berada di
dalam Tuhan (all-in-God).[6]  Istilah ini merujuk kepada sebuah sistem kepercayaan yang
beranggapan bahwa dunia semesta berada dalam Tuhan.
Bagi Karl Friedrich Christian Krause (1781-1832) sebagai seorang Hegelian dan guru
Schopenhauer, mempergunakan kata panenteisme untuk mendamaikan konsep teisme dengan
panteisme.Istilah panenteisme muncul pertama kali sebagai system pemikiran filosofis dan
religius pada tahun 1828. Harry Austryn Wolfson (1887-1974), Profesor Harvard University
seorang ahli spritualis Yunani kuno.
Sementara itu, pandangan panenteisme di abad 20 dan 21.dipengaruhi oleh gagasan Teologi
Proses, yang cenderung menolak transendensi Tuhan, kemahakuasaan dan kemahatahuan. Para
Ilmuwan, Kosmolog, filosof dan Teolog di Barat sangat tertarik dengan panenteisme. Mereka
mencapai kesepakatan: "Tuhan tidak lain alam itu sendiri, setidak-tidaknya ditempatkan sebagai
bagian dari itu. tapi hanya tersedia bagi pengalaman mistik yang terdapat di dalamnya."

C. Theisme
         Sejujurnya sangat membingungkan bagi saya ketika subjudul diatas saya menuliskan
tentang deisme dan di  subjudul lain saya harus menjelaskan tentang Theisme. Karena pada
dasarny berbicara Theis dan deisme adalah sama.
Arti dari deisme yaitu dari kata deus yang berarti Allah, sedangkan theis sendiri berasal dari kata
theos yang ber arti Allah atau Tuhan.[8]
Namun sedikit saja saya akan singgung tentang persoalan Theisme dalam perjalanan filsafat.
Seiring dengan berkembangnya peradaban dalam kancah filsafat.
Pembicaraan tentang Tuhan pernah menjadi sentral atau pusat kajian dari filsafat setelah
terjadinya pergeseran pemikiran dari kosmosentris ke theosentris.Mungkin yang membedakan
theism dengan deisme adalah bahwa Theisme lebih bersifat universal sedangkan deisme lebih
memandang bahwa Tuhan tidak pernah mempunyai peran apapun dalam masalah keduniawian.

D. Atheisme
            Istilah atheisme berasal dari dua kata bahasa Yunani; awalan “a” yang berarti “tidak”,
dan Theos yang berarti Tuhan atau dewa, atau juga Allah.
Di dalam literature filsafat, tanda-tanda pertama suatu pandangan atheistic bisa ditemukan di
dalam pemikiran beberapa filsuf Pra-Sokratik dan Kaum Sofis. Bagi Kritias, para dewa adalah
ciptaan atau penemuan pihak penguasa untuk menakut-nakuti para penjahat dan pelanggar
ketertiban. Secara prinsip antara teisme dan Deisme sangat berbeda.
Teisme beranggapan bahwa Tuhan adalah transenden sekaligus immanen, sedangkan Deisme
berpandangan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam ini kemudian membiarkannya secara
mekanis berjalan sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan lagi
Atheisme sebagai pandangan yang menyangkal adanya Allah dapat dibedakan menjadi dua,
yakni atheisme praktis atau atheis romantic dan atheis toeritis.
E.Naturalisme
          Naturalism adalah suatu faham yang berpanadangan bahwa manusia maju bukan karena
kekuatan-kekuatan gaib melainkan pada kekuatan diri sendiri yang membuktikan diri dalam
kemajuan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itulah kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan sebagai pemecah segala
masalahmanusia itu disebut saintisme.Menurut pandangan ini agama harus digantikan dengan
ilmu pengetahuan.

Semangat itu paling jelas dirumuskan oleh Aguste Comte (1798-1857), bapak posotivisme yang
memandang bahwa manusia berkembang melalui hukum tiga tahap dalam
kesempurnaannya.Tahap pertama adalah tahap teologis, tahap kedua adalah metafisik dan tahap
ketiga adalah menjadi manusia positiv yang rasional.Pada tahap ketiga ini, manuisa dipandang
tidak perlu lagi membutuhkan tuhan.

F. Agnotisisme
         Agnostisisme berasal dari kata Yunani agnostos yang berarti tidak dikenal, sehingga dapat
dikatakan bahwa akal manusia tidak dapat mengenal atau mengetahui ada dan tidaknya
Tuhan.Agnostisisme merupakan paham atau aliran yang berpandangan bahwa mustahil akal
manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan. Ini karena, akal manusia bersifat terbatas, sehingga
tidak akan mampu mengetahui sesuatu di luar jangkauan akal manusia termasuk di dalamnya
aalah realitas ketuhanan.

2.3   TOKOH-TOKOHNYA

1.      Baron D'holbach 
          Penulis Perancis abad ke-18, Baron d'Holbach adalah salah seorang pertama yang
menyebut dirinya ateis. Dalam bukuSystème de la Nature (1770), ia melukiskan jagad raya
dalam pengertian materialisme filsafat, determinisme yang sempit, dan ateisme. Buku ini dan
bukunya Common Sense (1772) dikutuk oleh Parlemen Paris, dan salinan-salinannya dibakar di
depan umum.
2.      Thomas Paine
           Thomas Paine adalah salah seorang tokoh deisme yang militan.Tulisannya tentang politik
“Common Sense” dan “The Rights of Man” sangat dipengaruhi oleh konsep deisme.Pemikiran
Paine berpengaruh juga pada revolusi Prancis dan Amerika.Latar belakang pemikiran deisme
Paine adalah karena dia melihat para pemimpin gereja sangat membelenggu umat.Karena itu,
Paine menulis sebuah buku “The Age of Reason”, yang intinya menolak wahyu ilahi dan
mengagungkan kemampuan akal. 
Paine mengatakan bahwa dia percaya dengan Tuhan Esa, maha kuasa, maha mengetahui, dan
maha sempurna. Dan dia juga menegaskan bahwa Tuhan tidak terbatas oleh akal, bahkan satu-
satunya cara mengungkapkan Tuhan hanya dengan akal.
Dia telah menolak adanya ilmu pengetahuan yang berasal dari wahyu. Karena menurut dia,
katika wahyu dikaitkan dengan agama, maka ada pesan tersendiri dari Tuhan yang akan
disampaikan kepada manusia. Namun, pesan itu hanya diwahyukan kepada orang tertentu saja,
tidak kepada orang lain. Bahwa wahyu itu hanya diturunkan kepada dirinya bukan kepada orang
lain.
Oleh sebab itu, orang lain tidak wajib untuk mempercayai adanya wahyu. Pendapat Paine, yaitu
bahwa wahyu Tuhan yang sebenarnya adalah manusia yang sudah dilengkapi oleh akal.
3.      John Salisbury (1115 – 1180)
          Salisbury adalah seorang rohaniawan pada abad pertenganhan.Ia banyak mengkeritik
kesewenangan penguasa waktu itu. Menurutnya, Gereja dan Negara perlu bekerja sama ibarat
hubungan organis antara jiwa dan raga.
Dalam menjalankan pemerintahannya, penguasa wajib memperhatikan hukum tertulis dan tidak
tertulis (hukum alam), yang mencerminkan hukum-hukum Allah
Menurut Salisbury, jikalau masing-masing penduduk bekerja untuk kepentingannya sendiri,
kepentingan masyarakat akan terpelihara dengan sebaik-baiknya. Salisbury juga melukiskan
kehidupan bernegara itu seperti kehidupan dalam sarang lebah, yang sangat memerlukan
kerjasama dari semua unsur, suatu pandangan yang bertitik tolak dari pendekatan organis.

4.      Dante Alighieri (1265 - 1321)


            Seperti halnya dengan filsuf-filsuf abad pertengahan, filsafat Dante sebagian besar
merupakan tanggapan terhadap situasi yang kacau-balau pada masa itu.
Baik Jerman maupun Perancis pada abad pertengahan, menghadapi perselisihan dengan
kekuasaan paus di Roma.Dante, dalam hal ini berada pada kubu penguasa.
Ia amat menentang penyerahan kekuasaan duniawi kepada Gereja. Baginya, keadilan baru dapat
ditegakkan apabila pelaksanaan hukum diserahkan pada satu tangan saja berupa pemerintahan
yang absolute.
Dante berusaha memberikan legitimasi terhadap kekuasaan monarki mondial.Monarki dunia
inilah yang menjadi badan tertinggi yang memutuskan perselisihan antara penguasa yang satu
dengan penguasa yang lainnya.Dasar hukum yang dijadikan pegangan adalah hukum alam, yang
mencerminkan hukum-hukum Tuhan.
Menurut Dante, badan tertinggi yang memperoleh legitimasi dari Tuhan sebagai monarki dunia
ini adalah kekaisaran Romawi. Hanya saja, pada abad pertengahan sudah digantikan oleh
kekuasaan Jerman dan kemudian oleh Perancis, Eropa.

5.      Piere Dubois (lahir 1255)


            Dubois adalah salah satu filsuf terkemuka Perancis kedudukannya sebagai pengacara raja
Perancis pada masa itu selaras dengan pandangan-pandangannya yang pro penguasa.
Sama seperti Dante, Dubois menyatakan bahwa penguasa (raja) dapat menerima kekuasaan dari
tuhan, tanpa perlu melewati pemimpin Gereja.Bahkan, Dubois ingin agar kekuasaan dunia
Gereja (Paus) dicabut dan diserahkan sepenuhnya oleh raja.
Menurut schmid, dalam beberapa hal pemikiran-pemikiran Dubois telah mampu menjawab
kebutuhan hukum pada abad-abad kemudian. Misalnya, ia mengusulkan agar hubungan Negara-
negara (di bawah kekuasaan Perancis) diatur dalam bentuk federasi, yang mengingatkan kita
pada badan PBB sekarang. Ia juga menyatakan, bahwa raja pun memiliki kekuasaan membentuk
undang-undang, tetapi raja tidak terkait untuk mematuhinya.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
           
  Akhirnya harus saya katakan, bahwa kaum agamawan tidak jarang bertanggungjawab atas
timbulnya penolakan atau berbagai macam aliran atheisme. Selama kaum agamawan hanya
menyampaikan khotbah dan takhayul naïf serta tafsiran agama yang disakralkan tanpa mengacu
pada problem-problem konkrit yang ada di depan hidungnya, maka atheism disitu bisa muncul
sebagai reaksi kritis dan antipasti terhadap agama. Maka oleh karena itu, kaum agamawan harus
belajar dari timbulnya atheisme.

3.2 SARAN
            Mungkin sudah cukup jelas pembahasan dari kelompok kami tentang aliran-aliran dalam
filsafat, yang mana dalam aliran ini terdapat perbedaan-perbedaan antara satu aliran dengan
aliran-aliran yang lain sehingga aliran-aliran tersebut sering berselisih paham antara satu sama
lainnya, namun pada pembahasan kali ini kami hanya membahas tentang bagai mana suatu aliran
itu terbentuk dan bentuk pemikiran apa yang ada didalamnya, sehingga kita dapat memahami
setiap aliran-aliran dalam filsafat, seperti panteisme yang mengatakan bahwa setiap sesuatu
adalah Tuhan maupun pada aliran teisme yang mengartikan bahwa Tuhan itu satu namun dengan
kepribadian yang khas.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/aripbudiman/konsep-
ketuhanan_55094ddf813311e505b1e137
http://habibahasshiamah1993.blogspot.co.id/2014/06/konsep-ketuhanan-aliran-
panteisme.html
http://www.academia.edu/4851127/ALIRAN-
ALIRAN_DALAM_KONSEP_KETUHANAN_DEISME_
https://istiqlalart.wordpress.com/2012/01/26/aliran-aliran-dalam-filsafat/
http://philosopherscommunity.blogspot.co.id/2012/12/konsep-ketuhanan-aliran-
deisme.html

Anda mungkin juga menyukai