Oleh:
KELOMPOK 5
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah.............................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian aliran-aliran
ketuhanan.......................................................................................................................... 4
2.2 Aliran-aliran
ketuhanan.......................................................................................................................... 5
2. Tokoh – tokoh aliran-aliran
ketuhanan.......................................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 10
3.2 Saran............................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian aliran-aliran ketuhanan ?
B. Aliran-Aliran Ketuhanan ?
C. Siapa saja tokoh tokohnya ?
1.3 TUJUAN
A. Untuk Mengetahui Pengertian aliran-aliran ketuhanan.
B. Untuk Mengetahui aliran-aliran ketuhanan.
C. Tokoh – tokoh aliran-aliran ketuhanan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan Filsafat Ketuhanan .Pemikiran tentang Tuhan dengan
pendekatan akal budi (filosofis). Bagi penganut agama tertentu terutama agama Islam, Kristen,
Yahudi, akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Agama Kristen
mengenal konsep Tritunggal, yang maksudnya Tuhan memiliki tiga pribadi: Bapa, Putra,
dan Roh Kudus. Konsep ini terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks.Konsep
ini merupakan paham monoteistis yang dipakai sejak Konsili Nicea I pada tahun 325 M. Kata
"Tritunggal" sendiri tidak ada dalam Alkitab. Di dalam Ulangan 6:4ditulis bahwa Tuhan itu Esa.
Keesaan ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah "kesatuan dari berbagai satuan". Contohnya,
pada Kejadian2:24 ditulis "keduanya (manusia dan istrinya) menjadi satu (ekhad) daging"
berarti kesatuan dari 2 manusia. Di Kejadian 1:26 Allah menyebut diri-Nya dengan kata ganti
"Kita", mengandung kejamakan dalam sifat Tuhan.Pengertiannya adalah satu substansi
ketuhanan, namun terdiri dari tiga pribadi.
Di samping monoteisme yang menolak keberadaan dewa-dewi, ada ajaran henoteisme yang
meyakini dan memuja satu Tuhan, namun juga meyakini keberadaan dewa-dewi lainnya dan
bahkan dapat turut memuja mereka.Variasi istilah tersebut adalah "monoteisme inklusif" dan
"politeisme monarkis", dipakai untuk membedakan ragam dari fenomena tersebut. Henoteisme
mirip namun kurang eksklusif daripada monolatri (pemujaan satu Tuhan) karena monolator
hanya memuja satu Tuhan (menolak keberadaan dewa-dewi untuk disembah), sedangkan
penganut henoteisme dapat memuja dewa-dewi daripanteon yang mereka yakini, tergantung
keadaan, meskipun biasanya mereka hanya akan memuja satu Tuhan saja sepanjang hidup
mereka (kecuali ada konversi tertentu). Dalam beberapa agama, pemilihan Tuhan Mahakuasa
dalam kerangka henoteistis dapat saja terjadi, tergantung alasan kultural, geografis, historis,
bahkan politis.
2.2 ALIRAN-ALIRAN KETUHANAN
A. Deisme
Pertama saya tidak akan membahas arti dari kata Deisme secara etimologi bahasa Yunani
seperti umumnya tulisan orang lain. Kedua, yang jelas, intinya yang dimaksud dengan deisme
adalah sauatu faham kepercayaan kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta, tetapi terpisah
dengan diri dan meyakini bahwa alam semestalah yang mengatur dirinya. Karena buku rujukan
yang saya punya terbatas untuk menjelaskan tentang deisme, mungkin saya hanya akan menulis
tentang pemikiran W Leibniz dan Quentin Smith, yang saya pikir masuk kategori deisme juga
jika kita lihat pemikiran dari kedua tokoh tersebut. Terutama teori Leibniz, “tentang Eksistensi
Allah dalam Argumentasi Kosmologis”, Baiklah kita mulai pembahasan dengan pemikiran
Leibniz.
C. Theisme
Sejujurnya sangat membingungkan bagi saya ketika subjudul diatas saya menuliskan
tentang deisme dan di subjudul lain saya harus menjelaskan tentang Theisme. Karena pada
dasarny berbicara Theis dan deisme adalah sama.
Arti dari deisme yaitu dari kata deus yang berarti Allah, sedangkan theis sendiri berasal dari kata
theos yang ber arti Allah atau Tuhan.[8]
Namun sedikit saja saya akan singgung tentang persoalan Theisme dalam perjalanan filsafat.
Seiring dengan berkembangnya peradaban dalam kancah filsafat.
Pembicaraan tentang Tuhan pernah menjadi sentral atau pusat kajian dari filsafat setelah
terjadinya pergeseran pemikiran dari kosmosentris ke theosentris.Mungkin yang membedakan
theism dengan deisme adalah bahwa Theisme lebih bersifat universal sedangkan deisme lebih
memandang bahwa Tuhan tidak pernah mempunyai peran apapun dalam masalah keduniawian.
D. Atheisme
Istilah atheisme berasal dari dua kata bahasa Yunani; awalan “a” yang berarti “tidak”,
dan Theos yang berarti Tuhan atau dewa, atau juga Allah.
Di dalam literature filsafat, tanda-tanda pertama suatu pandangan atheistic bisa ditemukan di
dalam pemikiran beberapa filsuf Pra-Sokratik dan Kaum Sofis. Bagi Kritias, para dewa adalah
ciptaan atau penemuan pihak penguasa untuk menakut-nakuti para penjahat dan pelanggar
ketertiban. Secara prinsip antara teisme dan Deisme sangat berbeda.
Teisme beranggapan bahwa Tuhan adalah transenden sekaligus immanen, sedangkan Deisme
berpandangan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam ini kemudian membiarkannya secara
mekanis berjalan sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan lagi
Atheisme sebagai pandangan yang menyangkal adanya Allah dapat dibedakan menjadi dua,
yakni atheisme praktis atau atheis romantic dan atheis toeritis.
E.Naturalisme
Naturalism adalah suatu faham yang berpanadangan bahwa manusia maju bukan karena
kekuatan-kekuatan gaib melainkan pada kekuatan diri sendiri yang membuktikan diri dalam
kemajuan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itulah kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan sebagai pemecah segala
masalahmanusia itu disebut saintisme.Menurut pandangan ini agama harus digantikan dengan
ilmu pengetahuan.
Semangat itu paling jelas dirumuskan oleh Aguste Comte (1798-1857), bapak posotivisme yang
memandang bahwa manusia berkembang melalui hukum tiga tahap dalam
kesempurnaannya.Tahap pertama adalah tahap teologis, tahap kedua adalah metafisik dan tahap
ketiga adalah menjadi manusia positiv yang rasional.Pada tahap ketiga ini, manuisa dipandang
tidak perlu lagi membutuhkan tuhan.
F. Agnotisisme
Agnostisisme berasal dari kata Yunani agnostos yang berarti tidak dikenal, sehingga dapat
dikatakan bahwa akal manusia tidak dapat mengenal atau mengetahui ada dan tidaknya
Tuhan.Agnostisisme merupakan paham atau aliran yang berpandangan bahwa mustahil akal
manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan. Ini karena, akal manusia bersifat terbatas, sehingga
tidak akan mampu mengetahui sesuatu di luar jangkauan akal manusia termasuk di dalamnya
aalah realitas ketuhanan.
2.3 TOKOH-TOKOHNYA
1. Baron D'holbach
Penulis Perancis abad ke-18, Baron d'Holbach adalah salah seorang pertama yang
menyebut dirinya ateis. Dalam bukuSystème de la Nature (1770), ia melukiskan jagad raya
dalam pengertian materialisme filsafat, determinisme yang sempit, dan ateisme. Buku ini dan
bukunya Common Sense (1772) dikutuk oleh Parlemen Paris, dan salinan-salinannya dibakar di
depan umum.
2. Thomas Paine
Thomas Paine adalah salah seorang tokoh deisme yang militan.Tulisannya tentang politik
“Common Sense” dan “The Rights of Man” sangat dipengaruhi oleh konsep deisme.Pemikiran
Paine berpengaruh juga pada revolusi Prancis dan Amerika.Latar belakang pemikiran deisme
Paine adalah karena dia melihat para pemimpin gereja sangat membelenggu umat.Karena itu,
Paine menulis sebuah buku “The Age of Reason”, yang intinya menolak wahyu ilahi dan
mengagungkan kemampuan akal.
Paine mengatakan bahwa dia percaya dengan Tuhan Esa, maha kuasa, maha mengetahui, dan
maha sempurna. Dan dia juga menegaskan bahwa Tuhan tidak terbatas oleh akal, bahkan satu-
satunya cara mengungkapkan Tuhan hanya dengan akal.
Dia telah menolak adanya ilmu pengetahuan yang berasal dari wahyu. Karena menurut dia,
katika wahyu dikaitkan dengan agama, maka ada pesan tersendiri dari Tuhan yang akan
disampaikan kepada manusia. Namun, pesan itu hanya diwahyukan kepada orang tertentu saja,
tidak kepada orang lain. Bahwa wahyu itu hanya diturunkan kepada dirinya bukan kepada orang
lain.
Oleh sebab itu, orang lain tidak wajib untuk mempercayai adanya wahyu. Pendapat Paine, yaitu
bahwa wahyu Tuhan yang sebenarnya adalah manusia yang sudah dilengkapi oleh akal.
3. John Salisbury (1115 – 1180)
Salisbury adalah seorang rohaniawan pada abad pertenganhan.Ia banyak mengkeritik
kesewenangan penguasa waktu itu. Menurutnya, Gereja dan Negara perlu bekerja sama ibarat
hubungan organis antara jiwa dan raga.
Dalam menjalankan pemerintahannya, penguasa wajib memperhatikan hukum tertulis dan tidak
tertulis (hukum alam), yang mencerminkan hukum-hukum Allah
Menurut Salisbury, jikalau masing-masing penduduk bekerja untuk kepentingannya sendiri,
kepentingan masyarakat akan terpelihara dengan sebaik-baiknya. Salisbury juga melukiskan
kehidupan bernegara itu seperti kehidupan dalam sarang lebah, yang sangat memerlukan
kerjasama dari semua unsur, suatu pandangan yang bertitik tolak dari pendekatan organis.
3.1 KESIMPULAN
Akhirnya harus saya katakan, bahwa kaum agamawan tidak jarang bertanggungjawab atas
timbulnya penolakan atau berbagai macam aliran atheisme. Selama kaum agamawan hanya
menyampaikan khotbah dan takhayul naïf serta tafsiran agama yang disakralkan tanpa mengacu
pada problem-problem konkrit yang ada di depan hidungnya, maka atheism disitu bisa muncul
sebagai reaksi kritis dan antipasti terhadap agama. Maka oleh karena itu, kaum agamawan harus
belajar dari timbulnya atheisme.
3.2 SARAN
Mungkin sudah cukup jelas pembahasan dari kelompok kami tentang aliran-aliran dalam
filsafat, yang mana dalam aliran ini terdapat perbedaan-perbedaan antara satu aliran dengan
aliran-aliran yang lain sehingga aliran-aliran tersebut sering berselisih paham antara satu sama
lainnya, namun pada pembahasan kali ini kami hanya membahas tentang bagai mana suatu aliran
itu terbentuk dan bentuk pemikiran apa yang ada didalamnya, sehingga kita dapat memahami
setiap aliran-aliran dalam filsafat, seperti panteisme yang mengatakan bahwa setiap sesuatu
adalah Tuhan maupun pada aliran teisme yang mengartikan bahwa Tuhan itu satu namun dengan
kepribadian yang khas.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/aripbudiman/konsep-
ketuhanan_55094ddf813311e505b1e137
http://habibahasshiamah1993.blogspot.co.id/2014/06/konsep-ketuhanan-aliran-
panteisme.html
http://www.academia.edu/4851127/ALIRAN-
ALIRAN_DALAM_KONSEP_KETUHANAN_DEISME_
https://istiqlalart.wordpress.com/2012/01/26/aliran-aliran-dalam-filsafat/
http://philosopherscommunity.blogspot.co.id/2012/12/konsep-ketuhanan-aliran-
deisme.html