Anda di halaman 1dari 6

KASUS: PERSELINGKUHAN TENAGA KESEHATAN DENGAN PERUSAHAAN FARMASI

KASUS IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB TERJADINYA NILAI DASAR INDIKATOR KAITAN KASUS
ANEKA
Perselingkuha Tindakan kolusi yang Faktor: Akuntabilitas Kepemimpinan Penyalahgunaan pengaruh pribadi
n Tenaga dilakukan oleh Direktur 1) Kebijakan Transparansi Keputusan se pihak yang diambil oleh Direktur
Kesehatan Rumah sakit tanpa  Legitimasi kebijakan yang tidak RS tanpa konfirmasi
dengan mempedulikan kerugian tepat Integritas Tindakan Direktur RS tidak konsisten dengan
Perusahaan yang akan diterima pasien  Penyalahgunaan pengaruh tugasnya sebagai abdi negra yang seharusnya
Farmasi pribadi (influence peddling) mengedepankan prioritas masyarakat
 Kacaunya kedudukan formal Nasionalisme Religius Tidak menerapkan nilai ketuhanan dalam
dengan keuntungan yang menjalankan tugas yang sudah diamanahkan
diperoleh secara informal kepadanya serta melanggar sumpah jabatan
 Loyalitas ganda Kemanusiaan Tidak memiliki adab sebagai manusia karena
 Buruknya orientasi mutu Lebih mengutamakan keuntungan informal dari
2) Lingkungan pada prioritas pasien
 Aji mumpung (self-dealing) Keadilan sosial Tidak adil dalam memberikan hak-hak
 Adanya kesempatan masyarakat dengan memperkaya diri sendiri
 Kepentingan individu Etika publik Penggunaan Menyalahgunakan kekuasaan sebagai Direktur
 Tidak ditetapkannya zona kekuasaan RS dengan menjalin hubungan dengan pihak
integritas lain untuk memperkaya diri
3) Sistem Konflik Memilih salah satu pihak swasta yang mungkin
 Hukum bermakna ganda kepentingan diuntungkan dengan proyek ini dan
 Management yang tidak mendapatkan hadiah atau gratifikasi dari
efektif dan efisien keuntungan terpilihnya pihak swasta ini
 Pemanfaatan informasi Menjaga Pemanfaatan informasi komersial untuk
komersial rahasia keunutungan diperoleh individu
 Pengadaan tidak transparan Komitmen Efektifitas Pelayanan publik di RS menjadi tidak
 Kultur organisasi buruk mutu operasional
 Pelayanan publik tidak Kerjasama Buruknya kerjasama kolegial antar pemimpin
operasional dengan pegawai yang lebih mengutamakan
konvensasi dibanding kinerja
4) Manusia Mutu Bekerja tidak sesuai SOP sehingga komitmen
 mindset oknum rendah mutu tidak dapat dipenuhi
 menerima/memberi suap Anti korupsi Jujur Tidak jujur dalam menjalankan tugas sebagai
(bribery, embezzlement, graft) aparat pemerintah
 Monopoli kekuasaan Peduli Tidak peduli terhadap keadaan dan kondisi
 Integritas rendah masyarakat
 Keserakahan Kesederhanaa Gaya hidup hedonis, tidak pernah merasa
 Gaya hidup hedonis n cukup atas apa yang dimiliki
STRATEGI DAN SOLUSI

Pihak yang terlibat:


1. dr. Wesli (Wadir. RSU)
2. MR Kabunol Farma
3. Direktur RSU
Tujuan masing-masing pihak
1. dr. Wesli (Wadir. RSU): menjaga integritas profesi
2. MR kabunol Farma: Closing Partnership
Sumber Kasus:
3. Diretur RSU: RSU raih pendapatan tambahan
Adanya kerja sama yang
Pandangan yang mempengaruhi tiap pihak:
mengambil keuntungan besar
1. dr. Wesli (Wadir. RSU): pasien adalah yang utama
untuk pribadi. Tawaran untuk
2. MR Kabunol Farma: Beorientasi pada keuntungan
berkolusi dan korupsi dengan
perusahanan
perusahan farmasi.
3. Direktur RSU: Keuntungan RSU yang utama
Tindakan Tiap pihak:
1. dr. Wesli (Wadir. RSU): Menolak tawaran dari MR Kabunol
Farma
2. MR Kabunol Farma: Berusahan Mmpengaruhi petinggi RSU
3. Direktur RSU: Bekerjasama dengan Kabunol Farma
Dampak kasus:
Kebijakan RSU yang akan merugikan pasien

 Untuk dapat menjalankan strategi maka harus mengetahui dulu penyebab kasus perselingkuhan
tenaga kesehatan dengan perusahaan farmasi.
Berikut adalah 2 faktor yang mempengaruhinya disertai strategi untuk mengatasinya:
1. Faktor Internal
a. Perilaku. Aspek perilaku individu dapat disebabkan karena:
- Gaya individu yang konsumtif
Ketika perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat yang masih mendewakan
materi sehingga dapat terjadi praktek korupsi. Perilaku ini tidak sesuai dengan nilai
dasar anti korupsi, yaitu sikap sederhana. Sikap sederhana termasuk juga tidak
menerima sesuatu dari orang lain yang tujuan pemberiannya untuk kepentingan
tertentu. Oleh karena itu, setiap individu harus memiliki sikap sederhana,
mengedepankan kepentingan orang banyak dibandingkan kepentingan pribadi,
disertai dengan memiliki integritas sebagai abdi negara, maka diharapkan praktik
korupsi tidak terjadi di lingkungan kerja dan masyarakat.
- Moral yang lemah
Seseorang yang memiliki moral lemah cenderung mudah tergoda untuk melakukan
tindak korupsi. Pada kasus diatas seorang dokter hanya perlu meresepkan obat
kepada pasien, kemudian dokter tersebut mendapatkan intensif yang lebih besar.
Maka dari itu, seorang dokter harus berpegang teguh terhadap nilai pancasila
sebagai ideologi bangsa, salah satunya pada sila ke 1 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
dan sila ke 5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan menerapkan nilai Ketuhanan dalam menjalankan tugas yang sudah
diamanahkan kepadanya, individu akan sepenuhnya menyadari akan tanggung
jawabnya. Serta dengan menerapkan nilai keadilan sosial, seseorang akan lebih
mementingkan kepentingan publik dibandingkan kepentingan pribadi. Fakta yang
ditemukan pada kasus tersebut adalah ketika dr. Wesli memiliki moral yang kuat
dengan tidak mudah tergiur akan penawaran yang diberikan oleh MR.

b. Sosial
Salah satu faktor penyebab seseorang melakukan tindak korupsi adalah karena adanya
dorongan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan institusi. Nilai komitmen mutu yang
menyimpang membuat RS dalam bidang kesehatan menjadi tidak operasional karena
buruknya kerjasama kolegial antara pemimpin dengan pegawai yang lebih
mengutamakan konvensasi dibandingkan kinerja. Salah satu faktanya,yaitu Direktur RS
setuju membuat kebijakan yang walaupun bertentangan dengan nilai-nilai komitmen
mutu namun akan memberikan keuntungan bagi dokter yang meresepkan obat dari RS.
Strategi yang dapat diterapkan berdasarkan kasus diatas adalah RS sebagai sarana
pelayanan publik harus mengedapankan mutu dan keefektifan dalam menjalankan sistem
kerja sama dengan cara melakukan audit internalisasi dengan mencari kelebihan dan
kekurangan yang didapat ketika melakukan kerja sama, sehingga nilai-nilai komitmen
mutu dapat terjamin dan terbebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

c. Lingkungan
Lingkungan yang buruk akan memaksa seseorang yang baik untuk berperilaku buruk,
seperti kebutuhan keluarga yang mendesak, adanya perintah atasan atau perintah
instansi dan adanya kesempatan untuk melakukan tindak korupsi. Faktanya dalam kasus,
Direktur RS menerima penawaran MR yang merugikan masyarakat terkait pembelian
obat merk Kabunol Farmadan menjadi sebagai kebijakan RS. Hal itu bertentangan dengan
dr. Wesli yang menolak praktik korupsi terjadi di lingkungan kerjanya.

2. Faktor Eksternal
a. Aspek Ekonomi
Kebutuhan ekonomi dan gaya hidup yang tinggi dapat menjadi penyebab seseorang
tergiur untuk mendapatkan keuntungan pribadi walaupun dengan cara yang tidak baik.
Fakta yang dapat ditemukan pada kasus tersebut adalah ketika seorang Direktur RS
menerima tawaran MR dengan memberikan 20% hasil dari penjualan obat kepada dokter
yang meresepkan dan RS membuat direktur tersebut tertarik dan menetapkannya
sebagai kebijakan baru, meski hal tersebut tidak sesuai dengan nilai anti korupsi yang
ada, seperti jujur, adil, dan tanggungjawab serta tidak sesuai dengan nilai nasionalisme
sebagai pelaksanaan kebijakan publik dan pelayan publik yang seharusnya mendahulukan
kepentingan masyarakat luas dibanding kepentingan pribadi.

b. Aspek Organisasi
- Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin
Seorang yang memiliki kepemimpinan yang baik akan memberi contoh gaya hidup
yang bersih dengan tingkat kehidupan ekonomi yang wajar, maka anggota organisasi
tersebut akan cenderung untuk bergaya hidup yang sama. Fakta pada kasus dapat
kita lihat adanya tindakan penyalahgunaan wewenang organisasi yang
menguntungkan dimana MR menawarkan kerjasama kepada direktur RS untuk
menerima tawaran dari MR untuk menggunakan obat dari Farmasi Kabunol dan
menjadikan sebagai kebijakan RS untuk mendapatkan keuntungan bagi kedua belah
pihak.

- Kurang terciptanya transparansi antara pimpinan dan pegawai


Pada organisasi dimana setiap unit organisasinya mempunyai sasaran yang telah
ditetapkan untuk dicapai yang kemudian setiap penggunaan sumber dayanya selalu
dikaitkan dengan sasaran yang harus dicapai. Direktur RS tidak melibatkan para
pegawainya ketika akan melakukan kerja sama dengan perusahaan farmasi tersebut,
serta menggunakan kekuasaan jabatan untuk mengambil keputusan tanpa
persetujuan pihak lain. Hal ini tidak sesuai dengan nilai akuntabilitas dan
nasionalisme dalam pengamalan nilai-nilai pancasila, dimana dalam pengambilan
keputusan seharusnya bersifat terbuka dan berdasarkan pendapat bersama bukan
untuk kepentingan pribadi.

c. Aspek kesadaran masyarakat terhadap praktek korupsi


Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah bila mereka ikut aktif dalam
agenda pemberantasan. Hal ini merupakan penyimpangan pada nilai komitmen mutu
dimana seharusnya masyarakat dilindungi dan diayomi, selain itu terdapat penyimpangan
pada nilai nasionalisme, dimana seharusnya pelaksana kebijakan publik dan pelayanan
publik harus berorientasi pada kepentingan masyarakat.

A. SOLUSI
1. Meningkatkan rasa syukur terhadap apa yang sudah dimiliki
2. Menerapkan gaya hidup sederhana sesuai dengan pendapatan
3. Meningkatkan rasa kepedulian dengan apa yang terjadi dilingkungan sekitar dengan cara
memperbanyak literatur, baik nasional maupun internasional
4. Tetap mengedepankan kepentingan publik dibandingkan kepentingan pribadi
5. Selalu berorientasi kepada kepuasan pasien atau publik
6. Melakukan evaluasi pimpinan oleh seluruh karyawan RS atau instansi sebagai langkah awal
untuk mencegah korupsi pada instansi
7. Meningkatkan fungsi pengawasan audit internal instansi sebagai langkah awal untuk pencegahan
korupsi.

B. IDE BERKOMITMEN
RS perlu memiliki Komitmen Mutu “akuntabel, berorientasi pada pasien dan bebas dari korupsi”. Hal
ini dapat diterapkan dengan cara-cara sebagi berikut:
1. Membuat laporan bulanan, baik volume kunjungan pasien dan keuangan RS, yang dapat diakses
secara online.
2. Adanya SOP pada setiap tindakan yang dilakukan di RS.
3. Melakukan survey pelanggan, baik internal maupun eksternal, dimana hasil survey digunakan
sebagai bahan perbaikan dalam memberikan pelayanan dan hasilnya dapat diakses secara
online.

Anda mungkin juga menyukai