Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK

ANALISIS KASUS PERSELINGKUHAN TENAGA KESEHATAN DAN PERUSAHAAN FARMASI


1. Mahdalena, S.Kep, Ns
2. Maudyana Nisa Pranindyasari, S.Gz
3. Marta Laily Ramadany, S.KM

A. FAKTOR PENYEBAB, FAKTA, DAN KAITANNYA DENGAN NILAI DASAR ANEKA

Perselingkuhan tenaga kesehatan


dan perusahaan farmasi

Faktor internal Faktor Eksternal

Aspek kesadaran masyarakat


Perilaku Sosial Lingkungan Aspek Ekonomi Aspek Organisasi
terhadap praktek korupsi

Gaya hidup yang Dorongan untuk Pengaruh Pendapatan yang Kurang adanya Kurangnya
konsumtif memenuhi lingkungan yang tidak mencukupi sikap keteladanan kesadaran
kebutuhan pribadi buruk pimpinan masyarakat bahwa
dan instansi dirinya menjadi
korban korupsi

Moral yang kurang Kurang memadai


kuat sistem akuntabilitas
yang benar
Penyebab kasus perselingkuhan tenaga kesehatan dengan perusahaan farmasi
dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu :
1. Faktor internal
a. Perilaku. Aspek perilaku individu dapat disebabkan karena :
- Gaya individu yang konsumtif
Ketika perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat yang masih
mendewakan materi maka dapat memaksa terjadi praktek korupsi.
Masyarakat yang memiliki perilaku hidup konsumtif tanpa diimbangi
dengan pendapatan yang memadai merupakan suatu peluang untuk
melakukan uang tambahan dari cara yang tidak halal. Perilaku ini tidak
sesuai dengan nilai dasar anti korupsi, yaitu sikap sederhana. Sikap
sederhana termasuk juga tidak menerima sesuatu dari orang lain yang
tujuan pemberiannya untuk kepentingan tertentu.
- Moral yang kurang kuat
Seseorang yang memiliki moral lemah cenderung mudah tergoda untuk
melakukan tindakan korupsi, apalagi untuk melakukan tindakan
tersebut tidak perlu melakukan hal yang terlalu sulit. Pada kasus diatas,
seorang dokter hanya perlu meresepkan dokter kepada pasien,
kemudian dokter tesebut mendapatkan insentif yang lebih besar.
Semakin banyak meresepkan obat, maka semakin banyak pula insentif
yang diraih. Seorang dokter juga harus berpegang teguh terhadap nilai
pancasila sebagai ideologi bangsa, salah satunya pada sila ke-1, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila ke-5, yaitu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Perilaku ini dapat dicerminkan dengan
mementingkan kepentingan publik dibandingkan kepentingan pribadi.
Faktanya, dr. Wesli pada kasus tersebut memiliki moral yang kuat
karena tidak mudah tergiur dengan penawaran yang diberikan oleh MR.
b. Sosial
Salah satu faktor penyebab sesorang melakukan tindakan korupsi adalah
adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan institusi.
Kebutuhan yang terus bertambah tidak diiringi dengan sumber daya yang
memadai menyebabkan para pelaku tindak korupsi mencari celah untuk
berbuat kecurangan. Salah satu faktanya, ada pada kasus perselingkuhan
antara tenaga medis dengan perusahaan farmasi di atas, yaitu Direktur RS
setuju membuat kebijakan yang walaupun bertentangan dengan nilai-nilai
komitmen mutu namun akan memberikan keuntungan bagi dokter yang
meresepkan obat dan RS. Nilai komitmen mutu yang menyimpang adalah
melindungi dan mengayomi masyarakat. Seharusnya RSU sebagai sarana
pelayanan publik dalam bidang kesehatan mengupayakan hal terbaik bagi
kesehatan pasien agar masa rawat lebih pendek dan biaya pengobatan
lebih minimal.
c. Lingkungan
Salah satu faktor penyebab terjadi korupsi adalah faktor lingkungan yang
buruk. Lingkungan yang buruk akan memaksa seseorang yang baik untuk
berperilaku buruk, seperti dorongan kebutuhan keluarga yang mendesak,
adanya perintah atasan atau merupakan kebijakan instansi dan adanya
kesempatan untuk melakukan tindak korupsi. Faktanya dalam kasus di
atas adalah Direktur RS menerima penawaran MR yang dapat merugikan
masyarakat terkait pembelian obat merk Kabunol Farma dan menjadikan
sebagai kebijakan RS. Hal itu menyebabkan orang baik dan benar seperti
Dr. Wesli harus ikut serta dalam praktik korupsi tersebut. Apabila
dibandingkan dengan nilai-nilai dasar ANEKA, Hal ini merupakan
penyimpangan hampir dari seluruh nilai-nilai tersebut. Mulai dari nilai
akuntabilitas dan etika publik di mana seharusnya tidak boleh
menyalahgunakan kewenangan dan memaksakan kehendak. Selain itu,
juga bertentangan pada nilai anti korupsi, di mana seharusnya diterapkan
nilai adil kepada masyarakat dan karyawan dan berani menolak secara
tegas terhadap kebijakan yang berlaku. Penyimpangan pada nilai
komitmen mutu juga terjadi dimana seharusnya berorientasi pada
masyarakat.
2. Faktor eksternal
a. Aspek ekonomi
Kurangnya pendapatan atau pendapatan yang tidak mencukupi juga
menjadi salah satu penyebab terjadi korupsi di kehidupan bermasyarakat.
Lingkungan yang terus berubah dari waktu ke waktu, memaksa seseorang
merubah gaya hidup untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan
tersebut. Salah satu perubahan lingkungan adalah peningkatan harga
kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat akan
menyebabkan peningkatan pada sumber daya yang dibutuhkan juga.
Faktanya pada kasus di atas adalah Penawaran MR dengan memberikan
20% hasil dari penjualan obat kepada dokter yang meresepkan dan RS
membuat direktur RSU tertarik dan menetapkannya sebagai kebijakan
baru RS, meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan nilai anti korupsi yang
ada, seperti adil, jujur dan tanggungjawab dan tidak sesuai dengan nilai
nasionalisme sebagai pelaksanakan kebijakan publik dan pelayan publik
yang seharusnya mendahulukan kepentingan masyarakat luas dibanding
kebutuhan pribadi
b. Aspek organisasi
- Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin
Pimpinan baik yang formal maupun yang tidak formal akan menjadi
panutan dari setiap anggota atau orang yang terlibat pada organisasi
tersebut. Apabila pimpinan mencontohkan gaya hidup yang bersih
dengan tingkat kehidupan ekonomi yang wajar, maka anggota-anggota
organisasi tersebut akan cenderung untuk bergaya hidup yang sama.
Fakta pada kasus dapat kita lihat adanya tindakan penyalahgunaan
wewenang/jabatan/kekuasaan organisasi yang menguntungkan,
dimana MR menawarkan kerjasama kepada direktur RS untuk
menerima tawaran dari MR untuk menggunakan obat farmasi kalbutol
dan menjadikan sebagai kebijakan RS untuk mendapatkan keuntungan
bagi ke 2 pihak. Perilaku tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai aneka
yaitu anti korupsi.
- Kurang memadainya sistem akuntabilitas
Pada organisasi dimana setiap unit organisasinya mempunyai sasaran
yang telah ditetapkan untuk dicapai yang kemudian setiap penggunaan
sumber dayanya selalu dikaitkan dengan sasaran yang harus dicapai,
maka setiap unsur kuantitas dan kualitas sumber daya yang tersedia
akan selalu dimonitor dengan baik. Pada instansi pemerintah, pada
umumnya instansi belum merumuskan dengan jelas visi dan misi yang
diembannya dan juga belum merumuskan dengan tepat tujuan dan
sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi
tersebut. Demikian pula dalam memonitor prestasi kerja unit-unit
organisasinya, pada umumnya hanya melihat tingkat penggunaan
sumber daya (input factor), tanpa melihat tingkat pencapaian sasaran
yang seharusnya dirumuskan dengan tepat dan seharusnya dicapai
(faktor out-put). Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan
penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasarannya atau
tidak. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk
terjadi korupsi. Fakta dari kedua adalah dimana direktur RS
menggunakan kekuasaan jabatan untuk mengambil keputusan tanpa
meminta peesetujuan dari pihak lain. Hal ini tidak sesuai dengan nilai
akuntabilitas dan nasionalisme dalam pengamalan nilai-nilai pancasila,
dimana dalam pengambilan keputusan seharusnya bersifat terbuka dan
tidak hanya diputuskan oleh diri sendiri demi kepentingan pribadi
c. Aspek kesadaran masyarakat terhadap praktek korupsi
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa di cegah dan
diberantas bila mereka ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Kebanyakan masyarakat itu sendiri tidak menyadari
bahwa mereka juga terlibat dalam praktek korupsi. Faktanya dalam kasus
ini masyarakat menjadi salah satu pihak yang paling dirugikan karena
harus membayar harga yang lebih mahal, padahal itu disebabkan adanya
keuntungan pribadi yang diambil. Hal ini merupakan penyimpangan pada
nilai komitmen mutu dimana seharusnya masyarakat dilindungi dan
diayomi, selain itu juga merupakan penyimpangan pada nilai nasionalisme,
dimana seharusnya pelaksana kebijakan publik dan pelayan publik harus
berorientasi pada kepentingan masyarakat.
B. SOLUSI
1. Meningkatkan rasa syukur terhadap apa yang sudah dimiliki
2. Menerapkan gaya hidup sederhana sesuai dengan pendapatan
3. Meningkatkan rasa kepedulian terhadap apa yang terjadi di lingkungan
sekitar dengan cara memperbanyak literatur, baik nasional maupun
internasional
4. Tetap mengedepankan kepentingan publik dibandingkan kepentingan
pribadi
5. Selalu berorientasi pada kepuasan pasien
6. Melakukan evaluasi pimpinan oleh seluruh karyawan RS sebagai langkah
awal untuk pencegahan korupsi pada instansi
7. Meningkatkan fungsi pengawasan audit internal instansi sebagai langkah
awal untuk pencegahan korupsi

C. IDE BERKOMITMEN
RS perlu memiliki Komitmen Mutu yaitu “Akuntabel, Berorientasi pada pasien
dan Bebas dari Korupsi”. Hal ini dapat diterapkan dengan cara-cara sebagai
berikut :
1. Membuat laporan bulanan, baik volume kunjungan pasien dan keuangan
RS, yang dapat diakses secara online
2. Adanya SOP pada setiap tindakan yang dilakukan di RS
3. Melakukan survei pelanggan, baik internal maupun eksternal, dimana hasil
survei digunakan sebagai bahan perbaikan dalam memberikan pelayanan
dan hasilnya dapat diakses secara online

Anda mungkin juga menyukai