Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Yolanda Ananda Zein

NPM : 202114500024
KELAS : S2A
MATA KULIAH : Akhlak dan Etika
DOSEN MATA KULIAH : Sanudin Ranam
1. Jawab :
a) Saya tidak setuju. Karena termasuk dalam kategori Golongan I. Mengingat tingkat
ketergantungan narkotika golongan 1 sangat tinggi dan berbahaya untuk kesehatan,
maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga saat ini, narkotika golongan 1
dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
b) Mengkonsumsi dan memanfaatkan Ganja hukumnya adalah haram. Imam Ibnu Hajar Al
Asqalani dalam kitabnya, Fathul Bari, mengatakan, “Hukumnya haram berdasarkan
hadits Nabi SAW yang berbunyi: ‘Setiap yang memabukkan hukumnya haram.’’ Dan
haram jual beli, yang dilakukan dengan cara yang buruk, mendatangkan madharat
(bahaya) bagi orang lain, serta mengambil harta seseorang dengan cara yang bathil.
Seperti menjual sesuatu yang terlarang dalam agama. Rasulullah Saw telah melarang
menjual bangkai, khamr, babi, dan patung. Keuntungan yang didapatkan oleh setiap
pihak yang ikut berbisnis dan melakukan transaksi, semuanya adalah harta yang haram.
Termasuk dalam masalah ini, bahkan lebih berat lagi hukumnya, yaitu menjual narkoba
yaitu ganja. Apalagi menjadikan ganja sebagai komoditas ekspor itu juga dinilai
bertentangan dg nilai-nilai agama Islam, aspek hukum, fisik, psikologis, sosial, serta
aspek keamanan dan ketertiban masyarakat. Jadi Segala sesuatu yang membahayakan
manusia adalah haram.
c) Dalam medis ganja dapat menjadi obat dan bio-fuel. Di Amerika sendiri sudah
beberapa states mendukung ganja sebagai salah satu obat yang bisa dibeli di apotik
asalkan ada resep dari dokter. Dalam ekonomi, ganja tumbuh sangat subur di Indonesia.
Artinya Indonesia bisa memperbanyak ladang ganja. Hasilnya yaitu harga ganja akan
turun, turun dan turun, semurah harga rokok, dan ini akan mematikan kartel ganja,
karena tidak untung mereka bubar sendiri, yang artinya tingkat kejahatan akan menurun.
Dan kesejahteraan masyarakat meningkat, karena akan ada lapangan kerja baru yaitu
petani ladang ganja, pabrik pengolahan ganja seperti pabrik rokok ganja, dan pabrik
obat berbahan ganja. Dan dalam sosial, bagi gembong narkoba ya mereka akan miskin
mendadak. Gembong narkoba akan melawan legalisasi ganja mati-matian. Karena itu
akan menghilangkan nafkah mereka.

2. Jawab :
A. Penyebab terjadinya korupsi yaitu :
a) Faktor politik, merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat
ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan
ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup seperti penyuapan dan
politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi.
b) Faktor hukum, bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan
dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Ini bisa meliputi aturan yang diskriminatif
dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir,
hingga sanksi yang terlalu ringan
c) Faktor ekonomi, juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Selain
rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya
korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor
kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.
Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa
kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Namun, kenyataannya korupsi juga
dilakukan oleh orang yang sudah kaya. Ini membuat korupsi sebenarnya bukan
disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh
korupsi.
d) Faktor organisasi, Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas,
termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi
korban korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi
karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi.
B. Hambatan dalam pemberantasan korupsi yaitu :
a) Hambatan Struktural, yaitu hambatan yang bersumber dari praktik-praktik
penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang membuat penanganan tindak pidana
korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di
antaranya: egoisme sektoral dan institusional yang menjurus pada pengajuan dana
sebanyak-banyaknya untuk sektor dan instansinya tanpa memperhatikan kebutuhan
nasional secara keseluruhan serta berupaya menutup-nutupi penyimpangan-
penyimpangan yang terdapat di sektor dan instansi yang bersangkutan; belum
berfungsinya fungsi pengawasan secara efektif; lemahnya koordinasi antara aparat
pengawasan dan aparat penegak hukum; serta lemahnya sistem pengendalian intern
yang memiliki korelasi positif dengan berbagai penyimpangan dan inefesiensi dalam
pengelolaan kekayaan negara dan rendahnya kualitas pelayanan publik.
b) Hambatan Kultural, yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif yang
berkembang di masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: masih
adanya ”sikap sungkan” dan toleran di antara aparatur pemerintah yang dapat
menghambat penanganan tindak pidana korupsi; kurang terbukanya pimpinan instansi
sehingga sering terkesan toleran dan melindungi pelaku korupsi, campur tangan
eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam penanganan tindak pidana korupsi, rendahnya
komitmen untuk menangani korupsi secara tegas dan tuntas, serta sikap permisif (masa
bodoh) sebagian besar masyarakat terhadap upaya pemberantasan korupsi.
c) Hambatan Instrumental, yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya instrumen
pendukung dalam bentuk peraturan perundangundangan yang membuat penanganan
tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam
kelompok ini di antaranya: masih terdapat peraturan perundang-undangan yang
tumpang tindih21 sehingga menimbulkan tindakan koruptif berupa penggelembungan
dana di lingkungan instansi pemerintah; belum adanya “single identification number”
atau suatu identifikasi yang berlaku untuk semua keperluan masyarakat (SIM, pajak,
bank, dll.) yang mampu mengurangi peluang penyalahgunaan oleh setiap anggota
masyarakat; lemahnya penegakan hukum penanganan korupsi; serta sulitnya
pembuktian terhadap tindak pidana korupsi.
d) Hambatan Manajemen, yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau tidak
diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik (komitmen yang tinggi
dilaksanakan secara adil, transparan dan akuntabel) yang membuat penanganan tindak
pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok
ini di antaranya: kurang komitmennya manajemen (Pemerintah) dalam menindaklanjuti
hasil pengawasan; lemahnya koordinasi baik di antara aparat pengawasan maupun
antara aparat pengawasan dan aparat penegak hukum; kurangnya dukungan teknologi
informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; tidak independennya organisasi
pengawasan; kurang profesionalnya sebagian besar aparat pengawasan; kurang adanya
dukungan sistem dan prosedur pengawasan dalam penanganan korupsi, serta tidak
memadainya system kepegawaian di antaranya sistem rekrutmen, rendahnya ”gaji
formal” PNS, penilaian kinerja dan reward and punishment.
C. Solusi dan regulasi pemberantasan korupsi, yaitu :
a) Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari. Tujuannya adalah
untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan publik yang profesional,
berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/ pungutan liar.
b) Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan pemerintah
yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya negara dan
sumber daya manusia serta memberikan akses terhadap informasi dan berbagai hal yang
lebih memberikan kesempatan masyarakat luas untuk berpartisipasi di bidang ekonomi.
c) Meningkatkan pemberdayaan perangkatperangkat pendukung dalam pencegahan
korupsi. Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat budaya
hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses pemberantasan korupsi.
d) Tampaknya memasukan ke lembaga pemasyarakatan (penjara) bagi koruptor bukan
merupakan cara yang menjerakan atau cara yang paling efektif untuk memberantas
korupsi. Apalagi dalam praktik lembaga pemasyarakatan justru menjadi tempat yang
tidak ada bedanya dengan tempat di luar lembaga pemasyarakatan asal nara pidan
korupsi bisa membayar sejumlah uang untuk mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang
tidak beda dengan pelayanan dan fasilitas di luar lembaga pemasyarakatan.
e) Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi. SDM
penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai integritas tinggi.

3. Jawab :
a) Kesalehan pribadi atau kesalehan individual adalah hubungan baik antara manusia
dengan Sang Pencipta. Hubungan itu disebut terpelihara baik jika serang
makhluk.manusia mengikuti perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, itulah
yang disebut kesalehan pribadi. Sementara kesalehan sosial adalah hubungan baik
antarsesama makhluk manusia dengan tidak pernah menyakiti siapa pun, itulah yang
dinamakan kesalehan sosial.
b) Kesalehan individual lebih menekankan  dan mementingkan pelaksanaan  ibadah ritual,
seperti :
1. Shalat
2. Puasa
3. Zakat
4. Haji
5. Zikir
Disebut kesalehan individual karena hanya mementingkan ibadah yang semata-mata
berhubungan dengan Tuhan dan kepentingan diri sendiri. Sementara pada saat yang
sama mereka tidak memiliki kepekaan sosial, dan kurang menerapkan nilai-nilai islami
dalam kehidupan bermasyarakat. 
Sedangkan “Kesalehan Sosial” menunjuk pada perilaku orang-orang yang sangat peduli
dengan nilai-nilai islami, yang bersifat social, yaitu :
1. Bersikap santun pada orang lain
2. Suka menolong
3. Sangat concern terhadap masalah-masalah umat
4. Memperhatikan dan menghargai hak sesame
5. Mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain
Kesalehan sosial dengan demikian adalah suatu bentuk kesalehan yang tak cuma
ditandai oleh rukuk dan sujud, puasa, haji melainkan juga ditandai oleh seberapa besar
seseorang memiliki kepekaan sosial dan berbuat kebaikan untuk orang-orang di
sekitarnya. Sehingga orang merasa nyaman, damai, dan tentram berinteraksi dan
bekerjasama dan bergaul dengannya.
c) Ukuran kesalehan seseorang tidak hanya dilihat dari seberapa rajin orang itu sholat,
seberapa sering berpuasa, seberapa banyak mengerjakan ibadah haji, dan sebagainya,
tapi juga diukur dari bukti-bukti empiris, apakah orang disekelilingnya bisa makan,
berbahagia, aman dari gangguannya, bersih lingkungannya dan lain-lain. Kesalehan
tidak lagi hanya terkaita antara individu dengan Tuhan, tapi juga dengan lingkungan dan
manusia disekitarnya tanpa memandang suku, ras, bangsa dan agama.

Anda mungkin juga menyukai