1. Dimensi vertikal kurikulum sekolah; selain keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan
persekolahan, harus pula terkait dengan kehidupan peserta didik di masa depan dimensi
ini meliputi :
a. Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik, termasuk relevansi
bahan ajaran dengan masa depan dan pengintegrasian masalah kehidupan nyata
ke dalam kurikulum
b. Kurikulum dan perubahan sosial budaya
c. The Forecasting curriculum yaitu perancangan kurikulum berdasarkan suatu pronosis,
baik tentang prilaku peserta didik pada saat menamatkan sekolahnya, pada saat ia
hidup dalam sistem yang sedang berlaku, maupun pada saat ia hidup dalam sistem
yang telah berubah di masa depan.
d. Keterpaduan bahan ajar dan pengorganisasian pengetahuan,teruatama dalam
kaitannya dengan struktur pengetahuan yang sedang dipelajari dengan
penguasaan kerangka dasar memperoleh keterpadua ide bidang studi itu
e. Penyiapan untuk memikul tanggung jawab (diri sendiri dan sosial)
f. Pengintegrasian dengan pemngalaman yang telah dimiliki, yakni pengalaman di
keluarga untuk pendidikan dasar dan seterusnya
g. Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen
Fokus dalam mempelajari suatu ilmu, memudahkan Anda dalam menggapainya
KURIKULUM YANG DAPAT MENDUKUNG TERWUJUDNYA BELAJAR SEPANJANG HAYAT HARUS
DIRANCANG DAN IMPLEMENTASIKAN DENGAN MEMPERHATIKAN DUA DIMENSI
(HAMEYER {1979:67-81}) YAITU :
Kaitan asas kemandirian dengan asas lain. Baik asas tut wuru handayani
maupun BSH secara langsung berkaitan Asas tut wuri handayani pada
prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk
mandiri dalam belaja
Asas BSH hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi
bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena
tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu
tergantung dari bantuan guru, ataupun orang lain
Upaya mengembangkan asas kemandirian dalam belajar Perwujudan
asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran lainnya seperti
informator, organisator, dan sebagainya
Ada beberapa strategfi belajar dan pembelajaran yang dapat memberi
peluang pengembangan kemandirian dalam belajar, salah satu di
antaranya dengan penerapan CBSA
Pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha,
pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang akan diberikan kepada anak
didik yang bertujuan untuk pendewasaan anak
(Syafril dan Zelhendri Zen, 2017:71)
Learning to be
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia
yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya
sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai
manusia.
Dalam pengertian ini juga terkandung makna kesadaran diri sebagai mahluk yang
memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan
kelemahannya.
Learning to live together
Learning to live together adalah belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan
sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik
secara individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau
mengasingkan diri bersama kelompoknya. Dalam konteks ini termasuk juga pembentukan
masyarakat demokratis yang memahami dan menyadari akan adanya setiap perbedaan
pandangan antara individu.