Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AJENG LARASATI

NIM : 210153602053
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN GURU PEND. ANAK USIA DINI
MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
OFFERING : P3
FORUM DISKUSI PERTEMUAN 7

Bagaimana asas pendidikan dipraktekkan dalam proses pendidikan? Berikan contoh


kongkritnya!
 Jawab:
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendikan. Jadi, asas pendidikan itu lebih
memfokuskan perhatian kepada cara penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh
pemikiran-pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan itu diselenggarakan.
Asas–asas tersebut bersumber dari kecenderungan umum pendidikan di dunia dan
bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia.
1. Asas Tut Wuri Handayani, bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya
sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum. Menurut asas ini,
dalam penyelenggaraan pendidikan, seorang guru merupakan pemimpin yang berdiri di
belakang dengan bersemboyan “tut wuri handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan
memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-menerus
dicampuri, diperintah atau dipaksa. Guru hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu
yang merintangi jalannya anak serta hanya bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku
atau perbuatan anak apabila anak didik tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai
rintangan.
2. Asas Belajar Sepanjang Masa, Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang tidak
pernah sempurna, dia selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di
lingkungan kehidupannya. Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang amat
pesat, terjadi perubahan yang amat pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya,
apa yang dipelajari oleh seseorang pada beberapa tahun yang lalu dapat menjadi tidak
berarti atau tidak bermanfaat lagi. Hal ini disebabkan karena apa yang telah dipelajarinya
sudah tidak relevan lagi dengan berbagai masalah kehidupan yang dihadapinya. Jadi,
implikasi dari kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat tersebut ialah seseorang
dituntut untuk mau dan mampu belajar sepanjang hayat. Pendidikan seumur hidup
adalah pendidikan yang harus:
a. Meliputi seluruh hidup setiap individu;
b. Mengarahkan kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan
secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan
kondisi hidupnya;
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu;
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri;
e. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi,
termasik yang formal, non formal dan informal (La Sulo, 1990: 25-26).
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seharusnya
mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yaitu:
a. Memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan efesien dan efektif;
b. Meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai dasar dari belajar
sepanjang hayat.
Kurikulum yang dapat dirancang dan diimplementasikan yaitu kurikulum yang
memperhatikan dua dimensi, yaitu sebagai berikut:
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah, meliputi keterkaitan dan kesinambungan
antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa
depan;
b. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akan
mengakrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.
Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber belajar yang tersedia itu akan memberi
peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat. Masyarakat yang mempunyai warga yang
belajar sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar (learning
society). Dengan kata lain, akan terwujudlah gagasan pendidikan seumur hidup seperti
yang tercermin di dalam sistem pendidikan nasional Indonesia.
3. Kemandirian dalam Belajar, Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator, informator dan motivator.
Sebagai fasilitator, guru diharapkan dapat menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar dengan sedemikian rupa, sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi
dengan sumber-sumber tersebut. Sebagai informator, guru harus menyadari bahwa
dirinya hanya merupakan bagian kecil dari sumber-sumber informasi yang ada. Oleh
karena itu, guru perlu memberikan dan bahkan merangsang peserta didik untuk mencari
informasi selain dari dirinya sendiri. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan
timbulnya prakarsa peserta didik untuk dapat memanfaatkan sumber belajar secara
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai