Anda di halaman 1dari 6

DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

TUGAS PERTEMUAN KE 5

OLEH
Rahmat Eka Putra
21065042

Soal:
Buatlah ringkasan tentang azaz pendidikan.Kemudian gambarkan penerapannya pada salah
satu sekolah disekitar tempat tinggal saudaara.Saudara dapat memilih SD,sekolah menengah,
dan pndidikan tinggi.

Jawab:
Azaz-azaz Pendidikan
Asas – asas pendidikan merupakan ketentuan yg harus dipedomani atau menjadi pegangan
dalam melaksanakan pendidikan agar tercapai tujuannya dan asas pendidikan merupakan
sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan (Hartoto, 2008, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan). Khusus di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan nasional. Asas-asas tersebut bersumber dari pemikiran dan
pengalaman sepanjang sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia.

Diantara asas tersebut, ada tiga asas yang diuraikan secara mendetail, yaitu; Asas Tut Wuri
Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar. Ketiga asas
itu dianggap sangat relevan dengan upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan
nasional, baik masa kini maupun masa datang. Oleh karena itu, setiap tenaga kependidikan
harus memahami dengan tepat ketiga asas tersebut agar dapat menerapkannya dengan
semestinya dalam penyeleenggaraan pendidikan sehari-hari.

Asas Tut Wuri Handayani

Asas ini merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung
arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi
pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila
anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya. (Anshory, Ichsan. 2018. Pengantar
pendidikan). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan
masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta
diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia.

Asas Tut wuri Handayani merupakan asas pendidikan Indonesia yang bersumber dari asas
pendidikan Taman Siswa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu seorang perintis
kemerdekaan dan pendidikan nasional.

Makna Tut wuri Handayani adalah :

(*) Tut wuri : mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian yang berdasarkan
cinta kasih tanpa pamrih.
(*) Handayani : mempengaruhi dalam arti, merangsang, memupuk, membimbing, dan
menggairahkan anak agar sang anak mengembangkan pribadi masing – masing melalui
disiplin pribadi (Arga, 2011, dalam jurnal ilmu pendidikan).

Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup ( long life education). Istilah pendidikan seumur hidup
erat kaitannya dan kadang-kadang digunakan saling bergantian dengan makna yang sama
dengan istilah belajar sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang tidak dapat dipisahkan,
tetapi dapat dibedakan (Rangga, 2011, dalam jurnal Ilmu Pendidikan).
Penekanan istilah “belajar”adalah perubahan perilaku (kognitif/afektif/psikomotor) yang
relatif tetap karena pengaruh pengalaman, sedang istilah “pendidikan” menekankan pada
usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan pengaruh
pengalaman tersebut lebih efisien efektif, dengan kata lain, lingkungan yang membelajarkan
subjek didik.
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup, dalam proses belajar mengajar di
sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua hal pokok, yaitu;

(1) membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif


(2) meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar
sepanjang hayat. Ditinjau dari segi kependidikan, perlunya merancang suatu program atau
kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat dengan
memperhatikan dua dimensi, yaitu; Pertama, Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah
meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan peserta didik di masa depan. Kedua, Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah
yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia
seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang
hayat. (La Sulo, 1990: 25-26) Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara
Indonesia

Asas Kemandirian Dalam Belajar.

Azaz kemandirian dalam belajar ini berkaitan dengan azaz tut wuri handayani maupun azaz
belajar sepanjang hayat. Azaz tut wuri handayani memiliki arti berasumsi dari kemampuan
peseta didik untuk mandiri dalam belajar. Disisi lain pendidik tetap tidak lepas tangan, bisa
diperlukan sebagai fasilator. Sedangkan asas belajar sepanjang hayat juga berasumsi peserta
didik untuk mampu belajar mandiri, jika peserta didik selalu bergantung ke guru, maka tidak
akan mendapatkan belajar sepanjang hayat. (Anshory, Ichsan. 2018. Pengantar pendidikan)

Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktifitas belajar yang berlangsung lebih
didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajaran. Pengertian tantang belajar mandiri sampai saat ini belum ada kesepakatan dari
para ahli. Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri yang diutarakan oleh para ahli
seperti dipaparkan sebagai berikut:

(1) Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung jawab dari
proses pelajaran mereka sendiri.
(2) Belajar Mandiri mengintegrasikan self- management (manajemen konteks, menentukan
setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi
dan mengatur strategi belajarnya).
(3) Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam memulai dan
memelihara usaha siswa.

Penerapan Asas Pendidikan di Sekolah Dasar (sd n koto malintang)

Dalam kaitan penerapan asas Tut wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan
yang ditemui, yakni:
Keadaan yang Ditemui
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan
yang ditemui, yakni :

1.Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang
diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
2.Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya
agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang
diinginkannya.Peserta didik yang memiliki kelainan (cacat fisik atau mental) memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan keterampilan sesuai dengan cacat yang disandang
agar dapat tumbuh menjadi manusia yang mandiri.
3.Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan
keterampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang
memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai
jauh diatas normal.
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang:

Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti


dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik
dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal dan berbagai jenjang pendidikan
dari TK sampai perguruan tinggi.

Permasalahan yang Dihadapi pada penerapan asas pendidikan di SD N Koto


Malintang.
Dalam hal penerapan asas-asas pendidikan dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa
masalah yang perlu mendapat perhatian, yakni:

1. Masalah pendekatan komunikasi oleh guru


Dewasa ini, masih terdapat kecenderungan bahwa peserta didik terikat oleh penggunaan
komunikasi satu arah dalam kegiatan pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah.
Dalam komunikasi demikian, pendidik menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih
tinggi dari peserta didik. Bahkan, tidak jarang peserta didik dijadikan objek komunikasi oleh
seorang guru. Akibatnya, arus komunikasi cenderung satu arah dan rendahnya umpan balik
dari peserta didik. Komunikasi yang demikian memberikan implikasi yang negatif terhadap
out put pendidikan, yakni membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri,
mereka lebih bergantung kepada informasi yang diberikan pendidik

2. Masalah peranan pendidik


Sejalan dengan pendekatan komunikasi satu arah yang cenderung digunakan pendidik,
pendidik sering menempatkan dirinya sebagai orang yang paling dominan. Tidak jarang
seorang pendidik, apakah itu orang tua, guru, atau dosen menempatkan dirinya sebagai orang
yang paling dan serba tahu dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar berlangsung.
Padahal dalam era komunikasi canggih ini, sumber informasi datangnya membanjir dari
segala arah, tidak hanya dari sekolah atau sejenisnya, tetapi juga bisa dari media massa
seperti televisi, radio, koran, dan bahkan dari internet. Oleh karena itu, tidak tertutup
kemungkinan bahwa orang tua, guru, atau pun dosen ketinggalan informasi dibandingkan
dengan peserta didik. Sehingga dengan demikian, seorang pendidik harus mendorong peserta
didik untuk mencari informasi sendiri yang dikatakan sebagai upaya belajar mandiri.
3. Masalah tujuan belajar
Learning to know dan learning to do belum cukup untuk dijadikan tujuan belajar. Oleh
karena kemajuan teknologi terutama kemajuan transpotasi dan komunikasi membuat dunia
semakin “sempit”, sehingga intensitas interaksi antar manusia semakin tinggi tanpa dibatasi
oleh perbedaan suku, agama, ras, dan asal-usul. Oleh karena itu, tujuan belajar perlu diperluas
dengan learning to life together dan learnign to be, sehingga dengan demikian apa yang
dipelajari hari ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk belajar lebih lanjut dalam rangka
menyesuaikan diri dengan perubahan lapangan kerja dan bahkan perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai