Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TUGAS PERTEMUAN 5

OLEH
Rahmat Eka Putra
21065042

Soal:
Jelaskan beberapa bentuk konstitusi yang mengatur tentang HAM di Indonesia!
Jelaskan beserta contoh kasus!

Jawaban:

HAM Dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia


Konstitusi (constitution) memengan peranan penting di setiap Negara mananpun, artinya
Undang-Undang Dasar. Dalam arti keseluruhan peraturan-peraturan, baik tertulis maupun
tidak tertulis, dan mengatur secara mengikat cara-cara pemerintahan yang diselenggarakan.
Sebelum kita melangkah lebih jauh tentang HAM dalam prespektif konstitusi NKRI. Apa
yang dimaksud “prespektif” dan “konstitusi” prespektif menurut kamus besar bahasa
Indonesia berarti sudut pandang, menurut jajak pendapat perspektif berasal dari bahasa latin
yakni (per berarti melalui), (spectare berarti memandang), jadi presfektif itu suatu media yang
dimiliki seorang pribadi, dan melalui media itu dia memandang suatu objek, karena media
yang berbeda maka pandangannya juga berbeda.
Dan konstitusi menurut kamus besar bahasa Indonesia meruakan segala aturan tentang
ketatanegaraan dan undang-undang dasar suatu Negara. Konstitusi dalam bahasa belanda
Grondwet, (grond berarti dasar),dan (wet artinya undang-undang). Jadi Grondwet adalah
undang-undang dasar, dalam bahasa jerman dikenal dengan sebutan Grundgesetz, (grund
artinya dasar) dan (gesets artinya undang-undang) di Negara Kesatuan Republik Indonesia,
undang-undang dasar merupakan hukum dasar yang tertulis, yaitu UUD 1945. Hukum dasar
selain undang-undang yang tertulis disebut sebagai Konvensi.
Menurut Herman Heller dalam bukunya “staatlehre” sebagaimana dikutip Muladi 2007:41
(dikutip dari modul UT.PKNI4317/Dasim Budimansyah/hal.5.5), konstitusi memiliki tiga
pengertian, yaitu:
1.Konstitusi mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu kenyataan
dan ia belum merupakan Konstitusi dalam arti hukum atau dengan perkataan lain Konstitusi
itu masih merupakan pengertian sosiologis atau politis dan belum merupakan pengertian
hukum;
2.Baru setelah orang mencari unsur-unsur hukumnya dari Konstitusi yang hidup dalam
masyarakat itu untuk dijadikan sebagai suatu kesatuan kaidah hokum, maka Konstitusi
disebut rechversfasuung;
3.Kemudian orang-orang menulisnya dalam satu naskah sebagai Undang-Undang yang
tertinggi yang berlaku dalam suatu Negara.
Konstitusi harus tetap dan senantiasa hidup (living constitution) sesuai dengan semangat
zaman (zeitgeist), realitas dan tantangan masa. UUD 1945 bukanlah sekadar cita-cita atau
dukumen bernegara, akan tetapi menjawab berbagai persoalan bangsa. Misalnya kasus aborsi,
kekerasan terhadap anak, penyiksaan, diskriminasi, masalah ras, kesenjangan kaya-miskin,
hukum memihak kekuasaan, kemiskinan, masalah minoritas dan lain-lain.

Perjalanan sejarah HAM dalam Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Diawal kemerdekaan, terjadi perdebatan yang sangat seru di antara para toko negara
memperdebatkan tentang perlu atau tidaknya memasukkan HAM dalam Undang-Undang
Dasar.
Menurut pandangan Soepomo dan kubu Soekarno (dikutip dari modul UT.PKNI4317/Dasim
Budimansyah/hal.5.6), hak asasi manusia atau HAM itu sangat identik dengan paham
ideologi yang cenderung liberialisme dan individualisme.
• Bahwa hak-hak yang tidak dapat dipisahkan dan dicabut karena merupakan seorang
manusia;
• Hak asasi manusia adalah hak-hak menurut hukum, yang dibuat sesuai dengan proses
pembentukan hukum dari masyarakat itu sendiri, baik secara nasional maupun internasional.
Menurut beberap pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hak asasi manusia adalah
hak yang melekat pada diri setiap pribadi manusia sejak lahir sampai menutup usia. Sehingga
kepentingan paling mendasar dari setiap warga Negara adalah perlindungan terhadap hak-
haknya sebagai manusia dan subjek hukum. Oleh Karen itu, Hak asasi manusia merupakan
materi inti dari suatu Konstitusi.

Alasan Hak Asasi Manusia Dimuat Dalam Konstitusi


Mengapa suatu Hak sangat di perjuangkan sehingga Konstitusi suatu negara mengaturnya?
Menurut Prof. Mr.L.J. Van Apeldoorn, dalam bukunya yang berjudul “Inleiding tot de Studie
van het Nederlandse Recht” ( dikutip dari google.com tgl.22/11/2016.21.30; yuniarrizahakiki.
blogspot. com201503hak-asasi-manusia-dalam perspektif.html) mengatakan bahwa Hak
adalah hukum yang dihubungkan dengan seseorang manusia atau subyek hukum Tertentu
dengan demikian menjelma menjadi suatu “kekuasaan” dan suatu hak itu timbul apabila
hukum mulai bergerak. Dari pengertian tersebut terdapat kata kunci “kekuasaan”, oleh
Karena itu dalam suatu Negara perlu adanya keseimbangan kekuasaan antara orang-orang
yang mengurus Negara (Pemerintah) dengan masyarakat sipil (warga negara). Dengan
demikian, merupakan suatu hal yang sangat penting pengaturan tentang Hak (dalam hal ini
Hak Asasi Manusia) perlu diatur dalam Konstitusi.
Selain alasan tersebut, apabila mengacu pada pengertian/definisi menurut pasal 1 angka 1 UU
No. 39/1999 (dikutip dari modul UT.PKNI4317/Dasim Budimansyah/hal.1.5 alenia 2)
tentang HAM seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan dan merupakan anugerah yang wajib di hormati,dijunjung tinggi, dilindungi
Negara, hukum, pemerintah, dan tiap orang, demi kehormatan, harkat, dan martabat manusia.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (dikutip dari modul UT.PKNI4317/Dasim
Budimansyah/hal.1.5) HAM dngan istilah hak dasar/yang pokok, secara umum, HAM dapat
diartikan sebagai hak dasar atau pokok yang melekat pada manusia.
Menurut Leah Levin (dikutip dari modul UT.PKNI4317/Dasim Budimansyah/hal.1.5-1.6)
bahwa konsep HAM mempunyai dua pengertian dasar, yaitu :
 Bahwa hak-hak yang tidak dapat dipisahkan dan dicabut karena merupakan seorang
manusia;
 Hak asasi manusia adalah hak-hak menurut hukum, yang dibuat sesuai dengan proses
pembentukan hukum dari masyarakat itu sendiri, baik secara nasional maupun
internasional.
Menurut beberap pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hak asasi manusia
adalah hak yang melekat pada diri setiap pribadi manusia sejak lahir sampai menutup usia.
Sehingga kepentingan paling mendasar dari setiap warga Negara adalah perlindungan
terhadap hak-haknya sebagai manusia dan subjek hukum. Oleh Karen itu, Hak asasi manusia
merupakan materi inti dari suatu Konstitusi.

Contoh Kasus
Menurut Dasim Budimansyah dalam bukunya modul.ut.PKNI4317;2015 yang dimaksud
pelanggaran HAM adalah pelanggaran terhadap hak-hak yang paling asasi dari seseorang
atau kelompok orang termasuk merampas hak hidup. Disebutkan pula bahwa pelanggaran
HAM ada yang disebut pelanggaran HAM berat. Berdasarkan status Roma (pasal 5)
disebutkan bahwa yang termasuk kejahatan HAM berat ( the most serious crimes) ada empat
macam, yaitu:
• Kejahatan genosida (crime of genocide), yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnakan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
ethis, dan agama.
Contoh : pembantaian umat Islam dibantai oleh umat budha atas restu pemerintah Myanmar
itu sendiri.
• Kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity), Adalah perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistemik yang diketahuinya bahwa
serangan itu ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil.
Contoh: serangan pasukan bersenjata Israel yang ditujukan pada penduduk sipil Palestina
dengan dalih melumpuhkan para milisi yang melakukan perlawanan intifada, yakni suatu
gerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap kekejaman Zionis Israel.
• Kejahatan perang (war crimes). Dalam Status Roma (pasal 5) dijelaskan bahwa yang
disebut dengan kejahatan perang adalah sebagai berikut:
1. Pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa 1949
2. Pelanggaran terhadap hukum dan kebiasaan yang diterapkan dalam sengketa bersenjata
internasional
3. Sengketa bersenjata yang bukan merupakan persoalan internasional, antara lain melakukan
kekerasan terhadap kehidupan/pemotongan anggota tubuh/perlakuan kejam, melakukan
kebiadaban terhadap martabat.
4. Berlaku bagi sengketa bersenjata yang tidak bersifat internasional dan tidak berlaku bagi
keadaan kekacauan dan ketegangan dalam negeri
5. Pelanggaran serius lain terhadap hukum dan kebiasaan berlaku dalam sengketa bersenjata
yang tidak bersifat internasional, dalam rangka hokum internasional yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai