Anda di halaman 1dari 4

 Pengertian Hukum

1. Menurut Van Apeldoorn: hukum adalah suatu gejala sosial;


tidak ada masyarakat yang tidak mengenal hukum maka hukum
menjadi suatu aspek dari kebudayaan seperti agama, kesusilaan,
adat istiadat, dan kebiasaan.

2. Menurut Immanuel Kant: hukum adalah keseluruhan syarat


berkehendak bebas dari orang untuk dapat menyesuaikan diri
dengan kehendak bebas dari orang lain, dengan mengikuti
peraturan tentang kemerdekaan.

3. Menurut Thomas Hobbes: hukum adalah perintah-perintah


dari orang yang memiliki kekuasaan untuk memerintah dan
memaksakan perintahnya kepada orang lain.

4. Menurut John Austin: hukum adalah peraturan yang


diadakan untuk memberikan bimbingan kepada makhluk
yang berakal oleh makhluk yang berakal yang berkuasa
atasnya.

 Sumber Hukum
Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum oleh Tami Rusli(septrember
2017), secara umum sumber hukum adalah segala sesuatu yang telah
menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat
memaksa, artinya jika dilanggar akan mengakibatkan sanksi tegas dan
nyata.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/01/193928169/sumber-
hukum-pengertian-dan-jenisnya?page=all
Sumber hukum dibedakan menjadi dua, yaitu:
Sumber hukum materiil Sumber hukum materiil merupakan sumber
daeri mana materi hukum diambil.
Sumber hukum ini menjadi faktor yang membantu menentukan isi atau
materi hukum. Contohnya, sumber hukum materiil seperti agama,
kesusilaan, kehendak Tuhan, akal budi, hubungan sosial, dan
sebagainya.
Sumber hukum formal yaitu sumber suatu peraturan memperoleh
kekuatan hukum. Sumber-sumber hukum formal membentuk
pandangan-pandangan hukum menjadi aturan-aturan hukum dan
mengikat.
salah satu bagian dari sumber hukum formal adalah kontitusi.
Sumber hukum dikenal dengan 2 sumber hukum, yang pertama hukum
dalam arti formal yang kedua sumber hukum dalam arti material.
Secara singkat sumber hukum dalam arti formal dapat diartikan
sabagai sumber dimana sebuah aturan mendapatkan kekuatan hukum
misalnya sebuah peraturan perundang undangan, adapun sumber
hukum dalam artian material adalah susubstraksi atau isi yang
memperngaruhi maksud yang dituju oleh sebuah aturan hukum
Salah satu sumber hukum yang memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam sebuah negara adalah konstitusi
Sejarah konstitusi Indonesia dapat dikatakan telah melewati berbagai
tahap perkembangan. Tiap tahap memunculkan model ketatanegaraan
yang khas, sampai karena trauma masa lalu terutama akibat praktek
politik Orde Baru yang menyalah gunakan konstitusi untuk tujuan
kekuasaannya yang sentralistik dan otoriter, memunculkan ide untuk
mengamandemen UUD 1945. Tahap perkembangan konstitusi di
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi beberapa periode. Periode
pertama berlaku UUD 1945, periode kedua berlaku Konstitusi RIS
1949, periode ketiga berlaku Undang-Undang Dasar Sementara 1950,
Periode keempat berlaku kembali UUD 1945 beserta Penjelasannya.
Setelah itu UUD 1945 diubah berturut-turut pada tahun 1999, 2000,
2001, 2002 dengan menggunakan naskah yang berlaku mulai 5 Juli
1959 sebagai standar dalam melakukan perubahan di luar teks yang
kemudian dijadikan lampiran yang tak terpisahkan dari naskah UUD
1945. Mengamandemen konstitusi (undang-undang dasar) jelas bukan
urusan sederhana. Sebab undang-undang dasar merupakan desains
utama negara untuk mengatur berbagai hal fundamental dan strategis,
dari soal struktur kekuasaan dan hubungan antar kekuasaan organ
negara sampai hak asasi manusia. Proses amandemen UUD 1945
terjadi secara bertahap selama empat kali. Ada berbagai kekurangan
dalam empat tahap amandemen tersebut yang mendapat sorotan tajam
diantara para pengamat, yang memunculkan ide perlunya dibentuk
Komisi Konstitusi yang akan membantu melakukan koreksi dan
mengatasi kekurangan-kekurangan itu untuk amandemen mendatang.
Dalam bahasa Italia, istilah yang dipakai untuk pengertian konstitusi
adalah Dirrito Constitutionale. Dalam bahasa Arab dipakai pula
beberapa istilah yang terkait dengan pengertian konstitusi itu, yaitu
Masturiyah, Dustuur, atau 5 Qanun Asasi.
Di Negeri Belanda, pada awalnya digunakan istilah staatsregeling
untuk
menyebut konstitusi. Tetapi, atas prakarsa Gijbert Karel van
Hogendorp pada tahun 1813, istilah grondwet digunakan untuk
menggantikan istilah staatsregeling yang juga memiliki pengertian
undang-undang dasar atau konstitusi. Menurut Jimly Asshiddiqie, di
berbagai negara di Eropa Kontinental, yang menganut tradisi civil law,
istilah konstitusi memang selalu dibedakan antara pengertian konstitusi
tertulis dan konstitusi tidak tertulis. Konstitusi yang tertulis itulah yang
biasa disebut dengan istilah-istilah grondwet (Belanda), gerundgesetz
(Jerman), Loi Constituionnel (Prancis). Sementara itu, kata constitutie,
verfassung, gerundrecht, grondrecht, Droit Constitutionnel, Dirrito
Constitutionale, merupakan istilah- 7 istilah yang dipakai dalam arti
luas. Dalam praktik sehari-hari memang yang digunakan sebagai
pemahaman adalah pengertian dalam arti sempit tersebut. Tulisan ini
memaknai konstitusi sama dengan Undang-Undang Dasar. Tetapi
perlu diperingatkan bahwa konstitusi hanya salah satu sumber hukum
tata negara. Selain konstitusi, ada berbagai kaidah-kaidah lain, baik
dalam bentuk peraturan perundang-undangan, kebiasaan (konvensi),
dan yurisprudensi, yang menjadi sumber dan aturan-aturan hukum tata
negara.

Dalam arti luas konstitusi itu merupakan keseluruhan peraturan baik


tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat
mengenai cara oenyelenggaraan suatu pemerintahan sebagai organisasi
sebuah negara. Cara meyelenggaraan suatu negara dirangkai dalam
suatu kerangka yang dinamakan konstitusi, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis. Dalam arti sempit konstitusi merupakan aturan dasar
sebuah negara yang sifatnya tertulis. Konstitusi sering kali diartikan
sebagai uud sebuah negara, ini bisa benar apabila konstitusi diartikan
secara sempit, karena UUD merupakan konstitusi yang tertulis,
pendapat ini bisa salah apabila konstitusi diartikan secara luas. Semua
negara memiliki konstitusi, tapi tidak semua negara memiliki UUD.
Contohnya seperti Inggris memilih konstitusi yang tidak tertulis, pada
hakikat nya konstitusi itu mmerupakan peratuaran tinggi.
Muatan Substansi antara lain,
1.kaidah yang mengatur tentang pembatasan kekuasaan
2. pembagian tugas penyelenggaraan negara
3. deskripsi lembaga lembaga negara
4. Perlindungan HAM
Dan berdasarkan muatan substansi, tujuan dibuatnya konstitusi itu
antara lain untuk memberikan pembatasan dan perbatasan pada
penguasa sebagai penyelenggara organisasi negara, sehingga penguasa
bisa mengetahui batas batas kekuasaan mereka tentang apa yang boleh
dan apa yang tidak boleh serta apa yang harus juga dilarang untuk
dilakukan. Hal ini ditujukan agar sang penguasa dapat menyadari
bahwa mereka bukanlah yang maha kuasa yang memiliki kekuasaan
yang mutlak. Dan tujuan yanng selanjutnya yakni untuk memberikan
jaminan dan pemenuhan hak-hak dasar bagi warga negara.

Konstitusi-Konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia


Suatu undang-undang dasar jika tidak lagi mencerminkan konstelasi
politik atau tidak memenuhi harapan aspirasi rakyat, dapat dibatalkan
dan diganti dengan undang-undang dasar baru. Misalnya, di Perancis
sesudah dibebaskan dari pendudukan tentara Jerman, dianggap perlu
mengadakan undang-undang dasar baru yang mencerminkan lahirnya
Negara Perancis baru. Hal ini juga terjadi di Indonesia, Miriam
Budiardjo (2007: 104) membagi empat tahap perkembangan undang-
undang perkembangan undang-undang dasar sebagai berikut:
1)tahun1945 (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang defacto
hanya berlaku di Jawa, Madura, dan Sumatra).
2)tahun 1949 (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang
defacto berlaku seluruh Indonesia , kecuali Irian Barat).
3)tahun 1959 (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
dengan demokrasi Terpimpin, disusul Demokrasi Pancasila, Undang-
Undang Dasar ini mulai 1963 berlaku di seluruh Indonesia termasuk
Irian Barat)

Apabila ditinjau dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Republik


Indonesia Miriam Budiardjo (2007:105) membagi dalam tiga tahap,
yaitu:
1) masa 1945-1959 sebagai Republik Indonesia ke-I (Demokrasi
Parlementer) yang didasari tiga Undang-Undang Dasar berturut-turut,
yaitu: 1945, 1949 dan 1950.
2) Masa 1959-1965 sebagai Republik ke-II (demokrasi Terpimpin)
yang didasari Undang-Undang Dasar 1945.
3) Masa 1965 sampai sekarang sebagai Republik Indonesia ke-III
(Demokrasi Pancasila yang didasari oleh Undang-Undang Dasar 1945.
Pemikiran ini disampaikan pada tahun 1970-an jauh hari sebelum
jatuhnya rezim Suharto, sehingga jika kita tinjau saat ini dapat
ditambahkan masa Republik ke-III periode antara tahun 1965-1998.
Kemudian tahun 1998 sampai saat ini dapat ditambahkan masa
Republik ke-IV dengan menggunakan Undang-Undang Dasar 1945
pasca amandemem (Demokrasi masa transisi).

Anda mungkin juga menyukai