Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di antara ciri negara hukum (the rule of law atau rechtstaat) adalah adanya
pembatasan kekuasaan dalam penyelenggaraan negara. Pembatasan tersebut dilakukan
melalui hukum yang kemudian mendasari munculnya paham konstitusionalisme
(constitutional state), yaitu negara yang menerapkan pembatasan dengan konstitusi.
Berdasarkan ciri inilah, Indonesia disebut sebagai negara hukum. Dalam konsteks yang sama,
gagasan negara demokrasi atau sering disebut dengan constituional democracy kerap
dikaitkan dengan pengertian Negara demokrasi yang berdasar atas hukum.
Pada umumnya setiap negara yang menganut negara hukum memberlakukan beberapa
prinsip dasar. Prinsip-prinsip tersebut yaitu supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan
di hadapan hukum (equality before the law), serta penegakan hukum dengan tanpa
berlawanan dengan hukum (due process of law). Implementasi hukum di Indonesia dimulai
sejak Indonesia memproklamirkan dirinya sebagai negara yang merdeka. Sebagai negara
hukum, Indonesia meletakkan UUD 1945 sebagai pedoman penyelenggaraan negara. Ini
berarti, UUD 1945 berstatus sebagai norma pokok (grundnom) yang menjadi sumber utama
tertib hukum di Indonesia menurut hierarki peraturan perundang-undangan. Sebagai
konstitusi, UUD 1945 dalam perkembangannya menimbulkan beragam permasalahan
sekaligus berdampak pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Kondisi demikian
mengakibatkan perubahan fundamental terhadap stuktur dan kewenangan lembaga Negara.
Sejarah Indonesia tak terlepas dari sejumlah peristiwa besar pada tahun 1945 hingga 1959
yang berpengaruh terhadap fondasi dan bangunan hukumnya. Oleh sejumlah sejarawan dan
pakar hukum, peristiwa-peristiwa tersebut dinilai cukup berpengaruh terhadap ketatanegaraan
Indonesia. Di antara peristiwa yang dimaksud yaitu yaitu dikumandangkannya Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), lahirnya
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949, terbitnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
adanya bermacam keputusan pemerintahan mulai mulai 14 November 1945 hingga 5 Juli
1959. Melalui artikel ini, penulis ingin menelaah berbagai peristiwa yang dimaksud dengan
perspektif sejarah dan hukum tata negara.
Konstitusi sendiri telah dikenal sejak lama bahkan sejak jaman Yunani Kuno. Hal ini
dapat dibuktikan dengan adanya berbagai pemikiran dari filsuf-filsuf ternama Yunani Kuno
seperti Plato. Plato pada saat itu bahkan diklaim menagut teori kontark sosial dimana teori
kontrak sosial inilah yang disebut-sebut menjadi cikal-bakal lahirnya konstitusi pada masa
sekarang. Meskipun penulisanya tidak sebaku pada masa sekarang, secara tidak langsung
konstitusi telah muncul meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Pemahaman terhadap
konstitusi kemudian berkembang hingga abad pertengahan. Pada masa ini, konstitusi juga
masih menjadi hal yang berbeda dengan konstitusi yang sekarang ini kita kenal. Di abad
pertengahan pada jaman Romawi, perpindahan kekuasaan raja dilakukan secara mutlak,
sehingga raja memiliki kekuasaan yang mutlak pula. Namun kemudian munculah kaum
monarchomachen yakni kaum yang membenci adanya sistem kekuasaan raja yang mutlak.
Untuk mencegah kekuasaan raja yang mutlak tersebut, maka golongan ini mengkhendaki
suatu perjanjian dengan raja. Golongan ini mengkhendaki agar raja dapat dipecat atau bahkan
dibunuh jika melanggar perjanjian tersebut. Lambat-laun perjanjian antara rakyat dengan raja
ini dituangkan dalam satu naskah yang disebut dengan Leges Fundamentalis.
Dari sinilah mulai tampak bahwa perjanjian antara rakyat dan pemerintah yang
menjadi awal lahirnya konstitusi yang kemudian di tuliskan dalam bentuk naskah. Konstitusi
adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan
dapat pula tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis atau Undang-
Undang Dasar. Kerajaan Inggris biasa disebut sebagai Negara konstitusional, tetapi tidak
memiliki satu naskah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis, disamping karena
adanya negara yang dikenal sebagai Negara konstitusional, tetapi tidak memiliki konstitusi
tertulis, nilai dan norma yang hidup dalam praktik penyelenggaraan Negara juga diakui
sebagai hukum dasar, dan tercakup pula dalam pengertian konstitusi dalam arti yang luas.
Oleh karena itu Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan
norma hukum dasar tidak tertulis yang hidup sebagai konvensi ketatanegaraan dalam praktik
penyelenggaraan negara sehari-hari, termasuk kedalam pengertian konstitusi atau hukum
dasar (droit constitusionel) suatu Negara.
B. Rumusan Masalah
Kesimpulan
Sejarah konstitusi Indonesia dapat dikatakan telah melewati berbagai tahap
perkembangan. Tiap tahap memunculkan model ketatanegaraan yang khas, sampai karena
trauma masa lalu terutama akibat praktik politik Orde Baru yang menyalah gunakan
konstitusi untuk tujuan kekuasaannya yang sentralistik dan otoriter, memunculkan ide untuk
mengamandemen UUD 1945. Konstitusi di Indonesia selalu mengalami perubahan, yang
pertama kali berlaku adalah UUD 1945, kemudian disusul UUD RIS pada tahun 1949
merupakan konstitusi kedua yang mengakibatkan bentuk Negara Kesatuan berubah menjadi
Negara Serikat. UUDS 1950 merupakan konstitusi yang ketiga, walaupun kembali kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi sistem pemerintahannya adalah Parlementer
sampai dikeluarannya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD 1945 yang
berlaku hingga reformasi yang menghantarkan amandemen UUD 1945 ke empat kali dan
berlaku sampai sekarang.
Saran
Adanya kekurangan dalam amandemen UUD 1945 adalah merupakan hal yang
manusiawi karena banyaknya materi yang diubah, dikurangi, atau ditambah dengan
amandemen pertama sampai keempat. Bertolak dari kekurangan inilah, memunculkan ide
perlunya dibentuk Komisi Konstitusi yang akan membantu melakukan koreksi dan mengatasi
kekurangan-kekurangan itu untuk amandemen mendatang. Sebagai penggerak roda
kehidupan bernegara, masyarakat dapat memahami pola-pola politik dan hukum yang ada
sehingga mampu mengawal kehidupan bernegara khusunya di Indonesia. Khususnya
konstitusi. Seperti yang kita ketahui bahwa konstitusi adalah landasan aturan bagi Indonesia.
Semua aturan yang sifatnya lebih konkrit haruslah berlandaskan oleh konstitusi.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matul. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Farida, Maria. Ilmu Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan. Yogyakarta:
Kanisius
MD, Muh, Mahfud. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi Tentang Interaksi
politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kus Eddy Sartono. Kajian Konstitusi Indonesia dari Awal Kemerdekaan Sampai Era
Reformasi