Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEGAWATDARURATAN

MATERNAL DAN NEONATAL


“ KEJANG PADA NEONATUS “
Dosen Pengampu : Farida Nur K., S.Si.T., M.Kes.

Disusun Oleh :
1. Amelia Hesti Pradita (201801001)
2. Ika Nur Khauneni (201801008)
3. Maya Nilam Cahya (201801013)
4. Siti Aminatun (201801017)

AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI


TAHUN 2020
2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, suatu
kebahagian yang tiada terkira, suatu keagungan dari sang pencipta Allah SWT, melalui
tangan dan pikiran penyusun insyaallah dengan izinnya penyusun dapat menyelesaikan
serta menyajikan makalah “Kejang pada Neonatus” .
Pada kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah, ini demi pengembangan
kreativitas penyusun dan kesempurnaan makalah ini, penulis menunggu kritik dan saran
dari pembaca, baik dari segi serta pemaparannya. Harapan penyusun semoga pada
makalah yang akan datang dapat diperbaiki.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca,
amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pati, 10 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3
A. Definisi kejang ..................................................................................................3
B. Perbedaan kejang dan spasme ...........................................................................4
C. Klasifikasi kejang ..............................................................................................5
D. Epidemiologi kejang..........................................................................................7
E. Etiologi kejang ..................................................................................................8
F. Penyebab kejang ................................................................................................10
G. Faktor-faktor resiko kejang ...............................................................................11
H. Diagnosis kejang ...............................................................................................13
I. Penatalaksanaan kejang .....................................................................................14
BAB III PENUTUP ..............................................................................................17
A. Kesimpulan........................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai
pada bayi dan anak.Sekitar 2,2% hingga 5% anak mengalami kejang demam sebelum
mereka mencapai umur 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat
mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat
ini kejang pada kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada
otak namun kita tetap berupaya untuk menghentikan kejang secepat mungkin (Marlian
L, 2005).
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan
dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam
komplek. Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu
kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang
demam komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih
dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam) menurut Arif Manajer, 2000. Penyakit yang
disebabkan oleh gangguan saraf telah menyerang sedikitnya 1 miliyar orang diseluruh
dunia. Penyakit yang telah menyerang jutaan orang di seluruh dunia ini, tidak mengenal
umur, jenis kelamin, status pendidikan, maupun pendapatan. Dari 1 miliyar orang yang
terkena ganguan saraf di seluruh dunia. Sebanyak 50 juta orang menderita epilepsi dan
24 juta orang menderita Alzheimer dan penyakit dimensia lainnya. Menurut WHO
diperkirakan 6,8 juta orang meninggal tiap tahun akibat ganguan syaraf.
Hemiparesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama
(berlangsung lebih dari setengah jam) baik bersifat umum maaupun fokal,
kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi.Mula-mula kelumpuhannya
bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu spasitisitas. Millichap (1968) melaporkan dari
1190 anak menderita kejang demam, hanya 0,2% saja yang mengalami hemiparesis
sesudah kejang lama.Dari suatu penelitian terhadap 431 penderita dengan kejang
demam sederhana, tidak mengalami kelainan IQ, tetapi pada penderita kejang demam
yang sebelumnya telah terdapat ganguan perkembangan atau neorologis akan di dapat

1
IQ yang lebih rendah dibanding dengan saudaranya (Millchap, 1968). Apabila kejang
demam diikuti dengan terulangnya kejang demam, retradasi mental akan terjadi 5 kali
lebih besar (Nellson dan Ellenberg,1978).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kejang neonatorum ?
2. Bagaimana perbedaan kejang dan spasme ?
3. Apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum ?
4. Apa saja faktor dari kejang neonatorum ?
5. Bagaimana dan apa saja penatalaksanaan dari kejang neonatorum ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kejang neonatorum.
2. Untuk mengetahui perbedaan kajang dan spasme
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum
4. Untuk mengetahui apa saja faktor dari kejang neonatorum
5. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana penatalaksanaan kejang pada neonatus.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kejang pada neonatus ialah suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti
tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom. Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi
sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi prematur, batasan
ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.Kebanyakan kejang pada BBL
timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang
lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai
dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari
gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka
panjang.
Kejang pada Bayi Baru Lahir adalah:
1. Kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari
2. Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan suatu tanda
adanya penyakit sistem saraf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit lain.
3. Sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak
4. Kejang umum tonik klonik jarang terjadi pada BBL
5. Kejang berulang menyebabkan berkurangnya oksigenisasi, ventilasi dan nutrisi otak

Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam
28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown (1974) kejang adalah
suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik
fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak
(Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar).
Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf
pusat, lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda
penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat
mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut
diketahui harus segera di obati. Hal yang paling penting dari  kejang pada bayi baru

3
lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan memberikan
pertolongan terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang tersebut dengan obat
antikonvulsan.
Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda
dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena
ketidakmatangan organisasi korteks pada bayi baru lahir. Kejang umum tonikklonik
jarang pada bayi baru lahir. Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor
, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai
aatau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakannya tidak menentu, involuntary
movement), nistagmus, (fenomena oral dan bukal), bahkan apnu oleh karena
manifestasi klinik yang berbeda-beda dan bervariasi, seringkali kejang pada bayi baru
lahir tidak dikenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip ,setiap gerakan
yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan
periodic ,harus dipikirkan kemungkinan merupakan manifestasi kejang.
B. Perbedaan Kejang dan Spasme
Masalah Temuan Khusus
Kejang Umum - Gerakan wajah dan ekstermitas yang
teratur dan berulang
- Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau
tangkai,baik sinkron maupun tidak
sinkron
- Perubahan status kesadaran (bayi
mungkin tidak sadar atau tetap bangun
tetapi tidak responsive/apatis)
- Apnea(nafas spontan berhenti lebih 20
detik)
Kejang Suble - Gerakan mata berkedip,berpudar dan
dan juling yang berulang
- Gerakan mulut dan lidang berulang
- Gerakan tangkai tidak terkendali,

4
gerakan seperti mengayuh sepeda
- Bayi bias masih sadar
Spasme - Kontraksi otot tidak terkendali paling
tidak beberapa detik sampai beberapa
menit
- Dipicu oleh sentuhan, suara maupun
cahaya
- Bayi tetap sadar,sering menangis
kesakitan
- Trismus (rahang kaku,mulut tidak dapat
di buka,bibir mencuci seperti mulut ikan
- Opitotonus
- Gerakan tangan seperti meninju dan
mengepal

C. Klasifikasi Kejang
1. Volpe (1977) membagi kejang pada bayi lahir sebagai berikut :
a. Bentuk kejang yang hampir tidak kelihatan (subtle) yang sering tidak diketahui
sebagai kejang. Terbanyak di neonatus berupa :
1) Deviasi horizontal bola mata.
2) Getaran dari kelopak mata/berkedip-kedip
3) Gerakan dari pipi dan mulut, seperti menghisap-hisap,mengunyah, mengecap,
dan menguap
4) Apnea berulang
5) Gerakan tonik tungkai
6) Gerakan mengunyah , salivasi berlebihan, perubahan pola pernafasan termasuk
apneu, berkedip, nistagmus, gerakan bersepeda atau mengayuh pedal , dan
perubahan warna. Setiap gerakan yang tidak biasa pada neonatus, bila
berlangsung beurlang-ulang dan periodic perlu dipikirkan kemungkinan dari
kejang.

5
b. Kejang klonik multifocal (migratory)
Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota gerak ke anggota gerak
lainnya secara tidak teratur. Kadang-kdang kejang yang satu dengan yang lainnya
bersambungan, dapat menyerupai kejang umum.
c. Kejang tonik
1) Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadangan disertai fleksi kedua lengan
menyerupai keadaan dekortikasi.
2) Ditandai dengan postur tungkai dan badan yang kaku, dan kadang disertai
dengan deviasi mata yang tetap.
d. Kejang mioklonik
1) Berupa gerakan fleksi seketika seluruh tubuh, jarang terlihat pada neonatus.
2) Jingkatan jingkatan setempat atau menyeluruh tungkai atau badan sebentar
yang cenderung melibatkan kelompok otot distal.
Menurut Doenges (1993), kejang (konvulsion) adalah aktifitas motorik dan
gangguan fenomena sensorik akibat dari pelepasan muatan listrik secara tiba-tiba
yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan
tiba-tiba dan disertai gangguan kesadaran.Dalam bahasa lain, kejang merupakan
pergerakan abnormal akibat perubahan tonus otot yang distimulasi oleh pelepasan
muatan listrik yang tidak terkontrol.
2. Berdasarkan gambaran klinisnya, kejang dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu
kejang tonik, kejang klonik dan kejang mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan
komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang tonik yaitu berupa pergerakan
tonik satu ekstremitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan
tungkai yang menyerupai desebrasi, atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortifikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai desebrasi
harus dibedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang
meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.

6
b. Kejang Klonik
Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan
permulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinik kejang
fokal berlangsung antara 1 - 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai
gangguan kesadaran, dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini
disebabkan oleh kontusio serebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup
bulan atau oleh ensefalopati metabolik.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan
atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupai gerakan refleks moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan
susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG kejang mioklonik pada
bayi tidak spesifik.
D. Epidemiologi
1. Frekuensi
a. Amerika Serikat
Antara 2% sampai 5% anak mengalami kejang demam sebelum usianya yang ke
5.Sekitar 1/3 dari mereka paling tidak mengalami 1 kali rekurensi.
b. Internasional
Kejadian kejang demam seperti di atas serupa di Eropa. Kejadian di Negara lain
berkisar antara 5 sampai 10% di India, 8.8% di Jepang, 14% di Guam, 0.35% di
Hong Kong, dan 0.5-1.5% di China.
2. Mortalitas dan Morbiditas
a. Kejang demam biasanya tidak berbahaya.
b. Anak dengan kejang demam memiliki resiko epilepsy sedikit lebih tinggi
dibandingkan yang tidak (2% : 1%).
c. Faktor resiko untuk epilepsy di tahun-tahun berikutnya meliputi kejang demam
kompleks, riwayat epilepsy atau kelainan neurologi dalam keluarga, dan hambatan
pertumbuhan. Pasien dengan 2 faktor resiko tersebut mempunyai kemungkinan
10% mendapatkan kejang demam.

7
d. RAS
Kejang demam terjadi pada semua ras.
e. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan kejadian lebih tinggi pada pria.
f. Usia
Kejang demam terjadi pada anak usia Awal,3 bulan sampai 5 tahun.
E. Etiologi
1. Metabolik
a. Hipoglikemia
Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan
kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Hipoglikemia
dapat dengan/tanpa gejala. Gejala dapat berupa serangan apnea, kejang sianosis,
minum lemah, biasanya terdapat pada bayi berat badan lahir rendah, bayi kembar
yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes melitus, asfiksia.
b. Hipokalsemia
Yaitu: keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau
kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 4 MEq/L.
Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus berkurang, kejang dan diantara dua
serangan bayi dalam keadaan baik.
c. Hipomagnesemia
Yaitu kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya
terdapat bersama-sama dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain.
Gejala kejang yang tidak dapat di atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat
sembuh dengan pengobatan yang adekuat.
d. Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l.
gejalanya adalah kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih dari
145 mEg/l. Kejang yang biasanya disebabkan oleh karena trombosis vena atau
adanya petekis dalam otak.
e. Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn

8
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya adalah kejang yang
hebat dan tidak hilang dengan pemberian obat anti kejang, kalsium, glukosa, dan
lain-lain. Pengobatan dengan memberikan 50 mg pirodiksin
f. Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke
janin.
2. Perdarahan Intrakranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi
vitamin K, trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub aroknoid,
intraventrikulus dan intrase rebral. Biasanya disertai hipoglikemia, hipokalsemia.
Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi lumbal dan offalmoskopi mungkin
dapat membantu diagnosis. Terapi : pemberian obat anti kejang dan perbaikan
gangguan metabolisme bila ada.
3. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis.
4. Genetik dan Kelainan Bawaan
5. Penyebab Lain
a. Polisikemia: Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta,
transfuse dari bayi kembar yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan kadar
hemoktrokit di atas 65%.
b. Kejang idiopatik
Memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui penyebabnya berikan
oksigen untuk sianosisnya.
c. Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene.

F. Penyebab
Tak jarang bayi Indonesia mengalami kejang dan hal ini sangat mengkhawatirkan
bagi para orangtua. Sebenarnya apa yang menjadi penyebab bayi kejang? Kejang

9
demam atau kejang yang disertai demam biasanya terjadi karena bayi memang
mengalami suatu penyakit. Contohnya, bayi terkena infeksi pada saluran pencernaannya
yang menyebabkan dia demam dan kemudian kejang. Penyakit lainnya yang bisa
menyebabkan kejang pada bayi adalah penyakit radang telinga, infeksi pada paru dan
infeksi lainnya.
Penyakit diabetes mellitus yang diderita oleh ibu bisa juga menjadi penyebab bayi
kejang. Ibu yang terkena penyakit kencing manis ini bisa menyebabkan bayi mengalami
kekurangan kadar gula darah. Selain itu, baybbi yang pada saat lahir memiliki berat
badan lebih dari 4 kg memiliki resiko terkena kejang hingga hari ke-28 dia dilahirkan.
Kejang yang timbul karena dua hal di atas biasanya tidak disertai demam.
Kejang yang tidak disertai demam biasanya juga terjadi karena kelainan di otak.
Penyakit yang mengganggu fungsi otak bayi bisa membangkitkan kejang. Misalnya
perdarahan, tumor dan radang yang terjadi di otak. Dalam hal ini kejang berkaitan
dengan otak karena di dalam otak terdapat pusat syaraf tubuh.
Kondisi pada saat hamil juga bisa menyebabkan kejang pada bayi jika ibu
terinfeksi salah satu dari virus TORCH. Selain itu, proses kelahiran juga bisa
mempengaruhi kejang pada bayi Indonesia. Seperti misalnya pada saat menjelang
kelahiran, bayi mengalami infeksi atau cedera. Demikian pula dengan proses kelahiran
yang sulit dan bayi yang lahir kuning. Hal-hal ini membuat asupan oksigen ke otak
berkurang sehingga bayi mengalami kejang.
Kejang pada bayi juga bisa disebabkan karena bayi memang menderita penyakit
epilepsi. Biasanya kejang karena epilepsi lama. Penyebab lain seperti terjadinya
gangguan pada peredaran darah dan gangguan metabolisme. Demikian pula karena
keracunan makanan, alergi terhadap sesuatu serta cacat bawaan bisa membuat bayi
kejang.
Memang ada banyak kemungkinan yang bisa menyebabkan bayi kejang. Bisa juga
karena bayi demam. Tingginya suhu tubuh bayi bisa menyebabkan dia menjadi kejang.
Sebaiknya bila anak pernah mengalami kejang, konsultasikan ke dokter untuk
mengetahui penyebab pastinya.
Kejang neonatal bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

10
1. Bayi yang tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling
sering.timbul pada 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2. Perdarahan otak dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma
pada kepala. perdarahan ini biasanya diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan
kejang.
3. Kekurangan gula darah (hipoglikemia) sering timbul dengan gangguan pertumbuhan
dalam kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita DM (Diabetes Mellitus). jarak
waktu antara hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal pengobatan
merupakan waktu timbulnya kejang. kejang lebih jarang timbul pada ibu pendeita
diabetes, kemungkinan karena waktu hipoglikemia yang pendek.
4. Infeksi sekunder akibat bakteri dan nonbakteri dapat timbul pada bayi dalam
kandungan, selama persalinan, atau pada periode perinatal. seperti bakteri meningitis,
toksoplasmosis, sifilis, atau rubella (campak). resiko kejang adalah lebih tinggi jika
bayi prematur atau BBLR.
5. Adanya cedera jika persalinan
6. Bayi kuning disebut sebagai resiko bila terjadi pada hari pertama kelahiran. bayi
kuning akan normal bila terjadi dalam tiga hari.
7. Infeksi saat kehamilan (TORCH). terutama pada trimester pertama dikatakan sebagai
penyebab kejang.
G. Faktor-faktor Resiko
Faktor yang mempengaruhi kejang demam adalah:
1. Umur
a. 3% anak berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.
b. Insiden tertinggi terjadi pada usia 2 tahun dan menurun setelah 4 tahun, jarang
terjadi pada anak di bawah usia 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
c. Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun
dengan bertambahnya umur.
2. Jenis kelamin

11
Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan
dengan perbandingan 2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral yang
lebih cepat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.
3. Suhu badan
Kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi
suhu tubuh pada saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang
kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3°C – 41,4°C. Adanya
perbedaan ambang kejang ini menerangkan mengapa pada seorang anak baru timbul
kejang setelah suhu tubuhnya meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak yang
lain kejang sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi. Dari
kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam akan lebih
sering pada anak dengan nilai ambang kejang yang rendah.
4. Faktor keturunan
Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam.
Beberapa penulis mendapatkan bahwa 25 – 50% anak yang mengalami kejang
demam memiliki anggota keluarga ( orang tua, saudara kandung ) yang pernah
mengalami kejang demam sekurang-kurangnya sekali.
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.6 Kejang
demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam
atau pada waktu demam tinggi.
Faktor –faktor lain diantaranya:
a. riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
b. perkembangan terlambat,
c. problem pada masa neonatus,
d. anak dalam perawatan khusus, dan
e. Kadar natrium rendah.
Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali
rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih.
Risiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah
demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam,

12
dan riwayat keluarga epilepsi.Sekitar 1/3 anak dengan kejang demam pertamanya
dapat mengalami kejang rekuren.
Faktor resiko untuk kejang demam rekuren meliputi berikut ini:
a. Usia muda saat kejang demam pertama
b. Suhu yang rendah saat kejang pertama
c. Riwayat kejang demam dalam keluarga
d. Durasi yang cepat antara onset demam dan timbulnya kejang
e. Pasien dengan 4 faktor resiko ini memiliki lebih dari 70% kemungkinan rekuren.
Pasien tanpa faktor resiko tersebut memiliki kurang dari 20% kemungkinan
rekuren.
H. Diagnosis
1. Anamnesa
a. Riwayat Kehamilan:
1) Bayi kecil untuk masa kehamilan
2) Bayi kurang bulan
3) Ibu tidak disuntik TT
4) Ibu menderita DM
b. Riwayat persalinan
1) Persalinan dengan tindakan
2) Persalinan presipitatus
3) Gawat janin
c. Riwayat kelahiran
1) Trauma lahir
2) Lahir asfiksia
3) Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril
2. Pemeriksaan Kelainan Fisik
a. Kesadaran
b. Suhu tubuh
c. Tanda-tanda infeksi lain
d. Penilaian kejang

13
e. Bentuk kejang : gerakan bola mata abnormal (nistagmus), gerakan mengunyah,
gerakan otot-otot muka, timbulnya episode apnea, adanya kelemahan umum yang
periodik, tremor, gerakan klonik sebagian ekstremitas, tubuh kaku,Lama kejang.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan gula darah
b. elektrolit darah
c. AGD
d. darah tepi
e. lumbal pungsi
f. EKG
g. EEG
h. Biakan darah
i. Titer untuk toksoplasmosis
j. rubela
k. citomegalovirus
l. herpes
m. Foto rontgen kepala
n. USG kepala
I. Penatalaksanaan
Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang
1. Menjaga jalan nafas tetap bebas
2. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang
3. Mengobati penyebab kejang
Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002)
1. Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan perlahan-lahan sampai kejang hilang
atau berhenti. Dapat diulangi pada kejang beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk
digunakan pada dosis pemeliharaan

2. Fenobarbital

14
Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan perlahan-lahan, jika kejang berlanjut lagi
dalam 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat di berikan 4-7
mg/kg BB IV pada hari pertama di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg
BB atau oral dalam 2 dosis.
Penanganan kejang pada BBL
1. Bayi diletakan dalam tempat yang hangat.pastikan bahwa bayi tidak kedinginan.suhu
bayi dipertahankan 36,50C-370C.
2. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut
hidung sampai nasofaring.
3. Bila bayi apnea,dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu
balon dan sungkup,diberi oksigen dengan kecepatan 2L/menit
4. Dilakukan pemasangan infus  intravena di pembuluh darah
5. perifer,diangan,kaki atau kepala.bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit
diabetes mellitus,dilakukan pemasangan infuse melalui vena umbilikalis.
6. Bila infus sudah terpasang diberi obat anti kejang diazevam 0,5 Mg/Kg
supositoria/Im setiap 2 menit sampai kejang teratasi.kemudian ditambahkan luminal
(fenobarbital)30Mg I.M/I.V
7. Nilai kondisi bayi selama 15 menit.perhatikan kelainan fisik yang ada.
8. Bila kejang sudah teratasi diberi cairan infuse dextrose 10% dengan kecepatan 60
Ml/Kg bb/hari.
9. Dlakukan anamesis mengenai keadaan bayi untuk mencari factor penyebab
kejang(perhatikan riwayat kehamilan,persalinan dan kelahiran)
a. Apakah kemungkinan bayi di lahirkan oleh ibu berpenyakit DM
b. Apakah kemungkianan bayi premature
c. Apakah kemungkinan bayi mengalami asfiksia
d. Apakah kemingkinan ibu bayi pengidap atau menggunakan bahan narkotika.
e. Kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk
mencari faktor penyebab, misalnya : darah tepi, elektrolit darah, gula darah, kimia
darah, kultur darah, pemeriksaan TORCH
f. Kecurigaan kearah sepsis (pemeriksaan pungsi lumbal)

15
g. Kejang berulang, diazepam dapat diberikan sampai 2 kali
h. Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 20
mg iv setiap 12 jam
i. Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap 12 jam
j. Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium glukonas 10% 2
ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga teratasi diberi pyridoxin 25-
50 mg
k. Untuk Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus
dextrose 10%

BAB III

16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam
28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown (1974) kejang adalah
suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik
fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak
(Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar).
Bentuk kejang yang hampir tidak kelihatan (subtle) yang sering tidak diketahui
sebagai kejang, Kejang klonik multifocal (migratory), Kejang tonik, Kejang mioklonik,
Kejang mioklonik. Faktor Resiko : Umur, Jenis kelamin, Faktor keturunan, Suhu badan
Penatalaksanaan (Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang) yaitu Menjaga jalan
nafas tetap bebas, Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang, Mengobati
penyebab kejang
Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002) :
Diazepam dan Fenobarbital
B. Saran
Setiap bayi baru lahir beresiko mengalami kejam untuk itu diharapkan kepada
bidan dan ibu hamil untuk mengetahui gejala dari kejang dan pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

17
Markum, A. H. dkk. 1981. Kegawatan Anak. Jakarta: Nuha Medika
Price, S. 1995. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Saifudin,abdul bari.2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti,Afroh Fauziah.2012.Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak     
Balita.Yogyakarta : Nuha Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai