Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Maternitas dengan
pembimbing Dewi Marfu’ah, Ners., M. Kep.
Disusun Oleh :
Dea Nanda Arshani Maryadi
NIM : 320078
A. KONSEP PERSALINAN
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan
membrane dari dalam Rahim melalui jalan lahir (Bobak,
Lowdermilk, & Jensen. 2005). Menurut Depkes RI (2002),
persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai penyulit.
5. Mekanisme Persalinan
Bentuk dan diameter panggul wanita berbeda pada ketinggian yang
berbeda dan bagian presentasi janin menempati jalan lahir dalam
prorporsi yang besar. Agar dapat dilahirkan, janin harus
beradaptasi dengan jalan lahir selama proses penurunan. Putaran
dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran manusia
disebut mekanisme persalinan. Tujuh gerakan cardinal presentasi
puncak kepala pada mekanisme persalinan adalah engagement,
penurunan, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran paksi luar
(restitusi), dan akhirnya kelahiran melalui ekspulsi.
6. Adaptasi Terhadap Persalinan
Ibu dan janin harus beradaptasi secara anatomis dan fisiologis
selama proses persalinan (Bobak, Lowdermilk,& Jensen, 2005).
a. Adaptasi Janin
1) Denyut Jantung Janin(DJJ)
Pemantauan DJJ memberi informasi untuk
memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan
oksigenasi. Stres pada unit uteroplasenta akan
tercermin dalam pola DJJ yang khas. DJJ rata-rata
pada aterm adalah 140x/ menit, batas normalnya
adalah 110 sampai 160 x/ menit. Pada kehamilan
yang lebih muda, DJJ lebih tinggi dengan nilai rata-
rata sekitar 160 x/ menit pada usia gestasi 20
minggu. Laju denyut akan menurun secara progresif
dengan semakin matangnya janin saat mencapai
aterm. Akan tetapi, percepatan dan deselerasi DJJ
yang sedikti dini dapat terjadi sebagai respons
terhadap gerakan janin yang spontan, periksa dalam,
tekanan fundus, kontraksi uterus, dan palpasi
abdomen.
2) Sirkulasi Janin
Sirkulasi janin dapat dipengaruhi olah banyak
faktor, yaitu posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan
darah, dan aliran darah tali pusat. Kontraksi uterus
selama persalinan cenderung mengurangi sirkulasi
melalui arteriol spiralis sehingga mengurangi
perfusi melalui intervilosa. Pada umumnya, janin
sehat mampu mengkompensasi stress ini. Biasanya
aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh
kontraksi uterus atau posisi janin.
3) Pernapasan dan Perilaku Janin
Perubahan-perubahan tertentu menstimulasi
kemoreseptor pada aorta dan badan carotid guna
mempersiapkan janin untuk memulai pernapasan
setelah lahir. Perubahan-perubahan tersebut,
meliputi 7-42 ml air ketuban diperas keluar dari
paru-paru selama persalinan pervaginam, tekanan
oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida
arteri menigkat, dan pH arteri menurun. Gerakan
janin masih sama seperti pada masa hamil, tetapi
menurun setelah ketuban pecah.
b. Adaptasi Ibu
Berbagai sistem tubuh beradaptasi terhadap proses
persalinan, menimbulkan gejala baik yang bersifat obyektif
maupun subyektif.
1) Perubahan kardiovaskuler : pada setiap kontraksi,
400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke
dalam sistem vaskuler ibu (curah jantung meningkat
10-15% pada tahap pertama persalinan dan 30%
pada tahap kedua persalinan), tekanan darah
meningkat, dan frekuensi denyut nadi melambat,
hipotensi supine, penigkatan sel darah putih, dan
terjadi perubahan pembuluh darah perifer akibat
respons terhadap dilatasi serviks atau kompresi
pembuluh darah ibu melalui jalan lahir (pipi
menjadi merah, kaki panas atau dingin, dan prolapse
hemorrhoid).
2) Perubahan pernapasan : peningkatan aktivitas fisik
dan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan
frekuensi pernapasan. Pada tahp kedua persalinan
jika ibu tidak diberi obat-obatan maka ia akan
mengkonsumsi oksigen hamper dua kali lipat.
Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.
3) Perubahan pada ginjal : pada trimester kedua,
kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila
terisi, kandung kemih dapat teraba di atas simfisis
pubis. Selama persalinan, ibu dapat mengalami
kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat
edema jaringan karena tekanan bagian presentasi,
rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu.
Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini
merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat
kerja fisik selama persalinan.
4) Perubahan integument : terlihat pada daya
distensibilitas daerah introitus vagina (muara
vagina) yang dapat berbeda-beda padda setiap
individu. Meskipun daerah itu dapat meregang,
namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada
kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak
dilakukan episiotomy atau tidak terjadi laserasi.
5) Perubahan musculoskeletal : diaphoresis, keletihan,
proteinuria +1, dan kemungkinan peningkatan suhu
menyertai peningkatan aktivitas otot. Nyeri
punggung dan nyeri sendi akibat semakin
renggangnya sendi pada masa aterm. Proses
persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-
jar kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
6) Perubahan neurologi : timbul stress dan rasa tidak
nyaman selama persalinan. Perubahan sensoris
terjadi saat ibu masuk ke tahap pertama persalinan
dan saat masuk ke setiap tahap berikutnya. Awalnya
mungkin ibu akan merasa euphoria sehingga
membuat ibu menjadi serius dan kemudian
mengalami amnesia diantara traksi selama tahap
kedua. Akhirnya, ibu merasa sangat senang atau
merasa letih setelah melahirkan. Endorfin endogen
(senyawa mirip morfin yang diproduksi tubuh
secara alami) meningkatkan ambang nyeri dan
menimbulkan sedasi. Selain itu, anesthesia
fisiologis jaringan perineum yang ditimbulkan
tekanan bagian presentasi menurunkan persepsi
nyeri.
7) Perubahan pencernaan : bibir dan mulut dapat
menjadi kering akibat ibu bernapas melalui mulut,
dehidrasi, dan sebagai respons emosi terhadap
persalinan; motilitas dan absorpsi saluran cerna
menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi
lambat saat persalinan. Ibu seringkali merasa mual
dan memuntahkan makanan yang belum dicerna
setelah bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi
sebagai respons reflex terhadap dilatasi serviks
lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal
persalinan. Perawat dapat merab tinja yang keras
atau tertahan pada rectum.
8) Perubahan endokrin : awitan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunan kadar progesterone dan
peningkatan kadar estrogen, prostaglandin, dan
oksitoksin. Metabolisme meningkat dan kadar
glukosa darah dapat menurun akibat proses
persalinan.
7. Pathway
- Faktor hormon
- Faktor syaraf
- Faktor kekuatan
plasenta
- Faktor nutrisi
- Faktor partus
Kala I
Bayi lahir
Pembukaan cerviks
10 cm
Kala IV
Resiko Kekurangan
Volume Cairan Bobak, 2005; Varney, 2003;
Prawirohardjo, 2007.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan spesimen urine diperoleh untuk membantu
memperoleh data mengenai kesehatan wanita, dapat memberi
keterangan mengenai status hidrasi, status gizi (keton), atau
komplikasi yang mungkin terjadi misalnya hipertensi akibat
kehamilan (protein); pemeriksaan darah minimal hematocrit,
hemoglobin, dan hitung jumlah sel lengkap, golongan darah dan
rhesus; rupture ketuban mencakup penilaian cairan amnion,
karakter, volume jumlah (500-1200 ml; hidramnion >2000 ml dan
oligohidramnion <500 ml), infeksi; USG jika diyakini ada sisa
plasenta yang tertinggal; pemeriksaan cardiotocography (CTG)
adalah pemeriksaan yang memungkinkan dilakukannya
pengawasan janin saat kelahiran dengan cara menganalisis denyut
jantung janin dan kontraksi myometrium secara kontinyu. Dengan
cara ini diharapkan dapat mendeteksi tanda-tanda yang
menunjukkan kejadian potensial merugikan sehingga dapat
dilakukan intervensi tepat waktu. CTG diindikasikan bila
ditemukan denyut jantung janin dan kontraksi uterus yang
abnormal pada pemeriksaan secara intermiten (Gibb D. dan
Arulkumaran S., 2001; Spong C., 2003; Tucker S., 2005).
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada masa persalinan, yaitu infeksi
intrauterine, partus pretern, prolapse tali pusat, dan distosia atau
kelainan presentasi janin.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum : keadaan umum (baik/ cukup/
lemah), kesadaran (composmentis/ apatis/
samnolen), tinggi badan (normal >145 cm, ibu
hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
kemungkinan panggul sempit), berat badan sebelum
hamil (mengetahui perubahan berat badan sebelum
hamil dan saat hamil adakah penambahan berat
badan atau penurunan berat badan), berat badan
sekarang (selama kehamilan TM II dan III
pertambahan berat badan ± 0,5 kg perminggu.
Hingga akhir kehamilan pertambahan BB yang
normal sekitar 9-13,5 kg), lingkar lengan atas
(normal > 23,5 cm, bila kurang merupakan indikator
kuat untuk status gizi ibu yang kurang baik/ buruk,
sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR ), vital
sign (tekanan darah, pernapasan, nadi, temperatur).
2) Pemeriksaan head to toe :
a) Kepala dan leher : dikaji kepala (bersih,
tidak ada benjolan, tidak ada luka) rambut
(warna, tidak ada ketombe, tidak rontok dan
distribusi merata), wajah (ada/ tidak ada
cloasma gravidarum, tidak ada oedema, dan
tidak pucat), mata (konjungtiva tidak pucat
dan sklera tidak icterus), mulut dan gigi
(bersih, warna bibir kemerahan, tidak ada
stomatitis, gigi tidak berlubang, gusi tidak
berdarah, tidak ada karies), dan leher (tidak
ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kalenjar limfe dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid).
b) Payudara : inspeksi bentuk melingkar,
simetris, hiperpig-mentasi pada areola,
puting susu menonjol, tidak ada retraksi atau
dimpling; palpasi tidak ada masa/ benjolan,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, colostrum.
c) Dada : retraksi dada, denyut jantung teratur,
suara napas wheezing atau lainnya.
d) Abdomen : inspeksi ada/ tidak ada luka
bekas operasi, terdapat linea nigra dan
pembesaran uterus sesuai dengan umur
kehamilan; auskultasi DJJ (normal 120-160
x/menit, teratur dan regular), suara bising
usus; palpasi meliputi pembesaran perutnya
simetris atau tidak, sesuai dengan usia
kehamilan atau tidak, striae gravidarum,
luka bekas operasi linea nigra, dan
melakukan palpasi leopold. Kaji adanya
kontraksi, mencakup frekuensi dan lama
kontraksi, lokasi dan karakteristik rasa tidak
nyaman akibat kontraksi (misal, nyeri
pinggang), menetapnya kontraksi meskipun
sudah terjadi perubahan posisi saat ibu
berjalan atau berbaring.
Pemeriksaan Leopold I
Tujuan : untuk mengetahui tinggi
fundus uteri dan bagian yang berada
difundus. Jika teraba bagian besar,
melenting dan keras (kepala). dan
jika teraba bagian yang susah
digerakan (bokong). Mengukur TFU
menurut Mc. Donald untuk
menghitung taksiran berat janin
(TBJ). Cara pengukurannya adalah
tempatkan metline skala 0 (nol) di
atas simfisis dan ukur TFU dengan
melihat metline dalam cm. Rumus
Mc. Donald : taksiran berat janin bila
presentasi kepala = (tinggi fundus
dalam cm - n) x 155 = berat (gram).
Bila kepala diatas atau pada spina
iskiadika maka n = 12. Bila kepala di
bawah spina iskiadika maka n = 11.
Pemeriksaan Leopold II
Tujuan : untuk mengetahui batas kiri/
kanan pada uterus ibu dan untuk
mengetahui bagian apa yang ada
dibagian kanan dan kiri abdomen
ibu. Jika teraba bagian yang rata, ada
tahanan (punggung). Sedangakan
jika teraba bagian yang menonjol,
kecil-kecil (ekstremitas janin).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada persalinan
tahap atau kala I adalah sebagai berikut.
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai
dengan kontraksi uterus yang menetap dan sering.
b. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan terganggunya
sirkulasi uteroplasenta.
c. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan aliran balik vena.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan di bawah ini adalah rencana asuhan keperawatan yang dibuat pada masalah atau diagnosa
keperawatan pada persalinan tahap atau kala I.
No. Diagnosa (NANDA, 2015-2017) NOC NIC
1. Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi : Pengalaman sensori dan emosionala. Pain level. Pain Management :
yang tidak menyenangkan yang muncul b. Pain control. a. Lakukan pengkajian nyeri secara
akibat kerusakan jaringan yang actual atau c. Comfort level. komprehensif termasuk lokasi,
potensial atau digambarkan dalam hal Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-
a. Mampu mengontrol nyeri kualitas, dan faktor presipitasi.
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
(tahu penyebab nyeri, b. Observasi reaksi non verbal dari
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi mampu menggunakan ketidaknyamanan.
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan. teknik non-farmakologi c. Gunakan teknik komunikasi
untuk mengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
Batasan Karakteristik : mencari bantuan). pengalaman nyeri pasien.
-Perubahan selera makan. b. Melaporkan bahwa nyeri d. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
-Perubahan TD, HR, frekuensi pernapasan. berkurang dengan e. Kontrol lingkungan yang dapat
-Diaforesis. menggunakan manajemen mempengaruhi nyeri, misal suhu
-Perilaku distraksi. nyeri. ruangan, pencahayaan, dan
-Mengekspresikan perilaku, misal merintih, c. Mampu mengenali nyeri kebisingan.
gelisah). (skala, intensitas, frekuensi, f. Tingkatkan istirahat.
-Sikap melindungi area nyeri. dan tanda nyeri). g. Ajarkan tentang teknik non
-Fokus menyempit. d. Menyatakan rasa nyaan farmakologi, misal teknik relaksasi,
-Melaporkan nyeri secara verbal. setelah nyeri berkurang. distraksi, napas dalam.
-Gangguan tidur.
Analgesik Administration :
a. Cek riwayat alergi.
Faktor yang berhubungan : b. Monitor vital sign sebelum dan
a. Agen cedera, misal biologis, zat kimia, sesudah pemberian analgesic pertama
fisik, psikologis.\ kali.
b. Kerusakan integritas jaringan atau c. Evaluasi efektivitas analgesic,
terputusnya inkontinuitas jaringan. tanda dan gejala.
d. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan pelaksanaan sudah berhasil dicapai
(Nursalam, 2001), terdiri dari :
S : Subjektif, data yang didapatkan dan klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi atau kejadian.
O : Objektif, data yang didapatkan dari observasi dan dapat diukur.
A : Analisa, identifikasi masalah keperawatan klien dan
merumuskan masalah tersebut setelah data dikelompokkan.
P : Planning, suatu tindakan langsung kepada klien yang
dilaksanakan oleh perawat meliputi tindakan independen
keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan.
I : Implementasi, inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik.
E : Evaluasi, menggambarkan sejauh mana pasien mencapai tujuan
yang spesifik.
R : Re-assement, melakukan pengkajian kembali apabila tujuan
belum dicapai.