Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH faktor sensial dan proses persalinan asuhan

keperawatan intranatal

Di susu oleh
KELOMPOK I

IMANUEL RATO NONO 2120001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT yang telah begitu banyak
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Makalah Faktor Sensial Dan Proses Persalinan

Asuhan Keperawatan Intranatal ini dengan baik.


Tugas ini berisikan materi-materi pengantar ilmu sejarah dimana dalam setiap
tulisannya mengandung motivasi yang dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan bagi mereka yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki kekurangan-kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. Hal ini
dikarenakan kebatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu Kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak guna
perbaikan dalam pembuatan tugas-tugas selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Amin…
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditetukan. Shalawat dan salam kita kirimkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua. Makalah
ini dibuat sebagai tugas kelompok , mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS
sebagai bahan diskusi. Kami harapkan apa yang didapat dalam makalah ini dapat
memberikan informasi yang akurat dan lengkap. Akhirnya terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengurusan
makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca.

2. RUMUSAN MASALAH
a.Faktor esensial dan proses persalinan
b.Menejemen nyeri
Zberdinding tipis. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah,
terdorong ke arah serviks. Serviks kemudia menipis dan berdilatasi (terbuka)
secukupnya sehingga memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki
vagina. Sebenarnya saat turun, serviks ditarik ke atas dan lebih tinggi dari bagian
terendah janin

3. TUJUAN
a.Mengetahui factor esensial dan proses persalinan
b.Mengetahui menejemen nyeri
c.Mengetahui pengkajian janin
d.Mengetahui asuhan keperawatan Intranatal
BAB II
PEMBAHASAN

A. FAKTOR – FAKTOR ESENSIAL DALAM PERSALINAN

Berikut faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran.


Faktor-faktor ini mudah diingat yaitu : passenger (penumpang, yaitu janin dan
plasenta), passageway (jalan lahir), power (kekuatan), posisis ibu. Empat faktor
pertama disajikan pada pembahasan berikut ini sebagai dasar untuk memahami
proses fisiologis persalinan.

1. PENUMPANG (PASSEGER)
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu : ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan
lahir, ia akan dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun,
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal.

a. Ukuran kepala janin Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepal janin
sangat mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang
parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal, dan satu tulang oksipital.
Tulang- tulang ini disatukan oleh sutura membranosa : sagitalis, lambdoidalis ,
koronalis, dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel, terletak
di tempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam persalinan, setelah selaput
ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk
menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi
informasi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir.

b. Presentasi Presantasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu
atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalian mencapai aterm. Tiga
presentasi janin yang utama ialah kepala (kepala lebih dahulu), sungsang
(bokong lebih dahulu), dan bahu. Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin yang
pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa dalam. Faktor-
faktor yang menentukan bagian presentasi janin letak janin, sikap janin,dan
ekstensi atau fleksi kepala janin.

c. Letak janin Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin
terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak :
1. Memanjang atau vertiak, dimana sumbu panjang janin paralel dengan sumbu
panjang ibu.
2. Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut
terhadap sumbu panjang ibu Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang
pertama memasuki panggul ibu.

d. Sikap janin Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian
yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada didalam rahim.
Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi , kepala fleksi kearah dada, dan
paha fleksi ke arah sendi lutut. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat
terletak di antara lengan dan tungkai.

e. Posisi janin Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum,
mentum atau dagu, sinsiput atau puncak kepala yang difleksi/menengadah),
terhadap empat kuadran panggul ibu.
2. JALAN LAHIR (PASSAGEWAY)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak ,
khususnya lapisan – lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi,
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus
berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena
itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Jalan lahir dibagi atas :
a. Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ). Tulang panggul
dibentuk oleh gabungan ilium, iskium, pubis, dan tulang – tulang sakrum.
Terhadap empat sendi panggul, yaitu simfisis pubis, sendi sakroiliaka kiri dan
kanan, dan sendi sakrokoksigeus. Empat jenis panggul dasar dikelompokkan
sebagai berikut :
1) Ginekoid (tipe wanita klasik)
2) Android (mirip pinggul pria)
3) Antropoid (mirip panggul kera antropoid)
4) Platipeloid (panggul pipih) Pemeriksaan tulang panggul dapat dilakukan pada
evaluasi prenatal pertama dan tidak perlu diulang lagi jika panggul mempunyai
ukuran yang memadai dan bentuk yang sesuai. Pada trimester ketiga kehamilan,
pemeriksaan tukang panggul dapat dilakukan secara terliti, sehingga diperoleh
jasil yang lebih akurat karena sendi dan panggul berelaksasi. Pengukuran tulang
panggul secara tepat dapat dilakukan dengan menggunakan CT Scan,
ultrasonigrafi, film sinar – X jarang dilakukan karena sinar – X dapat merusak
perkembangan janin. Bagian lunak : otot –otot, jaringan – jaringan, ligamen –
ligament. Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang
dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar
vagina). Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan kontraksi pada
uteri berubah menjadi dua bagian yakni bagian atas berotot dan tebal dan bagian
bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis. Kontraksi korpus uteri
menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong ke arah serviks. Serviks
kemudia menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga memungkinkan
bagian pertama janin turun memasuki vagina. Sebenarnya saat turun, serviks
ditarik ke atas dan lebih tinggi dari bagian terendah janin

3. KEKUATAN (POWER)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot –
otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
1. His (kontraksi uterus) His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding
uterus yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat
dari dinding uterus daerah tersebut. Pada waktu kontraksi, otot – otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
a) Kontraksi simetris
b) Fundus dominan
c) Relaksasi Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga
menjadi menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta
mendorong janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik.
His memiliki sifat :
a. Involutir
b. Intermiten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi
e. Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis.
2. Kekuatan sekunder (mengejan) Segera setelah bagian presentasi mencapai
dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita
merasa ingin mengedan atau usaha untuk mendorong kebawah (kekuatan
skunder). Dalam proses persalinan normal ada
3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan
lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancar, ketiga
komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya
tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang
baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong
bayi cepat keluar. Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam
tahapan ini adalah prosesmengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari
segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mengejan sekuat mungkin seirama
dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang
dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika
kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat
mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah
disekitar mata dan wajah bisa dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai
oksigen kejanin. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks lengkap,
tetapi setelah dialatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk
mendorong bayi keluardari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan wanita
melakukan usaha volunter (mengedan) terlalu dini,

dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan
trauma serviks.

4. POSISI IBU
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi
berdiri , berjalan, duduk , dan jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi
membantu penurunan janin. Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien
untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih
cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi normal
meningkat selama persalinan seiring kontraksi kontraksi uterus mengembalikan ke
anyaman pembuluh darah. Posisi tegak juga membantu mengurangi tekanan
pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah Saat janin
menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar
panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini akan
merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior

(refleks Ferguson). Pelepasan oksitosin menambah intensitas kontraksi uterus.


Apabila ibu mengedan pada posisi duduk atau berjongkok , maka otototot
abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan kontraksi rahim.
B. PROSES PERSALINAN
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari
rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada sistem reproduksi
wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. Persalinan
sendiri dapat dibahas dalam bentuk mekanisme yang terjadi selama proses dan
tahapan yang dilalui wanita.

TAHAP PERSALINAN
Ada empat tahap persalinan yang dikenal yaitu :
1. Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak
terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi servik lengkap. Pada tahap
pertama persalinan dibagi dalam tiga bagian : fase laten, fase aktif, dan fase
transisi. Selama fase laten, effacement lebih banyak mengalami kemajuan dari
pada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase transisi, dilatasi serviks dan
penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat.
2.Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin
lahir. Freidman (1978) memberi batas atas statistik untuk tahap pertama dan
tahap kedua persalinan : Nulipara Multipara Tahap pertama Fase laten Fase aktif
Tahap kedua 3.20 jam 1,2 cm / jam 2 jam14 jam 1,5 cm/jam 1,5 jam
3. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir.
Plasenta biasa lepas setelah tiga sampai empat kali kontraksi uterus yang kuat,
yakni setelah bayi lahir. Plasenta dilahirkan pada kontraksi uterus berikutnya.
Namun, kelahiran plasenta setelah 45 menit sampai 60 menit masih dianggap
normal.
4.Tahap keempat persalinan ditetapkan berlangsung lama kira-kira dua jam
setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera
jika homeostatis berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan periode yang
penting memantau adanya komplikasi, misalnya perdarahan abnormal

C. MANAJEMEN NYERI PERSALINAN


1. DEFINISI
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Nyeri terjadi
bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan
diagnostik atau pengobatan (Brunner dan Suddart,2019). Nyeri merupakan suatu
keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun
dari serabut dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis, maupun emosional (Hidayat, 2018). Nyeri persalinan merupakan
pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus,
dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon
fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008). Nyeri
persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah
terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat
perubahan-perubahan ari hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak
teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan
kontraksi Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan
sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya
pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses
persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung
dalam waktu 24 jam (Gadysa, 2019).

1. ETIOLOGI
Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan
nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang
mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan
segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut,peregangan, dan trauma pada serat
otot dan ligamen yang menyokong struktur ini. Bonica dan McDonald, (2017),
menyatakan bahwa faktor berikut mendukung teori tersebut :
1. Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri viseral.
Intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan
kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.

2.Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin


yang menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat
pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah
mulainya kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan
tekanan lebih cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum
adanya persepsi nyeri.

3.Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka
mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.

Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus


hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan
lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L
1. Nyeri dapat disebarkan dari area pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area
midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan
ditransmisikan melalui saraf pudendal melalui pleksus sakral ke ganglia akar saraf
posterior pada S2 sampai S4 (Patree, 2007). Nyeri pada tahap I persalinan timbul
dari uterus dan adnexa saat berkontraksi, dan hal itu adalah nyeri viseral yang
alami. Beberapa kemungkinan mekanisme yang menjelaskan hal ini yaitu:
nosiseptif yang berasal dari uterus telah diajukan namun pengamatan saat ini
bahwa nyeri itu lebih banyak dihasilkan akibat dilatasi serviks dan segmen bawah
uterus, dan mekanisme distensi sesudahnya. Intensitas nyeri berhubungan
dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan uterus yang akan
melawan obstruksi yang terjadi, serviks dan perineum mungkin juga berperan
terhadap terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian berperan dalam
terjadinya nyeri, yaitu bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam laktat,
dan substan P. Bukti yang mendukung tentang nosiseptik yang berasal dari uterus
didasarkan pada penelitian, hal ini telah ditinjau kembali secara mendetail oleh
Bonica (Idmgarut, 2009).

2.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya adalah :

1. Arti nyeri Bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian arti
nyeri tersebut merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan
lainlain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin,
latar belakang social cultural, lingkungan, dan pengalaman.

2. Persepsi nyeri Merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks


(pada fungsi evaluative secara kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang
dapat memicu stimulasi nociceptor.
a. Arti nyeri
b. Persepsi nyeri Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri
yang dapat mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat,
dan lain-lain. Sedangkan faktor yng menurunkan toleransi antara lain kelelahan,
rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
c. Reaksi terhadap nyeri Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan
bentuk respons nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa factor, seperti : arti
nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial,
kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

3.TAHAPAN NYERI
Ada empat tahapan terjadinya nyeri :
1. Transduksi
Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli)
dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf.
Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi
nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri
mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri
meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai
ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediatormediator tersebut di atas
dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang
sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini
mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral terpengaruhnya yaitu neuron
ipereksitabilitas simpatis dan neuron perubahan pada spinalis, intraseluler yang
menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi
depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf.
2. Transmisi
Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf
perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri.
Transmisisepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi,sedangkan dari
neuron presinaps ke pasca sinaps melewati eurotransmitter
3. Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat
meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi melalui
sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter
antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis.
Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat
transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat
timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.
4. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang
diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi
kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala).
Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan (Wibowo, 2019).
3.KLASIFIKASI NYERI
A. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari :
1. Nyeri akut Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik
sampai 6 bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa merespon
nyeri akut secara fisiologis dan dengan prilaku. Secara fisiologis : diaforesis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan
darah.
2. Nyeri kronik Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam
gangguan. Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai
setelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit.
Nyeri ini biasanya berhungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-
menerus atau intermitten.

B. Klasifikasi nyeri secara spesifik terdiri dari :


1. Nyeri somatik dan Nyeri viseral Bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit
(superfisial), yaitu pada otot dan tulang.
2. Nyeri menjalar Nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat
psikososial. Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi.
Bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa
jalur saraf (Hidayat, 2008).
3. Nyeri psikogenik
4. Nyeri phantom
5. Nyeri neorologis

4.PENGUKURAN INTESITAS NYERI


Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi neyri
seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus
memenuhi kriteria sebagai berikut : (Suddarth & Brunner, 2001)
a. mudah dimengerti dan digunakan
b. memiliki sedikit upaya pada pihak pasien
c. mudah dinilai
d. sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. Individu merupakan
penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk
menggambarkan dan membuat tingkatnya

5. SKALA INTENSITAS NYERI


a. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana
Pendeskripsian ini diranking dari ”tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak
tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk
memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien
memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri.
b. Skala Intensitas Nyeri Numerik 0 – 10 Skala penilaian numerik lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi.

c. Skala Analog Visual (VAS)


Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsia
verbal pada setiap ujungnya. Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan
menggunakan skala numerik yaitu:
1.0: Tidak nyeri

2.1–2: Nyeri ringan

3.3–5: Nyeri sedang

4.6–7: Nyeri berat

5.8 – 10: Nyeri sangat berat (Perry & Potter. 2005)


6. MANAJEMEN NYERI
a. Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya
otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi
sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan
sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh
telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang
menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas,
dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah,
kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan
efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2016). Metode
Message Beberapa metode message yang biasa digunakan untuk merangsang
saraf yang berdiameter besar yaitu:
1. Metode Effluerage Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu
letakkkan keduan tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar
kearah pusat simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan
menggunakan gerakan melingkat atau satu arah.
2. Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian
bidan atau keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan
telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.
3. Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk
kemudian bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan
tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.
4. Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien
pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak
tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan
usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam,
kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).  Metode Massage
Effleurage Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :
a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan
keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan lembut
dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari
permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali, saat memijat harus
diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.
b). Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan
Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis
atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar
atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).
Gambar
1. Metode massage Effleurage  Metode Massage Abdominal Lifting Metode
massage abdominal ifting adalah dengan cara: membaringkan pasien pada posisi
terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada
pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang
berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi
lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009). Gambar
2. Metode massage Abdominal lifting
Relaksasi Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan
yang dengan sengaja diupayakakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk
relakasasi secara disengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman
mengurangi ketidaknyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan
(Salmah, 2006 ). Relaksasi sadar telah ditemukan berkaitan dengan penurunan
tegangan otot dam menurunkan laju metabolisme. Relaksasi sadar terhadap
seluruh tubuh selama persalinan tampak meningkatkan keefektifan kontraksi
uterus. Ketika dikombinasikan dengan pernapasan, relaksasi dapat membantu ibu
bersalin mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih
penuh di antara kontraksi (Patree., Walsh. 2017). Rasa nyeri bersalin tidak selalu
berarti ada sesuatu yang salah ( seperti rasa sakit yang disebabkan oleh cidera
atau penyakit). Nyeri adalah bagian yang normal dari proses melahirkan.
Biasanya, itu berarti bayi dalam kandungan sedang mengikuti waktunya untuk
dilahirkan. Mengetahui beberapa metode mengatasi rasa sakit akan membantu
ibu untuk tidak merasa begitu takut. Tak hanya itu, menggunakan beberapa
keterampilan ini selama persalinan akan membantu ibu merasa lebih kuat
(Whalley, Simkin & Keppleer, 2018).
Manfaat Relaksasi :
1. Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan Jika tidak secara sadar
merelakskan otot-otot, ibu cenderung membuat otot selama
kontraksi.Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan, memboroskan
energi, menurunkan pasokan oksigen ke rahim dan bayi, serta membuat ibu lelah.
2. Menenangkan pikiran dan mengurangi stres Tubuh yang relaks membuat
pikiran relaks, yang pada gilirannya membantu mengurangi respons stres. Ada
bukti bahwa distres pada wanita yang sedang mengalami persalinan yang
disebabkan oleh kecemasan, amarah, ketakutan, atau penyakit yang
menghasilkan ketekolamin (hormon stres). Kadar katekolamin yang tinggi di
dalam darah dapat memperpanjang persalinan dengan mengurangi efisiensi
kontrasi rahim dan dapat berpengaruh buruk pada janin dengan mengurangi
aliran darah kerahim dan plasenta.
3. Mengurangi rasa nyeri [6/10 20.17] Iman: Relaksasi mengurangi ketegangan
dan kelelahan yang mengintensifkan nyeri yang ibu rasakan selama persalinan
dan pelahiran. Juga memungkinkan ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal
untuk rahim, yang juga mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat
rahim berkontraksi) menjadi sakit jika kekurangannoksigen.Selain tu,konsentrasi
mental yang terjadi saat ibu secara sadar merelakskan otot membantu
mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan karena itu, akan
mengurangi kesadaran ibu akan rasa sakit (Whalley, Simkin, & Keppleer, 2018).
Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan
istirahat atau selama proses persalinan :
1) Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua
tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.
2) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah kepala diberi
bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak
menggantung.
3) Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di
samping telinga.
4) Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas tempat
tidur. Kedua kaki tidak boleh mengantung.
5) Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his dan pada saat itu
ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada pernapasan atau pada sesuatu yang
menyenangkan (Salmah, 2006).

Dibawah ini tiga alternatif panduan untuk ibu melakukan teknik pernapasan
sederhana yaitu :
1. Pikirkan kata ”rileks” yang terdiri dari dua suku kata, yaitu ”ri” dan ”leks”.
Selanjutnya, cobalah latihan ini. Ketika menarik napas, pikirkan kata ”ri”,saat
menghembuskan , pikirkan kata ”leks”. Jangan alihkan pikiran dari kata ”rileks”
tersebut. Ketika menghembuskan napas, singkirkan segala ketegangan dari
tubuh, khususnya otot-otot yang biasanya mudah tegang setiap kali stres.
2. Cobalah menghitung pernapasan. Begitu bernapas, hitung tiga sampai empat,
atau lebih secara perlahan-lahan. Ketika menghembuskan napas, hitung sampai
tiga atau empat lagi.

3. Cobalah bernapas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut.


Embuskan napas dari mulut dengan lembut. Banyak ibu merasa lebih enak
mengeluarkan suara saat menghembuskan napas, misalnya ”fuuuuuuuuuh”
(Danuatmadja & Meiliasari, 2004)

C. Pengkajian Fetal
1. Gerakan Janin
A. Pengertian
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin, dimana
gerakan janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini
dirasakan. Data sedikitnya 10 gerakan per hari dianggap lazim. Perhitungan
gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-36 minggu bagi wanita yang
beresiko rendah mengalami insufisiensi uteroplasenta. Sedangkan bagi wanita
yang faktor resikonya telah diidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan
pada usia kehamilan 28 minggu. Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan
oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida pada
kehamilan 18 minggu. Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu
dapat diraba secara objektif oleh pemeriksanya, ballottement dalam uterus dapat
diraba pada kehamilan yang lebih tua. Gerakan janin normal yaitu sekelompok
atau beberapa kelompok aktivitas tungkai dan tubuh janin yang menunjukkan
normalitas.
2. Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin Kapan gerakan muncul Usia kandungan
Kadar glukosa Stimulus suara Penggunaan obat-obatan & kebiasaan merokok
Asidemia Polihidramnion Oligohidramnion
3. Cara Menghitung Gerakan Janin Pengkajian riwayat merupakan langkah yang
penting. Klien sering melaporkan penurunan gerakan janin karena mereka lupa
merasakan aktivitas janin selama periode waktu tertentu dan juga tidak terlalu
perhatian terhadap hal ini. Anjurkan klien untuk fokus pada aktivitas janin selama
periode waktu satu jam, terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi gizi
baik, dan asupan cairan cukup. Apabila klien mampu membaca dan memahami
prosedur grafik dasar, maka apat menggunakan metode menghitung sampai 10 :

1) Jadwalkan satu sesi perhitungan per hari


2) Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari.
3) Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 1 jam
4)Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 1 jam, jika dibutuhkan waktu lebih
lama untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa gerakan dalam 1 jam
maka hubungi bidan. Kelebihan metode ini yaitu : mudah digunakan, singkat dan
mudah diinterpretasi.

2. Denyut jantung janin


A. Pengertian
Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata saat wanita tidak
sedang bersalin, atau diukur di antara dua kontraksi. Bunyi denyut jantung janin
seperti bunyi detik jam dibawah bantal. Dengan alat fetal electro cardiograph
denyut jantung janin dapat dicatat pada kehamilan 12 minggu. Dapat di
dengarkan oleh alat yang bernama Leanec dan Doppler.

B. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin


a. Dengan menggunakan stetoskop pinard

a) Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan dari


suara lain.
b) Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yang tidak perlu
diperiksa ditutup untuk menjaga privasi klien,
c) Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan palpasi.
d) Mencari daerah/tempat dimana kita akan mendengarkan denyut jantung janin.
Setelah daerah ditentukan, stetoskop pinard dipakai, bagian yang berlubang luas
ditempatkan ke atas tempat/daerahdimana kita akan mendengarkan. Sedangkan
bagian yang lubangnya sempit ditempatkan pada telinga kita, letaknya tegak
lurus.
e) Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut jantung
janin. Bila telah terdengar suatu detak, maka untuk memastikan apakah yang
terdengar itu bunyi jantung janin, detak ini harus disesuaikan dengan detak nadi
ibu. Bila detakan itu sama dengan nadi ibu, yang terdengar bukan jantung janin,
tetapi detak aorta abdominalis dari ibu.
f) Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung janin,
maka dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensi denyut jantung janin
itu. Dengan menggunakan 25pileps Dengan cara sebagai berikut :
a) Nyalakan 25pileps, untuk memeriksa apakah 25pileps dapat digunakan

b) Usapkan jelly pada abdomen ibu, tepat pada daerah yang telah ditentukan.
Kegunaan jelly adalah sebagai kontak kedap udara antara kulit abdomen dengan
permukaan sensor.

c) Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan, kemudian tekan


tombol start untuk mendengarkan denyut jantung janin.
d) Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengaN menggunakan tombol
pengatur volume.
e) Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditunjukkan melalui monitor.
f) frekuensinya 120-160 kali per menit.

3. Cara Menghitung Denyut Jantung Janin


1.Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit penuh. Hal ini
dikarenakan pada setiap detik itu terdapat perbedaan denyut serta
membandingkan dengan rentang normal selama satu menit.
2.Menghitung denyut jantung janin (djj) dengan mendengarkan 3x5 detik
dikalikan dengan 4. Contohnya : 5 5 detik 5 detik Kesimpulan detik 112 114 (11 +
12 +11)=136/menit. Teratur dan janin baik. 10 149 (10 + 14 + 9) = 132/m. Tak
teratur dan janin asphyxia 878 4 (8 + 7 + 8) = 92/m. Tak teratur dan janin
asphyxia.

4. Hal Yang Dapat Diketahui Dalam Pemeriksaan Denyut Jantung Janin


a. Dari adanya denyut jantung janin : tanda pasti kehamilan anak hidup
b. Dari tempat denyut jantung janin terdengar presentasi janin posisi janin
(kedudukan punggung) sikap janin adanya janin kembar
c. Dari sifat denyut jantung janin keadaan janin

5.Bunyi Yang Sering Terdengar Ketika Memeriksa Denyut Jantung Janin , Desir
tali pusat Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini
terdengar seperti siulan nyaring yang singkron dengan denyut jantung janin.
Suara ini tidak konstan, kadang-kadang terdengar jelas ketika diperiksa pada
suatu waktu namun pada pemeriksaan di lain tidak terdengar. 

b. Desir uterus
Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang singkron dengan denyut ibu.
Bunyi ini biasanya paling jelas terdengar saat auskultasi segmen bawah uterus.
Suara ini dihasilkan oleh pasase darah melalui pembuluhpembuluh uterus yang
berdilatasi dan dijumpai tidak saja pada kehamilan tetapi juga pada setiap
keadaan yang menyebabkan alirah darah ke uterus meningkat, hingga pengaliran
darah menjadi luas  Suara akibat gerakan janin Suara gerakan ini seperti suara
pukulan, dikarenakan janin mendapat reaksi dari luar.  Gerakan usus Suara ini
seperti berkumur-kumur, dihasilkan oleh berjalannya gas atau cairan melalui usus
ibu.

6 Frekuensi Denyut Jantung


a. Bradikardi Frekuensi denyut jantung janin yang kurang dari 110 denyut/menit.
Keadaan ini dianggap sebagai tanda akhir hipoksia janin. Penyebabnya : hipoksia
janin tahap lanjut obat-obatan beta-adrenergetik (27pilepsy27ol; anestetik untuk
blok epidural, spinal, kaudal, dan pudendal) hipotensi pada ibu kompresi tali pusat
yang lama blok jantung kongenital pada janin
b.Tacikardi Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari 160 denyut/menit.
Keadaan ini dianggap sebagai tanda awal hipoksia janin. Penyebabnya : hipoksia
janin dini demam pada ibu obat-obatan parasimpatik (27pilepsy, hidroksizin)

obat-obatan beta-simpatomimetik (ritodrin, isoksuprin) hipertiroid pada ibu


anemia pada janin gagal jantung pada janin aritmia jantung pada janin c.
Variabilitas Variabilitas denyut jantung janin digambarkan sebagai
ketidakteraturan irama jantung normal. Variabilitas denyut demi denyut normal
dianggap antara 6 dan 25 denyut/menit. Variabilitas jangka pendek yaitu ketidak
samaan satu denyut dengan denyut berikutnya. Variabilitas jangka panjang yaitu
tampak sebagai siklus ritmik/ gelombang dasar dan biasanya terdapat tiga sampai
lima siklus permenit. Penyebab variabilitas meningkat : hipoksia ringan dini
stimulasi janin oleh palpasi 28pile, kontraksi 28pile, aktivitas janin, dan aktivitas
ibu Penyebab variabilitas menurun : hipoksia/asidosis depresi 28pilep saraf pusat
oleh obat-obatan tertentu prematuritas siklus tidur janin aritmia jantung janin

7.Frekuensi Denyut Periodik


a . Akselerasi Adalah peningkatan sementara denyut jantung janin di atas nilai
normal. Akselerasi denyut jantung janin yang timbul saat gerakan janin terjadi
merupakan indikasi janin sehat. Penyebab : gerakan janin spontan pemeriksaan
dalam presentasi sungsang tekanan fundus kontraksi 29pile palpasi perut

b. Deselerasi Adalah penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai


normal. Disebabkan oleh respon parasimpatik, dapat dalam bentuk yang tidak
menyenangkan. Ada empat tipe deselerasi :
1. deselerasi dini yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai
normal sejalan kontraksi 29pile. Penyebab : kompresi kepala sebagai akibat
kontraksi 29pile, pemeriksaan dalam, tekanan fundus, pemasangan alat
pemantau internal.
2. deselerasi lambat yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di bawah
nilai normal pada fase kontraksi. Penyebab : insufisiensi uteruplasenta disebabkan
oleh hiperaktivitas atau hipertonisitas 29pile, hipontensi supin pada ibu, anastesi
spinal atau epidural, plasenta previa, solusio plasenta, gangguan hipertensi, iugr,
diabetes mellitus dan amnionitis.
3. deselerasi variasi yaitu penurunan sementara denyut jantung janin mendadak
yang bervariasi dalam durasi, intensitas, dan waktu awitan kontraksi. Penyebab :
kompresi tali pusat disebabkan oleh lilitan tali pusat, tali pusat pendek, tali pusat
membelit, tali pusat 29pilepsy.
4. deselerasi memanjang didefinisikan sebagai deselerasi tersendiri yang
berlangsung 2 menit atau lebih, tetapi kurang dari 10 menit dari awitan untuk
kembali pemasangan ke normal.Penyebab elektroda spiral, :emeriksaan
penurunan penggunaan 29pilepsy valsava, 29pilepsy tali janin yangpanggul,
cepat, pusat, kejang ibu termasuk eklampsi dan 29pilepsy, hipotensi ibu pada
posisi terlentang.
[6/10 20.18] Iman:

A. KONSEP MEDIS

1. Definisi
a. Inpartu
Rahmawati (2017) mengatakan, inpartu ialah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi atau pengeluaran bayi yangcukup bulan atau mendekati cukup bulan
yang dapat hidup diluar
kandungan, yang disusul dengan pengeluaran plasenta baik secara spontan
maupun dengan bantuan.
b. Preeklampsia
Sukarni & wahyu (2019) mengatakan, sekumpulan gejala yang timbul pada
wanita hamil, bersalin dan nifas yang mengalami hipertensi, edema dan protein
uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, gejala muncul setelah kehamilan berusia 28 minggu atau lebih.
2. Etiologi
Penyebab preeklampsia ialah bertambahnya frekuensi pada primigraviditas,
kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang
semakin tuanya kehamilan. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang
dan koma. Kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Teoriteori
tersebut ialah peran Prostaksiklin dan Tromboksan (Sukarni & Wahyu, 2019)
2. Etiologi
Penyebab preeklampsia ialah bertambahnyafrekuensi pada primigraviditas,
kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa.
3. Patofisiologi
Pada preeklampsi terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus, merangsang
pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan
renin uterus.
4. Manifestasi klinik
Tanda-tanda preeklampsi yaitu, pertambahan berat badan yang berlebihan,
edema, hipertensi, dan
proteinuria. Pada preeklampsi ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif.
Pada preeklampsi berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala-gejala
ini sering ditemukan pada preeklampsi yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa eklampsi akan Wahyu, 2019).

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses
kolaborasi yang melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan dengan cara wawancara dan pemeriksaan
fisik(Mitayani,2017).Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu dengan preeklampsia
ialah sebagai berikut (Mitayani,2019):
a. Riwayat kesehatanPreeklampsia sering terjadi pada primigravida, yaitu usia <
20 tahun atau > 35 tahun.
1) Keluhan utama:
klien dengan preeklampsia sering mengeluh demam dan sakit kepala.
2) Riwayat kesehatan sekarang: terjadi peningkatantekanan darah, oedema pada
ekstremitas, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
3) Riwayat kesehatan dahulu: klien memiliki riwayat penyakit ginjal, anemia,
vaskular esensial, hipertensi kronik dan diabetes melitus.
4) Riwayat kesehatan keluarga: kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia
dan eklampsia dalam keluarga.
5) Riwayat kehamilan: klien memiliki riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau eklampsia sebelumnya. 6) Pola
nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
7) Psikososial spiritual: emosi yang tidak stabil menyebabkan kecemasan, oleh
karena perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
b. Riwayat kehamilanRiwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan eklampsia sebelumnya.
1) Riwayat penggunaan kontrasepsiPerlu ditanyakan pada klien, apakah pernah
atau tidak mengikuti
kontrasepsi jika klien pernah mengikutikontrasepsi maka yang ditanyakan adalah
jenis kontrasepsi, efek samping, alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak
memakai kembali) serta lamanya penggunaan kontrasepsi.
2) Pola aktivitas sehari-hariPada klienpreeklampsia biasanya terjadi gejala
kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan berat badan, dan ditandai
dengan pembengkakan pada bagian ekstremitas dan wajah.
c. Pola eliminasiPada kliendengan preeklampsia sering ditemukan gejala
proteinuria + ≥ 5 g/24jam atau ≥ 3 pada tes celup , oliguria.
d. Pola nutrisiPada kliendengan preeklampsia sering terjadi peningkatan berat
badan atau penurunan berat badan, dan terkadang nyeri pada epigastrium.
e. Neurosensori Pada klien dengan preeklampsia sering mengalami hipertensi,
terkadang terjadi kejang atau koma.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: baik, cukup, lemah.
a) Kesadaran: compos mentis (eye: 4, verbal: 5, motorik: 6).
b) Kepala sampai leher: pada klien dengan preeklampsia terkadang terjadi oedem
pada bagianwajah, pada leher terkadang terdapat pembesaran vena jugularis.
c) Pemeriksaan dada: dikaji apakah terdapat lesi, jejas, masa abnormal, dan nyeri
tekan pada payudara.
d) Pemeriksaan sistem pernafasan.Pada kliendengan preeklampsia biasanya
pernafasan kurang dari 16 x/menit, klienmengalami sesak setelah
melakukanaktivitas, dan terdapat suara nafas tambahan. e) Pemeriksaan sistem
cardiovaskular.
(1) Inspeksi: terdapat sianosis, kulit pucat.
(2) Palpasi: biasanya terjadi peningkatan tekanan darah, nadi meningkat atau
menurun.
(3) Auskultasi: untuk mendengarkan irama jantung.
(4) Perkusi: untuk mengetahui apakah ada kelainan pada resonasi jantung.
f) Pemeriksaan ekstremitas: pada kliendengan preeklampsia sering terdapat
oedem pada ekstremitas akibat gangguan filtrasi glumeroulus yang meretensi
garam dan natrium.
g) Pemeriksaansistem persyarafan: pada kliendengan preeklampsia kadang terjadi
hiperfleksi, dan klonus pada kaki.
h) Pemeriksaan abdomen: pada klien intranatal abdomen membesar sesuai usia
kehamilan, apakah adanya sikatrik bekas operasi atautidak. Pada pemeriksaan
dengan cara palpasi maka akan ditemukan hasil:
(1) Leopold I: teraba fundus uteri 3 jari dibawah procecus xyphoideus, teraba
massa lebar, lunak noduler.
(2) Leopold II: teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagianbagian kecil janin
disebelah kanan. Pada
pemeriksaan ini berfungsi untuk mendengarkan detak jantung janin, nilai normal
detak jantung janin ialah 142 kali dan terdengar regular.
(3) LeopoldIII: teraba masa keras.
(4) Leopold IV: pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul.
i) Pemeriksaan genetalia: pada pasien dengan preeklampsi perlu diketahui apakah
ada pengeluaran lendir bercampur darah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri persalinan yang berhubungan dengan dilatasi serviks, ekpulsi fetal (kala
I).
b. Risiko tinggi foetal distres janin yang berhubungan dengan perubahan pada
plasenta (kala I/kala II).
c. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan ansietas, keletihan,
nyeri, keletihan otot
pernafasan (kala II).
d. Risiko defisienvolume cairanyang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kehilangan cairanhebat melalui rute normal, kehilangan cairan melalui rute
abnormal (kala III).
e. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman pada status terkini, krisis situasi
(kala I/II/III/IV).
f. Keletihan yang berhubungan dengan ansietas, peningkatan kelelahan fisik,
kurang tidur, stresor (kala IV)
3. Intervensi Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
Oksigen.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi pernafasan dan kedalaman
2) Auskultasi bunyi nafas.
3) Atur posisi pasien semi fowler.
4) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.
b. Risiko defisien volume cairan berhubungan dengankehilangan cairan aktif,
kehilangan cairan hebat melalui rute normal..
Intervensi:
1) Obervasi input dan output.
2) Jelaskan tujuan pembatasan cairan pada pasien.
3) Kolaborasi pemberian deuretik, contoh : furosemid (lazix), asam etakrinik
(edecrin) sesuai dengan indikasi.
c.Resiko tinggi foetal distres janin yang berhubungan dengan perubahan pada
plasenta.
Intervensi:
1) Monitor Denyut Jantung Janin sesuai indikasi.
2) Kaji tentang pertumbuhan janin
3) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta (nyeri perut,perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun).
4) Kaji respon janin pada ibu yang diberi obat anti kejang.
5) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan Ultrasono Graphy (USG) dan
Nonstress Test (NST).
d. Nyeri persalinan berhubungan dengandilatasi serviks, ekpulsi fetal.
Intervensi:
1) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien.
2) Jelaskan penyebab nyerinya.
3) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul.
4) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri.
e. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan.
Intervensi:
1) Kaji tingkat kecemasan ibu
2) Jelaskan mekanisme proses persalinan.
3) Kaji dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif.
4) Beri support system pada ibu.
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Mitayani (2019), setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya
dilakukan tindakan keperawatan yang nyata untukmencapai hasil yang diharapkan
berupa berkurangnya atau hilangnya masalah pada klien.
5. Evaluasi
Menurut Mitayani (2019), evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari
proses keperawatan, di mana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri pasien dan menilai sejauh mana masalah klien dapat diatasi.
BAB III
KESIMPULAN
Karya tulis ilmiah ini adalah pada saat di lakukan evaluasi asuhan keperawatan
yang telah di berikan pada klien masalah klien dapat teratasi. Dengan semua
cotoh asuhan keperawatan yang dapat di berikan pada intranatal.

SARAN
Tindakan keperawatan intranatal harus sesui dengan standar asuhan
keperawatan. Dan dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Baiti. (2007). Rasa Sakit Melahirkan. Diakses


http://rumahkusorgaku.multiply.com/journal/item/105. Tanggal 9 Februari pada
Imami. (2007). Nyeri pada Persalinan.dan Penatalaksanaannya secara Non
Farmakologik. Diakses tanggal 7 Februari 2012. Mirzanie. (2005). Pediatricia.
Jakarta: Tosca Enterprise. Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta:EGC.
Tubagus. (2011). Cara untuk Mengurang Persalinan. Diakses tanggal 9 Februari
2012 pada http://j3ffunk.blogspot.com/2011/05/cara-untuk-mengurangi-nyeri-
persalinan.html Bobak, Lowdermik, Jenson. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas.Edisi 4. Jakarta : EGC. WWW. Laporan Inpartu . Com

Anda mungkin juga menyukai