keperawatan intranatal
Di susu oleh
KELOMPOK I
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Amin…
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditetukan. Shalawat dan salam kita kirimkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua. Makalah
ini dibuat sebagai tugas kelompok , mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS
sebagai bahan diskusi. Kami harapkan apa yang didapat dalam makalah ini dapat
memberikan informasi yang akurat dan lengkap. Akhirnya terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengurusan
makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca.
2. RUMUSAN MASALAH
a.Faktor esensial dan proses persalinan
b.Menejemen nyeri
Zberdinding tipis. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah,
terdorong ke arah serviks. Serviks kemudia menipis dan berdilatasi (terbuka)
secukupnya sehingga memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki
vagina. Sebenarnya saat turun, serviks ditarik ke atas dan lebih tinggi dari bagian
terendah janin
3. TUJUAN
a.Mengetahui factor esensial dan proses persalinan
b.Mengetahui menejemen nyeri
c.Mengetahui pengkajian janin
d.Mengetahui asuhan keperawatan Intranatal
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENUMPANG (PASSEGER)
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu : ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan
lahir, ia akan dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun,
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal.
a. Ukuran kepala janin Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepal janin
sangat mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang
parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal, dan satu tulang oksipital.
Tulang- tulang ini disatukan oleh sutura membranosa : sagitalis, lambdoidalis ,
koronalis, dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel, terletak
di tempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam persalinan, setelah selaput
ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk
menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi
informasi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir.
b. Presentasi Presantasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu
atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalian mencapai aterm. Tiga
presentasi janin yang utama ialah kepala (kepala lebih dahulu), sungsang
(bokong lebih dahulu), dan bahu. Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin yang
pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa dalam. Faktor-
faktor yang menentukan bagian presentasi janin letak janin, sikap janin,dan
ekstensi atau fleksi kepala janin.
c. Letak janin Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin
terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak :
1. Memanjang atau vertiak, dimana sumbu panjang janin paralel dengan sumbu
panjang ibu.
2. Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut
terhadap sumbu panjang ibu Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang
pertama memasuki panggul ibu.
d. Sikap janin Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian
yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada didalam rahim.
Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi , kepala fleksi kearah dada, dan
paha fleksi ke arah sendi lutut. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat
terletak di antara lengan dan tungkai.
e. Posisi janin Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum,
mentum atau dagu, sinsiput atau puncak kepala yang difleksi/menengadah),
terhadap empat kuadran panggul ibu.
2. JALAN LAHIR (PASSAGEWAY)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak ,
khususnya lapisan – lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi,
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus
berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena
itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Jalan lahir dibagi atas :
a. Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ). Tulang panggul
dibentuk oleh gabungan ilium, iskium, pubis, dan tulang – tulang sakrum.
Terhadap empat sendi panggul, yaitu simfisis pubis, sendi sakroiliaka kiri dan
kanan, dan sendi sakrokoksigeus. Empat jenis panggul dasar dikelompokkan
sebagai berikut :
1) Ginekoid (tipe wanita klasik)
2) Android (mirip pinggul pria)
3) Antropoid (mirip panggul kera antropoid)
4) Platipeloid (panggul pipih) Pemeriksaan tulang panggul dapat dilakukan pada
evaluasi prenatal pertama dan tidak perlu diulang lagi jika panggul mempunyai
ukuran yang memadai dan bentuk yang sesuai. Pada trimester ketiga kehamilan,
pemeriksaan tukang panggul dapat dilakukan secara terliti, sehingga diperoleh
jasil yang lebih akurat karena sendi dan panggul berelaksasi. Pengukuran tulang
panggul secara tepat dapat dilakukan dengan menggunakan CT Scan,
ultrasonigrafi, film sinar – X jarang dilakukan karena sinar – X dapat merusak
perkembangan janin. Bagian lunak : otot –otot, jaringan – jaringan, ligamen –
ligament. Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang
dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar
vagina). Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan kontraksi pada
uteri berubah menjadi dua bagian yakni bagian atas berotot dan tebal dan bagian
bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis. Kontraksi korpus uteri
menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong ke arah serviks. Serviks
kemudia menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga memungkinkan
bagian pertama janin turun memasuki vagina. Sebenarnya saat turun, serviks
ditarik ke atas dan lebih tinggi dari bagian terendah janin
3. KEKUATAN (POWER)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot –
otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
1. His (kontraksi uterus) His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding
uterus yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat
dari dinding uterus daerah tersebut. Pada waktu kontraksi, otot – otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
a) Kontraksi simetris
b) Fundus dominan
c) Relaksasi Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga
menjadi menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta
mendorong janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik.
His memiliki sifat :
a. Involutir
b. Intermiten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi
e. Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis.
2. Kekuatan sekunder (mengejan) Segera setelah bagian presentasi mencapai
dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita
merasa ingin mengedan atau usaha untuk mendorong kebawah (kekuatan
skunder). Dalam proses persalinan normal ada
3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan
lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancar, ketiga
komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya
tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang
baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong
bayi cepat keluar. Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam
tahapan ini adalah prosesmengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari
segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mengejan sekuat mungkin seirama
dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang
dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika
kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat
mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah
disekitar mata dan wajah bisa dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai
oksigen kejanin. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks lengkap,
tetapi setelah dialatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk
mendorong bayi keluardari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan wanita
melakukan usaha volunter (mengedan) terlalu dini,
dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan
trauma serviks.
4. POSISI IBU
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi
berdiri , berjalan, duduk , dan jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi
membantu penurunan janin. Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien
untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih
cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi normal
meningkat selama persalinan seiring kontraksi kontraksi uterus mengembalikan ke
anyaman pembuluh darah. Posisi tegak juga membantu mengurangi tekanan
pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah Saat janin
menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar
panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini akan
merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior
TAHAP PERSALINAN
Ada empat tahap persalinan yang dikenal yaitu :
1. Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak
terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi servik lengkap. Pada tahap
pertama persalinan dibagi dalam tiga bagian : fase laten, fase aktif, dan fase
transisi. Selama fase laten, effacement lebih banyak mengalami kemajuan dari
pada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase transisi, dilatasi serviks dan
penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat.
2.Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin
lahir. Freidman (1978) memberi batas atas statistik untuk tahap pertama dan
tahap kedua persalinan : Nulipara Multipara Tahap pertama Fase laten Fase aktif
Tahap kedua 3.20 jam 1,2 cm / jam 2 jam14 jam 1,5 cm/jam 1,5 jam
3. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir.
Plasenta biasa lepas setelah tiga sampai empat kali kontraksi uterus yang kuat,
yakni setelah bayi lahir. Plasenta dilahirkan pada kontraksi uterus berikutnya.
Namun, kelahiran plasenta setelah 45 menit sampai 60 menit masih dianggap
normal.
4.Tahap keempat persalinan ditetapkan berlangsung lama kira-kira dua jam
setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera
jika homeostatis berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan periode yang
penting memantau adanya komplikasi, misalnya perdarahan abnormal
1. ETIOLOGI
Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan
nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang
mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan
segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut,peregangan, dan trauma pada serat
otot dan ligamen yang menyokong struktur ini. Bonica dan McDonald, (2017),
menyatakan bahwa faktor berikut mendukung teori tersebut :
1. Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri viseral.
Intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan
kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.
3.Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka
mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.
1. Arti nyeri Bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian arti
nyeri tersebut merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan
lainlain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin,
latar belakang social cultural, lingkungan, dan pengalaman.
3.TAHAPAN NYERI
Ada empat tahapan terjadinya nyeri :
1. Transduksi
Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli)
dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf.
Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi
nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri
mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri
meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai
ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediatormediator tersebut di atas
dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang
sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini
mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral terpengaruhnya yaitu neuron
ipereksitabilitas simpatis dan neuron perubahan pada spinalis, intraseluler yang
menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi
depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf.
2. Transmisi
Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf
perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri.
Transmisisepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi,sedangkan dari
neuron presinaps ke pasca sinaps melewati eurotransmitter
3. Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat
meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi melalui
sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter
antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis.
Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat
transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat
timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.
4. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang
diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi
kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala).
Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan (Wibowo, 2019).
3.KLASIFIKASI NYERI
A. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari :
1. Nyeri akut Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik
sampai 6 bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa merespon
nyeri akut secara fisiologis dan dengan prilaku. Secara fisiologis : diaforesis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan
darah.
2. Nyeri kronik Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam
gangguan. Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai
setelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit.
Nyeri ini biasanya berhungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-
menerus atau intermitten.
Dibawah ini tiga alternatif panduan untuk ibu melakukan teknik pernapasan
sederhana yaitu :
1. Pikirkan kata ”rileks” yang terdiri dari dua suku kata, yaitu ”ri” dan ”leks”.
Selanjutnya, cobalah latihan ini. Ketika menarik napas, pikirkan kata ”ri”,saat
menghembuskan , pikirkan kata ”leks”. Jangan alihkan pikiran dari kata ”rileks”
tersebut. Ketika menghembuskan napas, singkirkan segala ketegangan dari
tubuh, khususnya otot-otot yang biasanya mudah tegang setiap kali stres.
2. Cobalah menghitung pernapasan. Begitu bernapas, hitung tiga sampai empat,
atau lebih secara perlahan-lahan. Ketika menghembuskan napas, hitung sampai
tiga atau empat lagi.
C. Pengkajian Fetal
1. Gerakan Janin
A. Pengertian
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin, dimana
gerakan janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini
dirasakan. Data sedikitnya 10 gerakan per hari dianggap lazim. Perhitungan
gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-36 minggu bagi wanita yang
beresiko rendah mengalami insufisiensi uteroplasenta. Sedangkan bagi wanita
yang faktor resikonya telah diidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan
pada usia kehamilan 28 minggu. Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan
oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida pada
kehamilan 18 minggu. Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu
dapat diraba secara objektif oleh pemeriksanya, ballottement dalam uterus dapat
diraba pada kehamilan yang lebih tua. Gerakan janin normal yaitu sekelompok
atau beberapa kelompok aktivitas tungkai dan tubuh janin yang menunjukkan
normalitas.
2. Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin Kapan gerakan muncul Usia kandungan
Kadar glukosa Stimulus suara Penggunaan obat-obatan & kebiasaan merokok
Asidemia Polihidramnion Oligohidramnion
3. Cara Menghitung Gerakan Janin Pengkajian riwayat merupakan langkah yang
penting. Klien sering melaporkan penurunan gerakan janin karena mereka lupa
merasakan aktivitas janin selama periode waktu tertentu dan juga tidak terlalu
perhatian terhadap hal ini. Anjurkan klien untuk fokus pada aktivitas janin selama
periode waktu satu jam, terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi gizi
baik, dan asupan cairan cukup. Apabila klien mampu membaca dan memahami
prosedur grafik dasar, maka apat menggunakan metode menghitung sampai 10 :
b) Usapkan jelly pada abdomen ibu, tepat pada daerah yang telah ditentukan.
Kegunaan jelly adalah sebagai kontak kedap udara antara kulit abdomen dengan
permukaan sensor.
5.Bunyi Yang Sering Terdengar Ketika Memeriksa Denyut Jantung Janin , Desir
tali pusat Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini
terdengar seperti siulan nyaring yang singkron dengan denyut jantung janin.
Suara ini tidak konstan, kadang-kadang terdengar jelas ketika diperiksa pada
suatu waktu namun pada pemeriksaan di lain tidak terdengar.
b. Desir uterus
Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang singkron dengan denyut ibu.
Bunyi ini biasanya paling jelas terdengar saat auskultasi segmen bawah uterus.
Suara ini dihasilkan oleh pasase darah melalui pembuluhpembuluh uterus yang
berdilatasi dan dijumpai tidak saja pada kehamilan tetapi juga pada setiap
keadaan yang menyebabkan alirah darah ke uterus meningkat, hingga pengaliran
darah menjadi luas Suara akibat gerakan janin Suara gerakan ini seperti suara
pukulan, dikarenakan janin mendapat reaksi dari luar. Gerakan usus Suara ini
seperti berkumur-kumur, dihasilkan oleh berjalannya gas atau cairan melalui usus
ibu.
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
a. Inpartu
Rahmawati (2017) mengatakan, inpartu ialah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi atau pengeluaran bayi yangcukup bulan atau mendekati cukup bulan
yang dapat hidup diluar
kandungan, yang disusul dengan pengeluaran plasenta baik secara spontan
maupun dengan bantuan.
b. Preeklampsia
Sukarni & wahyu (2019) mengatakan, sekumpulan gejala yang timbul pada
wanita hamil, bersalin dan nifas yang mengalami hipertensi, edema dan protein
uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, gejala muncul setelah kehamilan berusia 28 minggu atau lebih.
2. Etiologi
Penyebab preeklampsia ialah bertambahnya frekuensi pada primigraviditas,
kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang
semakin tuanya kehamilan. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang
dan koma. Kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Teoriteori
tersebut ialah peran Prostaksiklin dan Tromboksan (Sukarni & Wahyu, 2019)
2. Etiologi
Penyebab preeklampsia ialah bertambahnyafrekuensi pada primigraviditas,
kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa.
3. Patofisiologi
Pada preeklampsi terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus, merangsang
pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan
renin uterus.
4. Manifestasi klinik
Tanda-tanda preeklampsi yaitu, pertambahan berat badan yang berlebihan,
edema, hipertensi, dan
proteinuria. Pada preeklampsi ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif.
Pada preeklampsi berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala-gejala
ini sering ditemukan pada preeklampsi yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa eklampsi akan Wahyu, 2019).
SARAN
Tindakan keperawatan intranatal harus sesui dengan standar asuhan
keperawatan. Dan dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA