Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE

Disusun Oleh:
HEPI HUSNUL KARIMAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
TAHUN 2024
A. KONSEP DASAR INTRANATAL CARE

1. Definisi Intranatal Care


Persalinan normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian
secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan
pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Dari pengertian diatas persalinan
adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan
plasenta dari rahim ibu. Persalinan normal disebut juga alami karena
terjadi secara alami. Jadi secara umum persalinan normal adalah proses
persalinan yang melalui kejadian secara alami dengan adanya kontraksi
rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi
(Rosyati, 2017).
Persalinan Normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara
alami. Proses persalinan terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-47 minggu)
lahir spontan dengan prensentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam tanpa komplikasi pada ibu maupun janin. Persalinan dimulai (inpartu) pada
saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Depkes
RI, 2008).
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta
dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini dimulai dari
pembukaan dan dilatasi serviks yang diakibatkan kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur (Putri Yuriatia, 2021)
Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan, resiko
rendah diawal dan selama proses persalinan, bayi lahir spontan, presentasi
belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu (Yuliawati, Martini
Fairus, 2021)

2. Mekanisme Persalinan
Menurut Sumarah, (2009) ada tujuh gerakan-gerakan janin dalam
persalinan atau gerakan kardinal yaitu engagement, penurunan, fleksi, rotasi
dalam, ekstensi, rotasi luar, ekspulsi.
a. Engangement
Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan,
sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan.
Masuknya kepala akan mengalami kesulitan bila saat masuk ke dalam
panggul dengan sutura sagitalis dalam anteroposterior. Jika kapala masuk
ke dalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang di jalan
lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut
sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga
dalam keadaan dimana sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium atau
ke sympisis maka hal ini di sebut Asinklitismus. Ada dua macam
asinklitismus. Asinklitismus posterior dan asinklitismus anterior.
1. Asinklitismus Posterior
Yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati symfisis dan tulang
parietal belakang lebih rendah dari pada tulang parietal depan.
Terjadi karena tulang parietal depan tertahan oleh simfisis pubis
sedangkan tulang parietal belakang dapat turun dengan mudah karena
adanya lengkung sakrum yang luas.
2. Asinklitismus Anterior
Yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekatipromontorium dan
tulang parietal depan lebih rendah dari pada tulang parietal belakang.
b. Penurunan
Penurunan diakibatkan oleh kekuatan kontraksi rahim, kekuatan
mengejan dari ibu, dan gaya berat kalau pasien dalam posisi tegak.
Berbagai tingkat penurunan janin terjadi sebelum permulaan persalinan
pada primigravida dan selama Kala I pada primigravida dan multigravida.
Penurunan semakin berlanjut sampai janin dilahirkan, gerakan yang lain
akan membantunya.
c. Fleksi
Fleksi sebagian terjadi sebelum persalinan sebagai akibat tonus otot alami
janin. Selama penurunan, tahanan dari serviks, dinding pelvis, dan lantai
pelvis menyebabkan fleksi lebih jauh pada tulang leher bayi sehingga
dagu bayi mendekati dadanya. Pada posisi oksipitoanterior, efek fleksi
adalah untuk mengubah presentasi diameter dari oksipitofrontal menjadi
suboksipitoposterior yang lebih kecil. Pada posisi oksipitoposterior, fleksi
lengkap mengkin tidak terjadi, mengakibatkan presentasi diameter yang
lebih besar, yang dapat menimbulkan persalinan yang lebih lama.
d. Putaran Paksi Dalam
Pada posisi oksipitoanterior, kapala janin, yang memasuki pelvis dalam
diameter melintang atau miring, berputar, sehingga oksipito kembali ke
anterior ke arah simfisis pubis. Putaran paksi dalam mungkin terjadi
karena kepala janin bertemu penyangga otot pada dasar pelvis. Ini sering
tidak tercapai sebelum bagian yang berpresentasi telah tercapai sebelum
bagian yang berpresentasi telah mencapai tingkat spina iskhiadika
sehingga terjadilah engagement. Pada posisi oksipitoposterior, kepala
janin dapat memutar ke posterior sehingga oksiput berbalik ke arah
lubang sakrum. Pilihan lainnya, kepala janin dapat memutar lebih dari 90
derajat menempatkan oksiput di bawah simfisis pelvis sehingga berubah
ke posisi oksipitoanterior. Sekitar 75% dari janin yang memulai
persalinan pada posisi oksipitoposterior memutar ke posisi
oksipitoanterior selama fleksi dan penurunan. Bagaimanapun, sutura
sagital biasanya berorientasi pada poros anteriorposterior dari pelvis.
e. Ekstensi
Kepala yang difleksikan pada posisi oksipitoanterior terus menurun di
dalam pelvis. Karena pintu bawah vagina mengarah ke atas dan ke depan,
ekstensi harus terjadi sebelum kepala dapat melintasinya. Sementara
kepala melanjutkan penurunannya, terdapat penonjolan pada perineum
yang diikuti dengan keluarnya puncak kepala. Puncak kepala terjadi bila
diameter terbesar dari kepala janin dikelilingi oleh cincin vulva. Suatu
insisi pada perineum (episotomi) dapat membantu mengurangi tegangan
perineum disamping untuk mencegah perebakan dan perentangan jaringan
perineum. Kepala dilahirkan dengan ekstensi yang cepat sambil oksiput,
sinsiput, hidung, mulut, dan dagu melewati perineum.
Pada posisi oksipitoposterior, kepala dilahirkan oleh kombinasi ekstensi
dan fleksi. Pada saat munculnya puncak kepala, pelvis tulang posterior
dan penyangga otot diusahakan berfleksi lebih jauh. Dahi, sinsiput, dan
oksiput dilahirkan semantara janin mendekati dada. Sesudah itu, oksiput
jatuh kembali saat kepala berekstensi, sementara hidung, mulut, dan dagu
dilahirkan.
f. Putaran Paksi Luar
Pada posisi oksipitoanterior dan oksipitoposterior, kepala yang dilahirkan
sekarang kembali ke posisi semula pada saat engagement untuk
menyebariskan dengan punggung dan bahu janin. Putaran paksi kepala
lebih jauh dapat terjadi sementara bahu menjalani putaran paksi dalam
untuk menyebariskan bahu itu di bagian anteriorposterior di dalam pelvis.
g. Ekspulsi (Pengeluaran)
Setelah putaran paksi luar dari kepala, bahu anterior lahir dibawah
simfisis pubis, diikuti oleh bahu posterior di atas tubuh perineum,
kemudian seluruh tubuh anak.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Yanti & Asrinah (2010) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persalinan, seperti :

a. Faktor Power (Kekuatan mengejan)


Power adalah kekuatan dari ibu untuk mendorong janin keluar dari jalan
lahir. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah: his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament,
dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
b. Faktor Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir
yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.
c. Faktor Passanger (Janin)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang
perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada
plasenta adalah letak, besar dan luasnya.
Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari
factor passanger adalah:
1) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian depan
jalan lahir, seperti:
a) Presentasi Kepala (Verteks, muka, dahi)
b) Presentasi bokong
c) Presentasi Bahu (Letak Lintang)
d) Sikap Janin
Hubungan bagian janin (Kepala) dengan bagian janin lainnya
(badan), misalnya fleksi, defleksi, dan lain-lain.
e) Posisi janin
Hubungan bagian/point penentu dari bagian terendah janin
dengan panggul ibu, dibagi dalam 3 unsur:
(1) Sisi panggul ibu: kiri, kanan, dan melintang
(2) Bagian terendah janin, oksiput, sacrum dan scapula.
(3) Bagian panggul ibu: depan, belakang.
d. Faktor Psikis Ibu
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi
perasaan takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara.
Perasaan takut bisa meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan ibu
menjadi cepat lelah, sehingga keadaan ibu mempengaruhi proses
persalinan. (Asrinah, 2010)
e. Faktor Penolong
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu
adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Pada tahun
2006, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih
sekitar 76%, yang artinya masih banyak pertolongan persalinan yang
dilakukan oleh dukun bayi dengan cara tradisional yang dapat
membahayakan keselamatan ibu. Disini bidan dapat memberikan asuhan
yang mendukung yang bersifat aktif dan turut serta dalam kegitan yang
berlangsung, bidan harus tetap memastikan ada seorang pendukung yang
hadir dan membantu perempuan selama persalinan. Memberikan
dukungan selama persalinan juga merupakan bentuk asuhan sayang ibu
antara lain adalah memberikan dukungan emosional, membantu
pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk
kebutuhan eliminasi dan pencegahan infeksi.
f. Posisi ibu (positioning)
Posisi ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan
rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan, salah satunya adalah memungkinkan
gaya gravitasi membantu penurunan janin. Selain itu, posisi ini dianggap
dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat.

4. Persiapan untuk Persalinan


Berdasarkan buku panduan Kesehatan Ibu dan Anak (2016), terdapat
salah satu komponen buku KIA yang berisi informasi mengenai persiapan
persalinan yang dapat dibuat oleh ibu, anggota keluarga bersama bidan, yaitu
dengan mempersiapkan hal-hal:
1) Merencanakan pendamping pada saat persalinan
Pendamping persalinan adalah orang yang dipercayai untuk mendampingi
menjelang dan selama proses persalinan. Peran dan pendamping persalinan
adalah memberikan dukungan, baik secara fisik maupun emosional kepada
ibu yang sedang bersalin. Dalam suatu proses persalinan, seorang wanita
membutuhkan menghargai seorang yang paling mereka kasihi untuk bisa
berada bersama mereka, merawat dan berbagi proses kelahiran buah hati
mereka. (Hermina & Agus, 2015; 235)
2) Mempersiapkan tabungan atau dana cadangan untuk biaya persalinan
Tabungan untuk persalinan merupakan hal yang sangat penting. Setiap
keluarga dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana akan
tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawatdaruratan.
(Megasari, Miratu, dkk, 2014; 126)
3) Merencanakan penolong persalinan
Memilih penolong persalinan adalah hal yang utama (Strigh, R Barbara,
2010; 120). Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin (Rohani,
dkk, 2011; 16). Jika sudah memilih tenaga kesehatan yang akan menolong
persalinan, maka mulai menjaga hubungan sejak periksa hamil sehingga
sudah terjalin hubungan yang baik yang dapat mengurangi kecemasan pada
saat melahirkan. (Tyastuti & Heni, 2016; 67)
4) Merencanakan tempat persalinan
Sejak awal ibu dan keluarga sudah harus menentukan dimana akan
melahirkan sehingga ketika sudah ada tanda-tanda persalinan maka langsung
berangkat karena tujuannya sudah jelas dan mantap sehingga tidak perlu
berpikir atau diskusi dengan keluarga dan masyarakat yang akan memakan
waktu untuk mencapai fasilitas kesehatan. (Tyastuti & Heni, 2016; 66)
5) Mempersiapkan keperluan ibu
Sering ditemui ibu yang akan melahirkan datang ke fasilitas kesehatan tidak
membawa peralatan apa-apa, ketika ditanya karena baru akan periksa saja,
kalau teryata sudah waktunya melahirkan baru akan mengambil peralatan ke
rumah. Hal ini sangat menyulitkan jalannya persalinan karena alat yang
dibutuhkan belum ada. (Tyastuti & Heni, 2016; 68)
a) Persiapan ibu:
(a) Baju dengan kancing didepan
(b) Gurita atau stagen untuk ibu baru bersalin (Arief, Nurhaeni,
2014;172)
(c) Jarit untuk melahirkan (Chomaria, Nurul, 2015; 171)
(d) Bh untuk menyusui dan celana dalam (Indiarti, 2015; 113)
(e) Pembalut perempuan yang digunakan perempuan setelah
persalinan (Indiarti, 2015; 117)
(f) Handuk (Arief, Nurhaeni, 2014; 172)
6) Mempersiapkan keperluan Bayi
(a) Baju bayi
(b) Popok
(c) Bedong
(d) Sarung tangan dan sarung kaki
(e) Penutup kepala atau Topi
(f) Selimut
7) Mempersiapkan calon pendonor darah
Calon pendonor darah adalah orang yang dipersiapkan oleh ibu, suami,
keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia menyumbangkan
darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan (Widatiningsih & Christin,
2017; 239). Menyiapkan lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah
yang sama dan bersedia menjadi pendonor jika diperlukan. (Kemenkes, RI;
2016)
8) Mempersiapkan transportasi
Ibu dan suami perlu membuat rencana bagaimana ibu menuju ke tempat
bersalin, yaitu menggunakan transportasi. Apakah meminjam kendaraan
keluarga atau tetangga serta apakah ada ambulan desa.
9) Merencanakan program Keluarga Berencana setelah bersalin
Ibu hamil dan suami perlu merencanakan alat kontrasepsi yang akan
digunakan setelah bersalin. Dengan memilih alat kontrasepsi yang tidak
mengganggu proses menyusui sebaiknya sebelum bersalin dan selambat-
lambatnya pada saat kontrol 6 minggu paska bersalin.
5. Pengelolaan Nyeri
Menurut Marmi (2011), Manajemen nyeri dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Manajemen Farmakologi
Manajemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat- obatan. Terdapat tiga
kelompok obat nyeri yaitu:
1) Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non Steroid
(OAISN)
Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama
asetomenofn (Tylenol) dan OAISN dengan anti peritik, analgetik dan
anti iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin) dan Ibuprofin (Morfin,
Advil) merupakan OAINS yang sering digunakan untuk mengatasi
nyeri akut derajat ringan.
2) Analgesia opioid
Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-
obat ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan
nyeri terkait kanker.
3) Adjuvan / Koanalgetik
Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek komplementer
dalam penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk
kepentingan lain. Contoh obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau
Fenitoin (Dilantin).
b. Manajemen Non Farmakologi
Terapi nonfarmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni dengan tanpa
menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai metode
yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah :
1) Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain
nyeri. Ada empat tipe distraksi, yaitu distraksi visual, misalnya
membaca atau menonton televisi, Distraksi auditory, misalnya
mendengarkan musik, Distraksi taktil, misalnya menarik nafas dan
massase, Distraksi kognitif, misalnya bermain puzzle.
2) Hypnosis-diri
Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri melalui
pengaruh sugesti positif. Hypnosis-diri menggunakan sugesti dari dan
kesan tentang perasaan yang rileks dan damai.
3) Massase
Masasse adalah sebuah sentuhan secara lembut dan membantu ibu
merasa segar, rileks dan nyaman selama persalinan (Marmi,2011).
Beberapa macam massage yang dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri persalinan adalah:
a) Effleurage
Effleurage adalah pijatan lambat perut atau bagian tubuh lain
selama kontraksi berlangsung. Metode effleurage memperlakukan
pasien dalam posisi setengah duduk atau supine, lalu letakkan
kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan
melingkar kearah pusat ke simpisis atau dapat juga menggunakan
satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah
(Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
b) Deep Back Massage
Deep back massage adalah penekanan pada daerah sacrum dengan
sedikit mendalam dengan menggunakan telapak tangan. Metode
deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring,
kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah sacrum
secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan lagi dan tekan
lagi, begitu seterusnya (Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
c) Counter Pressure
Firm counter pressure adalah penekanan pada daerah sacrum
dengan menggunakan tangan yang dikepalkan. Metode firm
counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk
kemudian bidan atau keluarga pasien menekan sacrum secara
bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan
beraturan (Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
4) Aromatherapi
Aromatherapi menggunakan ekstrak wewangian tertentu untuk menebar
aroma dalam ruang bersalin. Efeknya dapat menenangkan, hilangnya
rasa cemas dan memberikan relaksasi pada ibu (Marmi,2011).
5) Relaksasi pernafasan dalam
Relaksasi pernafasan dalam dilakukan dengan cara menghembuskan
nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
metode relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah. Metode relaksasi ini bertujuan untuk
merespon kontraksi dan mendapatkan kenyamanan saat persalinan
(Marmi,2011).
6) Kompres Hangat
Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat
mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri. Dalam persalinan
pemberian kompres hangat dapat mengendalikan nyeri dan memberikan
rasa nyaman pada pasien (Marmi,2011).

6. Proses Persalinan dan Tahapan Persalinan


Menurut Yanti (2010) ada beberapa tahap persalinan, seperti :
a. Kala I
Kala I atau Kala Pembukaan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga servik
membuka lengkap (10 cm).
Didefinisikan sebagai permulaan persalinan yang sebenarnya. Dibuktikan
dengan perubahan serviks yang cepat dan diakhiri dengan dilatasi serviks
yang komplit (10 cm), hal ini dikenal juga sebagai tahap dilatasi serviks.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve friedman, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam
(Purwati & Sulistiyah, 2017).
Tanda-tanda Kala I adalah His belum begitu kuat, datangnya setiap 10- 15
menit dan tidak seberapa mengganggu ibu masih dapat berjalan. Lambat
laun his bertambah kuat : interval lebih pendek. Kontraksi lebih kuat dan
lebih lama. Lendir darah bertambah banyak. Lama kala I untuk primi 12
jam dan untuk multi 8 jam. Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I
adalah: “Kemajuan pembukaan 1 cm sejam bagi primigravida dan 2 cm
sejam bagi multigravida”.
Kala I dibagi menjadi 2 fase :
1. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung dalm 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu :
a) Periode akselarasi berlangsung 2 jam, pembukaan 4 cm.
b) Periode dilatasai maksimal selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselarasi berlansung lambat dalam 2 jam, pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung ± 13 jam sedangkan pada multigravida ± 7 jam.
b. Kala II
Kala II atau Kala Pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari
pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Tanda-tandaKala II, His
menjadi lebih kuat cepat dan lebih lama, kontraksinya selama 50-100
detik, datangnya tiap 2-3 menit. Ketuban biasanya pecah pada kala ini. Ada
rasa ingin mengejan, muncul tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau
buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin
mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengejan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti seluruh badan janin.
Lama kala II pada primi berlangsung 1 ½ sampai 2 jam dan pada multi ½
sampai 1 jam. (Asrinah, 2010)
c. Kala III
Segera sesudah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara
menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan
lewat pembedahan kalau perlu. Serviks, vagina, dan perineum dapat
diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta, karena tidak ada
perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu. Pelepasan
plasenta biasanya terjadi dalam 5 sampai 10 menit pada akhir Kala II.
Memijat fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta
tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel
janin ke dalam sirkulasi ibu. Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah
sebagai berikut :
1. Munculnya darah segar dari vagina.
2. Tali pusat di luar vagina bertambah panjang.
3. Fundus rahim naik.
4. Rahim menjadi keras dan berbentuk bola.
Setelah kelahiran plasenta, perhatian harus ditujukan pada setiap
perdarahan rahim yang dapat berasal dari tempat implantasi plasenta.
Kontraksi rahim, yang mengurangi perdarahan ini dapat dipercepat dengan
pijat rahim dan penggunaan oksitosin. Penambahan oksitosin 20 unit pada
infus intravena, setelah bayi dilahirkan. Plasenta harus diperiksa untuk
memastikan kelengkapannya. Kalau pasien menghadapi risiko perdarahan
masa nifas (misalnya, karena anemia, kehamilan kembar, atau hidramnion),
dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual, eksplorasi rahim
secara manual, atau keduanya.
d. Kala IV
Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas
pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV persalinan
meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas,
mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.

7. Pendampingan Selama Persalinan


a. Dukungan Psikososial pada Ibu
Kehadiran seorang pendamping persalinan selama proses persalinan akan
membawa dampak yang baik, karena dapat memberikan rasa nyaman,
aman. Semangat serta dukungan emosional yang dapat membesarkan hati,
mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses persalinan (Latipun, 2010).
Persalinan yang tidak didampingi akan menimbulkan dampak perasaan
takut yang dapat menimbulkan ketegangan sehingga menyebabkan
gangguan his, dan akhirnya persalinan berjalan tidak lancar. Pendamping
persalinan memegang peranan penting dalam proses kelahiran. Dukungan
yang penuh kasih mengurangi kebutuhan ibu terhadap obat pereda nyeri
dan campur tangan medis dalam persalinannya (Nolan, 2004)
b. Keterlibatan Keluarga dan Pendamping
Pendamping persalinan adalah orang yang dipercayai untuk mendampingi
menjelang dan selama proses persalinan. Peran pendamping persalinan
adalah memberikan dukungan, baik secara fisik maupun emosional kepada
ibu yang sedang bersalin. Dalam suatu proses persalinan, seorang wanita
membutuhkan dan menghargai seorang yang paling mereka kasihi untuk
bisa berada bersama mereka, merawat dan berbagi proses kelahiran buah
hati mereka. (Hermina & Agus, 2015; 235)
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga terdekat
(Widatiningsih & Christin, 2017; 238). Dalam proses persalinan, suami
dapat mendampingi, memberikan semangat dan dorongan spiritual
(Indiarti, 2015; 117).
Apabila suami berhalangan hadir pada persalinan istrinya, pendamping
persalinan bisa digantikan oleh orang yang sangat dekat dengan ibu yang
hendak bersalin, misalnya saudara perempuannya, ibu kandung, ibu
mertua, atau sahabatnya. Dengan memiliki pendamping persalinan, ibu
akan merasa lebih bersemangat selama proses melahirkan. Terdapat bukti
yang mengatakan bahwa dengan memiliki pendamping persalinan, maka
ibu akan lebih merasa nyaman dalam melewati persalinan dan memiliki
memori yang menyenangkan terhadap persalinan tersebut. (Hermina &
Agus, 2015; 236-237)
c. Komunikasi Efektif dengan Pasien
Dalam menjalin komunikasi dengan pasien, perawat perlu
memberikan perhatian yang penuh, mendengarkan dengan penuh
perhatian. Selama interaksi dengan pasien, perawat harus
mendengarkan semua yang disampaikan oleh pasien. Memberikan
ruang kepada pasien untuk menyampaikan semua keluhan yang
dirasakan oleh pasien.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam
komunikasi. proses komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator
dan komunikan saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan
sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan
harapan. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif merupakan Sasaran yang
kedua dari 6 (enam) Sasaran Keselamatan Pasien.
Komunikasi yang efektif ini akan membuat para Profesional Pemberi
Asuhan (PPA) yang bekerjasama akan mampu mendeteksi masalah
kesehatan lebih awal, meningkatkan akurasi diagnosis, mencegah krisis
medis dan intervensi yang mahal, serta menghindari long stay perawatan.
Selain itu juga dapat meningkatkan pengetahuan pasien terhadap masalah
kesehatannya, juga meningkatkan kepatuhan pasien terhadap proses terapi
dan pencegahan penyakit.
Komunikasi yang efektif antar profesi pemberi asuhan, akan sangat
membantu peran integrasi dan coordinative care pada para pasien. Pada
akhirnya, hal ini akan meningkatkan kepuasan pasien, penggunaan sumber
dana kesehatan yang cost effective, mencegah terjadinya insiden
keselamatan pasien, meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan image
pelayanan dan menurunkan kemungkinan tuduhan pelayanan yang kurang
baik.

8. Peran Perawat dalam Tim Persalinan


a. Pelaksana
Membantu, mengarahkan, dan meningkatkan kesehatan keluarga yang
baru yang merencanakan kehamilan, persalinan dan Postpartum dapat
dicapai dengan:
 Pengkajian fisik
 Nutrisi yang adekuat
 Psikososial ibu dan keluarga
 Mengenal dan menetapkan masalah sedini mungkin
 Merencanakan dan melakukan tindakan Keperawatan
 Evaluasi
b. Pendidik
Memberikan pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan perenca
naan kehamilan, kehamilan saat ini, persalinan yang akan di hadapi da
n Postpartum. Pendidikan dan penyuluhan paling penting dilakukan ol
eh perawat untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan perawatan
mandiri dengan memberikan informasi disesuaikan dengan tingkat pe
mahaman ibu dan keluarganya.
c. Advokat
Mendukung hak klien dan membantu dalam membuat keputusan deng
an memberikan informasi dampak dari keputusan yang akan diambil t
ersebut.
d. Provider
Sebagai penyedia pelayanan kesehatan, peran perawat pada masa pers
alinan:
 Melakukan pengkajian dengan cermat : nyeri, nutrisi, cairan dan k
ecemasan
 Mengingatkan ibu bagaimana berprilaku saat persalinan
 Memfasilitasi keterikatan ibu dengan bayinya, misalnya : kebutuh
an spiritual
e. Kolaborator
Peran perawat maternitas juga sebagai kolaborator dimana peran pera
wat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan ya
ng terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupa
ya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanju
tnya.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL CARE


1. Pengkajian
a. Kala I
a) Pengkajian
I. Keluhan
Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat
berupa keluar darah bercampur lendir (bloody show), keluar air–air
dari kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratur.
II. Pengkajian riwayat obstertik
- Kaji kembali HPHT
- taksiran persalinan
- usia kehamilan sekarang
- Kaji riwayat kehamilan masa lalu
- Jenis persalinan lalu
- penolong persalinan lalu
- kondisi bayi saat lahir
- Kaji riwayat nifas lalu
- masalah setelah melahirkan
- pemberian ASI dan kontrasepsi.
III. Pemeriksaan fisik
- Nilai keadaan umum (KU)
- Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan,
respirasi)
- Pemeriksaan abdomen ( loepold 1 , II , III , IV )
- Detak jantung janin ( DJJ ) vestikula urinaria ( kosong / penuh )
- Menentukan tinggi fundus
- Kontraksi uterus
- Nilai pembukaan dan penipisan serviks
- Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk
rongga panggul
- Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
IV. Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya
kontraksi
1. Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
2. Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
3. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
4. Pemeriksaan dalam
b. Kala II
a) Pengkajian
- Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda
persalinan kala II dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap
tanda–tanda persalinan kala II
(dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan
vulva membuka).
- Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan
serviks, status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan
presentasi ke rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas,
durasi frekuensi, relaksasi).
- DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
- respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan,
keinginan mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas
nyeri).
b) skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang
pada menit kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
1. Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan.
2. Interpretasi hasil yang diperoleh:
1) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap
normal.
2) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi
memerlukan tindakan medis segera seperti pengisapan lendir
dengan suction atau pemberian oksigen untuk membantu
bernafas. segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau
pemberian oksigen untuk membantu bernafas.
c. Kala III
a) Pengkajian
- Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
- kaji waktu pengeluaran plasenta,
- kondisi selaput amnion,
- kotiledon lengkap atau tidak.
- Kaji kontraksi/HIS,
- kaji perilaku terhadap nyeri,
- skala nyeri,
- tingkat kelelahan,
- keinginan untuk bonding attachment,
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
d. Kala IV
a) Pengkajian
(a) Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan,
mengantuk
(b) Sirkulasi
- Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena
hipersensitivitas vagal
- TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia / anastesia, atau meningkat pada respon terhadap
pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
- Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas
bawah), atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
- Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai
400- 500 ml untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml
untuk kelahiran sesaria
c. Nyeri/Ketidaknyamanan.
Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber
misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan episiotomi,
kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor dengan
“menggigil”
d. Seksualitas
- Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
- Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap
dengan hanya beberapa bekuan kecil
- Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
- Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
- Payudara lunak dengan puting tegang
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Melahirkan (D.0079)
2. Ansietas (D.0080)
3. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
4. Resiko perdarahan (D.0012)
5. Resiko infeksi (D.0142)
3. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTEVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Nyeri Melahirkan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0079) tindakan keperawatan  Observasi :
selama ...x 24 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Definisi : tingkat nyeri menurun, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik - Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang Dengan kriteria hasil - Identifikasi respon nyeri nonverbal
bervariasi dari (L.08066) : - Identifikasi faktor yang memperberat
menyenangkan  Keluhan nyeri dan memperingan nyeri
sampai tidak menurun - Identifikasi pengatahuan dan keyakinan
menyenangkan yang  Meringis tentang nyeri
berhubungan dengan menurun - Monitor keberhasilan terapi
persalinan  Sikap protektif komplementer yang sudah diberikan
menurun - Monitor efek samping penggunaan
 Gelisah analgetik
menurun
 Kesulitan tidur  Terapeutik
menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 Berfokus mengurangi rasa nyeri
kepada diri - Kontrol lingkungan yang memperberat
sendiri menurun rasa nyeri
 Diaforesis - Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
 Perasaan takut
nyeri
mengalami
cedera berulang
menurun  Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
 Anoreksia
nyeri
menurun
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Frekuensi nadi
- Anjurkan memonitor nyeri secara
membaik
mandiri
 Pola napas - Anjurkan menggunakan analgetik secara
membaik tepat
 Tekanan darah - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
 Nafsu makan
membaik  Kolaborasi
 Pola tidur - Kolaborasi pemberian analgetik, Jika
membaik perlu

Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)


tindakan keperawatan Observasi :
Definisi : selama ...x 24 jam
Kondisi emosi dan tingkat ansietas - identifikasi saat tingkat ansietas
pengalaman menurun, berubah
subjektif individu - identifikasi kemampuan mengambil
terhadap objek yang Dengan kriteria hasil keputusan
tidak jelas dan (L.09093) : - monitor tanda-tanda ansietas
spesifik akibat  Verbalisasi
antisipasi bahaya kebingungan Terapeutik
yang memungkinkan menurun
individu melakukan  Verbalisasi - ciptakan suasana terapeutik untuk
tindakan untuk khawatir menumbuhkan kepercayaan
menghadapi menurun - temani pasien untuk mengurangi
ancaman  Perilaku gelisah kecemasan jika memungkinkan
menurun - pahami situasi yang membuat
 Perilaku tegang ansietas
menurun
 Konsentrasi - gunakan pendekatan yang tenang
membaik dan meyakinkan
 Kontak mata - motivasi mengidentifikasi situasi
membaik yang memicu kecemasan

Edukasi
- jelaskan prosedur termasuk sensasi
yang mungkin dialami
- informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
- latih teknik relaksasi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
Jika perlu
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)
Aktivitas (D.0056) tindakan keperawatan  Observasi
selama ...x 24 jam - Identifikasi fungsi tubuh yang
Definisi : Toleransi aktivitas menyebabkan kelelahan
Ketidakcukupan meningkat - Monitor Kelelahan fisik
energy untuk - Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas Dengan kriteria hasil - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
sehari-hari (L.05047): selama melakukan aktivitas
- Kemudahan
melakukan aktivitas  Terapeutik
sehari-hari - Lakukan latihan rentang gerak aktif/pasif
meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
- Kecepatan berjalan stimulus
meningkat - Berilah aktivitas distraksi yang
- Keluhan Lelah menenangkan
menurun
- Frekuensi nadi  Edukasi
membaik - Anjurkan menggunakan tirah baring
- Tekanan Darah - Anjurkan melakukan aktifitas secara
Membaik bertahap
- EKG Iskemia - Anjurkan strategi koping untuk
membaik mengurangi kelelahan
- Sianosis menurun
 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

Risiko Perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan (I.02067)


(D.0012) tindakan keperawatan Observasi :
selama ...x 24 jam - monitor tanda dan gejala perdarahan
Definisi : tingkat perdarahan - monitor nilai hb/ht sebelum dan
Berisiko mengalami menurun, setelah kehilangan drah
kehilangan darah - monitor ttv
baik internal (terjadi Dengan kriteria hasil - Monitor koagulasi
didalam tubuh) (L.02017) :
maupun eksternal  Kelembapan Terapeutik
(terjadi hingga membran - Batasi tindakan invasive, jika perlu
keluar tubuh) mukosa - Pertahankan bedrest selama
meningkat perdarahan
 Kelembapan
kulit meningkat Edukasi
 Hemoptisis - Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
menurun
 Perdarahan - Anjurkan meningkatkan asupan
vagina menurun cairan untuk menghindari konstipasi
 Hemoglobin - Anjurkan menghindari aspirin atau
membaik antikoagulan
 Hematokrit - Anjurkan meningkatkan asupan
membaik makan dan vitamin k
 Tekanan darah - Anjurkan segera melapor jika terjadi
membaik prdarahan
 Denyut nadi
membaik Kolaborasi
 Suhu tubuh - Kolaborasi obat pengontrol perdarahan,
membaik Jika perlu
- Anjurkan pemberian produk darah, jika
perlu

Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi (I.14539)


(D.0142) tindakan keperawatan  Observasi
selama ...x 24 jam - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
Definisi : tingkat infeksi menurun dan sistemik
Berisiko mengalami
peningkatan Dengan kriteria hasil:  Terapeutik
terserang organisme - Kebersihan tangan - Batasi jumlah pengunjung
patogenik meningkat - Berikan perawatan kulit pada area
- Kebersihan badan edema
meningkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
- Demam menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kemerahan - Pertahankan teknik aspetik pada pasien
menurun berisiko tinggi
- Nyeri menurun
- Bengkak menurun  Edukasi
- Vesikel menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Cairan berbau - Ajarkan cara mencuci tangan dengan
busuk menurun benar
- Sputum berwarna - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
hijau menurun atau luka operasi
- Drainase purulent - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
menurun dan cairan
Kadar sel darah putih
membaik  Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

Perawatan luka
 Observasi
- Monitor karakteristik luka (mis. drainasi,
warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi

 Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi,
jika perlu
- Pasang balutran sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
 Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
- Anjurkan prosedur perawatan luka
secara mandiri

 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotic, jika
perlu

Dukungan perawatan diri : mandi


 Observasi
- Identifikasi usia dan budaya dalam
membantu kebersihan diri
- Identifikasi jenis dan bantuan yang
dibutuhkan
- Monitor kebersihan tubuh (rmis. rambut,
mulut, kulit, kuku)
- Monitor integritas kulit

 Terapeutik
- Sediakan peralatan mandi (mis. sabun,
sikat gigi, shampoo, pelembap kulit)
- Sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman
- Fasilitasi mandi dan menggosok gigi,
sesuai kebutuhan
- Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
- Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian

 Edukasi
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak
tidak mandi terhadap kesehatan
- Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta: EGC.


Manuaba, IB. 2001. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta: EGC.
Wiknjosostro, Hanita. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima
Pustaka Sarwana Prawirohardjo.
Depkes RI. (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

Kurniawati, Desi, dkk. (2009). Obynacea: Obstetri dan Ginekologi. Yogykarta:


Tosca Enterprise.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Ed.3.Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Edisi1. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI
Winkjosastro, H. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Bobak. 2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC Uni. 2013.
KONSEP DASAR INTRANATAL (dalam
http://preciousfcious.blogspot.com/2013/10/konsep-dasar-
intranatal.html) diakses tanggal 11 Mei 2014 pukul 22.00 wita

Anda mungkin juga menyukai