Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong di bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2010).
Klasifikasi presentasi bokong yaitu : letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke
atas, letak sungsang sempurna, di mana letak kaki ada di samping bokong, letak sungsang
tidak sempurna yaitu letak sungsang di mana selain bokong bagian yang terendah juga
kaki atau lutut (Purwaningsih, 2010). Kematian perinatal langsung yang disebabkan
karena persalinan presentasi bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab
kematian perinatal pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas
dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau
perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak
dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-tindakan
untuk mengatasi macetnya persalinan (Manuaba, 2010).

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan perawatan dan asuhan kebidanan
secara komprehensif kepada ibu bersalin dengan letak sungsang pada kala I dan II
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada kasus persalinan letak sungsang pada kala I
dan II.
b. Dapat merumuskan diagnosa
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu dengan
persalinan letak sungsang pada kala I dan II.
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan
masalah pada ibu dengan persalinan letak sungsang pada kala I dan II.
e. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan sebelumnya.

1.3 Metode Pengumpulan Data


a. Wawancara : tanya secara langsung (anamnesa) kepada pasien dan suami
b. Observasi : melakukan pemeriksaan, baik dengan inspeksi, palpasi, perkusi maupun
perkusi.
c. KIA yang berisi riwayat ibu kunjungan ANC sebelumnya.
d. Studi Kepustakaan : menggunakan buku untuk sumber teori.
e. Pemeriksaan : pemeriksaan umum (tanda tanda vital), pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus, pemeriksaan penunjang.

1
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul............................................................................................
Lembar Pengesahan....................................................................................
Format Laporan Pendahuluan.....................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................1
1.3 Metode pengumpulan Data..................................................................1
1.4 Sistematika Penulis..............................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori........................................................................................3
2.1.1 Definisi Letak sungsang...............................................................3
2.1.2 Penyebab letak sungsang.............................................................3
2.1.3 Klasifikasi letak sungsang............................................................4
2.1.4 Diagnosis persalinan sungsang....................................................4
2.1.5 Penatalaksanaan Persalinan sungsan............................................6
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep manajemen asuhan varney............................................16
2.2.2 Pendokumentasian secara SOAP...............................................18
2.2.3 Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian
SOAP........................................................................................21
BAB 3 Tinjauan Kasus
A. Data Subyektif.......................................................................................22
B. Data Obyektif.........................................................................................25
C. Analisis...................................................................................................25
D. Penatalaksanaan.....................................................................................25
BAB 4 Pembahasan....................................................................................27
BAB 5 Penutup
5.1 Kesimpulan...........................................................................................28
5.2 Saran.....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................29

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1. Definisi
Persalinan sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi sungsang
(bokong) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada
difundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (didaerah pintu atas
panggus / simfisis) (Prawirohardjo, sarwono 2014).
Persalinan sungsang adalah keadaan janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Pada letak sungsang,
berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar dimulai dari lahirnya
bokong, bahu, kemudian kepala (Icesmi Sukarni K dkk, 2013).
Dengan insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan
cukup bulan (>37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling
sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong
berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala
setelah umur kehamilan 34 minggu (Prawirohardjo, Sarwono, 2014).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam
Rahim, kepala berada di fundus dan bokong dibawah. (Nita, norma 2013). Ada
perbedaan mendasar antara proses persalinan presentasi kepala dengan presentasi
bokong. Pada presentasi kepala, setelah kepala dilahirkan, dengan sendirinya seluruh
badan akan mengikutinya tanpa kesulitan. Sedangkan pada presentasi bokong, bagian
bagian bayi yang lebih besar dan kurang tertekan secara berturut turut akan dilahirkan.
Pengeluaran bayi utuh secara spontan pada presentasi bokong jarang dapat
dilaksanakan dengan berhasil. Biasanya, baik dlam persalinan dengan SC maupun
dalam persalinan pervaginam, yang menuntut keterampilan, peran serta dokter ahli
kebidanan. Bila dibandingkan dengan presentasi kepala maka pada presentasi bokong
baik ibu maupun bayi akan menghadapi resiko yang lebih besar, meskipun bagaimana
pun juga tidakakan sama derajatnya
2.1.2. Penyebab Letak Sungsang
Menjelang kehamilan aterm kavum uteri telah menyiapkan janin pada posisi
longitudinal dengan presentasi vertex. Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir
bayi multiple, hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, anasefalus, presentasi
bokong sebelumnya, anomaly uterus dan berbagai tumor dalam panggul.
Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas struktural uterus,
polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan multiple,
anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong sebelumnya
(Prawirohardjo, Sarwono, 2014).

3
Penyebab letak sungsang menurut (Nita norma, 2013) adalah fiksasi kepala
pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggul sempit,
hidrosepalus, anansefali, plasenta previa, tumor tumor pelvis, janin mudah bergerak,
seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil, gemeli, kelainan uterus, seperti uterus
arcuator, bicornis, mioma uteri, janin sudah lama mati, dan sebab yang tidak
diketahui. Sedangkan menurut Bagus Ida Gde Manuaba 1993 letak sungsang
disebabkan oleh panggul sempit, tali pusat pendek/lilitan tali pusat, kelainan uterus:
septus, arkuatus atau dupleks, plasenta previa, dan kehamilan ganda.

2.1.3. Klasifikasi Letak sungsang

1. Letak bokong murni (frank breech)


Pada presentasi bokong murni tampak fleksi ekstremitas bawah pada sendi
paha dan ekstensi lutut sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala. Bokong
saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas
2. Letak bokong kaki (complete breech)
Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak jika disamping bokong
teraba kedua kaki atau satu kaki saja
3. Letak kaki atau lutut (incomplete breech)
Adalah letak sungsang diamana selain bokong bagian yang terendah juga
kaki atau lutut (nita norma, 2013).

2.1.4. Diagnosis Persalinan Sungsang


Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen.
Manuver leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila
umur kehamilan >34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan
pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan/atau
pemeriksaan USG. Keberhasilan untuk menemukan adanya presentasi bokong pada
masa kehamilan sangat penting oleh karena adanya prosedur versi luar yang
direkomendasikan guna menurunkan insidensi persalinan dengan presentasi selain
kepala dari persalinan bedah caesar (Prawirohardjo, Sarwono, 2014).
Cara mengetahui kehamilan letak sungsang (presentasi bokong)
A. Pemeriksaan abdomen
4
Dengan perasat leopold pertama, secara khas ditemukan bahwa kepala
bayi yang keras dan bulat dengan balotemen sudah menempati bagian fundus
uteri. Leopold kedua menunjukan punggu sudah berada satu sisi pada abdomen
dan bagian kecil janin satu sisi dibagian lain. Pada leopold ketiga bokong janin
masih bisa digerakkan dibagian pintu atas panggul selama engagement belum
terjadi, misalnya karena diameter introkanterika dari panggul janin tidak dapat
melewati pintu atas panggul. Setelah engagemen, leopold keempat melihatkan
posisi bokong yang mapan dibawah simpisis. Suara jantung biasanya terdengar
paling keras pada daerah sedikit diatas umbilicus, sedangkan bila ada engagemen
kepala janin, suara jantung terdengar dibawah umbilicus.

B. Pemeriksaan Vagina
Diagnosis presentasi bokong murni diperkuat dengan pemeriksaan vagina
yaitu dengan meraba bagian bagian khusus. Tuberositas iskiadika, sacrum
maupun anus biasanya teraba, dan setelah lebih jauh, genetalia eksterna dapat
dibedakan.
Khususnya pada partus lama, bokong dapat membengkak dan hal ini
menyebabkan kesulitan untuk membedakan muka dengan bokong : anus bisa
sikira mulut dan tuberositas iskiadika dapat dikira penonjolan pipi. Dengan
pemeriksaan yang cermat, kesalahan tersebut dapat dihindari, karena jari tangan
pemeriksa dapat merasakan tahanan otaot bila bagian tersebut berupa anus,
sedangkan bagian rahang akan terasa lebih keras dan tidak berubah ketika diraba
lewat mulut. Lebih lanjut, ketika jari tangan dikeluarkan dari anus, maka jari
tersebut berlumuran meconium. Mulut dan kedua tonjolan tulang pipi akan
membentuk bangunan segitiga, sedangkan tuberositas iskiadika dan anus akan
membentuk satu garis lurus. Akan tetapi, petunjuk yang lebih tepat bisa diperoleh
berdasarkan lokasi sacrum dan prosesus spinosus, yang dapat menegakkan
diagnosis tentang posisi dan macamnya.
Pada presentasi bokp[ong lengkap, kaki dapat diraba disebelah bokong,
sedsangkan pada presentasi kaki, letak salah satu atau kedua kaki lebih rebdah
dari bokong. Pada presentasi kaki, kaki kanan atau kiri dapat ditentukan
berdasarkan hubungannya dengan ibu jari kaki. Bila bokong turun lebih jauh
kedalam rongga panggul, genetalia dapat diraba ; jika tidak terjadi pembengkakan
yang sangat, kita dapat menentukan jenis kelamin bayi.

C. Pemeriksaan Sinar-X, Scanning, dan USG


USG merupakan pemeriksaan yang ideal untuk memastikan perkiraan
klinis presentasi bokong dan juga untuk mengeidentifikasi setiap kelainan janin.
Biasanya USG tidak dapat digunakan untuk menentukan hubungan antara
ektremitas bawah dengan panggul bayi. Penjelasan ini sering kali sangat penting
dalam merencanakan jalannya persalinan.
Apabila persalinan direncanakan dengan SC tanpa kecuali, hanya ada
beberapa keadaan dimana pemeriksaan sinar-x dapat dibenarkan. Bila wanita
dalam keadaan inpartu dan diperkirakan dapat melahirkan pervaginam, maka tipe
presentasi bokong merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini
pemeriksaan radiasi dapat dihindari dengan menggunakan alat pelvimetri citi
scanning ( kopelman dkk., 1986). Tehnik imaging ini dapat digunakan untuk

5
memebrikan informasi tentang tipe presentasi bokong, ada-tidaknya fleksi kepala
bayi, dan pengukurang panggul secara akurat. (wiliiam, 1995).
2.1.5. Penatalaksanaan Persalinan Sungsang
Pertolongan spontan (Bracht) pada primigravida sebaiknya di rumah sakit
dan harus dievaluasi dengan hati-hati karena kelahiran bokong belum tentu kepala
bisa lahir (after coming head) yang dapat membawa kematian janin. Kepala janin
harus lahir dalam waktu maksimal 8 menit sejak lahir sebatas pusat
(Saifuddin,dkk, 2014). Persalinan letak sungsang mempunyai mekanisme
tersendiri karena yang mlalui jalan lahir berturut-turut adalah bokong, bahu dan
kepala janin. Mekanisme persalinannya dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Persalinan Bokong
- Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring
- Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada dibawah simpisis
- Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada dipintu bawah panggul
- Terjadi persalinan bokong, dengan troknater depan sebagai hypomoklion
- Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong jalan lahir
- Terjadi putaran paksi luar, yang menempatkan punggung bayi kearah perut
ibu
- Penurunan bokong berkelanjutan, sampai kedua tungkai bawah lahir
2. Persalinan Bahu
- Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring
- Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul
- Terjadi putaran paksi dalam, yang menempatkan bahu depan dibawah
simpisis, dan bertindak sebagai hypomoklion
- Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang
- Penurunan dan persalina bahu depan diikuti lengan dan tangan depan,
sehingga seluruh bahu janin lahir
- Kepala janinn masuk pintu atas panggul, dengan posisi melintang atau miring
- Bahu melakukan putaran paksi luar
3. Persalinan Kepala Janin
- Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaaan fleksi, dengan posisi
dagu berada dibagian belakang
- Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan
oleh simpisis, kemudian terjadi putaran paksi dalam dan menempatkan sub-
oksiput sebagai hipomoklion
- Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi, dan
muka seluruhnya
- Setelah muka lahir, badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi
dapat lahir
6
Setelah bayi seluruhnya lahir, dilakukan resusitasi sehingga jalan napas bebas
dari lendir dan meconium untuk melancarkan pernapasan. Tali pusat diklem, dipotong
dan diikat; bayi dirawat bagaimana mestinya. Persalinan plasenta dilakukan seperti
biasa. Bentuk persalinan sungsang :
1. Transvaginal
A. Pertolongan persalinan secara bracht
Persalinan letak sungsang secara brancht, dianggap fisiologis karena proses
persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, sedangkan penolong hanya
memberikan bantuan dari luar, tanpa manipulasi; sehingga mengurangi bahaya
infeksi. Persiapan pertolongan persalinan secara bracht:
- Ibu tidur dalam posisi litotomi
- Persiapan tenaga untuk: menolong persalinan, mendorong fundus uteri secara
kristeller, membantu resusitasi pada bayi
- Persiapan alat : satu set alat persalinan normal ,cunam untuk pertolongan
after coming head ,alat infus dan cairan ,semprit oksitosin.
Teknik pertolongan persalinan secara bracht
Pertolongan persalinan letak sungsang secara bracht adalah sebagai berikut:
- Pada saat ibu merasa ingin mengejan, ibu disuruh merangkul kedua kaki
pada persendian lutut nya, badan dilengkungkan, kepalanya fleksi
sehingga dagu menempel pada dada
- Penolong berdiri di depan ibu dengan persiapan untuk melakukan
pertolongan persalinan
- Setelah bokong membuka pintu sekitar 5 cm dilakukan :
 Episiotomi untuk memperlebar Jalan lahir
 Menyuntikkan 5 unit oksitosin IM, sehingga seluruh proses persalinan
dapat akhir dalam dua kali his dan mengejan
- Setelah bokong lahir, penolong memegang bokong bayi secara bracht
yaitu:
 Kedua ibu jari diletakkan pada masing-masing paha
 Kedua empat jari lainnya nya berada di bokong janin
- Melakukan hiperlordosis, sehingga berturut-turut lahir: perut janin, dagu
mulut dahi, kepala lahir seluruhnya
- Bayi diletakkan di perut ibu, untuk memudahkan penolong dalam
membersihkan mulut hidung dan Jalan napas bayi. Setelah bayi menangis,
penolong memotong tali pusat, kemudian perawatan bayi diselanjutnya
sebagaimana mestinya.
- Sementara penolong melakukan hiperlordosis, dilakukan dorongan pada
fundus uteri secara kristeller untuk:
 Meniadakan ruangan antara kepala janin dan rahim
 Mengurangi kemungkinan tangan janin naik ke atas atau terjungkit
 Menambah kekuatan persalinan
 Mempertahankan kepala janin dalam posisi fleksi serta memudahkan
persalinan kepala
- Persalinan plasenta dilakukan secara biasa, dengan memperhatikan:
7
 Tanda plasenta telah lepas
 Melakukan tes plasenta telah lepas
 Persalinan plasenta secara crede
- Pertolongan persalinan secara bracht dinyatakan gagal apabila:
 Dalam dua kali periode his dan mengejan janin belum lahir
 Terjadi asfiksia janin
Selanjutnya pertolongan persalinan dapat dilanjutkan dengan ekstraksi parsial
untuk melahirkan bahu dan kepala

B. Pertolongan Persalinan Ekstraksi Parsial


a) Persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung spontan dengan
memegang secara bracht, tetapi proses persalinan berikutnya (kelahiran
bahu dan/atau kepala) dalam dua kali periode hia dan mengejan ternyata
gagal
b) Persalinan bahu
 Persalinan bahu secara klasik (deventer)
Prinsip: Dilakukan persalinan bahu belakang terlebih dahulu karena
ruangan yang terjadi lebih luas.

Teknik:
- Tangan kanan atau kiri memegang kedua pergelangan kaki janin
- Mendekatkan perut janin ke perut ibu
- Tangan yang lain dimasukkan ke jalan lahir dan menelusuri bahwa
janin menuju ke persendian siku
- Kemudian mengenai terangkan janin seperti mengusap badannya
sampai dengan bawa lahir
- Setelah lengan belakang janin lahir pegangan kaki dipindahkan
sedemikian rupa sehingga pengguna janin dapat didekatkan ke
punggung ibu
- Lengan depan dilahirkan seperti cara tersebut diatas.

Penyulit:
- Kedudukan kedua tangan masih tinggi
- Dapat terjadi: tangan di belakang kepala
- Dapat terjadi infeksi

 Persalinan bahu sejarah mueller.


Prinsip:
Dilakukan persalinan bahu dan lengan depan terlebih dahulu.

Teknik:
- Janin dipegang secara femuro-pelvis
- Kedua ibu jari diletakkan sejajar pada spina skralis dan keempat jari
lainnya mencengkam bagian depan paha
- Badan janin ditarik curam kebawah sampai bahu depan tampak di
bawah simpisis
8
- Lengan depan dilahirkan dengan cara mengait lengan bawahnya
menggunakan jari
- Persalinan bahu dan lengan belakang dilakukan dengan cara menarik
badan janin ke arah atas sampai bawah belakang tampak
- Lengan belakang dilahirkan dengan cara menghitung dan bawahnya
menggunakan dua jari.

Kesulitan:
Tangan dapat berada di belakang leher, dapat terjadi infeksi asendens

 Persalinan bahu secara lovset


Prinsip :
Memutar badan janin sambil menarik curam ke bawah sehingga bahu
depan menjadi baru belakang dan kedudukannya lebih rendah sampai
dapat lahir dengan sendirinya.

Teknik:
- Badan janin dipegang secara femuro-pelvis
- Dilakukan tarikan curam kebawah sambil memutar badan janin
sehingga bahu depan menjadi bahu belakang
- Putaran setengah lingkaran, dengan memanfaatkan perbedaan
panjang jalan lahir
- Dengan putaran dan tarikan bahu depan dapat dilahirkan
- Putaran balik ke arah simpisis akan melahirkan bahu belakang
disertai lengan dan tangan atas
- Bila lengan atau tangan tidak dapat dilahirkan maka lengan dikait
dengan jari telunjuk sampai lahir

Keuntungan:
- Teknik lovset jarang gagal
- Tangan tidak masuk sehingga menghindari terjadinya infeksi
- Dapat dilakukan pada semua letak sungsang

Kerugian:
- Pemutaran badan janin dapat menimbulkan fraktur atau dislokasi
tulang belakang dan persendian leher
- Dapat terjadi trauma alat vital intra abdomen

 Persalinan bahu secara Bickenbach


Hampir sama dengan pertolongan persalinan secara klasik.
Beberapa kesulitan pertolongan persalinan bahu dan lengan diantaranya:
1. Lengan menunjuk (nuchal arm)
Posisi:
- Lengan berada di belakang leher janin
- Tidak mungkin lahir secara paksa
Teknik:
- Badan janin dipegang secara femuro_pelvis
- Janin sedikit didorong keatas sehingga lebih bebas
9
- Badan anak diputar seolah-olah mencium sikunya sampai lengan
berada di depan
- Persalinan lengan dilakukan dengan jalan menulusuri bahu,
menuju persendian siku sesuai dengan teknik deventer (klasik) atau
Mueller.
2. Lengan menjungkit
Posisi:
- Lengan lurus di samping kepala
Teknik:
- Dilakukan pemutaran badan janin sehingga lengan yang
menjungkit berada di bagian depan(dada)
- Persalinan lengan dapat dilakukan dengan metode deventer atau
Mueller
Kerugian pertolongan persalinan pada posisi lengan panjang kita
atau menunjuk dilakukan manipulasi intro vagina atau intra utari
sehingga kemungkinan terjadinya trias komplikasi pada ibu dan
janin semakin meningkat
c) Persalinan kepala janin
 Persalinan kepala janin menurut Mauriceau-Veit-Smillie
Prinsip:
- Mempertahankan flexi kepala
- Suboksiput sebagai hipomoklion
- Janin menunggangi tangan kiri
- Seseorang melakukan tekanan pada benda sendiri secara kristeller

Teknik:
- Setelah kedua bahu dan lengan lahir, janin ditunggangkan pada
tangan kiri
- Jari tengah dimasukkan ke mulut dan dua jari lainnya berada pada
tulang pipi untuk mempertahankan fleksi kepala
- Tangan kanan mencekam leher janin di antara jari tengah dan jari
telunjuk
- Dilakukan tarian curam kebawah suboksiput berada di bawah
simpisis, berfungsi sebagai hipomoklion
- Kemudian tarikan diarahkan ke atas sehingga berturut-turut lahir
dagu, hidung, mulut dan seluruh kepala
- Bayi diletakkan di perut ibu mulut hidung dan jalan napas
dibersihkan dari lendir
- Tali pusat iklan dipotong dan bayi dirawat

Kerugian:
- Dapat gagal dan diikuti dengan forsep
- Menimbulkan trauma langsung pada mulut, kulit muka
- Trauma pada persendian tulang leher
- Kerusakan pusat vital di medulla oblongata
- Menyebabkan asfiksia sedang sampai kematian

 Persalinan kepala secara naujoks


10
Mengingat tingkat moralitas dan mordibitas yang ditimbulkannya,
pertolongan persalinan ke pelajaran ucok sudah tidak dianjurkan lagi
Prinsip:
- Dilakukan pada ke pusat kepala masih tinggi

Teknik:
- Kedua tangan penolong memanjangkan leher janin antara jari tangan
dan jari telunjuk
- Sementara seorang asisten menekankan mendorong fundus uteri saat
timbul periode his dan mengejan, penolong melakukan tarikan curam ke
bawah dan mendekati simpisis sehingga suboksiput berada di bawah
simpisis, berfungsi sebagai hipomoklion
- Setelah suboksiput berada di bawah simpisis tarikan terhadap kepala
janin diarahkan ke atas, sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,
hidung, muka dan dahi serta seluruh kepala

Kerugian:
- Menimbulkan mortilitas dan mordibitas yang tinggi pada ibu dan bayi,
- Dagu dapat tersangkut pada simpisis

 Persalinan kepala menurut prague


Prinsip:
Dagu di depan, sehingga dapat tersangkut di bawah simpssis

Teknik:
- Tangan mencengkam leher janin di antara jari tengah dan telunjuk
- Leher janin berada di telapak tangan
- Tangan lainnya memegang kedua pergelangan kaki janin di antara ibu
jari telunjuk dan jari tengah
- Janin dielevasi ke atas sehingga perut janin mendekat ke perut ibu
- Seseorang asisten menekan kepala janin dari bagian fundus uteri
- Persalinan kepala berlangsung dengan os hioid sebagai hipomoklion.

Kerugian :
- Trias komplikasi ibu dan bayi meningkat
- Robekan perineum yang luas, karena dipaksa oleh persalinan belakang
kepala

 Persendian kepala dengan ekstraksi forsep


Prinsip:
- Dilakukan akibat kegagalan persalinan melalui teknik Mauriceau-Veit-
Smellie
- Melindungi dari terjadinya trauma pada persendian leher dan pusat
vital di medula oblongata
- Mempercepat persalinan kepala

Teknik:

11
- Seluruh badan janin dibungkus dengan kain suci hama, diangkat ke atas
sehingga terdapat tempat untuk memasang daun forsep
- Forsep yang dipakai Forsep piper, yang hanya memberikan trauma
kecil dan Forsep kjelland
- Forsep dipasang mulai dengan daun forsep kiri, selanjutnya daun
forsep kanan dan kemudian dikunci
- Badan anak kembali ditunggang kan pada forsep
- Dilakukan tarikan curam ke bawah sehingga suboksiput berada di
bawah simpisis, berfungsi sebagai hipomoklion
- Diikuti tarikan ke atas sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung
dan seluruh kepala
- Forsep dibuka, bayi diletakkan pada perut ibu
- Lendir pada mulut, hidung dan jalan napas dibersihkan; setelah bayi
menangis diikuti proses pemotongan tali pusat

Kerugian:
- Forsep piper, tidak dimiliki semua rumah sakit
- Diperlukan teknik dan keterampilan khusus
- Trias komplikasi ibu dan janin meningkat
C. Pertolongan persalinan ekstraksi total
Seluruh proses persalinan letak sungsang yang mengandalkan kekuatan dari
luar.
a) Ekstraksi kaki:
Pertolongan persalinan letak sungsang dengan ekstraksi satu kaki
Prinsip:
- Kaki dalam vagina ditonton keluar dengan menjepitnya di antara jari
tengah dan telunjuk sampai betis tampak

Teknik:
- Betis di pegang sedemikian rupa dengan cara dua ibu jari diletakkan
pada betis, jari lainnya di bagian tulang tibia
- Janin ditarik curam kebawah hingga paha tampak
- Pegangan dipindahkan ke atas, yaitu pada paha, dua ibu jari pada
bagian belakang paha dan jari-jari lainnya di bagian depan paha
- Selanjutnya tarikan diarahkan curam kebawah sampai trokanter depan
berada di bawah simpisis, berfungsi sebagai hipomoklion
- Pegangan atau tarikan dipindahkan pada bokong:
 Jari telunjuk mengait bokong pada spina iskiadika anterior
superior
 Pergelangan tangan dipegang oleh tangan lainnya sehingga
tarikan pada buku maret april dan lebih kuat
 Dilakukan tarikan curam ke bawah sehingga trokanter depan lahir
 Setelah terluka percobaan lahir jari telunjuk tangan lainnya
mengatakan pada sepi raditya dika anterior superior sehingga
bokong dan ditarik lebih kuat sampai baru depan tampak di
bawah simpisis

12
- Untuk melahirkan bahu dilakukan dengan teknik :deventer/
mueller/lovset
- Setelah kedua baru lahir persalinan kepala dilakukan melalui teknik:
mauriceau-veit-smellie atau cunam/forcep
- Persalinan plasenta dilakukan:
 Observasi plasenta telah lepas
 Tes plasenta telah lepas
 Persalinan ringan secara crede
 Plasenta manual

- Dilakukan eksplorasi untuk mencari trauma jalan lahir atau sisa


plasenta

Profilaksis Pinard
Persalinan bokong murni atau bokong kaki diperkirakan sulit, sehingga
perlu dilakukan penurunan kaki menurut profilaksis pinard dengan syarat
sebagai berikut:
- Pembukan minimal 7 cm
- Ketuban pecah atau dipecahkan
- Janin mungkinkan untuk dilahirkan pervagina
- Tidak terdapat disproporsi sefalo-pelvis
Prinsip:
Yang diturunkan kaki depan, untuk menghindari bokong tersangkut pada
simpisis
Teknik:
- Tangan dimasukkan secara obstetric, yaitu tangan yang berhadapan
dengan kaki depan
- Tangan menelusuri bokong, lalu paha dan menekan paha ke arah
bokong, diharapkan kaki akan jatuh pada punggung tangan
- Setelah kaki dapat dicapai, kemudian kaki dituntun keluar, sehingga
kedudukannya menjadi lebih rendah
- Selanjutnya adalah mengubah kedudukan bokong menjadi kedudukan
kaki dan bila diperlukan dapat dilakukan ekstraksi kaki

b) Ekstraksi bokong
Prinsip:
Persalinan letak sungsang dengan ekstraksi bokong dimulai dengan
trokanter depan. Teknik:
- Untuk memperlancar persalinan dapat dilakukan episiotomi yang luas
dan dorongan atau penekanan pada penderita dari secara kristeller
- Jari telunjuk mengait bokong pada spina iskiadika anterior superior
- Untuk menjaga agar tarikan stabil dan kuat pergelangan tangan yang
melakukan tarikan dipegang atau digenggam dengan tangan lainnya
- Tarikan dilanjutkan curam kebawah sampai trokanter depan lahir

13
- Setelah trokanter depan lahir, tarikan selanjutnya dilakukan dengan
mengait spina iskiadika anterior superior bagian belakang sampai
bokong lahir
- Tarikan dilanjutkan curam ke bawah sehingga skapula tampak dan
bahu depan berada di bawah simpisis
- Untuk persalinan bahu dapat dilakukan secara: deventer/ muller/ lovset
- Setelah kedua bahu lahir dilakukan persalinan kepala dengan: teknik
mauriceau-veit-smellie atau dibantu dengan forsep/cunam
- Setelah bayi lahir, bayi diletakkan di atas perut ibu kemudian jalan
napas, mulut dan hidung bayi dibersihkan dari lendir
- Tali pusat bokong tali pusat dipotong setelah bayi menangis dan
selanjutnya dirawat sebagaimana mestinya
- Persalinan plasenta dilakukan dengan:
 Memperhatikan tanda plasenta telah lepas
 Melakukan tes plasena telah lepas
 Melakukan dorongan bondres uteri secara crede

- Diikuti eksplorasi untuk melakukan evaluasi terhadap adanya trauma


jalan lahir
2. Transabdominal, selalui seksio sesarea
Persalinan letak sungsang transvaginal memerlukan evaluasi terhadap
kemungkinan timbulnya kemacetan persalinan kepala akibat:
- Bayi yang terlalu besar
- Disproporsi sefalo-pelvis
- Terdapat letak sungsang berulang
- Riwayat persalinan yang buruk: lahir mati, cacat, cacat karena trauma p

Persalinan seksio sesarea pada letak sungsang tidak banyak menimbulkan


trauma, karena insisi dapat diperluas saat ekstraksi bokong atau kaki.
Kerugian seksio pada persalinan letak sungsang:
- Menimbulkan kecacatan pada otot rahim yang merupakan lokus minoris
resistensi
- Terjadi infeksi
- Perdarahan

Keuntungan:
- Perdarahan dan trauma persalinan dapat dikendalikan
- Mordibitas dan mortalitas bayi rendah

14
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah-langkahnya :
1. Pengumpulan data dasra secara komprehensif untuk mengkaji pasien
2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menentukan diagnosa
3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
5. Perencanaan
6. Implementasi
7. Evaluasi/penilaian

 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara komprehensif


untuk mengkaji pasien
Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk mengkaji pasien.
Data dasar tersebut termasuk riwayat kesehatan. Hasil pemeriksaan fisik dan
panggul serta tinjauan catatan saat ini atau catatan lama dari Rumah
Sakit/RB/Puskesmas. Tinjauan singkat dari data laboratorium dan pemeriksaan
tambahan lainnya, semua informasi dari berbagai sumber yang berhubungan
dengan kondisi pasien, bidan harus mengumpulkan data awal yang menyeluruh
walaupun pasien itu ada komplikasi yang membutuhkan untuk diajukan kepada
dokter konsumen untuk manajemen kolaborasi. Kadang-kadang tahapannya
mungkin tumpang tindih dengan tahap 5 dan 6 karena data yang diperlukan
diperoleh dari hasil laboratorium atau hasil pemeriksaan lainnya.
 Langkah 2 (kedua) : Pengembangan data dasar, interpretasi data
menentukan diagnosa
Pengembangan data dasar, interpretasi data, menentukan diagnosa. Ada
beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi atau ditetapkan sebagai diagnosa,
tetapi perlu dipertimbangkan rencana pelayanan komprehensif. Masalah-
masalah berhubungan dengan pengalaman nyata yang ditetapkan sebagai
diagnosa dan sering identifikasi bidan tertuju pada pengalaman-pengalaman
tersebut.
 Langkah 3 (ketiga) : Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa
lain
Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain. Tahapan ini
penting untuk mengantisipasi masalah, pencegahan bila memungkinkan guna
keamanan pelayanan. Bidan harus menganalisa kemungkinan alasan
pembesaran berlebihan itu seperti (polihodramnion, bayi besar, ibu hamil
dengan diabetes atau hamil ganda). Kemudian menentukan tindakan pencegahan
dan persiapan kemungkinan segera terjadi perdarahan postpartum dengan atonia
uteri karena ketegangan, pembesaran uterus berlebihan.

15
Ibu dengan tanda-tanda kemungkinan infeksi saluran kemih kemungkinan
besar dapat tetrjadi pasrtus prematur atau bayi lahir dengan BBLR. Pencegahan
sederhana dapat dilaksanakan dengan melihat data, riwayat pada kunjungan
prenatal, test laboratorium untuk bakteri dalam urine dan pemberian terapi
segera bila ada indikasi infeksi saluran kemih.
 Langkah 4 (keempat) : Evaluasi kebutuhan intervensi segera
Gambaran proses manajemen berlanjut tidak hanya kunjungan prenatal
tetapi tetap berlangsung sampai ketika ia bersalin. Pengkajian untuk
mendapatkan data baru dan pemantauan kegiatan harus tetap dilakukan.
Sementara pada suatu ketika dalam situasi emergensi yang memerlukan bidan
harus bertindak segera untuk kepentingan kehidupan ibu dan bayi, misalnya :
post partum, distosia bahu.
Selain itu yang memerlukan tindakan segera ketika menunggu intervensi
dokter seperti prolap tali pusat. Situasi lain yang tidak emergensi tetapi mungkin
membutuhkan membutuhkan manajemen konsultasi dan kolaborasi dengan
dokter seperti tanda-tanda dini pre eklamsia yang perlu konsultasi dokter,
misalnya : Penyakit jantung, diabetes dan komplikasi.
Kondisi tersebut memerlukan manajemen konsulatasi dengan anggota tim
kesehatan lain. Bidan mengevaluasi setiap situasi untuk menetukan manajemen
pelayanan pasien yang lebih tepat/ cocok bersama dengan anggota tim
kesehatan
 Langkah 5 (kelima) : Perencanaan
Rencana layanan komprehensif ditentukan berdasarkan tahapan terdahulu
(langkah pertama, kedua, ketiga dan keempat) untuk mengantisipasi masalah
serta diagnosa. Selain itu perlu untuk mendapatkan data yang belum diperoleh
atau tambahan informasi data dasar. Rencana pelayanan komprehensif tidak
hanya dengan indikasi kondisi pasien tetapi ada hubungan dengan masalah apa,
tetapi juga garis besar petujunjuk antisipasi bagi perempuan seperti apa
harapannya, pendidikan dan konseling pasien dan bila ada yang berhubungan
masalah-masalah sosial, ekonomi, agama, keluarga, budaya atau psikologis.
Rencana pelayanan harus disepakati bersama antara bidan dan ibu
sehingga pelayanan menjadi efektif sesuai harapan ibu, untuk menentukan
rencana implementasi dapat dilakukan atau tidak semua keputusan dirumuskan
dalam mengembangkan pelayanan secara komprehensif, harus direfleksikan
kegunaannya dengan cara yang benar, rasional dan tepat. Bila dasar tidak
lengkap, atau mempengaruhi tujuan pelayanan pada pasien sehingga tidak
komplit dan tidak aman.
 Langkah 6 (keenam) : Implementasi
Implementasi rencana asuhan yang telah dirumuskan. Rencana yang telah
dirumuskan mungkin semuanya dapat dilaksanakan oleh bidan secara mandiri
atau sebagian dilaksanakan oleh ibu atau tim kesehatan lainnya. Dengan model
ini bidan berkolaborasi dengan dokter atau profesi lain untuk manajemen asuhan
16
pasien dengan komplikasi. Bidan harus bertanggung jawab dalam implementasi
yang efisien, hal ini akan mengurangi waktu, biaya dan memberikan kualitas
pelayanan yang baik.
 Langkah 7 (ketujuh) : Evaluasi/penilaian
Evaluasi merupakan suatu penganalisaan hasil implementasi asuhan
yang telah dilaksanakan dalam periode untuk menilai keberhasilannya apakah
benar-benar memenuhi kebutuhan untuk dibantu. Tujuan dari evaluasi atau
penilaian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi asuhan berdasarkan analisa.
2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP
Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP terdiri
dari empat langkah yaitu :
- S : Data Subyektif
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
Pada data subjektif dapat dituliskan :
 Ibu mengatakan mengeluarkan darah dan merasakan kenceng-
kenceng sejak jam 08.00 WIB.
 Kronologi MRS :
Setelah mengeluarkan darah dan merasa kenceng-kenceng, ibu
diantar suaminya ke BPM. Saat di BPM, bidan meliihat buku KIA
ibu dan mengatakan bahwa usia kehamilan ibu masih kurang bulan
untuk dilahirkan. Sehingga bidan melakukan rujukan pada ibu agar
ibu dibawa ke RS. Saat di RS, ibu dibawa ke ruang operasi.
 Riwayat menstruasi

 Usia manarche : SMP (12 tahun)


 Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut/hari
 HPHT : 26-6-2019
 Keluhan saat haid : tidak ada keluhan saat haid
 Lama haid : 6 hari
 TP : 2-4-2020

- O : Data Obyetif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi
komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
 Tanda-Tanda Vital

Keadaan umum : Baik

17
Kesadaran : Compos mentis
BB/TB : 60 kg/157 cm
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 37 C
Pernafasan : 20x/menit

 Pemeriksaan Fisik

- Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik


- Keadaan ekstremitas (atas dan bawah) : tidak ada odem
- Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Inspeksi :
Terdapat linea nigra dan strie albican
Palpasi :
Leopold I : TFU 28 cm, teraba keras, bulat, melenting
Leopold II : puki, bagian terkecil di sebelah kanan
Leopold III : teraba lunak, bulat
Leopold IV : bokong sudah masuk PAP (divergen 1/5)
TBJ : 2635gram
Auskultasi : DJJ 120 x/mnt, reguler / irregular
His/kontraksi : 3x dalam 10 menit dengan durasi (35”-
40”)
b. Ano genital

Inspeksi : tidak ada kelainan, tidak ada varises, nampak


pelepasan lendir, darah,ketuban menonjol
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak oedema dan tidak ada
nyeri tekan.
Vaginal toucher : 3cm eff 50% ketuban(+) presentasi
bokong denominator sacrum hodge I

 Pemeriksaan Penunjang
USG : terlampir

- A : Analisa/ Assessment
GIVP2103 UK 31 5/7 minggu dengan letak sungsang
- P : Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment.

18
1. 09.15 memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa pembukaan masih 3cm,
dan menganjurkan suami pasien untuk menandatangani inform consent
operasi
2. 09.30 persiapan operasi
3. 10.00 kolaborasi dengan dokter Sp.OG

19
2.2.3 Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian SOAP

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan


Kebidanan

Proses
Pendokumentasian Asuhan
Manajemen
kebidanan
Kebidanan

7 langkah Varney 5 Langkah SOAP NOTES


(Competensi Bidan)
Subjektif dan Objektif
Data Data
Assasment/ diagnosa
Masalah / diagnosa Assesment/diagnosa
Antisipasi maslah
potensial/ diagnosa lain
Penatalaksanaan :
Menetapkan kebutuhan Perencanaan
segera untuk konsultasi, - Konsul
kolaborasi - Tes diagnostik / lab
- Rujukan
Perencanaan
- Pendidikan/ konseling
- Follow up
Implementasi Implementasi

Evaluasi Evaluasi

20
21
BAB III
TINJAUAN KASUS

Format Asuhan Kebidanan Pada Ibu bersalin (INC)

I. Pengkajian
Tanggal : 3-2-2020 Jam : 09.00 WIB
No. RM :
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn.B
Umur : 39 tahun Umur : 45 tahun
Agama : islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : jl. Pahlawan no.5 Kediri Alamat : jl. Pahlawan no.5 Kediri
Cara Masuk :
Datang sendiri Rujukan dari : BPM E
Diagnosa MRS :
Prematur dan presentasi bokong

A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama :
Ibu mengatakan mengeluarkan darah dan merasakan kenceng-kenceng sejak jam
08.00 WIB
2. Kronologi MRS : (Sebelum dirujuk/datang ke RS (IGD) hingga sampai ke ruangan
(Bersalin/ Nifas/ Bayi))
Setelah mengeluarkan darah dan merasa kenceng-kenceng, ibu diantar suaminya ke
BPM. Saat di BPM, bidan meliihat buku KIA ibu dan mengatakan bahwa usia
kehamilan ibu masih kurang bulan untuk dilahirkan. Sehingga bidan melakukan
rujukan pada ibu agar ibu dibawa ke RS. Saat di RS, ibu dibawa ke ruang operasi.

3. Riwayat menstruasi
 Usia manarche : SMP (12 tahun)
 Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut/hari
 HPHT : 26-6-2019
 Keluhan saat haid : tidak ada keluhan saat haid
 Lama haid : 6 hari
22
 TP : 2-4-2020

3. Riwayat hamil ini


 Hamil muda : Ibu mengalami mual muntah saat hamil muda
 Hamil tua : Ibu pernah mengeluarkan flek darah
 Riwayat imunisasi TT : TT5
 Gerakan janin pertama : 4 bulan
 Gerakan janin terakhir : 5 menit yang lalu
 Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : mengeluarkan flek darah
 Obat/jamu yang pernah dan sedang di konsumsi : ibu tidak mengonsumsi
obat/jamu selama hamil
 Kekhawatiran khusus : ibu khawatir akan keselamatan janinnya

4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.


GIVP2103

Keadaan
Tgl,th Tempat Umur Jenis Penolong Anak
No Penyulit anak
partus partus kehamilan persalinan persalinan JK/BB
sekarang
1 20 BPM Normal Bidan -
38 minggu L/2800 Hidup,sehat
Januari
gram
2000
2 17 RS SC Dokter
33 minggu Kurang P/2500 Hidup,sehat
september
bulan(prematur) gram
2005
Hidup,sehat

4 mei L/2600
3 BPM 37 minggu Normal Bidan -
2012 gram

5. Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita :


Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang pernah diderita

6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit :
Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga

7. Status pernikahan : ya/tidak


Nikah 1 kali, nikah usia 19 tahun, lama menikah 21 tahun
23
8. Riwayat psiko sosial ekonomi
 Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ini

Ibu dan keluarga dengan senang menyambut kelahiran bayinya


 Dukungan keluarga

Suami ibu selalu mengantar ibu saat memeriksakan kehamilannya, dan


menyediakan makanan sesuai anjuran bidan selama 2 bulan terakhir
 Pengambilan keputusan dalam keluarga
Suami
- Kebiasaan hidup sehat
Makan 3x/hari dengan nasi, sayur-sayuran hijau, lauk pauk, buah, dan susu;
mandi 2x/hari; keramas 3x/minggu; jalan pagi 10 menit
- Beban kerja sehari
Ibu membersihkan rumah (menyapu,mengepel), mencuci baju dan alat makan,
memasak
- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan
Ibu menginginkan melahirkan di BPM
- Penghasilan keluarga
Kurang lebih Rp 2.000.000,00

9. Riwayat KB dan rencana KB


Metode yang pernah dipakai : KB suntik 3 bulan, Lama : 17 tahun
Komplikasi dari KB : tidak ada komplikasi dari KB, Rencana KB
selanjutnya: Steril (MOW)

10. Riwayat Ginekologi : -


11. Pola nutrisi/ eliminasi/ istirahat

- Pola makan : 3x/hari


- Pola minum : 10 gelas/hari
- Pola eliminasi :
BAK 10 x/hari, keterangan : urin berwarna kuning,jernih
BAB 1 kali/hari, keterangan : lembek
- Keluhan BAK : tidak ada keluhan BAK
- Keluhan BAB : tidak ada keluhan BAB
- Pola istirahat : 8 jam/hari, tidur terakhir jam : 21.00 WIB

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis
BB/TB : 60 kg/157 cm Tekanan Darah : 110/80 mmHg
24
Nadi : 90x/menit Suhu : 37 C
Pernafasan : 20x/menit

2. Pemeriksaan Fisik
- Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
- Keadaan ekstremitas (atas dan bawah) : tidak ada odem
- Pemeriksaan khusus
c. Abdomen
Inspeksi :
Terdapat linea nigra dan strie albican
Palpasi :
Leopold I : TFU 28 cm, teraba keras, bulat, melenting
Leopold II : puki, bagian terkecil di sebelah kanan
Leopold III : teraba lunak, bulat
Leopold IV : bokong sudah masuk PAP (divergen 1/5)
TBJ : 2635gram
Auskultasi : DJJ 120 x/mnt, reguler / irregular
His/kontraksi : 3x dalam 10 menit dengan durasi (35”-40”)

b. Ano genital
Inspeksi : tidak ada kelainan, tidak ada varises, nampak
pelepasan lendir, darah,ketuban menonjol
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak oedema dan tidak ada nyeri
tekan.

Vaginal toucher : 3cm eff 50% ketuban(+) presentasi bokong denominator


sacrum hodge I

3. Pemeriksaan laboratorium :
- USG : terlampir

C. ANALISIS/INTERPRETASI DATA
GIVP2103 UK 31 5/7 minggu dengan letak sungsang

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 3-2-2020 Jam : 09.00 WIB
09.15 memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa pembukaan masih 3cm, dan
menganjurkan suami pasien untuk menandatangani inform consent operasi
09.30 persiapan operasi
10.00 kolaborasi dengan dokter Sp.OG

25
Kediri,............................
Pembimbing Praktik Mahasiswa

.................................................... ......................................................
NIP. NIM.

Dosen Pembimbing

....................................................
NIP.

26
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny.A datang ke bidan pada tanggal 3 Februari 2020. Hasil anamnesis didapatkan
bahwa Ibu mengatakan mengeluarkan darah dan merasakan kenceng-kenceng sejak jam
08.00 WIB. Hasil dari pemeriksaan didapatkan bahwa usia kehamilan ibu masih kurang bulan
untuk dilahirkan. Sehingga bidan melakukan rujukan pada ibu agar ibu dibawa ke RS. Saat di
RS, ibu dibawa ke ruang operasi.
Dari kasus diatas, bidan mendiagnosa bahwa Ny. A didiagnosa mengalami kehamilan
preterm dan letak sungsang. Kemudian bidan merujuk ke dokter spesialis kandungan.

27
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Persalinan sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi
sungsang (bokong) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala
berada difundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (didaerah
pintu atas panggus / simfisis). Klasifikasi dari persalinan letak sungsang adalah
letak bokong murni (frank breech), letak bokong kaki (complete breech), dan letak
kaki atau lutut (incomplete breech). Penatalaksanaan dari persalinan ini dapat
melalui transvaginal dan transabdominal.

5.2 Saran
Diharapkan Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan secara
tepat pada pasien persalinan sungsang.

28
DAFTAR PUSTAKA
F Neville hacker, j. George moore. 1991. Esensial Obstetri dan Ginekologi.
Pennsylvania: W.B Sauders Company
F norman gant, f gary Cunningham. 2011. Dasar Dasar Ginekologi dan Obstetri.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
https://duniabidan.com/kehamilan-kandungan/pengertian-dan-klasifikasi-letak-
sungsang.html
macdonald, dkk. 1995.Obstetri William.UK:Appleton & Lange Copyright
Manuaba , Bagus Ida Gde.1999.Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Dokter Umum.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Manuaba, Bagus Ida Gde.1993. Penuntun Kepaniteraan Klinik OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Medforth janet, dkk. 2006.KEBIDANAN OXFORD. UK: Oxford university pers
Nita norma, mustika. 2013. Asuhan Kebidanan PATOLOGI. Yogyakarta: Nuha
Medika
Prawirohardjo sarwono. 2014. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Purwaningsih, Wahyu, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta :
Nuha Medica.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk.2014.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

29

Anda mungkin juga menyukai