Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST OPERASI
FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MEURAXA
BANDA ACEH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Keperawatan

Oleh :

RESKA ASNITA
NIM : P07120417033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEPERAWATAN BANDA ACEH
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
KEPERAWATAN
BANDA ACEH
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang akibat dari adanya


benturan atau trauma tumpul dari objek tertentu (Wartatmo, 2013). Fraktur
atau yang seringkali disebut dengan patah tulang adalah sebuah patah
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Wijaya & Putri, 2013). Fraktur ekstremitas bawah
merupakan hilangnya kontinuitas tulang pelvis, femur, tibia, fibula, dan jari-
jari kaki. (Noor Helmi, 2014).
Menurut WHO (2013) menyebutkan bahwa 1,24 juta korban meninggal
tiap tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan lalu lintas dan
menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya. Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
tahun 2018, di Indonesia tercatat angka kejadian fraktur sebanyak
5,5%. bagian tubuh yang terkena cedera terbanyak adalah ekstremitas bagian
bawah (67%), ekstremitas bagian atas (32%), cedera kepala (11,9%), cedera
punggung (6,5%), cedera dada (2,6%), dan cedera perut (2,2%)
(RISKESDAS, 2018). Kasus Fraktur di RSUD dr. Zainoel Abidin dan
RSUD Meuraxa Banda Aceh dari bulan Januari sampai Juli tahun 2016
tercatat kejadian fraktur sebanyak 307, distribusi tertinggi letak fraktur
terbanyak adalah fraktur ekstremitas bawah sebanyak 91 orang (52,3%).
Salah satu penanganan pada pasien fraktur ekstermitas dapat dilakukan
secara konservatif dan operatif. Tindakan konservatif dapat berupa reposisi,
pemasangan gips dan imobilisasi. Tindakan operatif adalah dengan
pemasangan plate and screw bertujuan untuk meminimalkan hal yang tidak
diinginkan pada pasien fraktur. Indikasi tindakan operatif pada pasien fraktur
diantaranya yaitu fraktur disertai cedera vaskuler dan fraktur terbuka
(Smeltzer & Bare, 2002).
Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur
meliputi reduksi terbuka dan fiksasi interna (open redaction and internal
fixation/ ORIF). ORIF adalah sebuah prosedur bedah medis, yang
tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang kembali
pada posisi anatominya.Fiksasi internal mengacu pada fiksasi Plate and
Screw untuk memfasilitasi penyembuhan (Brunner & Sudarth, 2010).
Komplikasi yang terjadi post operasi fraktur menurut Ningsih (2012)
yaitu syok hipovolemik, atelaktasis dan pneumonia, infeksi. Syok
hipovolemik yaitu pendarahan yang berlebihan selama atau setelah
pembedahan. Atelaktasis merupakan suatu kondisi ketika paru-paru gagal
atau tidak dapat mengembang sempurna, apabila tidak ditangani maka
kondisi ini dapat mengakibatkan kekurangan oksigen didalam tubuh dan
infeksi seperti pneumonia.infeksi merupakan resiko pada setiap pembedahan,
infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa internal
fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien.infeksi juga dapat tejadi karena luka
yang tidak steril.
Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi post operasi caranya dengan
perawatan luka, mempertahankan sterilisasi, pengobatan, nutrisi, Pendarahan.
Dehiscence dan eviscirasi dan salah satunya melakukan mobilisasi dini
sesegera mungkin agar tidak terjadi komplikasi pasca operasi (Nugroho,
2012).
Salah satu proses penyembuhan pasien pasca tindakan pembedahan
yaitu mobilisasi dini. Mobilisasi dini adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan untuk membantu pasien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya sedini mungkin untuk berjalan ( Dewi, 2010). Pentingnya
melakukan mobilisasi dini yaitu untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah
terjadinya masalah atau komplikasi setelah operasi serta mempercepat
proses pemulihan pasien (Keehan, 2014). Latihan mobilisasi dapat
meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri dan
bertujuan untuk merangsang peristaltik, mempercepat proses
penyembuhan luka(Maryunani, 2014).
Jika penatalaksanaan mobilisasi dini ini tidak dilakukan maka
akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan
peningkatan intensitas nyeri. Disamping itu akan memperlama masa
rawatan dan memperlama proses penyembuhan luka bahkan
mengalami gangguan fisiologi. Mobilisasi dini mempunyai peranan
penting dalam mengurangi rasa nyeri dengan cara menghilangkan
konsentrasi klien pada lokasi nyeri, mengurangi aktivitas mediator kimiawi
pada proses peradangan yang meningkatkan respon nyeri serta
meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat (Potter and
Perry, 2010).
Pelaksanaan mobilisasi dini pada fraktur dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor menurut Mutidaturrohman (2017), yaitu Gaya hidup , kebudayaan ,
tingkat energi, usia dan status perkembangan. Gaya hidup dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain status ekonomi dan tingkat pendidikan, status
ekonomi yang baik dan tersedianya sarana prasarana akan meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi. Selain itu, tingkat
pendidikan yang semakin tinggi disertai dengan pemahaman tentang
pentingnya mobilisasi juga akan meningkatkan kemampuan klien melakukan
mobilisasi. Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kemajuan serta
semangat seseorang dalam melakukan mobilisasi. Tingkat energi ini akan
mempengaruhi seberapa besar klien dapat melakukan mobilisasi. Usia dan
status perkembangan juga akan mempengaruhi mobilisasi seseorang, dimana
usia anak-anak akan berbeda dengan usia remaja, begitu pula dengan usia
dewasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Giat,Dkk (2020) yang berjudul “Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi ambulasi dini post ORIF pada pasien
fraktur femur. didapatkan 3 faktor yang berpengaruh secara signifikan yaitu
faktor Hb dengan nilai p value = 0,014 dan dengan OR 0,0101, kemudian
faktor nyeri p value =0,002 dengan OR 0,230 dan Faktor lokasi fraktur
memiliki nilai p= 0.023, dengan nilai OR 2.140, kesimpulannya lokasi
fraktur yang paling berpengaruh terhadap ambulasi dini post ORIF pada
pasien fraktur femur.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hernawilly dilakukan di RS
Urip Sumohajo dan RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2012 didapatkan
pada pasien rawatan yang telah melakukan tindakan pembedahan, dengan
hasil wawancara dan observasi peneliti dengan pasien di ruang rawat inap
tersebut belum melaksanakan mobilisasi dini atau pergerakan setelah
operasi, disebabkan adanya beberapa keluhan diantaranya, takut untuk
bergerak jika bergerak akan menambah rasa sakit, merasakan sakit dan
sebagian mengatakan tidak mempunyai keluarga untuk melakukan
pergerakan. Komplikasi yang terjadi akibat keterlambatan dalam melakukan
mobilisasi dini yaitu nyeri yang masih dirasakan. Dapat disimpulkan bahwa
faktor dukungan sosial dan pengetahuan dapat mempengaruhi aktivitas
mobilisasi dini pasca operasi.

Maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian tentang “Faktor-


faktor yang berhubungan dengan mobilisasi dini pada pasien post
operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di RSUD Meuraxa Banda Aceh”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut penulisan mencoba merumuskan
permasalahan yaitu “faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan
mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur ekstremitas bawah di
RSUD Meuraxa Banda Aceh”.

1.3. TUJUAN PENELITIAN


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya faktor-fakor yang berhubungan
dengan mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur ekstremitas
bawah di RSUD Meuraxa Banda Aceh.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan Faktor Gaya hidup dengan
mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur ekstremitas
bawah
b. Untuk mengetahui hubungan Faktor Kebudayaan dengan
mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur ekstremitas
bawah
c. Untuk mengetahui hubungan Faktor Tingkat energi dengan
mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur ekstremitas
bawah
d. Untuk mengetahui hubungan Faktor Usia dan Status perkembangan
dengan mobilisasi dini pada pasien post operasi Fraktur
ekstremitas bawah

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Bagi peneliti

Memberikan pengalaman serta menambah wawasan pengetahuan


tentang faktor faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan mobilisasi
dini pada pasien post operasi fraktur ektremitas bawah

2. Bagi Institusi pendidikan

Diharapkan menambah pembendarahan ilmu pengetahuan dalam


keperawatan terutama dalam mobilisasi pada pasien post operasi
fraktur ektremitas bawah.

3. Bagi Rumah sakit


Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi
dan masukan bagi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
pasien post operasi fraktur ektremitas bawah.

Anda mungkin juga menyukai