Anda di halaman 1dari 16

1

ISSN 2598 - 8573


E-ISSN 2599 -1388
Volume 3 No. 1, April 2019

JURNAL
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PELAYANAN KESEHATAN

DAFTAR ISI

Pengantar Redaksi iii


Ketua Dewan Redaksi
Pengetahuan Masyarakat dan Pelaksanaan Wawancara Program Indonesia 1–8
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di Beberapa Puskesmas di
Indonesia
Made Ayu Lely Suratri, Tince Arniati Jovina, dan Eva Sulistyowati
Prevalensi Psikosis di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 9–16
Sri Idaiani, Indri Yunita, Dwi Hapsari Tjandrarini, Lely Indrawati, Ika Darmayanti, Nunik Kusumawardani,
dan Rofingatul Mubasyiroh
Faktor Terkait Iniasiasi Menyusu Dini pada Ibu Postpartum di Rumah Sakit 17–24
Umum Daerah Kota Cilegon
Mulia Lestari
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Karies Dentis pada Ibu Hamil di 25–30
Posyandu Baiturrahman Kota Banda Aceh
Munifah Abdat dan Dewi Ismail
Gambaran Ketersediaan Sumber Daya Manusia dan Prasarana Puskesmas 31–39
dalam Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK): Analisis Data Risnakes 2017
Sugiharti, Mujiati, Siti Masitoh, dan Eva Laelasari
Pengaruh Demonstrasi terhadap Keterampilan Perawatan Payudara pada Ibu 40–45
Hamil Trimester Ketiga di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan
Syiah Kuala Banda Aceh Tahun 2018
Ulfa Farrah Lisa dan Mutia Putri
Akses Pelayanan Kesehatan yang Tersedia pada Penduduk Lanjut Usia 46–56
Wilayah Perkotaan di Indonesia
Roy Glenn Albert Massie
Hubungan antara Perilaku Sikat Gigi, Merokok, dan Diabetes Melitus dengan 57–66
Status Karies Gigi di Indonesia: Analisis Data Riskesdas 2013
Tince Arniati Jovina dan Made Ayu Lely Suratri

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Jalan Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560


Alamat Email: jurnal_yankes@yahoo.com; Telepon: (021) 4259860; Faks. (021) 4244375
Website : https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jpppk

i
ISSN 2598 - 8573
E-ISSN 2599 -1388

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEHATAN

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab : Dr. dr. Irmansyah, Sp.KJ(K)

Pemimpin Redaksi : Dr. Lukman Waris, MMR, M.Kes


Wakil Pemimpin : Nurfi Afriansyah, SKM, MSc.PH
Sekretaris : Mukhlissul Faatih, S.Si, M.Biotech

Anggota : Drs. Max Joseph Herman, Apt, M.Kes


Anni Yulianti, SKM, MKM
dr. Delima, M.Kes
dr. Hadjar Siswantoro, M.Sc
dr. Yenni Risniati, M.Epid

Mitra Bestari : Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD


Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, MKes, FISPH, FISCM
Prof. Dr. Sudibyo Supardi, Apt, M.Kes
Prof. Dr. dr. Laurentia K. Mihardja, SpGK, M.Sc
Prof. Dr. Astuti Lamid, MCN
Dr. dr. Harimat Hendarwan, M.Kes
Dr. Dra Dumilah Ayuningtyas, MARS
Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes
Dr. Ingan Ukur Tarigan, SKM, M.Epid
Dr. drg. Tati Suryati, MARS
dr. Hadi Siswoyo, M.Epid
drg. Nurhayati Adnan, MPH, MSc, ScD
dr. FX. Suharyanto Halim, MS, Sp.OK
Dra. Retno Gitawati, M.Si, Apt
Dra. Lucie Widowati, M.Si, Apt
Drs. Ondri Dwi Sampurno, M.Si, Apt

Redaktur Pelaksana : Nagiot Cansalony Tambunan, SKM, ME


Eny Yuwarni, SKM
Nur Rohmah, S.Kom
Salisa Kurnia Sari, S.Kom
Irene Jesihka, MKM

Sekretariat : Lusitawati, MSi
Yuliana, SKM
Agnita Triyoga, AMd
Mutia Agroli, S.Hum

Alamat Redaksi : Pusat Litbang Sumber-Daya dan Pelayanan Kesehatan


Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560
Email : jurnal_yankes@yahoo.com
Website : https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jpppk

Izin mengutip : bebas dengan menyebutkan sumber

ii
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

Pengantar Redaksi

Salam sehat

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan menyapa kembali para pembaca setia dengan 8
artikel. Jurnal terbitan Volume 3 Nomor 1 ini memuat artikel pertama yang berjudul “Pengetahuan Masyarakat
dan Pelaksanaan Wawancara Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di Beberapa
Puskesmas di Indonesia” oleh Made Ayu Lely Suratri, Tince Arniati Jovina, dan Eva Sulistyowati. Artikel ini
membahas pengetahuan dan pelaksanaan kunjungan rumah PIS-PK di beberapa puskesmas di Indonesia.

Artikel kedua berjudul “Prevalensi Psikosis di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018” oleh
Sri Idaiani, Indri Yunita, Dwi Hapsari Tjandrarini, Lely Indrawati, Ika Darmayanti, Nunik Kusumaardani, dan
Rofingatul Mubasyiroh. Artikel ini bertujuan untuk memperoleh prevalensi psikosis pada penduduk Indonesia
secara nasional, per provinsi dan melihat sebaran psikosis antara perkotaan, perdesaan berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.

Artikel ketiga berjudul “Faktor Terkait Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Cilegon” oleh Mulia Lestari. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan dan faktor terkait IMD di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon.

Artikel keempat berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Karies Dentis pada Ibu Hamil di Posyandu
Baiturrahman Kota Banda Aceh” oleh Munifah Abdat dan Dewi Ismail. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies dentis pada ibu hamil di posyandu.

Artikel kelima berjudul “Gambaran Ketersediaan Sumber Daya Manusia dan Prasarana Puskesmas dalam
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK): Analisis Data Risnakes 2017”
oleh Sugiharti, Mujiati, Siti Masitoh, dan Eva Laelasari. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan
SDM dan prasarana-sarana puskesmas dalam menjalankan PIS-PK.

Artikel keenam berjudul “Pengaruh Demonstrasi terhadap Keterampilan Perawatan Payudara pada Ibu Hamil
Trimester Ketiga di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Tahun 2018“
oleh Ulfa Farrah Lisa, dan Mutia Putri. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh demonstrasi terhadap
keterampilan perawatan payudara pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.

Artikel ketujuh berjudul “Akses Pelayanan Kesehatan yang Tersedia pada Penduduk Lanjut Usia Wilayah
Perkotaan di Indonesia“ oleh Roy Glenn Albert Massie. Artikel ini bertujuan untuk melakukan meta-analisis
akses kesehatan publik bagi lansia di wilayah perkotaan yang tersedia pada tingkat fasilitas kesehatan tingkat
pertama.

Artikel kedelapan berjudul “Hubungan antara Perilaku Sikat Gigi, Merokok, dan Diabetes Melitus dengan
Status Karies Gigi di Indonesia: Analisis Data Riskesdas 2013“ oleh Tince Arniati Jovina dan Made Ayu Lely
Suratri. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku sikat gigi, merokok, dan diabetes
melitus dengan status karies gigi.

Akhir kata, Dewan Redaksi Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan mengucapkan terima
kasih kepada semua penulis, mitra bestari dan pembaca jurnal atas kerja samanya sehingga jurnal ini bisa
terbit tepat waktu.

Jakarta, April 2019


Pemimpin Redaksi

Dr. Lukman Waris, MMR, M.Kes

iii
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

Gambaran Ketersediaan Sumber Daya Manusia dan Prasarana


Puskesmas dalam Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK): Analisis Data Risnakes 2017

Availability of the Human Resources (HR) and Primary Health Care’s


Infrastructure in the Implementation of Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK): Data Analysis of Risnakes 2017
Sugiharti1, Mujiati2, Siti Masitoh1, dan Eva Laelasari1
1)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560,
Indonesia
2)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta
10560, Indonesia
Korespondensi: sg_atik@yahoo.co.id

Submitted: 15 Februari 2019, Revised: 15 April 2019, Accepted: 22April 2019

https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i1.1883

Abstrak

Program Indonesia Sehat merupakan program utama Pembangunan Kesehatan yang direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) menjadi salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan
mendatangi keluarga. Untuk mendukung pelaksanaan pendekatan keluarga tersebut perlu adanya penguatan
puskesmas sebagai salah satu ujung tombaknya. Penguatan tersebut antara lain dilakukan melalui pemenuhan
sumber daya puskesmas, yakni sumber daya manusia (SDM), prasarana dan sarana/alat. Tujuan dari analisis
ini adalah mengetahui ketersediaan SDM dan prasarana-sarana puskesmas dalam menjalankan PIS-PK. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa tenaga pendukung kegiatan pengumpulan data PIS-PK di puskesmas seluruh
Indonesia yang mengikuti pelatihan PIS-PK paling banyak adalah tenaga bidan (29,8%), sedangkan petugas
yang paling banyak melakukan pengumpulan data keluarga sehat adalah petugas puskesmas (94,5%).
Prasarana yang mendukung kegiatan PIS-PK di puskesmas menunjukkan bahwa hampir semua puskesmas
dalam melakukan pendataan menggunakan formulir Prokesga sebanyak 97,8 persen. Keberadaan sinyal
telepon selular di puskesmas sebanyak 85,5 persen dan keberadaan sinyal internet sebanyak 73,2 persen.
Baru separuh puskesmas memiliki Pinkesga sebanyak 58,5 persen, stetoskop dan alat ukur tekanan darah
air raksa, hampir semua puskesmas memiliki alat tersebut. Alat ukur tekanan darah digital hanya 71,4 persen.

Kata kunci: PIS-PK, Keluarga Sehat, Puskesmas

Abstract

The Healthy Indonesia Program (Program Indonesia Sehat) is the main health development program planned
to achieve through the Ministry of Health's Strategic Plan for 2015-2019. Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK) is one of the ways the primary health care (PHC) can increase the reach
of targets and bring closer / increase access to health services in their working areas by visiting families.
To support the implementation of the family approach it is necessary to strengthen the PHC’s as one of the
spearheads. Such reinforcement, among others, is done through the fulfillment of PHC’s resources, including
human resources, infrastructure and tools. The purpose of this study is to find out about the readiness of
Human Resources and Infrastructure Facilities of PHC in running PIS-PK. The results of this study indicate

31
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

that for workers who support the PIS-PK data collection activities in health centers throughout Indonesia,
the highest number of midwives is 29.8 percent who attend the PIS-PK training and the most 94.5 percent.
Whereas for infrastructure that supports PIS-PK activities at the PHC, it shows that almost all PHC in carrying
out the data collection used the Prokesga form as much as 97.8 percent. The presence of mobile cellular
signals in PHC is 85.5 percent and the presence of internet signals is 73.2 percent. Whereas for the availability
of Pinkesga, only half of the PHC have Pinkesga as much as 58.5 percent, while for stethoscopes and mercury
blood pressure measuring devices, almost all PHC have these devices, for digital blood pressure measuring
devices only 71.4 percent

Keywords: PIS-PK, Health Family, primary health care (PHC)

Pendahuluan dalam wilayah kerja puskesmas dan memperhatikan


Salah satu Program Indonesia Sehat, manajemen puskesmas.3
yang merupakan agenda ke-5 Nawa Cita, adalah Upaya pencapaian prioritas pembangunan
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. kesehatan tahun 2015-2019 dalam Program Indonesia
Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan
program utama pembangunan kesehatan, yang segenap potensi yang ada baik dari pemerintah pusat,
kemudian direncanakan pencapaiannya melalui provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat.
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Pembangunan kesehatan dimulai dari unit
Tahun 2015-2019. Program Indonesia Sehat terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga. Program
(PIS) dilaksanakan untuk meningkatkan derajat Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan (PIS-PK) menjadi salah satu cara puskesmas untuk
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/
pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan.1 meningkatkan akses pelayanan kesehatan diwilayah
Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas
RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung
pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dengan mengunjungi keluarga-keluarga di wilayah
dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan kerjanya. Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan
perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat (Prokesga).4
dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) PIS-PK telah dilaksanakan mulai tahun 2016
terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan di 9 Provinsi di 64 kabupaten/kota dari 9 provinsi
vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem pada 470 puskesmas prioritas yang jumlah kematian
kesehatan.2 ibu dan bayi baru lahirnya masih tinggi. Kemudian
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan pada tahun 2017 dilaksanakan di 514 kabupaten/
Keluarga (PIS-PK) mengintegrasikan pelaksanaan kota dari 34 Provinsi pada 2.926 puskesmas, 5.852
program melalui pendekatan 6 komponen utama puskesmas di tahun 2018, dan pada tahun 2019
dalam penguatan sistem kesehatan (six building dilaksanakan di seluruh puskesmas.5
blocks), yaitu penguatan upaya pelayanan kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat yang
ketersediaan tenaga kesehatan, sistem informasi selanjutnya disebut puskesmas, adalah fasilitas
kesehatan, akses terhadap ketersediaan obat esensial, pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pembiayaan, dan kepemimpinan atau pemerintahan. upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
Pelaksanaan PIS-PK ditekankan pada integrasi perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
pendekatan akses pelayanan kesehatan, ketersediaan mengutamakan upaya promotif dan preventif,
tenaga kesehatan, pembiayaan dan prasarana-sarana, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
termasuk program upaya kesehatan masyarakat dan yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.6
perseorangan yang mencakup seluruh keluarga Kementerian Kesehatan RI berupaya meningkatkan

32
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

fungsi puskesmas sebagai garda terdepan layanan Jawab Keluarga Sehat (PJ KS) atau petugas
kesehatan di masyarakat. Langkah itu dilakukan puskesmas yang dianggap mengerti tentang PIS-
dengan berupaya memenuhi prasarana serta fasilitas PK. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif
kesehatan agar memadai. Salah satunya dengan dan data dianalisis secara deskriptif. Prasarana
pemerataan alat kesehatan bagi puskesmas.7 yang digunakan untuk menilai kesiapan puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 dalam menjalankan PIS-PK adalah peralatan yang
Tahun 2014 menyatakan bahwa salah satu prinsip digunakan untuk melakukan pendataan. Adapun
penyelenggaraan puskesmas adalah pemerataan peralatan yang didata dalam artikel ini adalah
dalam penyelenggaraan pelayanan puskesmas formulir Prokesga, Pinkesga, stetoskop, alat ukur
harus dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh tekanan darah air raksa, dan alat ukur tekanan darah
masyarakat di wilayah kerjanya.6 Untuk mendukung digital.
pelaksanaan pendekatan keluarga tersebut perlu
ada penguatan puskesmas sebagai salah satu ujung Hasil
tombaknya. Penguatan tersebut antara lain dilakukan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat
melalui pemenuhan sumber daya puskesmas antara dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) ditekankan
lain sumber daya manusia (SDM), prasarana dan pada integrasi pendekatan akses pelayanan
sarana/alat. Dari 2.926 puskesmas yang menjadi kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan,
target pendekatan keluarga tahun 2017 hanya pembiayaan dan prasarana, termasuk program
terdapat 38 persen puskesmas yang prasarananya upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan yang
sesuai dengan standar. Sebagai konsekuensinya mencakup seluruh keluarga dalam wilayah kerja
perlu dilakukan berbagai intervensi agar target puskesmas dengan memperhatikan manajemen
pemenuhan standar Sarana, Prasarana dan Alat puskesmas. Adapun tahapan pelaksanaan PIS-PK
Kesehatan (SPA) di puskesmas tersebut sesuai adalah pelaksanaan pelatihan keluarga sehat dalam
standar. mendukung PIS-PK; pelaksanaan persiapan PIS-
Artikel ini merupakan bagian dari hasil Riset PK; pelaksanaan kunjungan keluarga dan intervensi
Ketenagaan di Bidang Kesehatan (Risnakes) Tahun awal PIS-PK; pelaksanaan analisis indeks keluarga
2017. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sehat (IKS) awal; pelaksanaan intervensi lanjut PIS-
ketersediaan SDM dan SPA di puskesmas dalam PK; pelaksanaan analisis perubahan IKS.3
menjalankan PIS-PK. Ketersediaan SDM dan SPA
puskesmas ini penting dilakukan, karena untuk Sumber Daya Manusia
menilai kesiapan puskesmas dalam pelaksanaan Tabel 1 menunjukkan jumlah puskesmas
PIS-PK. Pelaksanaan PIS-PK ditekankan pada yang sudah dilatih keluarga sehat. Terdapat 3.696
integrasi pendekatan akses pelayanan kesehatan, puskesmas yang sudah dilatih PIS-PK dan 6.001
adanya ketersediaan tenaga kesehatan, pembiayaan puskesmas yang belum dilatih PIS-PK. Puskesmas
dan prasarana, termasuk upaya program kesehatan sudah dilatih PIS PK yaitu puskesmas yang sudah
masyarakat dan perseorangan yang mencakup mengikuti pelatihan PIS-PK yang diselenggarakan
seluruh keluarga dalam wilayah kerja puskesmas oleh Bapelkes nasional, provinsi ataupun daerah
dengan memperhatikan manajemen puskesmas.3 pada tahun 2016 ke atas.
Grafik 1 menggambarkan persentase jenis
Metode petugas yang mengikuti pelatihan keluarga sehat.
Riset Ketenagaan di Bidang Kesehatan Dari Grafik 1 ini terlihat bahwa bidan (29,8%) dan
(Risnakes) dilakukan pada tahun 2017. Penelitian perawat (26,2%) adalah jenis tenaga yang paling
ini dilakukan di seluruh puskesmas di Indonesia banyak mengikuti pelatihan keluarga sehat. Jenis
yang berjumlah 9.699 puskesmas. Desain penelitian petugas yang paling sedikit mengikuti pelatihan
adalah potong lintang (cross sectional) dengan adalah tenaga farmasi (1,7%).
metode sensus. Pengumpulan data dilakukan Grafik 2 menggambarkan jenis petugas
melalui wawancara terhadap Kepala Puskesmas yang melakukan pengumpulan data keluarga sehat
atau Kepala Bagian Tata Usaha atau Penanggung atau melakukan kunjungan keluarga. Terlihat

33
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

Tabel 1. Persentase Puskesmas yang Dilatih PIS PK dan yang Belum Dilatih PIS PK Berdasarkan
Provinsi, Risnakes 2017

No. Nama Provinsi Jumlah Puskesmas Dilatih Puskesmas Belum Dilatih


Puskesmas PIS PK PIS PK
n % n %
1 Aceh 340 195 57,4 145 42,6
2 Sumatra Utara 571 292 51,1 279 48,9
3 Sumatra Barat 264 109 41,3 155 58,7
4 Riau 212 88 41,5 124 58,5
5 Jambi 176 79 44,9 97 55,1
6 Sumatra Selatan 322 128 39,8 194 60,2
7 Bengkulu 179 51 28,5 128 71,5
8 Lampung 291 210 72,2 81 27,8
9 Kepulauan Bangka Belitung 62 26 41,9 36 58,1
10 Kepulauan Riau 72 48 66,7 24 33,3
11 DKI Jakarta 314 93 29,6 221 70,4
12 Jawa Barat 1050 352 33,5 698 66,5
13 Jawa Tengah 875 474 54,2 401 45,8
14 DI Yogyakarta 121 35 28,9 86 71,1
15 Jawa Timur 960 481 50,1 479 49,9
16 Banten 233 97 41,6 136 58,4
17 Bali 120 50 41,7 70 58,3
18 Nusa Tenggara Barat 158 95 60,1 63 39,9
19 Nusa Tenggara Timur 371 42 11,3 329 88,7
20 Kalimantan Barat 238 61 25,6 177 74,4
21 Kalimantan Tengah 195 29 14,9 166 85,1
22 Kalimantan Selatan 230 81 35,2 149 64,8
23 Kalimantan Timur 173 53 30,6 120 69,4
24 Kalimantan Utara 46 15 32,6 31 67,4
25 Sulawesi Utara 185 48 25,9 137 74,1
26 Sulawesi Tengah 189 80 42,3 109 57,7
27 Sulawesi Selatan 448 204 45,5 244 54,5
28 Sulawesi Tenggara 268 42 15,7 226 84,3
29 Gorontalo 93 24 25,8 69 74,2
30 Sulawesi Barat 94 28 29,8 66 70,2
31 Maluku 198 24 12,1 174 87,9
32 Maluku Utara 127 22 17,3 105 82,7
33 Papua Barat 150 20 13,3 130 86,7
34 Papua 372 20 5,4 352 94,6
INDONESIA 9.697 3.696 38,1 6.001 61,9

*Sumber: Laporan Riset Ketenagaan Bidang Kesehatan 20178

34
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

bahwa petugas yang paling banyak melakukan


pengumpulan data keluarga sehat adalah petugas
puskesmas (94,5%), kader (53%), kemudian
mahasiswa kesehatan (9,1%).

Prasarana Puskesmas
Grafik 3 menunjukkan ketersediaan
instrumen pendataan. Terlihat bahwa hampir semua
puskesmas sudah menggunakan formulir Prokesga
(97,8%) dan hanya 62,3 persen menggunakan
Aplikasi Keluarga Sehat.
Grafik 4 menunjukkan keberadaan sinyal
telepon seluler (ponsel) di puskesmas yang sudah Grafik 3. Persentase Puskesmas Sudah
dilatih PIS-PK adalah sebanyak 85,5 persen, Dilatih PIS-PK menurut
Ketersediaan Instrumen Pendataan,
sedangkan untuk keberadaan sinyal internet
Risnakes 2017
sebanyak 73,2 persen.
Grafik 5 menggambarkan bahwa
ketersediaan prasarana kegiatan pendataan PIS-PK
di puskesmas yang sudah dilatih PIS-PK. Terlihat

Grafik 4. Persentase Puskesmas menurut


Keberadaan Sinyal Telepon Seluler
Grafik 1. Persentase Jenis Petugas yang dan Sinyal Internet, Risnakes 2017
Mengikuti Pelatihan PIS-PK pada
Puskesmas Sudah Dilatih, Risnakes bahwa baru separuh puskesmas (58,5%) yang
2017 memiliki Pinkesga. Hampir semua puskesmas
memiliki stetoskop dan alat ukur tekanan darah air
raksa. Alat ukur tekanan darah digital baru 71,4
persen puskesmas yang memiliki.

Pembahasan
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara
puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran
dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan
Grafik 2. Persentase Jenis Petugas Pengumpul juga keluar gedung dengan mengunjungi
Data PIS-PK pada Puskesmas Sudah keluarga-keluarga di wilayah kerjanya. Salah satu
Dilatih PIS-PK, Risnakes 2017 pelaksanaan pendekatan keluarga oleh puskesmas

35
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

Badan PPSDM Kesehatan tahun 2013, sebagian


besar Puskesmas kelebihan tenaga bidan, baik di
puskesmas perawatan maupun di non-perawatan; di
perdesaan dan perkotaan.10 Selain bidan memiliki
peran sebagai pelaksana dalam pelayanan asuhan
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan Keluarga
Berencana (KB), bidan juga berperan pula sebagai
pengelola pelayanan dasar kesehatan terutama untuk
pelayanan individu, keluarga dan masyarakat. Bidan
juga memiliki peran dalam mengelola program
kesehatan di wilayah kerjanya.11
Tenaga farmasi adalah yang paling sedikit
Grafik 5. Persentase Puskesmas menurut mengikuti pelatihan PIS-PK, kemungkinan
Ketersediaan Pinkesga, Stetoskop, disebabkan jumlah tenaga farmasi yang sedikit
Alat Ukur Tekanan Darah Air Raksa, di puskesmas. Hal tersebut sesuai dengan hasil
Alat Ukur Tekanan Darah Digital, penelitian Herman, dkk (2013) yang menunjukkan
Risnakes 2017 bahwa sebanyak 32,2% puskesmas tidak memiliki
tenaga kefarmasian sama sekali dan 82,5%
adalah melakukan pendataan kesehatan keluarga puskesmas tidak memiliki apoteker.12
menggunakan formulir Profil Kesehatan Keluarga Sebagian besar puskesmas menggunakan
(Prokesga).9 petugas puskesmas untuk pendataan keluarga
Sumber daya terpenting dalam rangka sehat dalam melakukan pendataan atau kunjungan
pelaksanaan pendekatan keluarga di puskesmas ke rumah penduduk sebesar 94,5 persen, sebagian
adalah tenaga kesehatan. Walaupun di bidang kecil menggunakan tenaga dari tim Nusantara Sehat
kesehatan pendekatan keluarga bukan merupakan (NS) 4,1 persen. Hal ini sesuai dengan penelitian
hal baru, namun sebagian tenaga kesehatan Virdasari, dkk (2018) bahwa tenaga pendataan
puskesmas yang ada saat ini kurang memahaminya. keluarga dilakukan oleh tenaga puskesmas
Sebelum melakukan pendataan, petugas puskesmas berjumlah 30-50 tenaga medis dan non-medis.13
dilatih terlebih dulu. Sejak tahun 2017 hingga saat Hal tersebut sesuai juga dengan petunjuk teknis
ini sebagian besar puskesmas telah menjadi lokus penguatan manajemen puskesmas (2016), bahwa
PIS-PK, dimana lima petugas dari setiap lokus pendataan dilakukan oleh petugas puskesmas dan
tersebut diberi pelatihan manajemen PIS-PK. perekrutan petugas pendataan dilakukan apabila
Terdapat 2 puskesmas yang missing dari hasil dari analisis kebutuhan tenaga menyatakan
9.699 puskesmas yang didata, sehingga jumlah bahwa membutuhkan tenaga tambahan berdasarkan
puskesmas yang dianalisis adalah 9.697 puskesmas. pada analisis kebutuhan tenaga pendataan dengan
Dari 9.697 puskesmas yang di analisis terdapat 3.696 mempertimbangkan aspek ketersediaan tenaga
puskesmas yang sudah dilatih PIS-PK. Penelitian di puskesmas, jumlah keluarga di wilayah kerja
ini menggunakan data 3.696 puskesmas yang sudah puskesmas, luas wilayah kerja, kondisi geografis
dilatih PIS-PK. wilayah kerja, dan pendanaan. Perekrutan petugas
pendataan dapat dilaksanakan apabila hasil dari
Sumber Daya Kesehatan analisis kebutuhan tenaga menyatakan bahwa
Grafik 1 memperlihatkan bahwa bidan membutuhkan tenaga tambahan.9 Hanya sebagian
adalah tenaga kesehatan yang paling banyak kecil puskesmas menggunakan tenaga dari tim
mengikuti pelatihan PIS-PK (29,8%), kemudian NS (4,1%), karena tidak semua puskesmas yang
diikuti oleh perawat (26,2%), dan yang paling sudah dilatih PIS-PK memiliki tim NS. Hal tersebut
sedikit adalah tenaga farmasi (1,7%). Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 16 Tahun 2017
kemungkinan disebabkan jumlah tenaga bidan bahwa penugasan khusus tenaga kesehatan dalam
yang banyak di puskesmas. Sesuai dengan data mendukung program Nusantara Sehat dilakukan

36
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

dengan menempatkan tenaga kesehatan pada berbentuk cetak ataupun elektronik. Instrumen
puskesmas dengan kriteria terpencil dan sangat tersebut merupakan sarana untuk merekam dan
terpencil terutama di Daerah Tertinggal Perbatasan menyimpan data anggota keluarga, data kesehatan
dan Kepulauan Terluar (DTPK).14 keluarga, data perilaku individu dan data lingkungan
Selain petugas puskesmas, yang paling rumah. Selain formulir Prokesga diperlukan juga
banyak melakukan pendataan dan tim NS yang Paket Informasi Kesehatan Keluarga (Pinkesga)
paling sedikit melakukan pendataan, ada juga kader, yang berupa flyer untuk diberikan kepada keluarga
mahasiswa kesehatan dan mahasiswa non-kesehatan yang dikunjungi sebagai media komunikasi,
yang melakukan pendataan. Hal ini sesuai dengan informasi dan edukasi (KIE).9
penelitian Virdasari, dkk (2018) di Semarang bahwa Grafik 3 memperlihatkan bahwa 97,8
dalam pelaksanaan kegiatan pendataan keluarga persen puskesmas menggunakan formulir
bekerjasama dengan mahasiswa kesehatan dan Prokesga, dan sebanyak 62,3 persen menggunakan
tenaga survei kesehatan (Gasurkes).13 Hal tersebut Aplikasi Prokesga. Dari Grafik 3 terlihat hampir
juga sesuai dengan petunjuk teknis penguatan seluruh puskesmas yang dilatih PIS-PK sudah
manajemen puskesmas (2016) bahwa petugas menggunakan formulir Prokesga dalam pendataan
pendataan yang direkrut adalah tenaga kesehatan hanya 2,2 persen yang belum, kemungkinan hal ini
maupun tenaga non-kesehatan.9 disebabkan belum semua puskesmas yang sudah
Sebaiknya yang melakukan pendataan dilatih PIS-PK melakukan pendataan. Puskesmas
adalah petugas yang sudah mengikuti pelatihan yang menggunakan aplikasi baru 62,3 persen,
keluarga sehat, karena tahapan pelaksanaan PIS-PK hal ini kemungkinan disebabkan karena aplikasi
adalah melalui pelaksanaan pelatihan keluarga sehat membutuhkan sinyal internet yang kuat sedangkan
dalam mendukung PIS-PK. Demikian juga menurut beberapa puskesmas memiliki sinyal internet kurang
Laelasari (2017), agar pelaksanaan pendataan sesuai kuat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Laelasari
dengan petunjuk dari pusat, puskesmas mensyaratkan (2017), yang menunjukkan bahwa terdapat kendala
SDM yang terlibat adalah petugas yang sudah teknis dari aplikasi entri Prokesga, mengingat PIS-
mengikuti pelatihan. Tenaga lain seperti bidan desa PK merupakan program baru di Kemenkes, sistem
juga dilibatkan dalam kegiatan pendataan, namun yang mendukung kelancaran belum sepenuhnya
tetap didampingi oleh petugas yang sudah dilatih.15 sempurna dan adanya keterbatasan sinyal internet di
Hasil penelitian Salamate, dkk (2014) menyebutkan daerah sehingga kesulitan pada saat harus mengentri
bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan salah data secara online.15 Hasil kajian Aranda Jan et al.
satu wadah bagi SDM kesehatan untuk memperoleh (2014) di Afrika, bahwa partisipasi pemerintah
keahlian.16 melalui kementerian kesehatan merupakan aspek
mendasar dalam keberhasilan projek m-Health di
Prasarana Puskesmas Afrika, ketika ada peran dan tanggung jawab yang
Pendekatan keluarga di puskesmas dapat tumpang tindih antara pengambil keputusan dan
terlaksana dengan adanya pemenuhan sumber pelaksana yang terlibat dalam projek m-Health.
daya puskesmas antara lain SDM, prasarana dan Selain itu akses jaringan, internet dan listrik adalah
sarana/alat. Menurut Hidayati (2011), sarana/alat prasyarat aplikasi m-Health untuk dapat berfungsi
merupakan suatu unsur dari suatu organisasi untuk dengan baik.18 Demikian juga dengan hasil Risnakes
mencapai suatu tujuan. Sarana termasuk dalam salah pada Grafik 4, bahwa belum semua puskesmas yang
satu unsur dalam program pelayanan kesehatan dilatih PIS-PK memiliki sinyal ponsel (85,8%), juga
yang dibutuhkan untuk mencapai penyelenggaraan keberadaan sinyal internet, di mana belum semua
program pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, agar puskesmas yang dilatih PIS-PK memiliki sinyal
suatu program menjadi bermutu maka persyaratan internet (73,2%).8
ketersediaan sarana prasarana harus terpenuhi.17 Pada Grafik 6 terlihat bahwa ketersediaan
Dalam melakukan pendataan diperlukan Pinkesga dan ketersediaan alat ukur tekanan darah
instrumen berupa formulir Prokesga, yang dapat digital masih belum seratus persen tersedia di

37
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

puskesmas yang sudah dilatih PIS-PK, di mana Kesimpulan


Pinkesga hanya 58,8 persen dan alat ukur tekanan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
darah digital baru 71,4 persen. Hal ini kemungkinan SDM yang mengikuti pelatihan PIS-PK paling
karena puskesmas tidak mempunyai dana untuk banyak adalah bidan dan petugas yang paling banyak
memperbanyak Pinkesga. Pinkesga adalah paket melakukan pengumpulan data keluarga sehat adalah
informasi kesehatan keluarga yang berisi 12 indikator petugas puskesmas. Hampir semua puskesmas
PIS-PK berupa flyer untuk diberikan kepada dalam melakukan pendataan menggunakan formulir
keluarga yang dikunjungi, sebagai media KIE. Flyer Prokesga sebanyak 97,8 persen. Keberadaan sinyal
tersebut berisi tentang Keluarga Berencana (KB), ponsel di puskesmas sebanyak 85,5 persen dan
Pemeriksaan Kehamilan, Imunisasi, ASI Eksklusif, keberadaan sinyal internet sebanyak 73,2 persen.
Penimbangan Balita, Tuberkulosis, Hipertensi, Baru separuh puskesmas memiliki Pinkesga
Kesehatan Jiwa, Bahaya Merokok, Sarana Air Bersih, sebanyak 58,5 persen. Hampir semua puskesmas
Jamban Sehat, dan Jaminan Kesehatan Nasional.9 memiliki stetoskop dan alat ukur tekanan darah air
Menurut Supardi S, dkk (2002) media leaflet adalah raksa dan hanya 71,4% persen puskesmas memiliki
alat bantu visual untuk meningkatkan efektivitas alat ukur tekanan darah digital.
pemberian informasi. Leaflet merupakan alat
informasi yang fleksibel yang memiliki penampilan Saran
yang cukup menarik dalam menyampaikan pesan Agar terlaksananya PIS-PK maka perlu ada
pada konsumen.19 Hasil penelitian Kamil, dkk peningkatan prasarana yang menunjang PIS-PK
(2013) menunjukkan bahwa media cetak KIE yang seperti keberadaan sinyal ponsel dan sinyal internet
ada dapat memberikan dorongan kepada masyarakat dimana dalam melakukan pendataan diperlukan
untuk bersikap dan berperilaku lebih baik untuk adanya sinyal handphone dan sinyal internet yang
menjaga kesehatan mereka. Ditemukan juga bahwa kuat. Selain itu keberadaan Pinkesga perlu ditambah
setelah membaca media cetak KIE tentang penyakit agar pelaksanaan KIE kepada masyarakat berjalan
tuberkulosis (TB), masyarakat berkeinginan dan lancar. Diperlukan penambahan alat ukur tekanan
berusaha untuk lebih giat berobat dan mengikuti darah digital mengingat bahwa pengumpul data
semua petunjuk yang ada pada media cetak KIE tidak selalu dari tenaga kesehatan.
tersebut.20
Alat ukur tekanan darah digital sangat Ucapan Terima kasih
diperlukan untuk mengukur tekanan darah Ucapan terima kasih kami sampaikan
masyarakat, di mana mengukur tekanan darah adalah kepada Kepala Badan Litbang Kesehatan dan
salah satu yang dilakukan pada saat kunjungan Ketua Tim Teknis Risnakes 2017 (Dr. dr. Harimat
keluarga, karena petugas yang melakukan pendataan Hendarwan), yang telah memberi ijin penggunaan
tidak semuanya tenaga kesehatan ada juga yang data penelitian Risnakes 2017. Terima kasih juga
dari non-kesehatan, yang mana tidak mengerti kami sampaikan kepada Penanggung Jawab Blok
menggunakan alat ukur tekanan darah air raksa. Kesiapan PIS-PK Risnakes 2017 (drg. Hendrianto
Hasil penelitian Virdasari (2018) menunjukkan Trisnowibowo), para Tim Teknis Risnakes 2017 dan
bahwa Puskesmas Mijen mengalami keterbatasan semua pihak yang terlibat dalam penelitian Risnakes
prasarana-sarana dalam kegiatan pendataan keluarga 2017 yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
seperti tensimeter, komputer, Pinkesga, stiker, dan
family folder.13 Demikian juga dengan penelitian Daftar Rujukan
Laelasari (2017), yang menunjukkan bahwa 1. Kementerian Kesehatan RI. Permenkes No. 39
keterbatasan dana berakibat pada keterbatasan Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
semua komponen yang berkaitan dengan kelancaran Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
kegiatan seperti anggaran sosialisasi, transpor Keluarga. 2016.
petugas, penggandaan kuesioner, penggandaan 2. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis
Pinkesga, komputer, laptop, dan sinyal.15 Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

38
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015. Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Di Puskesmas Kota Semarang. J Kesehat Masy
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program [Internet]. 2018;6(5):52–65. Available from:
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
(PIS-PK). Jakarta; 2017. 14. Kementerian Kesehatan RI. Permenkes Nomor
4. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum 16 Tahun 2017. Nomor 16 Tahun 2017 2017.
Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan 15. Laelasari E, Anwar A, Soerachman R. Evaluasi
Keluarga. Jakarta; 2016. Kesiapan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat
5. Kementerian Kesehatan RI. Buletin PIS-PK. Dengan Pendekatan Keluarga. J Ekol Kesehat
Jakarta; 2017. [Internet]. 2017;16(2):57–72. Available from:
6. Kementerian Kesehatan RI. Permenkes Nomor http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/
75 Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan jek/article/view/7835
RI; 2014. 16. Salamate GA, Pangemanan AJMRJN. Analisis
7. Nur Mochamad. Kemenkes Fokus Alat Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Penyediaan di Puskesmas. Jawa Pos [Internet]. di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
2016; Available from: https://www.jawapos. Tenggara. JIKMU. 2014;Suplemen V(4):625–
com/humaniora/29/12/2016/kemenkes-fokus- 33.
penyediaan-alat-kesehatan-di-puskesmas 17. Hidayati AN; Wahyono B. Pelayanan Puskesmas
8. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riset Berbasis Manajemen Terpadu Balita Sakit
Tenaga Kesehatan Tahun 2017. Jakarta; 2018. Dengan Kejadian Pneumonia Balita. Kesehat
9. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Masy [Internet]. 2011;7(1):35–40. Available
Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui from: http;//journal.unnes.ac.id/index.php/
Pendekatan Keluarga. Jakarta; 2016. kemas
10. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Situasi 18. Aranda-jan CB, Mohutsiwa-dibe N, Loukanova
Bidan di Indonesia [Internet]. Jakarta; 2012. S. Systematic review on what works , what
Available from: http://www.depkes.go.id/ does not work and why of implementation
resources/download/pusdatin/infodatin/ of mobile health ( mHealth ) projects in
infodatin-bidan.pdf Africa. BMC Public Health [Internet].
11. Erlandia DR, Gemiharto I. Evaluasi Model 2014;14(188):1471–2458. Available from:
Komunikasi Bidan Desa Sebagai Ujung Tombak https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/
Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Bersalin articles/10.1186/1471-2458-14-188
Di Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. 19. Supardi S, Sampurno OD, Notosiswoyo M.
J Kaji Komun [Internet]. 2014;2(2):186–99. Pengaruh Metode Ceramah Dan Media Leaflet
Available from: http://jurnal.unpad.ac.id/jkk/ Terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri Yang
article/view/7385/3388 Sesuai Dengan Aturan. Bull Penelit Kesehat
12. Herman MJ, Supardi S, Yuniar Y. Hubungan [Internet]. 2002;30(3):128–38. Available from:
Ketersediaan Tenaga Kefarmasian Dengan http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/
Karakteristik Puskesmas Dan Praktik BPK/article/view/2131/1155
Kefarmasian Di Puskesmas. Bul Penelit Sist 20. Kamil S, Ibnu IF, Rachman WA. Media Cetak
Kesehat [Internet]. 2013;16(1). Available from: Komunikasi , Informasi Dan Edukasi ( KIE )
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/ Dalam Pengobatan Pasien Tuberculosis Multy
hsr/article/view/3150/3123 Drug Resistant ( TB- MDR ) Di Kota Makassar.
13. Virdasari E; Arso S P; Fatmasari E Y. Analisis Repos Univ Hasanudin. 2013;1–15.
Kegiatan Pendataan Keluarga Program

39
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3, No. 1, April 2019

PEDOMAN UNTUK PENULIS

1. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan merupakan jurnal berkala ilmiah yang
diterbitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber-Daya dan Pelayanan Kesehatan secara berkala
tiga kali setahun. Artikel yang dimuat berupa naskah hasil litbang, hasil analisis ilmiah data sekunder,
analisis kebijakan, tinjauan (review) topik terkini di bidang sumber-daya dan pelayanan kesehatan.
2. Redaksi menerima naskah artikel ilmiah, baik dari dalam maupun dari luar Puslitbang Sumber-Daya dan
Pelayanan Kesehatan. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau sedang diajukan untuk dimuat
dalam media lain, baik dari dalam maupun luar negeri.
3. Naskah yang dikirim belum tentu dimuat, tergantung pada pertimbangan Dewan Redaksi. Untuk naskah
yang dimuat, Dewan Redaksi berhak mengubah isi naskah tanpa sepengetahuan penulis sepanjang tidak
bertentangan dengan pokok tulisan. Untuk naskah yang ditolak, redaksi akan mengembalikan kepada
penulis yang bersangkutan.
4. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris disertai dengan abstrak. Bila naskah
ditulis dalam bahasa Indonesia, maka abstrak ditulis dalam bahasa Inggris. Sebaliknya, jika naskah ditulis
dalam bahasa Inggris, maka abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia. Abstrak harus singkat, tetapi jelas
dan tidak lebih dari 250 kata yang meliputi background, objectives, methods, results, conclusions, disertai
dengan 3-5 kata kunci (key words).
5. Naskah dikirim dalam bentuk elektronik file, ditulis dalam program Microsoft Word, spasi ganda (double),
huruf Arial fontasi 12, tebal 10-20 halaman.
6. Setiap tabel, gambar, grafik, dan bagan diberi nomor urut. Judul tabel ditulis pada bagian atas, sedangkan
judul gambar, grafik dan bagan ditulis pada bagian bawah.
7. Lambang, singkatan atau akronim dalam naskah boleh digunakan hanya sesudah ada penjelasan atau
kepanjangannya.
8. Sistematika penulisan naskah untuk hasil penelitian mengikuti kaidah berikut: Judul (tidak lebih dari 14
kata tanpa menghitung kata depan dan kata penghubung) terdiri atas bahasa Indonesia dan Inggris);
Nama Lengkap (para) penulis dan instansi tempat bekerjanya; Abstrak (disertai kata kunci); Pendahuluan
(meliputi latar belakang, tujuan); Metode (mencakup desain studi, setting, sampel/partisipan, variabel,
sumber data/pengukuran, cara analisis, dan metode statistik); Hasil (karakteristik sampel, data deskriptif,
data ‘outcome’, hasil-hasil utama); Bahasan (hasil-hasil penting, interpretasi, keterbatasan penelitian);
Kesimpulan; Saran; Ucapan Terima Kasih (jika ada); dan Rujukan. Jika naskah bukan dari hasil penelitian,
sistematika disesuaikan dengan alur yang runut.
• Rujukan disusun sesuai urutan pemunculan dalam teks, setelah referensi yang dikutip (contoh 1,2),
menggunakan superscript font. Bila nomor kutipan berurutan >2, nomor awal dan akhir dipisahkan dengan
tanda hubung (contoh 1-3). Penulisan rujukan harus taat azaz (konsisten) dan berpedoman pada contoh
berikut:
a. Majalah/Terbitan Berseri:
Rukmini, Rosihermiatie B, Nantabah Z. Ketersediaan dan kelayakan ruangan pelayanan
puskesmas berdasarkan topografi, demografi dan geografi di Indonesia. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan. 2012; 15(4): 408-417. (Bila penulis > 6 orang, yang ke-7 ditulis et al; judul
makalah
dengan sentence case; nama majalah dengan singkatan index medicus).
b. Buku/Monograf:
Mason J. Concepts in Dental Public Health. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
c. Chapter (Bab) dalam buku:
Levitsky DA. The control of food intake and the regulation of body weight in humans.
In: Harris RBS, Mattes RD, editors. Appetite and food intake: behavioral and physiological
considerations. Boca Raton: CRC Press, 2008; 21-42.
d. Prosiding/Seminar:
Muhilal, Sulaeman A. Angka kecukupan vitamin larut lemak. Dalam: Soekirman, Seta AK,
Pribadi N, Martianto D, Ariani M, Jus’at I et al, editor. Prosiding Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VIII; 17-19 Mei 2004; Jakarta; 2004. p.331-353.
e. Terbitan Pemerintah:
Indonesia, Badan Pusat Statistik. Statistik penduduk lanjut usia. Jakarta: Badan Pusat
Statistik, 2007.

68

Anda mungkin juga menyukai