Kelompok 2 :
Pembimbing Akademik :
Imardiani S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Lapangan :
1. Apriani SST.,M.Kes.
2. Wenny Pentiara S.Kep.,NS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan keadaan jantung yang mengalami
kegagalan dalam memompa darah untuk mencukui kebutuhan nutrien, oksigen, sel-sel
tubuh secara adekuat (Yunita, dkk. 2020). Congestive heart failure menjadi perhatian di
dunia saat ini karena merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.
Congestive Heart Failure merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh yang dapat disebabkan oleh
gangguan kemampuan otot jantung berkontraksi atau meningkatnya beban kerja dari
jantung yang diikuti oleh peningkatan volume darah yang abnormal dan cairan interstisial
jantung (Fajriansyah, 2016; Karundeng, dkk. 2018).
Menurut data (WHO) 2008, menyebutkan bahwa terdapat 17,3 juta mortalitas akibat
penyakit kardiovaskular dari 30% jumlah penduduk dunia. Prevalensi CHF di indonesia,
penyakit kardiovaskuler menjadi pembunuh nomor satu dan prevalensi penyakit jantung
di indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Prevalensi penyakit jantung kotoner
pada umur >15 tahun menurut diagnosis dokter ialah provinsi kalimantan timur (22%),
Nusa Tenggara Timur (4,4%), Sulawesi Tengah (3,8%), dan Sulawesi Selatan (2,9%).
Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Riau (0,3%), Lampung (0,4%), Jambi (0,5%),
dan Banten (0,2%) (Riskesdas,2013; Karundeng, dkk., 2018).
Data WHO 2018 menyebutkan terdapat sekitar 20 juta orang per tahun meninggal
akibat masalah kardiovaskular. Data Riskesdas 2018 berdasarkan diagnosis dokter
menyebutkan sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 1.017.290 orang mengalami
penyakit CHF (Riskesdas, 2018; Yunita et al., 2020).
Menurut data Riskesdas (2018), prevalensi penyakit jantung menurut karakteristik
umur yaitu, pada usia Lansia >75 tahun (4,7%) dan terendah pada usia < 1 tahun (0,1%).
Prevalensi menurut jenis kelamin pada 2018 menunjukka angka tertinggi pada perempuan
dengan 1,6% dan laki-laki 1,3% (Riskesdas, 2018; Anita et al., 2022).
Prevalensi gagal jantung berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter pada penduduk
Riau sebesar 1,1% atau sekitar 26,085 oran (Yunita et al., 2020). Prevalensi kasus gagal
jantung kongestive di Yogyakarta berkisar 3,459 orang pada tahun 2012 dengan pasien
yang mengalami CHF sebanyak 401 orang (Saelan, dkk., 2021).
Menurut NYHA, GJK dibagi berdasarkan 4 derajat daam derajat I menunjukkan
seorang biasa beraktifitas pada derajat II pasien menunjukkan gejala ringan saat
melakukan aktivitas dan lebih nyaman ketika beraktifitas, derajat III pada pasien dengan
adanya keterbatasan fisik, dan derajat IV pada pasien yang sudah tidak bisa melakukan
aktivitas apapun tanpa keluhan (O,Connor,et.al. 2009; (Saelan, dkk.,2018)
Pada penelitian yang dilakukan Widagdo (2017) menunjukkan bahwa distribusi
responden sebagian besar perempuan dengan usia >60 tahun yang pada umumnya
mengalami menopouse yang menyebabkan kolestrol LDL meningkat dan mengakibatkan
mengalami gagal jantung. Menurut penelitian Prasetyo, menyebutkan umur juga dapat
menjadi resiko keadaan kardiomegali yang terjadi pada gagal jantung. (Anita et al., 2022).
Gagal jantung kongestif adalah sindrom klinis yang kompleks timbul dari fungsional
dan struktural gangguan jantung yang merusak kemampuan ventrikel untuk mengisi darah
atau mengeluarkan darah. Banyak pasien yang memiiki gejala sugestif yaitu sesak napas,
edema perifer, dyspnea nocturnal paroksismal. Teteapi juga terdapat gejala lain seperti
disfungsi ventrikecular kiri. Pada saat itirahat atau aktivitas ditandai dengan takipnea,
takikardi dan ronchi paru. Pada pasien gagal jantung saat kondisi istirahat saturasi
oksigen berkisar antara 91% sampai 95% jika terjadi penurunan maka berdampak pada
penurunan oksigenasi jaringan dan produksi energi sehingga berkontribusi pada
penurunan kemampuan aktivitas pasoen sehari-hari. Diagnosis CHF ditegakkan
berdasarkan tanda dan gejala yang ditimbulkan akibat patofisioligi yang mendasarinya.
Pemeriksaan penunjang seperti ekokardiografi, elektrokardiografi radiologi dan
laboratorium juga dapat membantu dalam penegakan diagnosis CHF (Anita, dkk. 2021).
Pasien CHF mengalami perawatan ulang di Rumah Sakit yaitu gaya hidup yang tidak
sehat dan tidak teraturnya pola makan dari pasien, merokok, stress sehingga membuat
kondisi pasien akan semakin menurun. Hal tersebut jika tidak segera diatasi dapat
menyebabkan komplikassi dan berakibat pada hospitalisasi ulang (Welly, 2015; Yunita,
dkk. 2020)
pada kasus yang diangkat CHF terjadi pada Ny. M dengan keluhan utama sesak nafas.
Pada kasus ini, Ny.M merasakan sesak seperti tertimpa benda berat dan mengalami nyeri
dada. Akibat ini Ny. M tidak dapat melakukan aktivitas karena setiap melakukan aktivitas
maka sesak yang dirasakan akan semakin berat dan nyeri dada semakin terasa. Maka dari
itu dibutuhkan penegakan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi
masalah yang dialami pasien sehingga para penyusun mengambil judul ini untuk
mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan yang Komprehensif pada Ny.M.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan secara Komprehensif pada Ny. M
dengan Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada y.M dengan CHF di
RSUD Palembang Bari
b. Mahasiswa mampu menegakkan Prioritas Masalah Keperawatan danmenegakkan
diagnosis keperawatan pada Ny.M dengan CHF di RSUD Palembang Bari
c. Mahasiswa mampu menentukan rencana asuhan keperawatan pada Ny.M dengan
CHF di RSUD Palembang Bari
d. Mahasiswa mampu melaksanakan atau menerapkan impelemntasi keperawatan pada
Ny. M dengan CHF di RSUD Palembang Bari.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi Keperawatan pada Ny.M dengan CHF di
RSUD Palembang Bari
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Asuhan keperawatan dilakukan pada Ny.M pada tanggal 19 Oktober 2022 – 22 Oktober
2022 di Ruang Penyakit dalam Perempuan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
yang berlokasi di Jalan Panca Usaha No 1, 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I Kota
Palembang, Sumatera Selatan dengan Kode Pos 30254.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Selayang Pandang
Rumah Sakit umum Daerah palembang BARI merupakan unsur penunjang
pemerintah daerah di bidang kota pelayanan kesehatan yang merupakan satu - satunya
Rumah sakit milik pemerintah kota palembang BARI terletak di jalan panca usaha N0.1
Kelurahan 5 Ulu Kecamatan seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun
2001, dibuat jalan alternatif dari Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI dari jalan
poros Jakabaring.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yg berorientasi pada keselamatan dan
ketepatan sesuai standar mutu yang berdasarkan pada etika dan profesionalisme
yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
b. Meningkatkan mutu manejement sumber daya kesehatan.
c. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia.
3. Motto
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
4. Tujuan
a. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar mutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang teijangkau yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
C. Sejarah
1. Sejarah Berdiri
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994 dahulunya merupakan
gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha, kemudian diresmikan menjadi RSUD
Palembang BARI tanggal 19 Juni 1995 dengan SK Depkes Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas
C pada tanggal 10 November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
HK.00.06.2.2.4646 , RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh
tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003 kemudian di tahun berikutnya 2004
dibuat Master Plan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Pembangunan gedung dimulai dimulai pada tahun 2005 yakni Gedung Bedah Central
dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006) pembangunan Gedung Bank Darah.
Pada tahun 2007 dilanjutkan dengan pembangunan : Gedung Administrasi, Gedung
Pendaftaran, Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi, Gedung Laboratorium, Gedung
Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan Cafetaria. Pada 5 februari 2008, berdasarkan
Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 RSUD Palembang BARI memperoleh
status Akreditasi penuh tingkat lanjut . Serta Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD
Palembang BARI berdasarkan Keputusan Walikota Palembang No. 915.b tahun 2007
penetapan RSUD Palembang Bari sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh. Adapun pembangunan
yang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung Poliklinik (3 lantai), Gedung
Instalasi Gawat Darurat, Gedung Instalai Gizi (Dapur), Gedung Loundry, Gedung
VVIP, Gedung CSSD, Gedung ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai Rumah Sakit
Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah
kota palembang provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun pembangunan
gedung yang berlangsung di tahun 2009 meliputi : Gedung Kebidanan, Gedung
Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik serta Gedung Hemodialisa. Selanjutnya
pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2010-2011 meliputi: Perawatan
Kelas I, II, III, Kamar Jenazah, Gedung ICCU, Gedung PICU, Workshop dan
Musholah.
1) Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI merupakan geduang Poliklinik atau Puskesmas Panca Usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997,
tanggal 10 November 1997 di tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum kelas C.
3) Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian statu akreditas
penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal
07 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status akreditasi
penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal
05 Februari 2008.
5) Kepmenkes RI Nomro: 24l/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 02 April
2009.
6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD Rumah Sakit Umum Daerah palembang BARI
berdasarkan keputusan wali kota Palembang No. 915 B tahun 2008 tentang
penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan
pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status akreditas lulus tingkat lengkap kepada
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari 2012.
E. Etiologi
Etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor eksterna
maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung) seperti hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD),
stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
F. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas:
(Mansjoer dan Triyanti, 2007)
Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-
hari tanpa keluhan.
Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring.
G. Patofisiologi
Bila cadangan jantung untuk berespons terhadap stres tidak adekuat dalam memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai
pompa dan akibatnya terjadi gagal jantung. Demikian juga, pada tingkat awal, disfungsi
komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan gagal jantung. Jika cadangan
jantung normal mengalami kepayahan dan kegagalan, respon fisiologis tertentu pada
penurunan curah jantung adalah penting. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh
untuk mempertahankan perfusi organ vital tetap normal. Terdapat empat mekanisme
respons primer terhadap gagal jantung meliputi:
a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis
b. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon
c. Hipertrofi ventrikel
d. Volume cairan berlebih (overload volume).
Keempat respon ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme –
mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan istirahat. Tetapi,
kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada saat
beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan semakin kurang
efektif (Muttaqin, 2012).
I. Komplikasi
1. Stroke
2. Penyakit katup jantung
3. Infark miokard
4. Emboli pulmonal
5. Hipertensi
J. Terapi
1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup
jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau
intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3. Posisi setengah duduk.
4. Diet pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah,
mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah
garam 2 gr disarankan.
5. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila
pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat
berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5
kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada
gagal jantung ringan atau sedang.
6. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 (2-3 liter/menit) dan menurunkan
konsumsi oksigen dengan pembatasan aktivitas.
7. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
a. Dosis digitalis
1) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam
dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
2) Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
3) Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
b. Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia
lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
1) Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan
2) Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan
8. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik metabolik
maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan resiko CAD
dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hepar atau
ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung, hipertropi
ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan kemampuan
kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
L. Asuhan Keperawatan Teoritis
Pengkajian
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus,
bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid,
jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan
faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas,
nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial
presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
b. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
c. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
d. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis
e. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
f. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
g. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit
pucat, dan pitting edema.
Diagnosa yang mungkin Muncul
dengan punurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala konstipasi 1. Mengembalikan
keperawatan selama 3 x 24 keteraturan pola defekasi
masukan diet, perubahan jam masalah konstipasi klien.
teratasi
dengan 2. Monior bising usus 2. Bising usus menandakan
proses pencernaan, efek sifat aktivitas peristaltic
Kriteria Hasil : 3. Monitor feses: frekuensi,
samping terapi obat konsistensi dan volume 3. Mengetahui adanya infeksi
1) Mempertahankan bentuk 4. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi
feses lunak setiap 1-3 tindakan terhadap pasien 4. Klien dan keluarga akan
hari mengerti tentang
5. Kolaborasikan pemberian laksatif penyebabnya
2) Bebas dari
ketidaknyamanan dan 5. Pelunak feses meningkatkan
konstipasi efisiensi pembasahan air
3) Mengidentifikasi usus, yang melunakkan massa
indicator untuk feses dan membantu eliminasi
6. Anjurkan pasien untuk cukup
mencegah konstipasi minum 6. Masukan cairan adekuat
membantu mempertahankan
konsistensi feses yang sesuai
pada usus dan membantu
eliminasi regular (Doenges,
2018).
7. Kerusakan integeritas NOC NIC
kulit berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mencegah irtasi dan tekanan
keperawatan selama 3 x 24 menggunakan pakaian yang dari baju
jam longgar
dengan tirah baring masalah kerusakan integritas 2. Hindari kerutan padaa tempat tidur 2. Tempat tidur yang berkerut
kulit teratasi dengan akan merusak jaringan
lama, edema, penurunan 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap 3. Daerah yang lembab akan
Kriteria Hasil : bersih dan kering memper cepat tumbuhnya
perfusi jaringan mikroorganisme
1) Integritas kulit yang 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi 4. Menghindari tekanan dan
baik bisa pasien) setiap dua jam sekali meningkatkan aliran darah
dipertahankan (sensasi, 5. Kemerahan berarti adanya
elastisitas, temperatur, 5. Monitor kulit akan adanya
iritasi pada kulit
hidrasi, pigmentasi) kemerahan
6. Agar kerusakan tidak meluas
6. Oleskan lotion atau minyak/baby
2) Tidak ada luka/lesi oil pada derah yang tertekan
7. Meningkatkan aliran darah
pada kulit 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
kesemua daerah (Doenges,
pasien
3) Perfusi jaringan baik 2018).
4) Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
5) Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemempuan klien untuk 1. Meninjau perkembangan
keperawatan selama 3 x 24 perawatan diri yang mandiri. pasien memakai pakaian
kehilangan mobilitas, jam
2. Mengidentifikasi area masalah
ketidakmapuan general, masalah kurang perawatan diri 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
teratasi dengan alat bantu untuk kebersihan diri,
ketidakseimbangan berpakaian, berhias, toileting dan
Kriteria Hasil : makan.
prseptual/kognitif. 3. Meningkatkan kemandirian
1) Klien terbebas dari bau 3. Sediakan bantuan sampai klien
badan mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
2) Menyatakan kenyamanan 4. Meningkatkan kemandirian
terhadap kemampuan 4. Ajarkan klien/ keluarga untuk
untuk melakukan ADLS mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
3) Dapat melakukan ADLS pasien tidak mampu untuk
dengan bantuan melakukannya. 5. Agar pasien dan keluarga
mengerti kemandirian dalam
5. Berikan aktivitas rutin sehari- hari berpakaian secara baik
sesuai kemampuan. 6. Menentukan tingkat
kemandirian (Doenges, 2018).
6. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
pengobatan berhubungan Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit 2. Meningkatan pengetahuan dan
dan bagaimana hal ini berhubungan mengurangi cemas
dengan kurang 1) Pasien dan keluarga dengan anatomi dan fisiologi,
menyatakan dengan cara yang tepat.
pemahaman. pemahaman tentang
penyakit, kondisi, 3. Mencegah keparahan penyakit
prognosis dan 3. Identifikasi kemungkinan
program pengobatan penyebab, dengan cara yang tepat
2) Pasien dan
keluarga mampu 4. Sediakan informasi pada pasien 4. Meningkatkan pemahaman
melaksanakan tentang kondisi, dengan cara yang tentang kondisi data ini
prosedur yang tepat
dijelaskan secara
benar 5. Hindari harapan yang kosong 5. Menghindari repon keluarga yang
3) Pasien dan keluarga kurang baik
6. Sediakan bagi keluarga informasi
mampu menjelaskan 6. Memberikan motivasi kepada
tentang kemajuan pasien dengan
kembali apa yang keluarga dalam proses
cara yang tepat
dijelaskan penyembuhan.
perawat/tim 7. Diskusikan perubahan gaya hidup
kesehatan lainnya yang mungkin diperlukan untuk 7. Menghindari terjadinya
mencegah komplikasi di masa yang komplikasi dari penyakit
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
8. Diskusikan pilihan terapi atau 8. Memberikan gambaran terhadap
penanganan terapi yang bisa digunakan
9. Dukung pasien untuk 9. Meningkatkan harga diri agar
mengeksplorasi atau mendapatkan tetap termotivasi untuk sembuh
second opinion dengan cara yang (Doenges, 2018).
tepat atau diindikasikan
Implementasi Keperawatan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan
Evaluasi Keperawatan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Hasil yang diharapkan (Muttaqin, 2009)
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
A. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama : pasien mengatakan sesak nafas dan merasa
dada nya berat
Faktor Predisposisi : adanya penyumbatan pada pembuluh kapiler
jantung akibat adanya penyempitan atau plak
pada dinding arteri kapiler.
Faktor Presipitasi : riwayat konsumsi makanan yang bergaram
dan kebiasaan makan yang tidak sehat
S : skala nyeri 6
Data Objektif :
RR : 30
BSS : 379
TD : 130/100
N : 128
Pasien bernapas dengan bantuan diafragma
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur dan tampak kelelahan
Masalah keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan pembuluh darah
3) Kebiasaan
Jenis - Frekuensi - Jumlah - Lamanya
a. Merokok : Tidak - -
b. Kopi : Tidak - -
c. Alkohol : Tidak
4) Obat-obatan yang digunakan
Jenis Lamanya Dosis
- - -
- - -
- - -
D. Riwayat Keluarga
Keluarga pernah mengidap diabetes (ayah pasien). Kakak pertama pasien
mengalami diabetes ringan. Suami pasien tidak memiliki penyakit
keturunan
1) Genogram
Laki-laki
Perempuan
Data Objektif :-
B. Nutrisi
Data Subjektif :
Pasien tidak memiliki keluhan pada makan dan minum
Pasien mengatakan ingin makan makanan yang ia sukai
Data Objektif :
Bibir lembab, mulut normal, tidak ada bengkak pada gusi, gigi
lengkap, lidah normal
Leher simetris, kelenjar tiroid normal, tenggorokan berfungsi dengan
baik
tidak terdapat penurunan badan yang signifikan, berat pasien 42 kg,
tinggi badan 150 cm
pasien masih mampu menelan makanan dengan baik, nafsu makan
berkurang, pasien kurang minum karena tirah baring. Pasien makan 3
kali sehari sesuai jadwal yang direncanakan tim gizi rumah sakit.
Pasien makan 6-10 sendok untuk 1 kali makan
abdomen simeris, palpasi normal tidak ada benjolan atau massa,
auskultasi timpani, BAB normal dengan konsistensi padat dan
berwarna kuning pucat namun tidak terdapat lendir maupun darah.
Tidak ada konstipasi
C. Eliminasi
Data Subjektif :
Pasien mengatakan BAB lancar, tidak ada muntah dan masalah dalam
BAK
Data Objektif :
D. Aktivitas/Istirahat
Data Subjektif :
Data Objektif :
E. Persepsi/Kognitif
Data Subjektif : -
F. Persepsi Diri
Data Subjektif :
Data Objektif :
G. Peran Hubungan
Data Subjektif : tidak ada data
Data Objektif : pasien beragama kristen protestan dan mengikuti
budaya chinnese-palembang. Paien berhubugan baik
di lingkungannya. Hubungan dengan keluarga juga
baik.
H. Seksualitas
Data Subjektif :-
Data Objektif : tidak ada kemerahan dan benjolan pada labia minora
dan mayora, terdapat perineum, pasien sudah
menapouse
I. Toleransi/Koping Stress
Data Subjektif : pasien mengatakan bahwa setiap manusia pasti
mengalami sakit, dan pasien berdoa agar dirinya
lekas sembuh
J. Prinsip Hidup
Data Subjektif :
Budaya : mengikuti orang tua
Spritual / Religius : Pasien merupakan jemaah gereja yang taat ketika
sehat
Psikologis : pasien kooperatif, bisa diajak berbincang, status
emosional tenang
Sosial : hubungan dengan sekitar baik
K. Keselamatan/Perlindungan
Data Subjektif :-
L. Kenyamanan
Data Subjektif :
Data Objektif :
Data Objektif :
RR : 30x/menit
Bernafas di bantu otot diafragma
Saturasi 87 %
Pola inspirasi dan respirasi tidak teratur
Terdapat mengi
B. Sistem Kardiovaskuler
Data Subjektif :
Data Objektif :
Perkusi : redup
C. Sistem Persarafan
Data Subjektif :
Data Objektif :
D. Sistem Perkemihan
Data Subjektif : -
Data Objektif :
E. Sistem Pencernaan
Data Subjektif : -
Data Objektif :
F. Sistem Muskuloskeletal
Data Subjektif : -
Data Objektif :
G. Sistem Integumen
Data Subjektif : -
Data Objektif :
H. Sistem Endokrin
Data Subjektif : pasien mengatakan takut makan karena sebelumnya
ketika kontrol gula darah pasien naik tinggi
Data Objektif :
Palpasi :-
I. Sistem Penginderaan
1) Penglihatan
Data Subjektif : keluarga mengatakan pasien pernah mengalami
operasi katarak.
Data Objektif :
Palpasi :-
2) Pendengaran
Data Subjektif : -
Data Objektif :
3) Penghidung
Data Subjektif : -
Data Objektif:
J. Pengkajian Psikososial
1) Persepsi klien terhadap penyakitnya :
Pasien mengatakan bahwa penyakitnya dikarenakan umur nya yang
mulai lanjut usia. Pasien menganggap penyakitnya sebagai bentuk
kasih sayang tuhan kepadanya
Jelaskan :
3) Status Emosional
Tenang Cemas Marah
Lainnya :-
Jelaskan :
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil
Tanggal Jenis
Laboratoriu Nilai Normal
Pemeriksaan pemeriksaan
m
18-10-2022 Elektrolit natrium 136 mmol/L 135-155
3,5-5,5
kalium 4,0 mmol/L
Hematologi 12-14
18-10-2022
4,0-5,0
hemoglobin 8.9 g/dL 5-10
150-400
eritrosit 2.93 juta/uL
trombosit 309
18-10-2022 ribu/mm2
Hitung jenis 0-1
Lekosit 1-3
hematokrit 27 %
2-6
50-70
20-40
2-8
18-10-2022 Basofil 0%
Kimia Klinik 20-40
Eonosinofil 1% 0,6-1,1
< 180 dan >45
Batang 2%
Segmen 87%
Urine Limfosit 6%
18-10-2022
Monosit 4%
Reaksi/pH 5,0
Protein (-)
Bilirubin (-)
Glukosa (-)
Keton (-)
Darah/Hb (+)
Nitrit (-)
Urobilinogen (-)
Lekosit (-)
Silinder (-)
Kristal (-)
Bakteri (-)
Jamur (-)
Lain-lain (-)
6. Terapi
Kontra
No Nama Obat Dosis Golongan Rute Indikasi
indikasi
Hipersensivi
Mengatasi tas
penumpuka furosemid,
Injeksi
1 Furosemid 1 Amp diuretik n cairan di penyakit
IV
dalam ginjal,
tubuh hati,asam
urat, lupus
Mengatasi Penyakit
Injeksi bakteri ginjal, hati,
2. Cefriaxone 1 gram antibiotik
IV pada penyakit
pernapasan empedu
Memenuhi
kebutuhan
asam Gagal ginjal
Nutrisi amino pada kronik,
3. 1 flush IVFD
Kidmin perenteral pasien gagal ginjal
hipoprotein akut
imia,
malnutrisi
Penggunaan
Membantu pada pasien
mengatasi dengan
Antihiper
4 amlodipine 5 mg Oral peningkata hipersensivit
tensi
n tekanan as terhadap
darah obat
amlodipine
FORMAT ANALISA DATA
KEMUNGKINAN
DATA (symptoms) MASALAH
PENYEBAB
DS : Gagal Jantung
Pasien mengeluh
sesak nafas dan dada
berat seperti tertimpa Kongesti pulmonalis
Pasien mengatakan
kesulitan dalam
bernafas
Tekanan hidrostatik lebih
besar dari tekanan
DO :
osmotik
RR : 30x/menit
Bernafas di bantu
otot diafragma
Saturasi 87 %
Pola inspirasi dan Pembesaran cairan ke
respirasi tidak teratur alveoli
Terdapat mengi Gangguan pertukaran
HR : 121 gas
Takikardi
Auskultasi redup
Edema paru
Ketidkseimbangan
ventilasi dan perfusi
S : skala nyeri 6
Pengisian Ventrikel Penurunan curah
T : nyeri dirasakan tidak menurun jantung
menentu
Pasien mengatakan
dadanya terasa sesak Aliran darah tidak
dan berat adekuat dari jantung dan
D.O : otak
Pasien terlihat
meringis
Penurunan curah jantung
Pasien memegang
area dada
Nadi : 128x/menit
RR : 30x/menit
HR : 121
Intoleransi aktivitas
Nyeri dada
DIAGNOSA KEPERAWATAN
9. hematokrit 27 %
A:
P:
monitor TTV
monitor pola nafas,
irama nafas, bunyi
tambahan, dan
saturasi
kolaborasikan
pemberian
oksigenasi
menjelaskan perawa
09.30 tujuan dan S: t
prosedur dari Pasien mengatakan
pemantauan sudah bisa sediki
menginformasika bernafas dengan lancar
n hasil
pemantauan O:
Kolaborasi Setelah Pemberian
penggunaan oksigen 15 L bunyi
oksigen : 15 L nafas tambahan
sesuai arahan berkurang
DPJP RR : 28
SPO2 : 90%
A:
Sesak nafas
diakibatkan gangguan
jantung
P:
Monitor saturasi
Monitor pola nafas
dan pernapasan
Monitor air pada
humidifier
Dokumentasikan
tindakan
2. Penurunan curah
jantung 10.00 mengidentifikasi S:
berhubungan tanda/gejala P : pasien merasa nyeri
dengan perubahan primer dada karena
afterload penurunan curah kelainan kerja
jantung jantung
Q : rasa nyeri seperti
Mengidentifikasi
tertimpa benda
tanda/gejala
berat
sekunder
R : nyeri terasa pada
penurunan curah
area dada dan
jantung
Memonitor berpindah
intake dan output S : skala nyeri 6
cairan T : nyeri dirasakan
Memonitor tidak menentu
keluhan nyeri
dada O:
1. TD : 140/100
2. Nadi cepat namun
lemah HR :
120x/mnt
3. Capillary refill time
5 detik
4. Oliguria
5. Dyspnea
6. Kulit pucat
kekuningan
A:
Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
P:
Intoleransi memberikan
aktivitas 12.00 terapi terapi S:
relaksasi untuk
mengurangi Setelah diberikan
strees terapi relaksasi pasien
mengatakan sudah bisa
menganjurkan sedikit relaks dan
beraktifitas fisik berdoa menurut
sesuai toleransi kepercayaannya
menganjurkan
O:
berakitifitas fisik
secara bertahap 1. pasien tidak dapat
berkolaborasi bergerak dengan
pemberian leluarsa karena
antiaritmia : nyeri dada dan
furosemid masih
ketergantungan
oksigen
2. setelah diberikan
obat pasien tertidur
dengan pulas
A:
Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
P:
lakukan pemantauan
ttv dan keadaan
umum pasien
lakukan pemantauan
pada nyeri dada
pantau reaksi obat
Dinas Siang 19/10/2022
perawa
1. Gangguan 14.00 memonitor TTV S: t
Pertukaran Gas memonitor pola
berhubungan Pasien mengatakan
nafas, irama nafas,
tidak terlalu sesak lagi
dengan bunyi tambahan,
karena sudah ada
ketidakseimbanga memonitor
bantuan oksigen dan
n ventilasi-perfusi kemajuan saturasi
mempraktekkan
setelah pemberian
pernapasan dengan
oksigen
teknik relaksasi
O:
1. TD : 130/80
2. N : 89, tekanan
perifer terasa sedikit
kuat
3. RR : 28
4. Pola nafas masih
tidak teratur
5. Irama nafas normal
6. Bunyi tambahan
tidak terdengar
7. Saturasi 91%,
meningkat dari
sebelumnya
A:
Sesak nafas
diakibatkan gangguan
pemompaan jantung
P:
2. Penurunan Curah
jantung 17.00 Memonitor TTV S:
dan keadaan P : pasien merasa nyeri
umum pasien dada karena
Memonitor output kelainan kerja
dan input cairan jantung
Monitor keluhan Q : rasa nyeri seperti
nyeri
tertimpa benda
berkolaborasi
berat
pemberian terapi R : nyeri terasa pada
medik area dada dan
memberikan
berpindah
arahan relaksasi
dada S : skala nyeri 4
meninjau posisi T : nyeri dirasakan
nyaman pasien setiap 3 jam sekali
memberikan terapi
medik O:
1. TD : 130/80
2. Nadi sedikit kuat,
HR: 89x/mnt
3. Capillary refill time
4 detik
4. Oliguria menurun
5. Dyspnea menurun
6. Kulit pucat
kekuningan
menurun
A:
Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
P:
A:
P:
1. Pasien mengalami
intolerasi aktivitas
sehingga tidak dapat
ditimbang rutin,
intervensi tidak
dilakukan
2. Monitor output dan
input makanan,
cairan dan asupan
kalori
3. Memberikan penkes
pada keluarga untuk
membuat catatan
asupan harian
pasien/ makanan
yang ingin pasien
makan serta alasan
pasien masih tidak
mau makan
4. Berkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang makanan
yang tidak ingin
pasien makan
A:
Sesak nafas
diakibatkan gangguan
pemompaan jantung
P:
Monitor TTV dan
keadaan umum
pasien
Monitor pola nafas,
pernafasan per
menit dan bunyi
tambahan
Monitor saturasi
saat penggunaan
oksigen
mengidentifikasi S : perawa
2 Penurunan curah 09.30 tanda/gejala P : pasien merasa nyeri t
jantung dada karena
primer
penurunan curah kelainan kerja
jantung jantung
Mengidentifikasi Q : rasa nyeri seperti
tanda/gejala tertimpa benda
sekunder berat
penurunan curah R : nyeri terasa pada
jantung area dada namun
Memonitor tidak menyebar
intake dan output S : skala nyeri 3
cairan T : nyeri dirasakan
Memonitor ketika bergerak
keluhan nyeri berlebihan
dada
O:
Mengevaluasi
penggunaan 1. TD : 134/82
metode relaksasi 2. Nadi sedikit kuat,
dada HR: 88x/mnt
3. Capillary refill time
Meninjau posisi
4 detik
pasien saat tidur 4. Oliguria menurun
5. Dyspnea menurun
6. Kulit pucat
kekuningan
menurun
7. Input cairan baik,
output cairan masih
sedikit
A:
Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
P:
A:
Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
P:
Ureum meningkat
Creatinine
meningkat
Glucosa Darah
Sewaktu 130 mg/dL
Eritrosit meningkat
A:
P:
Masalah teratasi,
intervensi dilanjutkan
Dinas Malam 29/09/2022
memonitor S: perawa
1 Gangguan 20.00 frekuensi irama, t
pertukaran gas Pasien mengatakan
kedalaman dan
tidak terlalu sesak lagi
upaya nafas karena sudah ada
memonitor pola bantuan oksigen dan
nafas mempraktekkan
memonitor nilai pernapasan dengan
AGD teknik relaksasi
Memonitor O:
saturasi oksigen
Auskultasi bunyi 1. TD : 131/79
nafas 2. N : 89x/menit,
tekanan perifer terasa
Monitor
sedikit kuat
penggunaan 3. RR : 25
teknik relaksasi 4. Pola nafas mulai
teratur
5. Irama nafas normal
6. Bunyi tambahan
tidak terdengar
7. Saturasi 95%,
meningkat dari
sebelumnya
A:
O:
1. TD : 131/79 mmHg
2. Nadi sedikit kuat,
HR: 89x/mnt
3. Capillary refill time
3 detik
4. Oliguria berkurang
5. Dyspnea berkurang
6. kekuningan menurun
7. Input cairan baik,
output cairan mulai
membaik
A:
Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
P:
Masalah teratasi,
intervensi diteruskan.
Dinas Pagi 30/09/2022
memonitor S: perawa
1. Gangguan 08.00 frekuensi irama, t
pertukaran gas Pasien mengatakan
kedalaman dan
tidak terlalu sesak lagi
upaya nafas karena sudah ada
memonitor pola bantuan oksigen dan
nafas mempraktekkan
memonitor nilai pernapasan dengan
AGD teknik relaksasi
Memonitor O:
saturasi oksigen
Auskultasi bunyi 1. TD : 134/76
nafas 2. N : 87x/menit,
tekanan perifer
Monitor
terasa sedikit kuat
kemajuan terapi 3. RR : 25
medik dan teknik 4. Pola nafas mulai
relaksasi dada teratur
5. Irama nafas normal
6. Bunyi tambahan
tidak terdengar
7. Saturasi 96%,
meningkat dari
sebelumnya
A:
Sesak nafas
diakibatkan gangguan
pemompaan jantung
P:
Masalah teratasi,
kolaborasi penggantian
dosis oksigen
perawa
2. Penurunan Curah 09.00 Mengevaluasi S: t
Jantung
penggunaan Keluarga mengatakan
metode relaksasi pasien sering
dada menerapkan relaksasi
Mengevaluasi dada untuk mengatasi
posisi istirahat nyeri yang timbul
pasien
Kolaborasi terapi O:
medik
1. TD : 134/76
2. Nadi sedikit kuat,
HR: 87x/mnt
3. Capillary refill time
3 detik
4. Oliguria menurun
5. Dyspnea menurun
6. Kekuningan
menghilang
7. Input cairan baik,
output cairan sudah
normal
8. Pasien dapat
beristirahat dengan
baik
A:
Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
P:
Sudoyo, A.W. dkk,. (2011). Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 5. Jakarta ; Interna
Publishing
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2018. Nursing Interventions
Classification (NIC) 6th Edition.USA : Elsevier Mosby.
Mansjoer, A ., et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) 6th
Edition. SA : Elsevier Mosby.
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol.1. Jakarta : EGC.
NANDA. 2018. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2018-2023. The North American
Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
Anita, E. A., Sarwono, B., & Widigdo, D. A. M. (2022). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gagal Jantung Kongestif. Jurnal Skala Husada : The Journal of Health, 18(1), 34–38.
https://doi.org/10.33992/jsh:tjoh.v18i1.1837
Jenny Thalia, Karundeng, Wisnu Cahyo, Pranowo; Adam M, ramadhan. (2018). Pola Pengobatan Pada
Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Kota Samarinda. Https://Medium.Com/, November, 20–21.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf
Saelan, Dzurriyatun.T, G. S. . (2018). Gambaran Perilaku Perawatan Diri Pada Pasien Gagal Jantung.
Providing Seminar Informasi Kesehatan Nasional, 5(2), 43–49.
Yunita, A., Nurcahyati, S., & Utami, S. (2020). Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang
Pencegahan Komplikasi Congestive Heart Failure (Chf). Jurnal Ners Indonesia, 11(1), 98.
https://doi.org/10.31258/jni.11.1.98-107
Muttaqin, Arif., dan Kumala Sari. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Cardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.