Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CONGESTIVE HEART DISEASE (CHF)

PADA “NY. M” DI RUANG PERAWATAN DEWASA PEREMPUAN RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
TAHUN 2022

Kelompok 2 :

1. Arifaldi Azhar 22222012


2. Ayu Permata Sari 22222013
3. M. Mardhian Alfarid 22222045
4. Rahmawati Wulandari 22222056
5. Rinda Nur Ramadhan 22222060
6. Rizkia Pramadani 22222063
7. Sely Septina Enggeri 22222068
8. Syarifah Sahabiyah Shahab 22222073

Pembimbing Akademik :

Imardiani S.Kep.,Ns.,M.Kep

Pembimbing Lapangan :

1. Apriani SST.,M.Kes.
2. Wenny Pentiara S.Kep.,NS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


IkesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan keadaan jantung yang mengalami
kegagalan dalam memompa darah untuk mencukui kebutuhan nutrien, oksigen, sel-sel
tubuh secara adekuat (Yunita, dkk. 2020). Congestive heart failure menjadi perhatian di
dunia saat ini karena merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.
Congestive Heart Failure merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh yang dapat disebabkan oleh
gangguan kemampuan otot jantung berkontraksi atau meningkatnya beban kerja dari
jantung yang diikuti oleh peningkatan volume darah yang abnormal dan cairan interstisial
jantung (Fajriansyah, 2016; Karundeng, dkk. 2018).
Menurut data (WHO) 2008, menyebutkan bahwa terdapat 17,3 juta mortalitas akibat
penyakit kardiovaskular dari 30% jumlah penduduk dunia. Prevalensi CHF di indonesia,
penyakit kardiovaskuler menjadi pembunuh nomor satu dan prevalensi penyakit jantung
di indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Prevalensi penyakit jantung kotoner
pada umur >15 tahun menurut diagnosis dokter ialah provinsi kalimantan timur (22%),
Nusa Tenggara Timur (4,4%), Sulawesi Tengah (3,8%), dan Sulawesi Selatan (2,9%).
Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Riau (0,3%), Lampung (0,4%), Jambi (0,5%),
dan Banten (0,2%) (Riskesdas,2013; Karundeng, dkk., 2018).
Data WHO 2018 menyebutkan terdapat sekitar 20 juta orang per tahun meninggal
akibat masalah kardiovaskular. Data Riskesdas 2018 berdasarkan diagnosis dokter
menyebutkan sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 1.017.290 orang mengalami
penyakit CHF (Riskesdas, 2018; Yunita et al., 2020).
Menurut data Riskesdas (2018), prevalensi penyakit jantung menurut karakteristik
umur yaitu, pada usia Lansia >75 tahun (4,7%) dan terendah pada usia < 1 tahun (0,1%).
Prevalensi menurut jenis kelamin pada 2018 menunjukka angka tertinggi pada perempuan
dengan 1,6% dan laki-laki 1,3% (Riskesdas, 2018; Anita et al., 2022).
Prevalensi gagal jantung berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter pada penduduk
Riau sebesar 1,1% atau sekitar 26,085 oran (Yunita et al., 2020). Prevalensi kasus gagal
jantung kongestive di Yogyakarta berkisar 3,459 orang pada tahun 2012 dengan pasien
yang mengalami CHF sebanyak 401 orang (Saelan, dkk., 2021).
Menurut NYHA, GJK dibagi berdasarkan 4 derajat daam derajat I menunjukkan
seorang biasa beraktifitas pada derajat II pasien menunjukkan gejala ringan saat
melakukan aktivitas dan lebih nyaman ketika beraktifitas, derajat III pada pasien dengan
adanya keterbatasan fisik, dan derajat IV pada pasien yang sudah tidak bisa melakukan
aktivitas apapun tanpa keluhan (O,Connor,et.al. 2009; (Saelan, dkk.,2018)
Pada penelitian yang dilakukan Widagdo (2017) menunjukkan bahwa distribusi
responden sebagian besar perempuan dengan usia >60 tahun yang pada umumnya
mengalami menopouse yang menyebabkan kolestrol LDL meningkat dan mengakibatkan
mengalami gagal jantung. Menurut penelitian Prasetyo, menyebutkan umur juga dapat
menjadi resiko keadaan kardiomegali yang terjadi pada gagal jantung. (Anita et al., 2022).
Gagal jantung kongestif adalah sindrom klinis yang kompleks timbul dari fungsional
dan struktural gangguan jantung yang merusak kemampuan ventrikel untuk mengisi darah
atau mengeluarkan darah. Banyak pasien yang memiiki gejala sugestif yaitu sesak napas,
edema perifer, dyspnea nocturnal paroksismal. Teteapi juga terdapat gejala lain seperti
disfungsi ventrikecular kiri. Pada saat itirahat atau aktivitas ditandai dengan takipnea,
takikardi dan ronchi paru. Pada pasien gagal jantung saat kondisi istirahat saturasi
oksigen berkisar antara 91% sampai 95% jika terjadi penurunan maka berdampak pada
penurunan oksigenasi jaringan dan produksi energi sehingga berkontribusi pada
penurunan kemampuan aktivitas pasoen sehari-hari. Diagnosis CHF ditegakkan
berdasarkan tanda dan gejala yang ditimbulkan akibat patofisioligi yang mendasarinya.
Pemeriksaan penunjang seperti ekokardiografi, elektrokardiografi radiologi dan
laboratorium juga dapat membantu dalam penegakan diagnosis CHF (Anita, dkk. 2021).
Pasien CHF mengalami perawatan ulang di Rumah Sakit yaitu gaya hidup yang tidak
sehat dan tidak teraturnya pola makan dari pasien, merokok, stress sehingga membuat
kondisi pasien akan semakin menurun. Hal tersebut jika tidak segera diatasi dapat
menyebabkan komplikassi dan berakibat pada hospitalisasi ulang (Welly, 2015; Yunita,
dkk. 2020)

pada kasus yang diangkat CHF terjadi pada Ny. M dengan keluhan utama sesak nafas.
Pada kasus ini, Ny.M merasakan sesak seperti tertimpa benda berat dan mengalami nyeri
dada. Akibat ini Ny. M tidak dapat melakukan aktivitas karena setiap melakukan aktivitas
maka sesak yang dirasakan akan semakin berat dan nyeri dada semakin terasa. Maka dari
itu dibutuhkan penegakan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi
masalah yang dialami pasien sehingga para penyusun mengambil judul ini untuk
mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan yang Komprehensif pada Ny.M.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan secara Komprehensif pada Ny. M
dengan Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada y.M dengan CHF di
RSUD Palembang Bari
b. Mahasiswa mampu menegakkan Prioritas Masalah Keperawatan danmenegakkan
diagnosis keperawatan pada Ny.M dengan CHF di RSUD Palembang Bari
c. Mahasiswa mampu menentukan rencana asuhan keperawatan pada Ny.M dengan
CHF di RSUD Palembang Bari
d. Mahasiswa mampu melaksanakan atau menerapkan impelemntasi keperawatan pada
Ny. M dengan CHF di RSUD Palembang Bari.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi Keperawatan pada Ny.M dengan CHF di
RSUD Palembang Bari
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Asuhan keperawatan dilakukan pada Ny.M pada tanggal 19 Oktober 2022 – 22 Oktober
2022 di Ruang Penyakit dalam Perempuan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
yang berlokasi di Jalan Panca Usaha No 1, 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I Kota
Palembang, Sumatera Selatan dengan Kode Pos 30254.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Selayang Pandang
Rumah Sakit umum Daerah palembang BARI merupakan unsur penunjang
pemerintah daerah di bidang kota pelayanan kesehatan yang merupakan satu - satunya
Rumah sakit milik pemerintah kota palembang BARI terletak di jalan panca usaha N0.1
Kelurahan 5 Ulu Kecamatan seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun
2001, dibuat jalan alternatif dari Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI dari jalan
poros Jakabaring.

B. Visi, Misi dan Motto


1. Visi
Menjadi Rumah Sakit unggul, Amanah dan Terpercaya di Indonesia.

2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yg berorientasi pada keselamatan dan
ketepatan sesuai standar mutu yang berdasarkan pada etika dan profesionalisme
yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
b. Meningkatkan mutu manejement sumber daya kesehatan.
c. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia.

3. Motto
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.

4. Tujuan
a. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar mutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang teijangkau yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
C. Sejarah
1. Sejarah Berdiri
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994 dahulunya merupakan
gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha, kemudian diresmikan menjadi RSUD
Palembang BARI tanggal 19 Juni 1995 dengan SK Depkes Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas
C pada tanggal 10 November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
HK.00.06.2.2.4646 , RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh
tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003 kemudian di tahun berikutnya 2004
dibuat Master Plan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Pembangunan gedung dimulai dimulai pada tahun 2005 yakni Gedung Bedah Central
dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006) pembangunan Gedung Bank Darah.
Pada tahun 2007 dilanjutkan dengan pembangunan : Gedung Administrasi, Gedung
Pendaftaran, Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi, Gedung Laboratorium, Gedung
Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan Cafetaria. Pada 5 februari 2008, berdasarkan
Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 RSUD Palembang BARI memperoleh
status Akreditasi penuh tingkat lanjut . Serta Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD
Palembang BARI berdasarkan Keputusan Walikota Palembang No. 915.b tahun 2007
penetapan RSUD Palembang Bari sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh. Adapun pembangunan
yang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung Poliklinik (3 lantai), Gedung
Instalasi Gawat Darurat, Gedung Instalai Gizi (Dapur), Gedung Loundry, Gedung
VVIP, Gedung CSSD, Gedung ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai Rumah Sakit
Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah
kota palembang provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun pembangunan
gedung yang berlangsung di tahun 2009 meliputi : Gedung Kebidanan, Gedung
Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik serta Gedung Hemodialisa. Selanjutnya
pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2010-2011 meliputi: Perawatan
Kelas I, II, III, Kamar Jenazah, Gedung ICCU, Gedung PICU, Workshop dan
Musholah.
1) Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI merupakan geduang Poliklinik atau Puskesmas Panca Usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997,
tanggal 10 November 1997 di tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum kelas C.
3) Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian statu akreditas
penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal
07 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status akreditasi
penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal
05 Februari 2008.
5) Kepmenkes RI Nomro: 24l/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 02 April
2009.
6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD Rumah Sakit Umum Daerah palembang BARI
berdasarkan keputusan wali kota Palembang No. 915 B tahun 2008 tentang
penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan
pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status akreditas lulus tingkat lengkap kepada
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari 2012.

2. Fasilitas dan Pelayanan


1) Fasilitas
a) Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 Jam
b) Farmasi atau Apotek 24 Jam
c) Rawat Jalan atau Poliklinik Spesialis
d) Bedah Sentral
e) Central Sterilized Suplay Separtemen (C S SD)
f) Unit Rawan Intensif (PICU, NICU & CICU)
g) Rehabilitation Medik
h) Radiologi 24 jam
i) Laboratorium Klinik 24 Jam
j) Patologi Anatomi
k) Bank Darah
l) Hemodialisa
m)Medical Check Up
n) ECG dan EEG
o) USG 4 Dimensi
p) Endoskopi
q) Kamar Jenazah
r) Ct Scan 64 Slides
2) Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis)
a) Poliklinik Spesialis Penyakit dalam
b) Poliklinik Spesialis Bedah
c) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d) Poliklinik Spesialis Anak
e) Poliklinik Spesialis Mata
f) Poliklinik Spesialis THT
g) Poliklinik Spesialis Syaraf
h) Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin
i) Poliklinik Spesialis Jiwa
j) Poliklinik Jantung
k) Poliklinik Gigi
l) Poliklinik Psikologi
m) Poliklinik Terpadu
n) Poliklinik Akupuntur
o) Poliklinik Rehabilitasi Medik
3) Pelayanan Rawat Inap
a) Rawat Inap VIP dan VVIP
b) Rawat Inap Kelas I, II, dan III
c) Rawat Inap Penyakit Dalam Perempuan
d) Rawat Inap Penyakit Dalam Laki-Laki
e) Perawatan Anak
f) Perawatan Bedah
g) Perawatan ICU
h) Perawatan Kebidanan
i) Perawatan Neonatus/Nicu/PICU
4) Instalasi Gawat Darurat
a) Dokter j aga 24 j am
b) Ambulans 24 Jam
5) Pelayanan Penunjang
a) Instalasi Laboratorium Klinik
b) Instalasi Radiologi
c) Instalasi Farmasi
d) Instalasi Bedah Sentral
e) Instalasi Gizi
f) Bank Darah
g) Instalasi Pemulasan Jenazah
h) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
i) Instalasi Laundry
j) Central Sterilized Suplay Departement (CS SD)
k) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
l) Kasir
m) Hemodialisa
6) Fasilitas kendaraan operasional
a) Ambulance 118
b) Ambulance bangsal
c) Ambulance siaga
d) Ambulance trauma center
e) Mobil jenazah

7) Fasilitas di ruang nifas


a) Troli emergency
b) Bed pasien
c) Incubator
d) Dopler
e) Obat-obatan pasien
f) Hecting set
g) Infus set
h) Verloss bed
i) Bed gynaekolog
j) Bed partus
Konsep Dasar Congestive Heart Failure (CHF)
D. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis dimana kelainan
fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan
meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & Ganong, 2010). Gagal jantung yaitu suatu
keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau peningkatan
tekanan pengisian diastolik dari ventrikel kiri atau keduanya, sehingga tekanan kapiler
paru meningkat (Asikin, 2016). Gagal jantung (dekompensasi kordis) dapat pula
dikatakan sebagai sekumpulan tanda dan gejala yang ditandai dengan sesak napas dan
kelelahan (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung (Sudoyo, 2011). Berdasarkan sejumlah definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure merupakan
suatu keadaan dimana jantung gagal memompakan darah ke seluruh tubuh, sehingga tidak
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau terjadinya defisit penyaluran oksigen ke
organ tubuh.

Gambar 1. Perbedaan jantung normal dan jantung CHF

E. Etiologi
Etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor eksterna
maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung) seperti hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD),
stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut

F. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas:
(Mansjoer dan Triyanti, 2007)
Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-
hari tanpa keluhan.
Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring.

G. Patofisiologi
Bila cadangan jantung untuk berespons terhadap stres tidak adekuat dalam memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai
pompa dan akibatnya terjadi gagal jantung. Demikian juga, pada tingkat awal, disfungsi
komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan gagal jantung. Jika cadangan
jantung normal mengalami kepayahan dan kegagalan, respon fisiologis tertentu pada
penurunan curah jantung adalah penting. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh
untuk mempertahankan perfusi organ vital tetap normal. Terdapat empat mekanisme
respons primer terhadap gagal jantung meliputi:
a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis
b. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon
c. Hipertrofi ventrikel
d. Volume cairan berlebih (overload volume).
Keempat respon ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme –
mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan istirahat. Tetapi,
kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada saat
beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan semakin kurang
efektif (Muttaqin, 2012).

H. Tanda dan Gejala


1. Peningkatan volume intravaskular.
2. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya
curah jantung.
3. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang menyebabkan
cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan dengan batuk dan nafas
pendek.
4. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan vena
sistemik.
5. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan
dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke
jaringan dan organ yang rendah.
6. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler
akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal).
Gambaran klinis jantung sering dipisahkan menjadi efek ke depan (forward) atau efek
kebelakang (backward), dengan sisi kanan atau kiri jantung sebagai titik awal serangan.
Efek ke depan dianggap “hilir” dari miokardium yang melemah. Efek ke belakang
dianggap “hulu” dari miokardium yang melemah.

1. Efek ke depan gagal jantung kiri


a. Penurunan tekanan darah sistemik
b. Kelelahan
c. Peningkatan kecepatan denyut jantung
d. Penurunan pengeluaran urin
e. Ekspansi volume plasma
2. Efek ke belakang gagl jantung kiri
a. Peningkatan kongesti paru, terutama sewaktu berbaring.
b. Dispnea (sesak napas)
c. Apabila keadaan memburuk, terjadi gagal jantung kanan
3. Efek ke depan gagal jantung kanan
a. Penurunan aliran darah paru
b. Penurunan oksigenasi darah
c. Kelelahan
d. Penurunan tekanan darah sistemik (akibat penurunan pengisian jantung kiri) dan
semua tanda gagal jantung kiri
4. Efek ke belakang gagal jantung kanan
a. Peningkatan penimbunan darah dalam vena, edema pergelangan kaki dan tangan
b. Distensi vena jugularis
c. Hepatomegali dan splenomegali
d. Asites : pengumpulan cairan dalam rongga abdomen dapat mengakibatkan
tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.

I. Komplikasi
1. Stroke
2. Penyakit katup jantung
3. Infark miokard
4. Emboli pulmonal
5. Hipertensi

J. Terapi
1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup
jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau
intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3. Posisi setengah duduk.
4. Diet pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah,
mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah
garam 2 gr disarankan.
5. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila
pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat
berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5
kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada
gagal jantung ringan atau sedang.
6. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 (2-3 liter/menit) dan menurunkan
konsumsi oksigen dengan pembatasan aktivitas.
7. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
a. Dosis digitalis
1) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam
dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
2) Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
3) Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
b. Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia
lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
1) Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan
2) Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan
8. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.

K. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik metabolik
maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan resiko CAD
dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hepar atau
ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung, hipertropi
ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan kemampuan
kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
L. Asuhan Keperawatan Teoritis
Pengkajian
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus,
bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid,
jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan
faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas,
nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial
presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
b. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
c. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
d. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis
e. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
f. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
g. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit
pucat, dan pitting edema.
Diagnosa yang mungkin Muncul

Berdasarkan (NANDA, 2018) diagnosa keperawatan utama sebagai berikut :


a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
b. kontraktilitas jantung, perubahan afterload, perubahan frekuensi jantung, perubahan irama
jantung, perubahan preload.
c. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan dispnea
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ansietas, posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru, keletihan, hiperventilasi, obesitas, nyeri, keletihan otot pernapasan.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan , natrium
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen
g. Konstipasi berhubungan dengan punurunan masukan diet, perubahan proses pencernaan,
efek samping terapi obat
h. Kerusakan integeritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema, penurunan
perfusi jaringan
i. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan mobilitas, ketidakmapuan general,
ketidakseimbangan prseptual/kognitif.
j. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman.
Intervensi dan implementasi

No Diagnosa keperawatan Intervensi keperawatan (NIC-NOC)


Tujuan Intervensi Rasional
1. Resiko peenurunan curah NOC : NIC :
jantung berhubungan
dengan gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Evaluasi adanya nyeri dada 1. Melihat karakteristik nyeri yang
kontraktilitas jantung selama…penurunan kardiak dialami klien, sehingga akan
output klien teratasi dengan mempengaruhi tindakan
kriteria hasil: keperawatan dan diagnosa yang
1) Tanda Vital dalam akan ditegakkan .
rentang normal (Tekanan 2. Catat adanya disritmia jantung 2. Dokumentasi ditujukan sebagai
darah, Nadi, respirasi) bukti tertulis dalam tindakan
2) Dapat mentoleransi keperawatan tentang kondisi dan
aktivitas, tidak ada tindakan yang telah diberikan
kelelahan kepada klien.
3) Tidak ada edema paru, 3. Catat adanya tanda dan gejala 3. Penurunan kardiak output sangat
perifer, dan tidak ada penurunan cardiac putput berpengaruh terhadap sistemik
asites tubuh, mencatat itu berguna dalam
4) Tidak ada penurunan memberikan pengarahan dalam
kesadaran melakukan tindakan keperawatan.
5) AGD dalam batas normal 4. Monitor status pernafasan yang 4. Status respirasi yang buruk bisa
6) Tidak ada distensi vena menandakan gagal jantung saja disebabkan oleh edema paru
leher dan ini erat kaitannya dengan
7) Warna kulit normal terjadinya gagal jantung.
5. Monitor balance cairan 5. Menilai status cairan.
6. Monitor respon pasien terhadap 6. Mengetahui respon tubuh setelah
efek pengobatan antiaritmia diberikan obat anti aritmia.
7. Atur periode latihan dan istirahat 7. Menghindari kelelahan.
8. Monitor toleransi aktivitas pasien 8. Klien bisa saja mengalami sesak
mendadak karena aktivitas yang
dilakukan, aktivitas ini bisa
memberat sesak napas klien
termasuk aktivitas ketika dilakukan
tindakan keperawatan.
9. Monitor adanya dyspneu, 9. Melihat keterbatasan klien yang
fatigue,takipneu dan ortopneu diakibatkan penyakit yang diderita
klien, dan dapat ditegakkan grade
dari suatu gangguan klien.
10. Anjurkan untuk menurunkan stress 10. Memperbaiki keadaan umum klien.
11. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 11. Mengkaji status sirkulasi perifer
pasien.
12. Auskultasi TD pada kedua lengan 12. Memantau perkembangan kondisi
dan bandingkan pasien.
13. Monitor jumlah, bunyi dan irama 13. S4 umum terdengar pada pasien
jantung hipertensi berat karena adanya
hipertrofi atrium. Adanya krakel,
mengi dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung
14. Monitor adanya cushing triad kronik
(tekanan nadi yang melebar, 14. Perbedaan frekuensi, kesamaan dan
bradikardi, peningkatan sistolik). keteraturan nadi menunjukkan efek
gangguan curah jantung pada
15. Jelaskan pada pasien tujuan dari sirkulasi sistemik/perifer.
pemberian oksigen 15. Meningkatkan sediaan oksigen
untuk kebutuhan miokard untuk
melawan efek hipoksia/iskemia.
Banyak obat dapat digunakan
untuk meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki
16. Kelola pemberian obat anti aritmia, kontraktilitas danm enurunkan
introtopik, nitrogliserin dan kongesti
vasodilator 16. Mempertahankan kontraktilitas
17. Kelola pemberian antikoagulan jantung.
17. Mencegah trombus perfier
(Doenges, 2018)
2. Hambatan pertukaran NOC NIC
gas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Posisikan pasien untuk 1. Posisi membantu memaksimalkan
dispnea selama 3 x 24 jam kerusakan memaksimalkan ventilasi ekspansi paru dan menurunkan
pertukaran gas teratasi dengan upaya pernafasan
kriteria hasil: 2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 2. Mengeluarkan sputum pada jalan
1) Mendemonstrasikan nafas
peningkatan ventilasi 3. Keluarkan sputum dengan batuk 3. Membersihkan jalan nafas
dan oksigenasi yang atau suction
adekuat 4. Auskultasi suara nafas, catat 4. Perubahan bunyi nafas
2) Memelihara kebersihan adanya suara tambahan menunjukan obstruksi sekunder
paru paru dan bebas dari 5. Monitor rata – rata, kedalaman, 5. Mengetahui status pernafasan
tanda tanda distress irama dan usaha respirasi
pernafasan 6. Catat pergerakan dada,amati 6. Indikasi dasar adanya gangguan
3) Mendemonstrasikan kesimetrisan, penggunaan otot saluran pernafasan (Doenges,
batuk efektif dan suara tambahan, retraksi otot 2018).
nafas yang bersih, tidak supraclavicular dan intercostals
ada sianosis dan
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
4) Tanda tanda vital dalam
rentang normal
3. Ketidakefektifan pola NOC: NIC:
napas berhubungan
dengan keletihan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien semi fowler 1. Posisi semi fowler membantu
keperawatan selama 3 x 24 memaksimalkan ekspansi paru
jam pasien menunjukkan dan menurunkan upaya
keefektifan pola nafas, 2. Lakukan fisioterapi dada jika pernafasan
dibuktikan dengan kriteria perlu 2. Mengeluarkan sekret pada jalan
hasil: 3. Keluarkan sekret dengan batuk nafas
atau suction 3. Membersihkan jalan nafas.
1) Mendemonstrasikan 4. Auskultasi suara nafas, catat 4. Perubahan bunyi nafas
batuk efektif dan suara adanya suara tambahan menunjukan obstruksi sekunder
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan 5. Berikan bronkodilator 5. Membantu pengenceran secret
47ating47 6. Berikan pelembab udara, kassa 6. Memberikan kelembaban pada
(mampumengeluarkan basah NaCl Lembab membran mukosa dan membantu
sputum, mampu pengenceran secret
bernafas dg mudah, 7. Atur intake untuk cairan 7. Mengoptimalkan keseimbangan
tidakadapursed lips) mengoptimalkan cairan untuk mencegah
2) Menunjukkanjalan nafas keseimbangan. komplikasi lanjutan
yang paten (klien tidak 8. Monitor respirasi dan status O2 8. Mengetahui perkembangan status
merasa tercekik, irama kesehatan pasien
nafas, frekuensi 9. Bersihkan mulut, hidung dan 9. Menjaga keadekuatan ventilasi
pernafasan dalam sekret trakea
rentang normal, tidak 10. Pertahankan jalan nafas yang 10. Menjaga nafas agar tetap adekuat
ada suara nafas paten
abnormal) 11. Observasi adanya tanda tanda 11. Mengetahui perkembangan status
3) Tanda Tanda vital hipoventilasi kesehatan pasien dan mencegah
dalam rentang normal komplikasi lanjutan
(tekanan darah, nadi, 12. Monitor adanya kecemasan 12. Kecemasan meningkatkan
pernafasan) pasien terhadap oksigenasi frekuensi respirasi
13. Monitor vital sign 13. Mengetahui keadaan umum
14. Lakukan tehnik relaksasi untuk 14. Memperbaiki pola nafas
memperbaiki pola nafas.
15. Ajarkan bagaimana batuk 15. Mengeluarkan sekret pada jalan
efektif nafas
16. Monitor pola nafas 16. Memonitor keadaan pernapasan
klien (Doenges, 2018).
4. Kelebihan volume cairan NOC : NIC :
berhubungan dengan
kelebihan asupan cairan, Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake dan 1. Menunjukkan status volume
natrium keperawatan selama 3 x 24 output yang akurat sirkulasi, terjadinya/perbaikan
jam perpindahan cairan, dan respon
terhadap terapi. Keseimbangan
kelebihan volume cairan positif/peningkatan berat badan
teratasi dengan kriteria hasil: sering menunjukkan retensi cairan
lanjut
1) Terbebas dari edema, 2. Pasang urin kateter jika 2. Memudahkan dalam menghitung
efusi,anaskara diperlukan output
2) Bunyi nafas bersih, tidak 3. Monitor hasil lab yang sesuai 3. Hasil laboratorium dapat diketahui
ada dyspnea / ortopneu dengan retensi cairan (BUN, adanya perubahan keseimbangan
3) Terbebas dari distensi Hmt, osmolalitas urin ) cairan
vena jugularis, 4. Monitor vital sign 4. Tanda-tanda vital klien berperan
4) Memelihara tekanan vena dalam perkembangan kondisi
sentral, tekanan kapiler 5. Monitor indikasi retensi / klien
paru,output jantung dan kelebihan cairan (cracles, CVP 5. Retensi atau kelebihan cairan
vital sign DBN , edema, distensi vena leher, berefek pada terjadinya cracles,
5) Terbebas dari asites) CVP, edema, distensi vena leher
kelelahan,kecemasan atau 6. Kaji lokasi dan luas edema dan asites
bingung 6. Merupakan evaluasi seberapa
besar efek kelebihan cairan yang
terjadi sehingga bisa dilakukan
7. Monitor masukan makanan / penanganan yang tepat
cairan 7. Masukan makanan atau cairan
yang akurat dapat mempercepat
8. Berikan diuretik sesuai interuksi keseimbangan volume cairan
8. Mengurangi kelebihan cairan
Adanya kelebihan volume cairan
9. Monitor berat badan menyebabkan peningkatan berat
9. Kelebihan cairan berefek pada
10. Monitor elektrolit ketidakseimbangan elektrolit
10. Evaluasi seberapa besar efek
kelebihan cairan yang terjadi
sehingga bisa dilakukan
penanganan yang tepat (Doenges,
2018).
5. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya pembatasan 1. Menurunkan kerja
kebutuhan oksigen keperawatan selama 3 x 24 klien dalam melakukan miokard/konsumsi oksigen,
jam Pasien bertoleransi aktivitas menurunkan risiko komplikasi
terhadap aktivitas dengan 2. Mencegah aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang berlebihan; sesuai dengan
Kriteria Hasil : menyebabkan kelelahan kemampuan kerja jantung
3. Dengan nutrisi yang adekuat,
1) Berpartisipasi dalam 3. Monitor nutrisi dan sumber pasien akan mendapat energi
aktivitas fisiktanpa energi yang adekuat yang cukup untuk melakukan
disertai peningkatan aktivitas
tekanandarah, nadi dan 4. Kelelahan fisik dan emosi
RR 4. Monitor pasien akan adanya membuat pasien menjadi tidak
2) Mampu melakukan kelelahan fisik dan emosi kooperatif dalam melakukan
aktivitas sehari hari secara berlebihan atau melaksanakan aktivitas
(ADLS) secara mandiri 5. Membantu paien dalam ADL
3) Keseimbangan aktivitas 5. Monitor respon kardivaskuler
dan istirahat terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
dieporesis, pucat, perubahan
hemodinamik) 6. Memonitor waktu dan pola
6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur klien dapat membantu
tidur/istirahat pasien perawat mengetahui apakah
klien mengalami gangguan
tidur atau tidak
7. Mengetahui kemampuan klien
7. Bantu klien untuk dalam melakukan aktifitas
mengidentifikasi aktivitas yang sesuai kemampuan
mampu dilakukan 8. Pasien mampu melakukannya
8. Bantu untuk memilih aktivitas secara mandiri
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social 9. Mempermudah klien dalam
9. Bantu untuk mendapatkan alat melakukan aktivitas
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
10. Bantu klien untuk membuat 10. Melatih klien secara mandiri.
jadwal latihan di waktu luang
11. Sediakan penguatan positif bagi 11. Memberikan motivasi kepada
yang aktif beraktivitas klien
12. Monitor respon fisik, emosi, 12. Mengurangi resiko kelelahan
sosia; dan spiritual aktifitas (Doenges, 2018).
6. Konstipasi berhubungan NOC NIC

dengan punurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala konstipasi 1. Mengembalikan
keperawatan selama 3 x 24 keteraturan pola defekasi
masukan diet, perubahan jam masalah konstipasi klien.
teratasi
dengan 2. Monior bising usus 2. Bising usus menandakan
proses pencernaan, efek sifat aktivitas peristaltic
Kriteria Hasil : 3. Monitor feses: frekuensi,
samping terapi obat konsistensi dan volume 3. Mengetahui adanya infeksi
1) Mempertahankan bentuk 4. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi
feses lunak setiap 1-3 tindakan terhadap pasien 4. Klien dan keluarga akan
hari mengerti tentang
5. Kolaborasikan pemberian laksatif penyebabnya
2) Bebas dari
ketidaknyamanan dan 5. Pelunak feses meningkatkan
konstipasi efisiensi pembasahan air
3) Mengidentifikasi usus, yang melunakkan massa
indicator untuk feses dan membantu eliminasi
6. Anjurkan pasien untuk cukup
mencegah konstipasi minum 6. Masukan cairan adekuat
membantu mempertahankan
konsistensi feses yang sesuai
pada usus dan membantu
eliminasi regular (Doenges,
2018).
7. Kerusakan integeritas NOC NIC

kulit berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mencegah irtasi dan tekanan
keperawatan selama 3 x 24 menggunakan pakaian yang dari baju
jam longgar
dengan tirah baring masalah kerusakan integritas 2. Hindari kerutan padaa tempat tidur 2. Tempat tidur yang berkerut
kulit teratasi dengan akan merusak jaringan
lama, edema, penurunan 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap 3. Daerah yang lembab akan
Kriteria Hasil : bersih dan kering memper cepat tumbuhnya
perfusi jaringan mikroorganisme
1) Integritas kulit yang 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi 4. Menghindari tekanan dan
baik bisa pasien) setiap dua jam sekali meningkatkan aliran darah
dipertahankan (sensasi, 5. Kemerahan berarti adanya
elastisitas, temperatur, 5. Monitor kulit akan adanya
iritasi pada kulit
hidrasi, pigmentasi) kemerahan
6. Agar kerusakan tidak meluas
6. Oleskan lotion atau minyak/baby
2) Tidak ada luka/lesi oil pada derah yang tertekan
7. Meningkatkan aliran darah
pada kulit 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
kesemua daerah (Doenges,
pasien
3) Perfusi jaringan baik 2018).

4) Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang

5) Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

8. Defisit perawatan diri NOC : NIC

berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemempuan klien untuk 1. Meninjau perkembangan
keperawatan selama 3 x 24 perawatan diri yang mandiri. pasien memakai pakaian
kehilangan mobilitas, jam
2. Mengidentifikasi area masalah
ketidakmapuan general, masalah kurang perawatan diri 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
teratasi dengan alat bantu untuk kebersihan diri,
ketidakseimbangan berpakaian, berhias, toileting dan
Kriteria Hasil : makan.
prseptual/kognitif. 3. Meningkatkan kemandirian
1) Klien terbebas dari bau 3. Sediakan bantuan sampai klien
badan mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
2) Menyatakan kenyamanan 4. Meningkatkan kemandirian
terhadap kemampuan 4. Ajarkan klien/ keluarga untuk
untuk melakukan ADLS mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
3) Dapat melakukan ADLS pasien tidak mampu untuk
dengan bantuan melakukannya. 5. Agar pasien dan keluarga
mengerti kemandirian dalam
5. Berikan aktivitas rutin sehari- hari berpakaian secara baik
sesuai kemampuan. 6. Menentukan tingkat
kemandirian (Doenges, 2018).
6. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

9. Kurang pengetahuan NOC NIC :


Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. Berikan penilaian tentang tingkat 1. Mempermudah dalam
masalah kurang pengetahuan pengetahuan pasien tentang proses memberikan penjelasan pada klien
kondisi, program teratasi dengan penyakit yang spesifik

pengobatan berhubungan Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit 2. Meningkatan pengetahuan dan
dan bagaimana hal ini berhubungan mengurangi cemas
dengan kurang 1) Pasien dan keluarga dengan anatomi dan fisiologi,
menyatakan dengan cara yang tepat.
pemahaman. pemahaman tentang
penyakit, kondisi, 3. Mencegah keparahan penyakit
prognosis dan 3. Identifikasi kemungkinan
program pengobatan penyebab, dengan cara yang tepat
2) Pasien dan
keluarga mampu 4. Sediakan informasi pada pasien 4. Meningkatkan pemahaman
melaksanakan tentang kondisi, dengan cara yang tentang kondisi data ini
prosedur yang tepat
dijelaskan secara
benar 5. Hindari harapan yang kosong 5. Menghindari repon keluarga yang
3) Pasien dan keluarga kurang baik
6. Sediakan bagi keluarga informasi
mampu menjelaskan 6. Memberikan motivasi kepada
tentang kemajuan pasien dengan
kembali apa yang keluarga dalam proses
cara yang tepat
dijelaskan penyembuhan.
perawat/tim 7. Diskusikan perubahan gaya hidup
kesehatan lainnya yang mungkin diperlukan untuk 7. Menghindari terjadinya
mencegah komplikasi di masa yang komplikasi dari penyakit
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
8. Diskusikan pilihan terapi atau 8. Memberikan gambaran terhadap
penanganan terapi yang bisa digunakan
9. Dukung pasien untuk 9. Meningkatkan harga diri agar
mengeksplorasi atau mendapatkan tetap termotivasi untuk sembuh
second opinion dengan cara yang (Doenges, 2018).
tepat atau diindikasikan
Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan merupakan tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan

keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi

dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu

juga dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual, teknik yang dilakukan

dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan

keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan

dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana

respon pasien (Rohmah,2009).

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencanaan. Hasil yang diharapkan (Muttaqin, 2009)

pada proses perawatan klien dengan gangguan sistem Kardiovaskular

Congestive Heart Failure adalah :

a. Bebas dari nyeri.


b. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari.
c. Menunjukkan peningkatan curah jantung.
d. Tidak ada dypsneu.
e. Menunjukan penurunan kecemasan.
f. Memahami penyakit dan tujuan keperawatannya.
M. Pathway
BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Inisial Klien : Ny. M No RM : 9-26-79


Usia : 68 Tahun Tgl. Masuk : 18-10-2022
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian : 19-10- 2022

Alamat : Jl.Kalimantan Sumber informasi : Keluarga


, jakabaring
No telepon : 0813xxxxx Keluarga terdekat : Anak
Status : Sudah Alamat & No telp : Jl.Kalimantan,
Menikah Jakabaring
Agama : Kristen Diagnosa Medis : CHF (Congestive
Heart Failure)
Suku : Chinnese
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pedagang
Lama bekerja : 20 Th

2. Riwayat Kesehatan
A. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama : pasien mengatakan sesak nafas dan merasa
dada nya berat
Faktor Predisposisi : adanya penyumbatan pada pembuluh kapiler
jantung akibat adanya penyempitan atau plak
pada dinding arteri kapiler.
Faktor Presipitasi : riwayat konsumsi makanan yang bergaram
dan kebiasaan makan yang tidak sehat

B. Riwayat Kesehatan Saat Ini (PQRST)


Data Subejktif :

P : pasien merasa nyeri dada karena kelainan kerja jantung

Q : rasa nyeri seperti tertimpa benda berat


R : nyeri terasa pada area dada dan berpindah

S : skala nyeri 6

T : nyeri dirasakan tidak menentu

 Pasien mengatakan dadanya terasa sesak dan berat

Data Objektif :
 RR : 30
 BSS : 379
 TD : 130/100
 N : 128
 Pasien bernapas dengan bantuan diafragma
 Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur dan tampak kelelahan

Masalah keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan pembuluh darah

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1) Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan : tidak pernah

b. Operasi (jenis dan waktu) : tidak pernah

c. Penyakit (kronis dan akut) : sesak nafas

d. Terakhir masuk RS : tidak pernah

2) Alergi (obat, makanan, plester, dsb)


Tidak ada

3) Kebiasaan
Jenis - Frekuensi - Jumlah - Lamanya
a. Merokok : Tidak - -
b. Kopi : Tidak - -
c. Alkohol : Tidak
4) Obat-obatan yang digunakan
Jenis Lamanya Dosis
- - -
- - -
- - -
D. Riwayat Keluarga
Keluarga pernah mengidap diabetes (ayah pasien). Kakak pertama pasien
mengalami diabetes ringan. Suami pasien tidak memiliki penyakit
keturunan

1) Genogram

Klien Riwayat diabetes

Laki-laki

Perempuan

E. Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang


rawat sampai pengambilan kasus kelolaan)
Pasien datang dari IGD dengan keluhan nyeri pada dada disertai sesak
napas dan napas berat. Kemudian pasien pun diberi penanganan dan
dipindahkan ke unit penyakit dalam. Pada saat pengkajian pasien masih
mengeluh sesak, tidak dapat bergerak dan nyeri pada bagian dada.
Kemudian pasien di kaji TTV dan dipantau nafasnya untuk mengetahui
kebutuhan pasien dan prioritas penanganan. Kemudian diberikan NRM
dengan dosis 10 dL.

3. Pengkajian Keperawatan (12 Domain NANDA)


A. Peningkatan Kesehatan
Data Subjektif :
1. Pasien mengetahui penyakit yang dialami setelah diberitahukan oleh
dokter spesialis.
2. Pasien mampu membedakan keadaan normal dan keadaan sakit yang
pasien rasakan sekarang

Data Objektif :-

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

B. Nutrisi
Data Subjektif :
 Pasien tidak memiliki keluhan pada makan dan minum
 Pasien mengatakan ingin makan makanan yang ia sukai

Data Objektif :
 Bibir lembab, mulut normal, tidak ada bengkak pada gusi, gigi
lengkap, lidah normal
 Leher simetris, kelenjar tiroid normal, tenggorokan berfungsi dengan
baik
 tidak terdapat penurunan badan yang signifikan, berat pasien 42 kg,
tinggi badan 150 cm
 pasien masih mampu menelan makanan dengan baik, nafsu makan
berkurang, pasien kurang minum karena tirah baring. Pasien makan 3
kali sehari sesuai jadwal yang direncanakan tim gizi rumah sakit.
Pasien makan 6-10 sendok untuk 1 kali makan
 abdomen simeris, palpasi normal tidak ada benjolan atau massa,
auskultasi timpani, BAB normal dengan konsistensi padat dan
berwarna kuning pucat namun tidak terdapat lendir maupun darah.
Tidak ada konstipasi

Masalah keperawatan : resiko defisit nutrisi bd. Kondisi penyakit

C. Eliminasi
Data Subjektif :

 Pasien mengatakan BAB lancar, tidak ada muntah dan masalah dalam
BAK

Data Objektif :

 BAK menggunakan folley catheter


 BAB konsistensi padat berwarna kekuningan
 Tidak ada muntah
 Urine output 900 cc per hari, konsistensi kuning pucat, tidak ada
keluhan pada vesika urinaria

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

D. Aktivitas/Istirahat
Data Subjektif :

 Pasien mengatakan bahwa dirumah sering istirahat siang /tidur siang


minimal 2 jam
 Pasien mengatakan jik dirumah ia berdagang, dan sering bersih-bersih
rumah
 Pasien mengatakan bahwa dimulai ketika sakit pasien tidak dapat
bergerak karena setiap bergerak rasanya sesak dan dada berat.

Data Objektif :

 Fungsi sendi cukup baik namun kekuatan otot kurang


 Refleks fisiologis biseps, triseps dan patella cukup baik

Skala aktivitas :

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan / minum 
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
0 : Mandiri, 1 : alat bantu, 2 : : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain
dan alat, 4 : ketergantungan total

Masalah keperawatan : intoleransi aktivitas

E. Persepsi/Kognitif
Data Subjektif : -

Data Objektif : keadaan sakit sesak, rambut berwarna putih


dikarenakan faktor umur, tidak ada kelainan pada
telinga, bibir, lidah, tenggorok dan hidung. Namun
mata anisokor karena faktor diluar penyakit yang
dialami pasien
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

F. Persepsi Diri
Data Subjektif :

 Pasien selalu berharap agar didoakan supaya ia cepat sembuh


 Pasien selalu mengajak perawat berdoa dan memohon pada tuhan
 Pasien menganggap penyakitnya sebagai cara tuhan menyayanginya

Data Objektif :

 Orientasi agama pasien baik


 Pasien menganggap dirinya adalah orang yang kuat dan mampu
menghadapi penyakit
 Sikap optimis pasien terlihat di setiap tindakan yang dilakukan perawat

Masalah keperawaan : tidak ada masalah keperawatan

G. Peran Hubungan
Data Subjektif : tidak ada data
Data Objektif : pasien beragama kristen protestan dan mengikuti
budaya chinnese-palembang. Paien berhubugan baik
di lingkungannya. Hubungan dengan keluarga juga
baik.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

H. Seksualitas
Data Subjektif :-
Data Objektif : tidak ada kemerahan dan benjolan pada labia minora
dan mayora, terdapat perineum, pasien sudah
menapouse

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

I. Toleransi/Koping Stress
Data Subjektif : pasien mengatakan bahwa setiap manusia pasti
mengalami sakit, dan pasien berdoa agar dirinya
lekas sembuh

Data Objektif : pasien mampu berdoa sesuai kepercayaannya,


orientasi agama baik, pasien bertekad untuk bisa
sembuh

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

J. Prinsip Hidup
Data Subjektif :
Budaya : mengikuti orang tua
Spritual / Religius : Pasien merupakan jemaah gereja yang taat ketika
sehat
Psikologis : pasien kooperatif, bisa diajak berbincang, status
emosional tenang
Sosial : hubungan dengan sekitar baik

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

K. Keselamatan/Perlindungan
Data Subjektif :-

Data Objektif : tingkat kesadaran compos mentis, suhu : 37,0. TD =


140/100, N = 128x/menit, RR = 30x/menit, warna
kulit baik, tidak ada gangguan pada bula, kulit
kurang elastis

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

L. Kenyamanan

Data Subjektif :

P : pasien merasa nyeri dada karena kelainan kerja jantung


Q : rasa nyeri seperti tertimpa benda berat
R : nyeri terasa pada area dada dan berpindah
S : skala nyeri 6
T : nyeri dirasakan tidak menentu
 Pasien mengatakan dadanya terasa sesak dan berat

Data Objektif :

 Pasien terlihat meringis


 Pasien memegang area dada
 Nadi : 128x/menit
 RR : 30x/menit

Masalah keperawatan : penurunan curah jantung berhubungan dengan


perubahan afterload

4. Pengkajian Review of System dan Pemeriksaan Fisik


A. Sistem Respirasi
Data Subjektif :
 Pasien mengeluh sesak nafas dan dada berat seperti tertimpa
 Pasien mengatakan kesulitan dalam bernafas

Data Objektif :
 RR : 30x/menit
 Bernafas di bantu otot diafragma
 Saturasi 87 %
 Pola inspirasi dan respirasi tidak teratur
 Terdapat mengi

Masalah keperawatan : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

B. Sistem Kardiovaskuler
Data Subjektif :

 Pasien mengeluh dada sakit dan berat

Data Objektif :

Inspeksi : napas dengan bantuan otot perut, adanya nafas pendek,


ketidakteraturan pola pernapasan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, simetris, tidak ada benjolan

Perkusi : redup

Auskultasi : HR = 121, Takikardi

Masalah keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

C. Sistem Persarafan
Data Subjektif :

 Berdasarkan pengkajian keluarga mengatakan bahwa keluarga


sebelum pasien belum pernah mengalami stroke ataupun penyakit
syaraf lainnya

Data Objektif :

 Pasien merasakan rangsangan nyeri ketika disuntik / satu posisi pada


waktu yang lama (merespon nyeri)
 Penglihatan berkurang akibat riwayat katarak, kemampuan
menggerakkan sendi baik, wajah simetris, impuls pendengaran baik.
 Pasien merespon ketika dilakukan pemeriksaan respon saraf dengan
refleks hammer.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

D. Sistem Perkemihan
Data Subjektif : -

Data Objektif :

Inspeksi : urine baik, tidak terdapat tanda-tanda kemerahan, tidak ada


darah dalam urine

Palpasi : tidak ada pembengkakan pada vesika urinari

Perkusi : tidak ada bunyi pekak ataupun redup

Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

E. Sistem Pencernaan
Data Subjektif : -

Data Objektif :

 abdomen simeris, palpasi normal tidak ada benjolan atau massa,


auskultasi timpani, BAB normal dengan konsistensi padat dan
berwarna kuning pucat namun tidak terdapat lendir maupun darah.
Tidak ada konstipasi

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

F. Sistem Muskuloskeletal
Data Subjektif : -

Data Objektif :

Inspeksi : pasien masih kesulitan melakukan ROM, sendi leher tidak


dapat bergerak dengan baik. Pasien menekuk kakinya
seharian

Palpasi : ketika digerakkan leher terasa sakit, sendi pasien ketika


digerakkan kaku.
Masalah keperawatan : intoleransi aktivitas

G. Sistem Integumen
Data Subjektif : -

Data Objektif :

Inspeksi : tidak ada kemerahan, bengkak, kelainan pada kulit. Tidak


terdapat perbedaan warna.

Palpasi : turgor kulit tidak elastis, tidak ada cairan.

Masalah keperawatan : resiko defisit nutriai

H. Sistem Endokrin
Data Subjektif : pasien mengatakan takut makan karena sebelumnya
ketika kontrol gula darah pasien naik tinggi

Data Objektif :

 Gula darah pasien rendah


Inspeksi : tidak ada luka , tidak ada kebiruan dan nekrosis.

Palpasi :-

Masalah keperawatan : resiko defisit nutrisi

I. Sistem Penginderaan
1) Penglihatan
Data Subjektif : keluarga mengatakan pasien pernah mengalami
operasi katarak.

Data Objektif :

 Pupil pada refleks cahaya anisokor


 Ketika dipanggil pasien tidak terlalu mampu menatap lawan bicara

Inspeksi : sklera putih, tidak ada perlukaan di bagian mata, visus


6/100

Palpasi :-

Masalah keperawatan : intoleransi aktivitas

2) Pendengaran
Data Subjektif : -

Data Objektif :

Inspeksi : telinga normal tidak ada bengkak dan simetris

Palpasi : tidak ada kelenjar, nanah ataupun sekret dan darah.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3) Penghidung
Data Subjektif : -

Data Objektif:

Inspeksi : tidak ada benjolan, bentuk simetris

Palpasi : tidak ada sekret dan darah di hidung, tidak ada


pembengkakan pada luar hidung

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

J. Pengkajian Psikososial
1) Persepsi klien terhadap penyakitnya :
Pasien mengatakan bahwa penyakitnya dikarenakan umur nya yang
mulai lanjut usia. Pasien menganggap penyakitnya sebagai bentuk
kasih sayang tuhan kepadanya

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2) Reaksi saat interaksi


Kooperatif Tidak kooperatif

Jelaskan :

Pasien mampu menjelaskan gejala yang dialami. Pasien bercerita


disaat perawat melakukan pengkajian.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

3) Status Emosional
Tenang Cemas Marah

Menarik diri Tidak sabar

Lainnya :-

Jelaskan :

Pasien tidak banyak menunjukkan respon penolakan yang dilakukan


oleh perawat. Pasien bertutur dengan sopan dan lambat. Pasien tidak
merasa cemas pada penyakitnya

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Pemeriksan Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Ekg dll) :


Rotgen dada
Didapatkan data :
 Cor membesar
 Pulmo sefalisasi, perselubungan laterobasal kanan dan kiri
 Diafragma kanan dan kiri licin
 Sinus Kodtofrenikus kanan dan kiri tumpul
 Tulang-tulang intak
 Soft tissue baik
Hasil : Cardiomegali, dan congestive pulmonum

Pemeriksaan Laboratorium

Hasil
Tanggal Jenis
Laboratoriu Nilai Normal
Pemeriksaan pemeriksaan
m
18-10-2022 Elektrolit natrium 136 mmol/L 135-155
3,5-5,5
kalium 4,0 mmol/L
Hematologi 12-14
18-10-2022
4,0-5,0
hemoglobin 8.9 g/dL 5-10
150-400
eritrosit 2.93 juta/uL

leukosit 11.1 ribu/uL 35-47

trombosit 309
18-10-2022 ribu/mm2
Hitung jenis 0-1
Lekosit 1-3
hematokrit 27 %
2-6
50-70
20-40
2-8
18-10-2022 Basofil 0%
Kimia Klinik 20-40
Eonosinofil 1% 0,6-1,1
< 180 dan >45
Batang 2%

Segmen 87%

Urine Limfosit 6%
18-10-2022
Monosit 4%

Sedimen Urine 0-5


1-3
Ureum 54 mg/dL

Creatinine 1,3 5-8,5


mg/dL 1.000-1.030
(-)
Glucosa Darah (-)
Sewaktu 379 mg/dL (-)
(-)
(-)
Warna kuning muda (-)
(-)
Kejernihan jernih
(-)
(-)
(-)
Lekosit 1-2 (-)
(-)
Eritrosit 4-5
(-)
Sel epitel 1-2

Reaksi/pH 5,0

Berat jenis 1,015

Protein (-)

Bilirubin (-)

Glukosa (-)

Keton (-)

Darah/Hb (+)

Nitrit (-)

Urobilinogen (-)

Lekosit (-)

Silinder (-)

Kristal (-)

Bakteri (-)

Jamur (-)

Lain-lain (-)

6. Terapi
Kontra
No Nama Obat Dosis Golongan Rute Indikasi
indikasi
Hipersensivi
Mengatasi tas
penumpuka furosemid,
Injeksi
1 Furosemid 1 Amp diuretik n cairan di penyakit
IV
dalam ginjal,
tubuh hati,asam
urat, lupus

Mengatasi Penyakit
Injeksi bakteri ginjal, hati,
2. Cefriaxone 1 gram antibiotik
IV pada penyakit
pernapasan empedu

Memenuhi
kebutuhan
asam Gagal ginjal
Nutrisi amino pada kronik,
3. 1 flush IVFD
Kidmin perenteral pasien gagal ginjal
hipoprotein akut
imia,
malnutrisi
Penggunaan
Membantu pada pasien
mengatasi dengan
Antihiper
4 amlodipine 5 mg Oral peningkata hipersensivit
tensi
n tekanan as terhadap
darah obat
amlodipine
FORMAT ANALISA DATA

KEMUNGKINAN
DATA (symptoms) MASALAH
PENYEBAB

DS : Gagal Jantung
 Pasien mengeluh
sesak nafas dan dada
berat seperti tertimpa Kongesti pulmonalis
 Pasien mengatakan
kesulitan dalam
bernafas
Tekanan hidrostatik lebih
besar dari tekanan
DO :
osmotik
 RR : 30x/menit
 Bernafas di bantu
otot diafragma
 Saturasi 87 %
 Pola inspirasi dan Pembesaran cairan ke
respirasi tidak teratur alveoli
 Terdapat mengi Gangguan pertukaran
 HR : 121 gas
 Takikardi
 Auskultasi redup
Edema paru

Pengembangan paru tidak


optimal

Ketidkseimbangan
ventilasi dan perfusi

Gangguan pertukaran gas


D.S :
Gagal jantung
P : pasien merasa nyeri
dada karena
kelainan kerja Curah jantung
jantung

Q : rasa nyeri seperti


tertimpa benda Hipertrofi ventrikel
berat

R : nyeri terasa pada area Pemendekan miokard


dada dan berpindah

S : skala nyeri 6
Pengisian Ventrikel Penurunan curah
T : nyeri dirasakan tidak menurun jantung
menentu

 Pasien mengatakan
dadanya terasa sesak Aliran darah tidak
dan berat adekuat dari jantung dan
D.O : otak

 Pasien terlihat
meringis
Penurunan curah jantung
 Pasien memegang
area dada
 Nadi : 128x/menit
 RR : 30x/menit
 HR : 121

D.O : Pengisian Ventrikel Intoleransi aktivitas


menurun
 Pasien tidak mampu
berdiri
 Pasien kesulitan Aliran darah tidak
bernapas /sesak adekuat dari jantung dan
D.S : otak
Pasien mengatakan
bahwa semenjak sesak
dan nyeri dada pasien Penurunan curah jantung
tidak dapat beraktivitas
Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas

D.O : Aliran tidak adekuat ke


jantung dan otak
pasien masih mampu
menelan makanan
dengan baik, nafsu
makan berkurang, pasien Risiko tinggi penurunan
kurang minum karena curah jantung
tirah baring. Pasien
makan 3 kali sehari
sesuai jadwal yang Penurunan suplai oksigen
direncanakan tim gizi ke miokardium
rumah sakit. Pasien
makan 6-10 sendok
untuk 1 kali makan Peningkatan hipoksia Risiko defisit nutrisi
jaringan miokardium
 Ureum 54 mg/dL
 Creatinine 1,3 mg/dL
 Glucosa Darah
Perubahan metabolisme
Sewaktu 379 mg/dL
miokardium
 Eritrosit 4-5 mg/dL

Nyeri dada

Risiko defisit nutrisi


kurang dari kebutuhan
MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas


2. Penurunan curah jantung
3. Intoleransi aktivitas
4. Resiko defisit nutrisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-


perfusi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien
PLANNING KEPERAWATAN

Dx KEPERAWATAN NAMA DAN TTD


NO TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIDKI)
(D.O dan D.S) PERAWAT

Gangguan Pertukaran Gas


berhubungan dengan
1. ketidakseimbangan Tujuan : (Pemantauan Respirasi I.01014)
ventilasi-perfusi
Setelah dilakukan tindakan  Monitor frekuensi irama,
keperawatan diharapkan kedalaman dan upaya nafas
pertukaran gas meningkat.  Monitor pola nafas
DS : Kriterian hasil :  Monitor kemampuan batuk
 Pasien mengeluh sesak
efektif
nafas dan dada berat  (Pertukaran gas L.01003)
 Monitor nilai AGD
seperti tertimpa 1.Dipsnea menurun
 Monitor saturasi oksigen
 Pasien mengatakan  bunyi nafas tambahan
 Auskultasi bunyi nafas
kesulitan dalam bernafas menurun
 pola nafas membaik  Dokumentasikan hasil
DO : pemantauan
 PCO2 dan O2 membaik
 RR : 30x/menit  Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Bernafas di bantu otot
 Informasikan hasil
diafragma
pemantauan, jika perlu
 Saturasi 87 %
 Kolaborasi penggunaan
 Pola inspirasi dan
oksigen saat aktifitas dan/atau
respirasi tidak teratur
 Terdapat mengi tidur
 HR : 121
 Takikardi
Auskultasi redup

2. Penurunan curah jantung Tujuan : (Perawatan jantung I.02075)


berhubungan dengan
perubahan afterload setelah dilakukan tindakan  Identifikasi tanda/gejala
keperawatan diharapkan curah primer penurunan curah
D.S : jantung meningkat. Kriteria jantung
hasil :  Identifikasi tanda/gejala
P : pasien merasa nyeri dada sekunder penurunan curah
karena kelainan kerja  (curah jantung L.02008)
jantung
jantung Tanda vital dalam rentang
 Monitor intake dan output
normal
cairan
Q : rasa nyeri seperti  Kekuatan nadi perifer
tertimpa benda berat  Monitor keluhan nyeri dada
meningkat
 Berikan terapi terapi relaksasi
 Tidak ada edema
R : nyeri terasa pada area untuk mengurangi strees, jika
dada dan berpindah perlu
 Anjurkan beraktifitas fisik
S : skala nyeri 6
sesuai toleransi
T : nyeri dirasakan tidak  Anjurkan berakitifitas fisik
menentu secara bertahap
 Kolaborasi pemberian
 Pasien mengatakan
dadanya terasa sesak dan antiaritmia, jika perlu
berat
D.O :

 Pasien terlihat meringis


 Pasien memegang area
dada
 Nadi : 128x/menit
 RR : 30x/menit
 HR : 121

3. Intoleransi aktivitas Tujuan : (Manajemen energi I.050178)


berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara setelah dilakukan tindakan  Monitor kelelahan fisik dan
suplai dan kebutuhan keperawatan diharapkan emosional
oksigen toleransi aktifitas meningkat.  Monitor pola dan jam tidur
Kriteria hasil : Toleransi  Sediakan lingkungan yang
aktivitas (L.05047) nyaman dan rendah stimulus
(mis: cahaya, suara,
D.O :  kemampuan melakukan
kunjungan)
aktifitas sehari-hari
 Berikan aktifitas distraksi
 Pasien tidak mampu meningkat
yang menenangkan
berdiri  Pasien Mampu berpindah
 Anjurkan tirah baring
 Pasien kesulitan dengan atau tanpa bantuan
 Anjurkan melakukan aktifitas
bernapas /sesak  Pasien mangatakan dipsnea
secara bertahap
D.S : saat dan/atau setelah  Kolaborasi dengan ahli gizi
aktifitas menurun tentang cara meningkatkan
Pasien mengatakan bahwa
asupan makanan
semenjak sesak dan nyeri
dada pasien tidak dapat
beraktivitas

Resiko defisit nutrisi Tujuan : (Manajemen gangguan makan


berhubungan dengan I.03111)
setelah dilakukan tindakan
ketidakmampuan keperawatan diharapkan status  Monitor asupan dan keluarnya
mengabsorpsi nutrien nutrisi membaik. Kriteria  makanan dan cairan serta
hasil : (status nutrisi L.03030) kebutuhan kalori
D.O :  Timbang berat badan secara
1. Porsi makan yang dihabiskan
rutin
pasien masih mampu meningkat
 Anjurkan membuat catatan
menelan makanan dengan
2. Perasaan cepat kenyang harian tentang perasaan dan
baik, nafsu makan
menurun situasi pemicu pengeluaran
berkurang, pasien kurang makanan (mis:pengeluaran
minum karena tirah baring. 3. Nafsu makan membaik yang disengaja,
Pasien makan 3 kali sehari
 muntah, aktivitas berlebihan)
sesuai jadwal yang
 Kolaborasi dengan ahli gizi
direncanakan tim gizi rumah
tentang target berat badan,
sakit. Pasien makan 6-10
kebutuhan kalori dan pilihan
sendok untuk 1 kali makan
makanan
 Ureum 54 mg/dL
 Creatinine 1,3 mg/dL
 Glucosa Darah Sewaktu
379 mg/dL
 Eritrosit 4-5 mg/dL
D.S :

Keluarga mengatakan pasien


kehilangan nafsu mkan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

N Diagnosis Jam Tindakan Evaluasi Paraf


o keperawatan
Dinas pagi 19-10-2022
Gangguan
1 Pertukaran Gas 09.00  memonitor S: Perawa
berhubungan frekuensi irama, t
Pasien masih
dengan kedalaman dan mengeluh sesak dan
ketidakseimbanga upaya nafas kesulitan bergerak
n ventilasi-perfusi  memonitor pola karena semakin
nafas bergerak semakin
 memonitor nilai sesak.
AGD O:
 Memonitor
saturasi oksigen 1. RR : 30
 Auskultasi bunyi 2. Pola nafas tidak
teratur
nafas
3. Saturasi 84%
4. Bunyi nafas mengi
5. hemoglobin 8.9
g/dL
6. eritrosit 2.93 juta/uL
7. leukosit 11.1
ribu/uL
8. trombosit 309
ribu/mm 2

9. hematokrit 27 %

A:

Sesak nafas akibat


gangguan pada jantung

P:

 monitor TTV
 monitor pola nafas,
irama nafas, bunyi
tambahan, dan
saturasi
 kolaborasikan
pemberian
oksigenasi

 menjelaskan perawa
09.30 tujuan dan S: t
prosedur dari Pasien mengatakan
pemantauan sudah bisa sediki
 menginformasika bernafas dengan lancar
n hasil
pemantauan O:
 Kolaborasi  Setelah Pemberian
penggunaan oksigen 15 L bunyi
oksigen : 15 L nafas tambahan
sesuai arahan berkurang
DPJP  RR : 28
 SPO2 : 90%

A:

Sesak nafas
diakibatkan gangguan
jantung

P:

 Monitor saturasi
 Monitor pola nafas
dan pernapasan
 Monitor air pada
humidifier
 Dokumentasikan
tindakan

2. Penurunan curah
jantung 10.00  mengidentifikasi S:
berhubungan tanda/gejala P : pasien merasa nyeri
dengan perubahan primer dada karena
afterload penurunan curah kelainan kerja
jantung jantung
Q : rasa nyeri seperti
 Mengidentifikasi
tertimpa benda
tanda/gejala
berat
sekunder
R : nyeri terasa pada
penurunan curah
area dada dan
jantung
 Memonitor berpindah
intake dan output S : skala nyeri 6
cairan T : nyeri dirasakan
 Memonitor tidak menentu
keluhan nyeri
dada O:

1. TD : 140/100
2. Nadi cepat namun
lemah HR :
120x/mnt
3. Capillary refill time
5 detik
4. Oliguria
5. Dyspnea
6. Kulit pucat
kekuningan

A:

Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh

P:

 Monitor TTV dan


keadaan umum
pasien
 Monitor output dan
input cairan
 Monitor keluhan
nyeri
 Kolaborasi
pemberian terapi
medik
 Berikan arahan
relaksasi dada
 Tinjau posisi
nyaman pasien

Intoleransi  memberikan
aktivitas 12.00 terapi terapi S:
relaksasi untuk
mengurangi Setelah diberikan
strees terapi relaksasi pasien
mengatakan sudah bisa
 menganjurkan sedikit relaks dan
beraktifitas fisik berdoa menurut
sesuai toleransi kepercayaannya
 menganjurkan
O:
berakitifitas fisik
secara bertahap 1. pasien tidak dapat
 berkolaborasi bergerak dengan
pemberian leluarsa karena
antiaritmia : nyeri dada dan
furosemid masih
ketergantungan
oksigen
2. setelah diberikan
obat pasien tertidur
dengan pulas

A:

Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh

P:

 lakukan pemantauan
ttv dan keadaan
umum pasien
 lakukan pemantauan
pada nyeri dada
 pantau reaksi obat
Dinas Siang 19/10/2022
perawa
1. Gangguan 14.00  memonitor TTV S: t
Pertukaran Gas  memonitor pola
berhubungan Pasien mengatakan
nafas, irama nafas,
tidak terlalu sesak lagi
dengan bunyi tambahan,
karena sudah ada
ketidakseimbanga  memonitor
bantuan oksigen dan
n ventilasi-perfusi kemajuan saturasi
mempraktekkan
setelah pemberian
pernapasan dengan
oksigen
teknik relaksasi

O:

1. TD : 130/80
2. N : 89, tekanan
perifer terasa sedikit
kuat
3. RR : 28
4. Pola nafas masih
tidak teratur
5. Irama nafas normal
6. Bunyi tambahan
tidak terdengar
7. Saturasi 91%,
meningkat dari
sebelumnya

A:

Sesak nafas
diakibatkan gangguan
pemompaan jantung

P:

 Monitor TTV dan


keadaan umum
pasien
 Monitor pola nafas,
pernafasan per
menit dan bunyi
tambahan
 Monitor saturasi
saat penggunaan
oksigen

2. Penurunan Curah
jantung 17.00  Memonitor TTV S:
dan keadaan P : pasien merasa nyeri
umum pasien dada karena
 Memonitor output kelainan kerja
dan input cairan jantung
 Monitor keluhan Q : rasa nyeri seperti
nyeri
tertimpa benda
 berkolaborasi
berat
pemberian terapi R : nyeri terasa pada
medik area dada dan
 memberikan
berpindah
arahan relaksasi
dada S : skala nyeri 4
 meninjau posisi T : nyeri dirasakan
nyaman pasien setiap 3 jam sekali
 memberikan terapi
medik O:

1. TD : 130/80
2. Nadi sedikit kuat,
HR: 89x/mnt
3. Capillary refill time
4 detik
4. Oliguria menurun
5. Dyspnea menurun
6. Kulit pucat
kekuningan
menurun

A:

Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh

P:

 Monitor TTV dan


keadaan umum
pasien
 Monitor output dan
input cairan
 Monitor keluhan
nyeri
 Kolaborasi
pemberian terapi
medik
 Berikan arahan
relaksasi dada
 Tinjau posisi
nyaman pasien
3. Intoleransi  Memonitor perawa
aktivitas 18.00 kelelahan fisik S: t
berhubungan dan emosional Pasien mengatakan
dengan  Memonitor pola kesulitan beraktivitas
ketidakseimbanga dan jam tidur karena sesak nafas
n antara suplai dan  menyediakan ketika beraktifitas
kebutuhan lingkungan yang
O:
oksigen nyaman dan
rendah stimulus 1. Pasien terlihat
(mis: cahaya, kelelahan, RR :
suara, kunjungan) 28x/menit
 Memberikan 2. Pola tidur pasien
tidak teratur
aktifitas distraksi 3. Pasien tertidur
yang setelah perawat
menenangkan memberikan arahan
 Menganjurkan
tirah baring A:
 Menganjurkan Intoleransi aktivitas
melakukan akibat sesak nafas.
aktifitas secara
bertahap P:
 Berkolaborasi 1. Memonitor
dengan ahli gizi lingkungan pasien
tentang cara 2. Memonitor pola
meningkatkan tidur pasien
asupan makanan 3. Mengajarkan pasien
untuk mulai
bergerak (duduk
dan miring)
4. Menganjurkan
dengan ahli gizi
dalam peningkatan
asupan makanan
pada pasien.
Dinas Malam 19/10/2022
 Memonitor perawa
1. Resiko defisit 20.30 asupan dan S: t
nutrisi
keluarnya Pasien mengatakan
makanan dan tidak nafsu makan.
cairan serta
kebutuhan kalori O:
pasien masih mampu
 menimbang berat menelan makanan
badan secara dengan baik, nafsu
rutin makan berkurang,
 menganjurkan pasien kurang minum
membuat catatan karena tirah baring.
harian tentang Pasien makan 3 kali
perasaan dan sehari sesuai jadwal
situasi pemicu yang direncanakan tim
pengeluaran gizi rumah sakit.
makanan Pasien makan 6-10
 berkolaborasi sendok untuk 1 kali
dengan ahli gizi makan
tentang target
berat badan,  Ureum 54 mg/dL
kebutuhan kalori  Creatinine 1,3
dan pilihan mg/dL
makanan  Glucosa Darah
Sewaktu 379 mg/dL
 Eritrosit 4-5 mg/dL

A:

Nutrisi beresiko tidak


mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme

P:

1. Pasien mengalami
intolerasi aktivitas
sehingga tidak dapat
ditimbang rutin,
intervensi tidak
dilakukan
2. Monitor output dan
input makanan,
cairan dan asupan
kalori
3. Memberikan penkes
pada keluarga untuk
membuat catatan
asupan harian
pasien/ makanan
yang ingin pasien
makan serta alasan
pasien masih tidak
mau makan
4. Berkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang makanan
yang tidak ingin
pasien makan

Dinas Pagi 20/10/2022


perawa
1. Gangguan 08.30  memonitor S: t
pertukaran gas frekuensi irama,
Pasien mengatakan
kedalaman dan tidak terlalu sesak lagi
upaya nafas karena sudah ada
 memonitor pola bantuan oksigen dan
nafas mempraktekkan
 memonitor nilai pernapasan dengan
teknik relaksasi
AGD
 Memonitor O:
saturasi oksigen
 Auskultasi bunyi 1. TD : 134/82
2. N : 88, tekanan
nafas
perifer terasa
 Monitor sedikit kuat
penggunaan 3. RR : 28
teknik relaksasi 4. Pola nafas masih
tidak teratur
5. Irama nafas normal
6. Bunyi tambahan
tidak terdengar
7. Saturasi 94%,
meningkat dari
sebelumnya

A:

Sesak nafas
diakibatkan gangguan
pemompaan jantung

P:
 Monitor TTV dan
keadaan umum
pasien
 Monitor pola nafas,
pernafasan per
menit dan bunyi
tambahan
 Monitor saturasi
saat penggunaan
oksigen

 mengidentifikasi S : perawa
2 Penurunan curah 09.30 tanda/gejala P : pasien merasa nyeri t
jantung dada karena
primer
penurunan curah kelainan kerja
jantung jantung
 Mengidentifikasi Q : rasa nyeri seperti
tanda/gejala tertimpa benda
sekunder berat
penurunan curah R : nyeri terasa pada
jantung area dada namun
 Memonitor tidak menyebar
intake dan output S : skala nyeri 3
cairan T : nyeri dirasakan
 Memonitor ketika bergerak
keluhan nyeri berlebihan
dada
O:
 Mengevaluasi
penggunaan 1. TD : 134/82
metode relaksasi 2. Nadi sedikit kuat,
dada HR: 88x/mnt
3. Capillary refill time
 Meninjau posisi
4 detik
pasien saat tidur 4. Oliguria menurun
5. Dyspnea menurun
6. Kulit pucat
kekuningan
menurun
7. Input cairan baik,
output cairan masih
sedikit

A:
Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh

P:

 Monitor TTV dan


keadaan umum
pasien
 Monitor output dan
input cairan
 Monitor keluhan
nyeri
 Kolaborasi
pemberian terapi
medik
 Mengevaluasi
penggunaan
relaksasi dada
 Tinjau posisi
nyaman pasien

Penurunan Curah 12.00  Mengevaluasi S: perawa


Jantung penggunaan t
metode relaksasi Keluarga mengatakan
dada pasien sering
 Mengevaluasi menerapkan relaksasi
posisi istirahat dada untuk mengatasi
pasien nyeri yang timbul
 Kolaborasi terapi
O:
medik
1. TD : 134/82
2. Nadi sedikit kuat,
HR: 88x/mnt
3. Capillary refill time
4 detik
4. Oliguria menurun
5. Dyspnea menurun
6. Kulit pucat
kekuningan
menurun
7. Input cairan baik,
output cairan masih
sedikit
8. Pasien dapat
beristirahat dengan
baik

A:

Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh

P:

Masalah mulai teratasi,


Lanjutkan intervensi
yang telah dilakukan

Dinas Siang 20/10/2022


 Memonitor S: perawa
1. Intoleransi 14.30 kelelahan fisik t
aktivitas Pasien mengatakan
dan emosional
kesulitan beraktivitas
 Memonitor pola karena sesak nafas
dan jam tidur ketika beraktifitas
 menyediakan
lingkungan yang O:
nyaman dan 1. Kelelahan pasien
rendah stimulus berkurang, RR :
(mis: cahaya, 28x/menit
suara, kunjungan) 2. Pola tidur pasien
 Memberikan sudah mulai
meningkat
aktifitas distraksi
3. Asupan makanan
yang pasien meningkat
menenangkan 4. Pasien sudah bisa
 Menganjurkan miring namun
tirah baring belum bisa duduk
 Menganjurkan karena sesak
melakukan A:
aktifitas secara
bertahap Intoleransi aktivitas
 Berkolaborasi
dengan ahli gizi akibat sesak nafas.
tentang cara P:
meningkatkan
asupan makanan 5. Memonitor
lingkungan pasien
6. Memonitor pola
tidur pasien
7. evaluasi ROM
pasien (duduk dan
miring)
8. Menganjurkan
dengan ahli gizi
dalam peningkatan
asupan makanan
pada pasien.

2. Resiko defisit 17.30 1. Monitor output S: perawa


nutrisi dan input t
makanan, cairan Pasien mengatakan
dan asupan kalori sudah menghabiskan
2. Memberikan 6-10 sendok
penkes pada makanannya dan
keluarga untuk makan makanan
membuat catatan kesukaannya.
asupan harian
pasien/ makanan O:
yang ingin pasien pasien masih mampu
makan serta alasan menelan makanan
pasien masih tidak dengan baik, nafsu
mau makan makan meningkat,
3. Berkolaborasi pasien kurang minum
dengan ahli gizi
karena tirah baring.
tentang makanan
yang tidak ingin Pasien makan 3 kali
pasien makan sehari sesuai jadwal
yang direncanakan tim
gizi rumah sakit.
Pasien makan 6-10
sendok untuk 1 kali
makan

 Ureum meningkat
 Creatinine
meningkat
 Glucosa Darah
Sewaktu 130 mg/dL
 Eritrosit meningkat

A:

Nutrisi beresiko tidak


mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme

P:

Masalah teratasi,
intervensi dilanjutkan
Dinas Malam 29/09/2022
 memonitor S: perawa
1 Gangguan 20.00 frekuensi irama, t
pertukaran gas Pasien mengatakan
kedalaman dan
tidak terlalu sesak lagi
upaya nafas karena sudah ada
 memonitor pola bantuan oksigen dan
nafas mempraktekkan
 memonitor nilai pernapasan dengan
AGD teknik relaksasi
 Memonitor O:
saturasi oksigen
 Auskultasi bunyi 1. TD : 131/79
nafas 2. N : 89x/menit,
tekanan perifer terasa
 Monitor
sedikit kuat
penggunaan 3. RR : 25
teknik relaksasi 4. Pola nafas mulai
teratur
5. Irama nafas normal
6. Bunyi tambahan
tidak terdengar
7. Saturasi 95%,
meningkat dari
sebelumnya

A:

Sesak nafas diakibatkan


gangguan pemompaan
jantung
P:

 Monitor TTV dan


keadaan umum
pasien
 Monitor pola nafas,
pernafasan per menit
dan bunyi tambahan
 Monitor saturasi saat
penggunaan oksigen
Penurunan Curah 21.00 S:
2. Jantung  Mengevaluasi P : pasien merasa nyeri
penggunaan dada karena
metode relaksasi kelainan kerja
dada
jantung
 Mengevaluasi
posisi istirahat Q : rasa nyeri seperti
pasien tertimpa benda berat
 Kolaborasi terapi R : nyeri terasa pada
medik area dada namun
tidak menyebar
S : skala nyeri 2
T : nyeri dirasakan
ketika bergerak
berlebihan

O:

1. TD : 131/79 mmHg
2. Nadi sedikit kuat,
HR: 89x/mnt
3. Capillary refill time
3 detik
4. Oliguria berkurang
5. Dyspnea berkurang
6. kekuningan menurun
7. Input cairan baik,
output cairan mulai
membaik

A:

Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh

P:

Masalah teratasi,
intervensi diteruskan.
Dinas Pagi 30/09/2022
 memonitor S: perawa
1. Gangguan 08.00 frekuensi irama, t
pertukaran gas Pasien mengatakan
kedalaman dan
tidak terlalu sesak lagi
upaya nafas karena sudah ada
 memonitor pola bantuan oksigen dan
nafas mempraktekkan
 memonitor nilai pernapasan dengan
AGD teknik relaksasi
 Memonitor O:
saturasi oksigen
 Auskultasi bunyi 1. TD : 134/76
nafas 2. N : 87x/menit,
tekanan perifer
 Monitor
terasa sedikit kuat
kemajuan terapi 3. RR : 25
medik dan teknik 4. Pola nafas mulai
relaksasi dada teratur
5. Irama nafas normal
6. Bunyi tambahan
tidak terdengar
7. Saturasi 96%,
meningkat dari
sebelumnya

A:

Sesak nafas
diakibatkan gangguan
pemompaan jantung

P:

Masalah teratasi,
kolaborasi penggantian
dosis oksigen
perawa
2. Penurunan Curah 09.00  Mengevaluasi S: t
Jantung
penggunaan Keluarga mengatakan
metode relaksasi pasien sering
dada menerapkan relaksasi
 Mengevaluasi dada untuk mengatasi
posisi istirahat nyeri yang timbul
pasien
 Kolaborasi terapi O:
medik
1. TD : 134/76
2. Nadi sedikit kuat,
HR: 87x/mnt
3. Capillary refill time
3 detik
4. Oliguria menurun
5. Dyspnea menurun
6. Kekuningan
menghilang
7. Input cairan baik,
output cairan sudah
normal
8. Pasien dapat
beristirahat dengan
baik

A:

Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh

P:

Masalah mulai teratasi,


Lanjutkan intervensi
yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, A.W. dkk,. (2011). Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 5. Jakarta ; Interna
Publishing

Asikin M (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Erlangga.

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2018. Nursing Interventions
Classification (NIC) 6th Edition.USA : Elsevier Mosby.

Mansjoer, A ., et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) 6th
Edition. SA : Elsevier Mosby.

Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1.
Jakarta : EGC.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol.1. Jakarta : EGC.

NANDA. 2018. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2018-2023. The North American
Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA

Anita, E. A., Sarwono, B., & Widigdo, D. A. M. (2022). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gagal Jantung Kongestif. Jurnal Skala Husada : The Journal of Health, 18(1), 34–38.
https://doi.org/10.33992/jsh:tjoh.v18i1.1837

Jenny Thalia, Karundeng, Wisnu Cahyo, Pranowo; Adam M, ramadhan. (2018). Pola Pengobatan Pada
Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Kota Samarinda. Https://Medium.Com/, November, 20–21.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

Saelan, Dzurriyatun.T, G. S. . (2018). Gambaran Perilaku Perawatan Diri Pada Pasien Gagal Jantung.
Providing Seminar Informasi Kesehatan Nasional, 5(2), 43–49.

Yunita, A., Nurcahyati, S., & Utami, S. (2020). Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang
Pencegahan Komplikasi Congestive Heart Failure (Chf). Jurnal Ners Indonesia, 11(1), 98.
https://doi.org/10.31258/jni.11.1.98-107

Muttaqin, Arif., dan Kumala Sari. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Cardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai