Di antara berbagai penyakit tidak menular, yang cukup sering ditemui adalah diabetes dan hipertensi.
Meski dapat muncul terpisah, tak jarang keduanya terjadi bersamaan di tubuh pasien. Hal ini salah satunya pernah
dikemukakan American Diabetes Association.
Berdasarkan sebuah penelitian pada tahun 2012, hubungan diabetes dengan hipertensi dikaitkan dengan
penyebab yang sama. Yakni, obesitas, peradangan, stres oksidatif, dan resistensi insulin. Seseorang dengan diabetes
tidak mempunyai cukup hormon insulin untuk memproses glukosa (gula dari makanan) atau insulin mereka tidak
bekerja dengan efektif. Insulin adalah hormon yang membuat tubuh dapat memproses glukosa dari makanan dan
menggunakannya untuk energi. Karena adanya masalah pada insulin, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel
tubuh untuk membentuk energi dan akhirnya akan terkumpul di aliran darah.
Tingginya gula dalam pembuluh darah yang mengelilingi tubuh akan menyebabkan kerusakan pada organ-
organ tubuh khususnya pembuluh darah dan ginjal. Organ-organ inilah yang mempunyai peran dalam menjaga
tekanan darah yang normal. Bila terjadi kerusakan, tekanan darah dapat meningkat dan menyebabkan kerusakan
yang lebih jauh dan komplikasi.
Selain itu, ada tiga cara lain yang menyebabkan kadar gula darah yang tinggi di dalam darah dapat
meningkatkan tekanan darah. Yang pertama, pembuluh darah kehilangan kemampuan untuk melebar atau meregang.
Kedua, jumlah cairan di dalam tubuh meningkat, terlebih bila penyakit kencing manis sudah menyerang ginjal.
Yang terakhir, resistensi insulin dapat ikut serta dalam proses yang meningkatkan risiko dari hipertensi. Lalu,
bagaimana hipertensi menyebabkan penyakit kencing manis? Sebuah kumpulan penelitian yang diterbitkan di
Journal of the American College of Cardiology pada tahun 2015 meneliti data dari lebih 4 juta orang dewasa. Dari
penelitian itu, mereka menyimpulkan, orang-orang dengan penyakit tekanan darah tinggi berisiko yang lebih tinggi
untuk menderita diabetes tipe 2. Hubungan ini mungkin disebabkan adanya proses di dalam tubuh yang
memengaruhi kedua kondisi ini, misalnya peradangan.
Pada pasien HIpertensi dan DM yang tidak terkontrol komplikasi akan berjalan lebih cepat tanpa melalui
proses yang panjang., KOmplikasi yang ditimbulkan akan menyangkut organ organ vital seperti jantung, otak,
ginjal, mata dll. Jika sudah menunjukkan gejala makan komolikasi sudah terbentuk
PERMASALAHAN
Kurangnya pengetahuan tentang komplikasi dari hipertensi dan DM yang tidak terkontrol
Pencegahan komplikasi DM dan Hipertensi
Kepatuhan dalam pengobatan
Penyampaian materi tentang definisi hipertensi dan DM, komplikasi hipertensi dan DM, pencegahan komplikasi hipertensi dan
DM, kepatuhan dalam pengobatan, pola hidup pencegahan komplikasi
PELAKSANAAN
Pelaksanaan :
1. Pembukaan : Memberi salam, perkenalan dan menyampaikan tujuan
2. Penyajian : Menjelaskan materi tentang definisi materi tentang definisi hipertensi dan DM, komplikasi
hipertensi dan DM, pencegahan komplikasi hipertensi dan DM, kepatuhan dalam pengobatan, pola hidup
pencegahan komplikasi
Beberapa peserta sudah tua dan tidak ditemani keluarga sehingga penyampaian informasi dikhawatirkan tidak mendalam
II. Judul Lap. Kegiatan : Skrining Pasien tersangka TB dan melakukan pengobatan TB
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberkulosis
yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi, sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Sebagian besar dari
kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara negara yang sedang berkembang. Indonesia adalah negara
dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India, sedangkan berdasarkan Survei Kesehatan Nasional
tahun 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan k urangnya
kesadaran masyarakat dan terbatasnya tenaga kesehatan yang memegang program TB baik secara kualitas maupun kuantitas.
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita dan keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) menyebabkan
sedikitnya penemuan kasus TB baru dan rendahnya angka kesembuhan penderita TB. Selain itu adanya kepercayaan
masyarakat bahwa TB adalah penyakit yang memalukan dan ketakutan akan dikucilkan menjadi kendala dalam penemuan
dan pengobatan kasus TB.
PERMASALAHAN
Pasien terlambat menyadari bahwa gejala yang dialami nya adalah gejala dari TB
Pemeriksaan pasien curiga TB dan pengobatan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga bagaimana etika batuk, peralatan
makan, serta lingkungan rumah yang baik bagi pasien
PELAKSANAAN
Pelaksanaan :
III. Judul Laporan: Kunjungan Rumah terhadap pasien pengobatan TB untuk meninjau lingkungan pasien
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberkulosis
yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi, sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Sebagian besar dari
kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara negara yang sedang berkembang. Indonesia adalah negara
dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India, sedangkan berdasarkan Survei Kesehatan Nasional
tahun 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan k urangnya
kesadaran masyarakat dan terbatasnya tenaga kesehatan yang memegang program TB baik secara kualitas maupun kuantitas.
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita dan keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) menyebabkan
sedikitnya penemuan kasus TB baru dan rendahnya angka kesembuhan penderita TB. Selain itu adanya kepercayaan
masyarakat bahwa TB adalah penyakit yang memalukan dan ketakutan akan dikucilkan menjadi kendala dalam penemuan
dan pengobatan kasus TB.
Peningkatan kasus TB juga dipengaruhi dari masing-masing individu seperti sistem kekebalan tubuh, status gizi dan
personal higiene serta kepadatan lingkungan rumah tempat tinggal (Manalu, 2010). Penjelasan tersebut sesuai dengan studi
yang dilaksanakan oleh Yoga (2007), bahwa TB lebih mudah menular pada orang dengan tempat tinggal di kawasan
perumahan yang padat, kurang adanya sinar matahari yang masuk kerumah dan sinar matahari yang kurang
PERMASALAHAN
- Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB Paru dan penyeba penyakit TBC
- Pemantauan apakah terdapat perubahan lingkungans etelah pasien terkena TBC
Kunjungan ke Rumah pasien Tb, dilakukan pengkajian rumah, apakah ventilasi ada, cahaya yang masuk cukup,
kelembaban dan udara cukup serta bagaimana perilaku pasien dan keluarga di rumah
PELAKSANAAN
Monitoring dilakukan dengan memberikan kesempatan bertanya serta menjawab saat kunjungan