Anda di halaman 1dari 25

Asuhan Keperawatan Pada Ny.

M Dengan
TB Paru Di Ruang Teuku
Chik Ditiro Di Rumah Sakit TK IV.IM.07
01
Lhokseumawe

TARMIZI
NIM : 014226.12.050
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TB paru) merupakan penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis yaitu Myobacterium tuberculosis yang
pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi juga
dapat menyerang organ lainnya. Situasi penyakit TB
didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat
setiap tahunnya dan banyak yang tidak berhasil
disembuhkan, terutama pada negara dengan masalah
TB besar (high burden countries). Menyikapi hal
tersebut, pada tahun 1993 WHO mencanangkan TB
sebagai kedaruratan dunia (global emergency) (WHO,
2010).
Prevalensi TB paru
• Menurut WHO (kumar dkk, 2007) Diperkirakan bahwa di seluruh dunia 1.7
milyar orang terinfeksi, dengan 8 hingga 10 juta kasus baru dan 3 juta
kematian pertahun. Word Health Organization memperkirakan
tuberkulosis menyebabkan 6% dari semua kematian diseluruh dunia,
yang menjadi penyebab tersering kematian akibat infeksi tunggal. Di
dunia Barat, kematian akibat Tuberculosis memuncak pada tahun 1800
dan secara terus-menerus turun sepanjang tahun 1800-an dan 1900-an.
insiden tuberkulosis pada orang yang lahir di AS telah berkurang sejak
tahun 1992. Saat ini, diperkirakan sekitar 25.000 kasus baru dengan
tuberkulosis aktif terjadi di Amerika Serikat setiap tahun, dan hampir 40%
terjadi pada imigrasi dari negara yang prevalensi tuberkulosisnya tinggi
• Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di indonesia sekitar 528.000
penderita TB paru atau berada diposisi tiga di dunia setelah India dan
Cina. Pada tahun 2009, jumlah penderita TBC sebesar 429.000 orang dan
menurun menjadi peringkat lima didunia. Lima negara dengan jumlah
tersebut kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika
Selatan, Nigeria Indonesia (WHO, 2010). Prevalensi TB di Indonesia pada
2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru setiap tahun
mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian, total kasus hingga 2013
mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus (Kartika, 2014).
• Di Nanggro Aceh Darusalam dengan jumlah
penduduk 4.131.378 jiwa, berdasarkan survey
departemen kesehatan tahun 2012 Prevalensi
sekarang ini mencapai 28.31 %, hal ini menunjukkan
angka penderita Tuberkulosis paru di Aceh masih
tinggi
• Di Kantor dinas Kesehatan lhokseumawe pada
tahun 2013, dari jumlah total (280.184) penderita 10
penyakit terbesar diwilayah kerjanya terdapat
penderita tuberkulosis paru sejumlah 620 jiwa
(Dinkes Lhokseumawe, 2014).
• Rumah Sakit TK IV Iskandar Muda 07 01
Lhokseumawe didapatkan pasien tuberkulosis yang
rawat inap tahun 2014 sebanyak 98 orang dan dari
bulan Januari sampai Mei tahun 2015 didapatkan
sebanyak 73 orang.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan
mendapatkan pengalaman yang nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny.M
tuberkulosis paru.
2. Tujuan khusus
• Dapat melakukan pengkajian asuhan
keperawatan secara komprehensif pada Ny. M
Tuberkulosis Paru diruang rawat inap Rumah sakit
TK IV Iskandar Muda 07 01 Lhokseumawe.
• Dapat mengidentifikasikan dan menentukan
diagnosa keperawatan pada Ny. M Tuberkulosis
Paru.
• Dapat merumuskan perencanan asuhan
keperawatan sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada Ny. M Tuberkulosis Paru.
• Dapat melaksanakan tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah tindakan yang dialami
pada Ny. M Tuberkulosis Paru
• Dapat melakukan evaluasi terhadap tingkat
kebersihan keperawatan Ny. M tuberkulosis paru
• Dapat mendokumentasikan asuhan
keperawatan tuberkulosis Paru.
Metode penulisan
penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu sasaran penelitian dengan teknik
pengumpulan data melalui teknik :
• Studi kepustakaan adalah penelitian yang
dilakukan dengan sistem penelahan sejumlah
sumber yang tertulis baik itu buku, majalah, artikel,
website, webpage dan karya tulis ilmiah lain yang
berhubungan dengan penulisan karya tulisan
ilmiah ini.
• Studi kasus adalah pengalaman belajar lapangan
secara langsung di rumah sakit TK IV IM 07 01
Lhokseumawe yang dilakukan melalui pendekatan
asuhan keperawatan terhadap Klien tuberkulosis paru
yang telah penulis laksanakan mulai tanggal 17 s/d
21 Juni 2015 dengan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarahnya penjelasan dan pembahasan karya


tulis ini, maka sistematika disusun atas lima BAB yaitu :
• BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan dan Sitematika penulisan
• BAB II Tinjauan Teoritis: Konsep Dasar (pengertian,
etiologi, patofisiologi,manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi)dan asuhan
keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, tindakan dan evaluasi).
• BAB III Tinjauan Kasus: Pengkajian, Diagnosa, Rencana,
Tindakan serta Evaluasi
• BAB IV Pembahasan: Pengkajian, Diagnosa, Rencana,
Tindakan serta Evaluasi
• BAB V Penutup: Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar

1. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang terutama
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit
ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat
menyebar ke hampir setiap bagian tubuh, termasuk
meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunner &
Suddarth, 2000).
2. Etiologi
Menurut Humar, dkk (2007) penyebab tuberkulosis biasanya disebabkan
oleh mikobakteri.

3. Patofisiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2001) individu rentan yang menghirup
basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui
jalan nafas alveoli, tempat di mana mereka terkumpul dan mulai untuk
memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan
aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri),
dan area paru-paru lainnya (lobus atas).
4. Manifestasi Klinis
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan
demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan,
berkeringat malam, nyeri dada, dan batuk menetap. Batuk pada awalnya
mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan
sputum mukopurulen dengan hemoptisis (Brunner & Suddarth, 2001).

5. Pencegahan
• Pencegahan terhadap infeksi ini dilakukan dengan:
• Imunisasi: vaksinasi BCG, perlindungan hanya sebagian, dan lamanya
tidak dapat ditentukan
• Pengendalian reservoar, sumber, dan rute penularan dengan
menemukan dan mengobati tuberkulosis aktif secepat mungkin, mencari
sumbernya dan obati, memberi kemotherapi (INH) pada orang yang
beresiko tinggi (Tambayong, 2000).

6. Pemeriksaan Penunjang
• Darah
• Pemeriksaan sputum
• Tuberculin skin testing
• Pemeriksaan radiologis
7. Penatalaksanaan
Menurut Brunner & Suddarth (2001) Tuberkulosis paru diobati terutama
dengan agens kemoterapi (agens anti tuberkulosis) selama periode 6
sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan digunakan: isoniasid (INH),
rifampin (RIF), streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA).
Kapreomisin, kanamisin, etionamid, natrium, para-aminosalisilat,
amikasin, dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.

8. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
• Hemoptisis berat
• Atelektasis
• Bronkiektasis
• Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,
dan ginjal
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 76 thn
Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku bangsa : Aceh
Pendidikan : Sekolah rakyat
Bahasa yang digunakan: Aceh
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tempok tengoh/Dusun mesjid
Tanggal masuk : 16 juni 2015
Diagnosa medis : TB paru

Penanggung jawab
Nama : Ny. N
Hubungan dengan pasien : Anak kandung
Pekerjaan : Wirausaha
Keluhan Utama
• Ny. M mengatakan sesak nafas, nyeri dada, batuk lebih dari satu bulan,
berkeringat dimalam hari dan tidak nafsu makan.

Diagnosa Keperawatan
• Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
berlebihan, sekret kental, upaya batuk buruk, kelemahan ditandai dengan
klien mengatakan sulit bernafas, batuk pada malam hari, dan nyeri dada
waktu menarik nafas, dan susah mengeluarkan sekret keadaan umum lemah,
gelisah, batuk produktif, RR 30x/ menit, pernafasan cuping hidung,
penggunaan otot bantu pernafasan saat bernafas, bunyi nafas ronkhi,
oksigen terpasang 3-4 liter.
• Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, sering batuk, dipnea ditandai dengan klien mengatakan tidak ada
nafsu makan, klien mengatakan mampu menghabiskan ¼ porsi diet yang
disediakan, makanan yang disajikan hanya ¼ porsi di habiskan, keadaan
umum lemah BB 40kg, TB 155 cm, Hb 10.2 gr%, konjungtiva anemis, glukosa
puasa 39 mg/dl.
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk, sesak nafas, nyeri daerah
dada ditandai dengan klien mengatakan sering terbangun dimalam hari
karena batuk dan sesak nafas klien tampak lemah dan lesu, konjungtiva
anemis, ada garis hitam dibawah kantung mata.
• Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru, atelektasis ditandai dengan Klien
mengatakan sesak, nyeri dada saat bernafas klien tampak lemah, pucat,
dipsneu.
Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa pertama
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
berlebihan, sekret kental, upaya batuk buruk, kelemahan
Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien
Kriteria hasil: Mengeluarkan sekret tanpa bantuan, menunjukan prilaku
untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan nafas, tidak ada
penggunaan otot asesoris, tidak ada pernafasan cuping hidung. RR
dalam batas normal
Intervensi
• Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan, irama dan
kedalaman dan penggunaan otot aksesoris.
• Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif; catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
• Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk
batuk dan latihan napas dalam.
• Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea penghisapan sesuai
keperluan.
• Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
Diagnosa kedua
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan, sering batuk/produksi sputum; dispnea;
anoreksia.
Tujuan: Menunjukan berat badan meningkat mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.
Kriteria hasil: Melakukan prilaku/ perubahan pola hidup untuk
meningkatkan berat badan yang tepat.
Intervensi:
• Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor
kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan,
intgritas mukosa oral, kempuan/ketidakmampuan menelan,
adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare.
• Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/tidak disukai.
• Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara
periodik
• Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan
dengan obat. Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses.
Diagnosa ketiga
Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk, sesak
nafas, nyeri daerah dada.
Tujuan: Istirahat tidur terpenuhi
Kriteria hasil: Klien dapat beristirahat dengan posisi
menyenangkan, klien tidak batuk lagi, klien tidak nyeri
dada lagi, klien tampak bersemangat/ segar.
Intervensi:
• Lakukan pengaturan posisi tidur
• Lakukan tindakan untuk mengontrol batuk dengan
memberi klien air hangat waktu mau tidur
• Ajarkan cara batuk efektif
• Membatasi jam berkunjung dan memberi suasana kamar
yang nyaman
Diagnosa keempat
Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane
alveolar-kapiler, sekret kental, tebal, edema bronkhial.
Tujuan: Melaporkan tak adanya/penurunan dispnea.
Kriteria Hasil: Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal, bebas dari gejala distress
pernapasan.
Intervensi:
• Kaji dipsnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada,
dan kelemahan.
• Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis
dan/atau perubahan pada warna kulit, termasuk membrane
mukosa dan kuku.
• Tunjukan/dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim paru.
• Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas
perawatan diri sesuai dengan keperluan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
• Pada pemeriksaan fisik terlihat keadaan umum klien
tampak sesak, lemah, nyeri dada dan dipsnea saat
melakukan aktifitas dan dari hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan BTA positif. Pada tinjauan
teoritis juga terdapat pada tinjauan kasus yaitu
sesak, nyeri dada, lemah, tidak nafsu makan,
berkeringat dimalam hari, penurunan berat badan,
batuk menetap. Sedangkan yang terdapat di
tinjauan kasus tetapi tidak terdapat pada tinjauan
teoritis adalah keluhan sulit tidur.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang terdapat pada tinjauan teoritis tapi
tidak terdapat pada tinjauan kasus yaitu
• Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
mengenai kondisi, aturan tindakan, dan
pencegahan berhubungan dengan terpajan pada
salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif,
tak akurat/ tak lengkap informasi.
• Resiko tinggi Infeksi, (penyebaran/aktivitas ulang)
berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat, penurunan kerja silia/statis sekret,
kerusakan jaringan/tambahan infeksi, penurunan
pertahanan/ penekatan proses imflamasi,
malnutrisi, terpajan lingkungan
• Diagnosa yang tidak terdapat dalam tinjauan
teoritis tetapi terdapat dalam tinjauan kasus adalah
gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk,
sesak nafas, nyeri daerah dada
.
C Perencanaan dan pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan,
penulis berusaha agar tidak menyimpang dari
landasan teori

D. Evaluasi
Selama perawatan yang penulis lakukan pada klien
Tuberkulosis paru berdasarkan hasil evaluasi maka
didapatkan semua diagnosa teratasi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam perencanaan dan pelaksanaan tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, penulis
berusaha memprioritaskan berdasarkan kebutuhan
dasar Maslow mulai dari kebutuhan fisiologis rasa
aman dan nyaman, dicinta dan mencinti, dihargai,
serta aktualisasi diri yaitu diagnosa ketidak efektifan
pola nafas, kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, gangguan pola tidur dan resiko tinggi
terhadap kerusakan pertukaran gas
Dari empat diagnosa yang telah diangkat
berdasarkan data hasil evaluasi yang terakhir semua
diagnosa dapat teratasi.
B. SARAN

Bagi Rumah Sakit


• Rumah sakit hendaknya mempertahankan atau meningkatkan kinerja
yang telah bagus, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
meningkatkan lagi peralatan yang ada diruangan.
Bagi Institusi Pendidikan
• Institusi pendidikan hendaknya menambah literature yang ada
diperpustakaan, dengan literature yang masih tergolong terbitan
terbaru, sehingga peserta didik tidak kesulitan saat mencari literatur.
Bagi Perawat
• Perawat hendaknya mencantumkan atau mencatat apa tindakan yang
telah dilakukan tentunya yang berkaitan dengan teori, sehingga akan
mempermudah perawat lain yang ingin menerapkan sesuai teori
tersebut, dan hendaknya penyuluhan kesehatan menjadi program
diruangan guna meningkatkan pengatahuan klien tentang penyakitnya
dan mencegah komplikasi-komplikasi yang terjadi.
Bagi Mahasiswa
• Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan benar sesuai dengan
konsep dasar dengan tuberkulosis paru. Selalu berdiskusi dengan teman-
teman dan pembimbing bila mengalami kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai