PANDAHULUAN
A. Latar Belakang
terbukti dengan adanya sisa-sisa penyakit ini yang didapatkan pada mumi-mumi dari
jaman Mesir kuno dan adanya tulisan tentang penyakit ini dalam “Pen Tsao” yaitu
materia medika cina yang sudah berumur 5000 tahun. Penyakit ini dulunya bernama
Lianec (1819) yang pertama-tama menyatakan bahwa penyakit ini suatu infeksi
penyakit Tuberculosis karena terbentuknya nodul yang khas yaitu Tubercle. Hampir
Indonesia, hal ini di sebabkan karena kebersihan lingkungan yang kurang, gizi
kurang, adanya pulusi udara yang buruk dan sirkulasi udara yang buruk serta faktor
sosial-ekonomi. Angka kematian sejak awal abad ke-20 mulai berkurang sejak di
terapkannya prinsip pengobatan dengan perbaikan gizi dan tata cara kehidupan
berdasarkan survei Departemen Kesehatan tahun 1980, penyakit ini masih tergolong
1
2
4 besar. Selanjutnya diketahui juga bahwa 75% penderita Tuberculosis Paru berasal
dari golongan tenaga kerja produktif (15-60 tahun) dan golongan ekonomi lemah.
mendapat perhatian yang layak dan bahkan ada yang tidak dibawa ke rumah sakit
ataupun dokter. Sehingga Tuberkulosis menjadi masalah penting baik dipandang dari
Paru masih cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari Catatan Medical Record di Rumah
Sakit Dokter Soedarso Pontianak pada bulan Januari hingga Juli 2005 pada lampiran
satu (1).
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit Tuberkulosis Paru masih
cukup tinggi di Kalimantan Barat, dengan jumlah penderita yang meningkat dari
bulan Februari 2005 sampai bulan Mei 2005, pada bulan Juni hingga Juli terjadi
penurunan angka kejadian Tuberkulosis Paru hal ini mungkin dikarenakan prinsip
pengobatan dengan tepat dan tata cara kehidupan penderita yang tepat pula. Angka
penderita Tuberkulosis Paru yang keluar hidup (sembuh) 41,29 %, meninggal 8,70 %,
penderita pria 32,4 % dan wanita 17,59 %. Angka penderita Tuberkulosis Paru yang
dapat sembuh lebih tinggi dibandingkan dengan penderita Tuberkulosis Paru yang
meninggal, dikarenakan prinsip pengobatan yang tepat, baik dari segi penggunaan
therapi serta pengendalian/pengawasan minum obat, dan juga pemeriksaan yang tepat
pula. Penderita Tuberkulosis Paru lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
3
wanita, bisa dipengaruhi dari faktor kebiasaan atau pola hidup seperti merokok,
mengkonsumsi alkohol, kebiasaan tidur larut malam yang dapat menurunkan secara
langsung daya imunitas tubuh, sehingga berisiko untuk terkena penyakit Tuberkulosis
Paru. Penyakit Tuberkulosis Paru juga lebih banyak terjadi pada penderita usia
terjadi juga pada usia tidak produktif sebanyak 73 orang, dikarenakan faktor rutinitas
dan aktivitas kerja, pola istirahat yang kurang, dan pada usia tidak produktif dapat
Paru agar tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat serta penderita dapat
Untuk itu perawat merupakan salah satu aspek yang terkait dalam pemberian Asuhan
Keperawatan dengan memberikan pelayanan kepada penderita secara utuh Bio, Psiko,
Tuberkulosis Paru.
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tuberkulosis Paru.
5
C. Metode Penulisan
Keperawatan, untuk itu penulisan data ini dengan cara sebagai berikut:
2. Studi kasus, yaitu dengan langsung turun kelahan praktek melalui wawancara
Soedarso.
penyusunan laporan hasil studi kasus ini hanya membatasi pada Asuhan
sampai dengan evaluasi yang dirawat diruangan perawatan penyakit paru rumah
2005.
6
E. Sistematika Penulisan
Penulisan. BAB II adalah Landasan Teoritis yang terdiri dari: Anatomi dan
Keperawatan klien dengan Tuberkulosis Paru. BAB III adalah Laporan Kasus