Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PANDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberculosis sudah dikenal sejak beribu-ribu tahun sebelum Masehi,

terbukti dengan adanya sisa-sisa penyakit ini yang didapatkan pada mumi-mumi dari

jaman Mesir kuno dan adanya tulisan tentang penyakit ini dalam “Pen Tsao” yaitu

materia medika cina yang sudah berumur 5000 tahun. Penyakit ini dulunya bernama

Consumtion atau Pthisis dan semula dianggap penyakit degeneratif/turunan. Barulah

Lianec (1819) yang pertama-tama menyatakan bahwa penyakit ini suatu infeksi

kronik, dan Koch (1882) dapat mengidentifikasikan kuman penyebabnya. Dinamakan

penyakit Tuberculosis karena terbentuknya nodul yang khas yaitu Tubercle. Hampir

seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, terutama paru-paru.

Tuberculosis Paru banyak dijumpai di negara yang sedang berkembang seperti

Indonesia, hal ini di sebabkan karena kebersihan lingkungan yang kurang, gizi

kurang, adanya pulusi udara yang buruk dan sirkulasi udara yang buruk serta faktor

sosial-ekonomi. Angka kematian sejak awal abad ke-20 mulai berkurang sejak di

terapkannya prinsip pengobatan dengan perbaikan gizi dan tata cara kehidupan

penderita. Keadaan penderita bertambah baik sejak ditemukannya obat Streptomicine

(1944) dan macam-macam obat Tuberculosis pada tahun berikutnya. Di Indonesia

berdasarkan survei Departemen Kesehatan tahun 1980, penyakit ini masih tergolong

1
2

4 besar. Selanjutnya diketahui juga bahwa 75% penderita Tuberculosis Paru berasal

dari golongan tenaga kerja produktif (15-60 tahun) dan golongan ekonomi lemah.

Sering masyarakat menganggap Tuberculosis Paru sebagai akibat kekuatan

gaib/ diguna-guna orang, dengan demikian banyak penderita Tuberculosis kurang

mendapat perhatian yang layak dan bahkan ada yang tidak dibawa ke rumah sakit

ataupun dokter. Sehingga Tuberkulosis menjadi masalah penting baik dipandang dari

segi Ilmu Kedokteran maupun sosial.

Berdasarkan data yang didapat, bahwa angka kejadian penyakit Tuberkulosis

Paru masih cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari Catatan Medical Record di Rumah

Sakit Dokter Soedarso Pontianak pada bulan Januari hingga Juli 2005 pada lampiran

satu (1).

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit Tuberkulosis Paru masih

cukup tinggi di Kalimantan Barat, dengan jumlah penderita yang meningkat dari

bulan Februari 2005 sampai bulan Mei 2005, pada bulan Juni hingga Juli terjadi

penurunan angka kejadian Tuberkulosis Paru hal ini mungkin dikarenakan prinsip

pengobatan dengan tepat dan tata cara kehidupan penderita yang tepat pula. Angka

penderita Tuberkulosis Paru yang keluar hidup (sembuh) 41,29 %, meninggal 8,70 %,

penderita pria 32,4 % dan wanita 17,59 %. Angka penderita Tuberkulosis Paru yang

dapat sembuh lebih tinggi dibandingkan dengan penderita Tuberkulosis Paru yang

meninggal, dikarenakan prinsip pengobatan yang tepat, baik dari segi penggunaan

therapi serta pengendalian/pengawasan minum obat, dan juga pemeriksaan yang tepat

pula. Penderita Tuberkulosis Paru lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
3

wanita, bisa dipengaruhi dari faktor kebiasaan atau pola hidup seperti merokok,

mengkonsumsi alkohol, kebiasaan tidur larut malam yang dapat menurunkan secara

langsung daya imunitas tubuh, sehingga berisiko untuk terkena penyakit Tuberkulosis

Paru. Penyakit Tuberkulosis Paru juga lebih banyak terjadi pada penderita usia

produktif : 15 – 24 tahun sebanyak 16 orang, 25 – 44 tahun sebanyak 78 orang, dan

45 – 64 tahun sebanyak 97 orang, yang keseluruhannya berjumlah 191 orang, dan

terjadi juga pada usia tidak produktif sebanyak 73 orang, dikarenakan faktor rutinitas

dan aktivitas kerja, pola istirahat yang kurang, dan pada usia tidak produktif dapat

dikarenakan penurunan sistem imun karena proses degeneratif (proses penuaan).

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan penderita penyakit Tuberkulosis

Paru agar tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat serta penderita dapat

hidup bahagia, maka keperawatan berperan dalam membantu penderita dalam

pemenuhan dasarnya dan mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut serta

meningkatkan adaptasi penderita maupun keluarga terhadap perubahan diri penderita.

Untuk itu perawat merupakan salah satu aspek yang terkait dalam pemberian Asuhan

Keperawatan dengan memberikan pelayanan kepada penderita secara utuh Bio, Psiko,

Sosial dan Spiritual.

Berdasarkan keterangan diatas maka penulis mencoba mengangkat

permasalahan Tuberkulosis Paru serta Asuhan Keperawatan yang bertujuan untuk

mencegah, meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan pada klien dengan

Tuberkulosis Paru.
4

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dalam pembuatan laporan hasil studi kasus ini, penulis berharap

memberikan wawasan dan pengetahuan kepada tenaga keperawatan tentang

Asuhan Keperawatan kepada klien dengan gangguan sistem pernafasan :

Tuberkulosis Paru sesuai dengan proses keperawatan, dan penulis juga

berharap laporan kasus ini berguna bagi perkembangan dibidang keperawatan,

diharapkan mahasiswa, tenaga kesehatan, maupun penulis dapat menerapkan

dan mempraktekan konsep dasar dan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan penyakit Tuberkulosis Paru.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran perbandingan antara teori dan konsep dengan

penerapan terhadap kasus Tuberkulosis Paru.

b. Memberikan acuan untuk mengeksplorasi dari konsep teori kedalam

praktek keperawatan yang berhubungan dengan Tuberkulosis Paru.

c. Penulis dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat dan

mendukung penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

Tuberkulosis Paru.
5

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan Laporan Hasil Studi Kasus ini, penulis menggunakan

metode deskriptif, yaitu dengan menggunakan cara mengumpulkan data, analisa

data dan menarik kesimpulan, sehingga penulis dapat menguraikan Asuhan

Keperawatan, untuk itu penulisan data ini dengan cara sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, yaitu membaca dan mempelajari buku-buku sumber, KTI,

diktat, laporan-laporan yang berhubungan dengan laporan kasus ini.

2. Studi kasus, yaitu dengan langsung turun kelahan praktek melalui wawancara

dengan, klien, kepala ruangan, perawat yang bertugas, mengadakan

pengamatan langsung pada klien dan mempelajari catatan keperawatan

diruang perawatan penyakit paru Rumah Sakit Umum Daerah Dokter

Soedarso.

D. Ruang Lingkup Penulisan

Karena luasnya permasalahan dan keterbatasan dari penulis, maka dalam

penyusunan laporan hasil studi kasus ini hanya membatasi pada Asuhan

Keperawatan pada sistem pernafasan: Tuberkulosis Paru yaitu bagaimana cara

mencegah dan perawatan penyakit Tuberkulosis Paru dari mulai pengkajian

sampai dengan evaluasi yang dirawat diruangan perawatan penyakit paru rumah

sakit soedarso pontianak dari tanggal 18 Agustus sampai dengan 20 Agustus

2005.
6

E. Sistematika Penulisan

Laporan hasil studi kasus ini terdiri dari:

BAB I adalah Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang, Tujuan

Penulisan, Metode Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, dan Sistematika

Penulisan. BAB II adalah Landasan Teoritis yang terdiri dari: Anatomi dan

Fisiologi Sistem Pernafasan, Konsep dasar Tuberkulosis Paru, Asuhan

Keperawatan klien dengan Tuberkulosis Paru. BAB III adalah Laporan Kasus

yang terdiri dari: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, dan Evaluasi.

BAB IV adalah Pembahasan yang terdiri dari: Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Perencanaan, dan Evaluasi. BAB IV adalah Penutup yang terdiri

dari: Kesimpulan dan Saran.

Anda mungkin juga menyukai