Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang

paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil

atau peradangan pada dinding alveolus dan akan mengecil (Nugroho,

2017).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO)

memperkirakan bakteri penyebab TB paru dapat membunuh sekitar 2

juta jiwa setiap tahunnya. Pada tahun 2002 sampai 2020 diperkirakan

sekitar 1 milyar manusia akan terinfeksi tuberkulosis paru. Dengan

kata lain, perubahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta tiap tahunnya.

Berdasarkan data WHO tahun 2018, TB Paru merupakan salah satu

dari 10 penyakit penyebab kematian terbesar di dunia. Pada tahun

2017, sebanyak 10 juta orang menderita TB Paru. Indonesia

menduduki peringkat ketiga dengan beban tertinggi di dunia untuk

kasus TB dan sekaligus penyebab kematian nomor empat setelah

penyakit kardiovaskuler (WHO,2018)

Kementrian Kesehatan RI (2018), memaparkan insidensi kejadian

TB paru di Indonesia pada tahun 2016 berada pada angka 298.128

kasus per tahun dan mengalami peningkatan pada tahun 2017

1
menjadi 420.994 kasus. Dari keseluruhan kasus, jumlah kasus

dengan BTA positif adalah sebanyak 156.723 kasus dengan hasil

pengobatan gagal sebanyak 0,4%, loss to follow up (hilang dari

pengamatan) 5,4%, pengobatan lengkap 43,1% dan sembuh 42%.

Angka kejadian TB Paru jika dilihat dari segi usia, paling banyak yaitu

berada pada rentang usia 45-54 tahun sebanyak 19,82%. Menurut

Riskesdas (2018), insidensi TB Paru di Indonesia tahun 2018 yaitu

sebanyak 321 per 100.000 penduduk. Banyaknya jumlah penderita TB

dikarenakan rendahnya angka keberhasilan pengobatan, dimana

angka keberhasilan pengobatan TB pada tahun 2016 yaitu 75,4% dan

pada tahun 2017 meningkat menjadi 85,1%. Sedangkan Kemenkes

menetapkan target minimal 88%. Dengan demikian, Indonesia belum

mencapai standar angka keberhasilan pengobatan TB paru yang

sudah ditetapkan(Kemenkes,RI 2018).

Kasus TB Paru di berbagai kota juga menjadi perhatian seperti di

kota Makassar, dimana pada tahun 2018 terdapat sebanyak 1.164

kasus dengan hasil pengobatan sembuh sebanyak 76,05%,

pengobatan lengkap sebanyak 59,97% dan Drop Out sebanyak 8,7%.

Dilihat dari angka kasus TB di berbagai Puskesmas dan Rumah Sakit

didapatkan bahwa pada tahun 2018, angka kejadian kasus TB Paru

terbanyak yaitu di BBKPM Kota Makassar sebanyak 144 kasus.

Sedangkan jumlah kasus TB Paru tahun 2019 dari bulan Januari –

Agustus 2019 yaitu sebnyak 121 kasus. Berdasarkan hasil

2
pengobatan tahun 2018 didapatkan bahwa pasien dengan angka

pengobatan lengkap sebanyak 39,58% dan 82% diantaranya

dinyatakan sembuh. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa angka

kesembuhan masih dibawah standar Kemenkes yaitu 88% (Dinkes

Kota Makasar, 2018).

Untuk Gejala umum pada pasien Tuberkulosis diantaranya batuk

selama 3-4 minggu atau lebih dengan gejala tambahan yaitu batuk

darah, sesak nafas, badan lemas dan nafsu makan menurun, berat

badan menurun, malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan

fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes,2017).

Komplikasi pada penderita tuberculosis stadium lanjut: hemoptosis

berat (perdarahan dari saluran pernafasan bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial. Beronkiektasis

(pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat

pada peroses pemulihan atau reaktif) Peumotorak (adanya udara

dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan

jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,

ginjal, dan sebagainya (Tamsuri,2018).

Sesak nafas merupakan gangguan yang sering ditemukan pada

pasien Tuberkulosis dan dapat menyebabkan kurang oksigen

sehingga Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan,

Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh, oksigen

3
merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar

manusia Hal ini telah terbukti pada seseorang yang menderita yang

kekurangan oksigen akan mengalami Hipoksia dan akan terjadi

kematian Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena jika

kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi

kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal itu berlangsung lama

akan menimbulkan kematian System yang berperan dalam proses

pemenuhan kebutuhan adalah system pernapaan, persarafan, dan

kardiovaskuler. Pada manusia, proses pemenuhan kebutuhan oksigen

dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran

pernapasan, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar

berpungsi secara normal serta membebaskan saluran pernapasan

dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen.

Dalam lingkup keperawatan, perawat harus paham dengan

manifestasi tingkat pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien TB

Paru, serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan

pemenuhan kebutuhan tersebut. Itulah sebabnya, perawat perlu

memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia.

Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem

(kimia atau fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak

berbau, yang mutlak dibutuhkn dalam proses metabolism sel Akibat

oksigenasi ( Andina & Yuni 2017).

4
Sejak Itu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

adalah keadaan ketika individu yang tidak NPO mengalami penurunan

berat badan karena tidak adekuatnya asupan atau metabolisme zat

nutrisi untuk kebutuhan tubuh, (Carpenito, 2017). Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu keadaan yang dialami

seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko

penurunan berat badan akibat ketidak cukupan nutrisi untuk

kebutuhan metabolisme, (Hidayat, 2018)

Salah satu masalah yang sering terjadi pada penderita

Tuberculosis adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk

memenuhi kebutuhan metabolik. Memelihara status nutrisi penderita

TB Paru penting dilakukan untuk mempertahankan status nutrisi

pasien dalam keadaan baik, Kebanyakan pasien penderita TB Paru

mengalami penurunan berat badan sampai tingkat tertentu selama

masa penyakit mereka, (Hidayat, 2018).

Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan tersebut

penulis tertarik untuk mengembangkan dan mendokumentasikan

asuhan keperawatan dalam sebuah karya ilmiah akhir dengan judul

“Manajemen Asuhan Keperawatan Tn, G Dengan Prioritas

Gangguan Kebutuhan Oksigenasi dan Nutrisi Pada Tuberkulosis

(TB).

5
1. Tujuan

a. Tujuan umum

Mendapatkan gambaran secara jelas tentang pelaksaan asuhan

keperawatan yang berkaitan dengan tindakan pemberian

oksigenasi dan Nutrisi pada Tn G di ruang Baji Ati RSUD. Labuang

Baji Provinsi Selawesi Selatan.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan pengalaman nyata tentang Pengkajian tentang

oksigenasi dan Nutrisi pada pasien Tuberkulosis (TB)

2. Mendapatkan pengalaman nyata tentang perumusan diagnosa

keperawatan pada pasien Tuberkulosis (TB) dengan tindakan

Oksigenasi dan Nutrisi

3. Mendapatkan gambaran nyata tentang perencanaan

keperawatan pada pasien Tuberkulosis (TB) dengan tindakan

pemberian oksigenasi dan Nutrisi

4. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan

implementasi keperawatan pada pasien Tuberkulosis (TB)

dengan tindakan pemberian oksigenasi dan Nutrisi

5. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan evaluasi

keperawatan pada pasien Tuberkulosis (TB) dengan tindakan

pemberian oksigenasi dan Nutrisi

6
2. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini antara lain :

a. Institusi

Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan

system neurologis khususnya mengenali asuhan keperawatan

dengan tindakan pemberian oksigenasi dan pemberian Nutrisi

b. Rumah Sakit

Hasil penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan dan informasi

mengenai tindakan pemberian oksigenasi dan Nutrisi di ruang Baji

Ati RSUD. Labuang Baji Provinsi Selawesi Selatan. Hal ini

diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan dalam yang diwujudkan dengan meningkatkan

kepuasaan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

c. Penulis

Dapat mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam

memberikan asuhan keperawatan serta mengapliksikan ilmu yang

diperoleh selama pendidikan.

3. Sistematika Penulisan

Karya ilmiah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

a. Tempat dan Pelaksanaan Pengambilan Kasus

7
Kasus ini dilaksanakan di Ruang Baji Ati RSUD. Labuang Baji

Provinsi Selawesi Selatan pada saat praktek Keperawatan Dasar

Profesi pada tanggal 27 april 2021.

b. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengambilan data yang dilakukan dengan

menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk pengembilan

data cukup banyak dari informan.

Anda mungkin juga menyukai