A. LEMBAR UTAMA
1. Judul Penelitian
HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT DIABETES MELITUS TERHADAP
PREVALENSI TERTULARNYA TUBERKULOSIS PARU
Pada usia 30-50 tahun di RSUD dr.Doris Syilvanus Palangka Raya
Bulan April - September Tahun 2013
2. Nama Peneliti
Nama : Vitrosa Yosepta Sera NIM : FAA 112 049
3. Pembimbing Penelitian
Nama : dr. Francisca Diana Alexandra, M. Sc
Departemen : Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangka Raya
4. Kata Kunci
Tuberkulosis Paru Diabetes Melitus
usia 30-50 tahun
1
6. Sumber Dana Penelitian
Sumber dana :
- Pribadi
7. Tempat Penelitian
Nama : RSUD dr.Doris Sylvanus, Palangka Raya, Kalimantan Tengah
Alamat : JL.Tambun Bungai No.4
Telepon : (0536) 3221717, 3224695
2
9. Pengesahan Ketua Penanggung Jawab Modul Riset dan Pembimbing
yang Bertanggung Jawab
Nama Penanggung Jawab Modul Riset Tanda Tangan
3
2009 adalah 100 per 100.000 penduduk.3 Di Kalimantan Tengah sendiri, pada
tahun 2011 perkiraan kasus menular TB paru baru tercatat mencapai angka
4500 orang penderita sepanjang tahun4,itu artinya angka yang cukup besar
bagi penderita TB paru di Kalimantan Tengah dan RSUD dr.Doris Sylvanus
sebagai rumah sakit rujukan di Kalimantan Tengah dapat membantu peneliti
dalam pengambilan sampel penelitian.
Selain Tuberkulosis Paru (TBC) penyalit lain yang cukup
berbahaya yaitu Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi, disertai dengan
adanya hiperglikimia kronis akibat adanya gangguan insulin atau gangguan
kerja dari insulin,atau keduanya.5 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat Diabetes
Melitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-
6 yaitu 5,8%.6 dari data yang tersedia,pada tahun 1995 Indonesia menduduki
peringkat ke-7 dunia penderita Diabetes Melitus yaitu sekitar 4,5 Juta
penderita dan di prediksi pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 12,4 juta
penderita,berada di posisi ke-5 penderita Diabetes Melitus Terbesar di dunia.
Ada bukti yang berkembang bahwa Diabetes Melitus merupakan
faktor risiko penting untuk Tuberkulosis Paru dan dapat mempengaruhi
presentasi penyakit dan respon pengobatan. Selain itu, Tuberkulosis Paru
dapat menginduksi intoleransi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik
pada penderita diabetes.7 Hal ini jelas menunjukan bahwa adanya hubungan
antara penyakit Melitus dengan resiko tertularnya Tuberkulosis Paru pada
penderita Diabetes Melitus tersebut.
Dari penelitian yang telah dilakukan,pada tahun 2011 terhadap
pasien yang berobat ke BBKPM solo, diperoleh data dari kelompok kasus, 14
pasien memiliki Diabetes Melitus dan 47 pasien tidak memiliki Diabetes
Melitus. Sedangkan pada kelompok kontrol, 5 pasien memiliki Diabetes
Melitus dan 56 pasien tidak memiliki Diabetes Melitus. Penderita Diabetes
4
Melitus beresiko menderita Tuberkulosis Paru paru 3,3 kali lebih besar
dibanding yang tidak menderita Diabetes Melitus.8
Prevalensi Tuberkulosis Paru meningkat seiring dengan
peningkatan prevalensi Diabetes Melitus. Frekuensi Diabetes Melitus pada
pasien Tuberkulosis Paru dilaporkan sekitar 10-15% dan prevalensi penyakit
infeksi ini 2-5 kali lebih tinggi pada pasien diabetes dibandingkan dengan
kontrol yang non-diabetes. Dalam studi terbaru di Taiwan disebutkan bahwa
diabetes merupakan komorbid dasar tersering pada pasien Tuberkulosis Paru
yang telah dikonfirmasi dengan kultur, terjadi pada sekitar 21,5%
pasien.Menurut penelitian lain pula,yang dilakukan oleh Alisjahbana et al8 di
Indonesia pada tahun 2001-2005, Diabetes Melitus lebih banyak ditemukan
pada pasien baru Tuberkulosis Paru paru dibandingkan dengan non
Tuberkulosis Paru.
Melihat tingginya angka seseorang seorang penderita Diabetes
Melitus terserang penyakit Tuberkulosis Paru paru,maka peneliti memilih
melakukan penelitian ini di Kota palangkaraya melalui RSUD dr.Doris
Sylvanus untuk mengetahui prevalensi penderita Tuberkulosis Paru di sertai
Diabetes.
5
12. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus serta Manfaat Penelitian
12.1.Tujuan
12.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah hubungan antara penyakit Diabetes
Melitus dengan prevalensi tertularnya Tuberkulosis Paru pada usia 30-50
tahun.
6
12. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Konsep
13.1. Tinjauan Pustaka
13.1.1 Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun sporofit.Ada beberapa
mikobakteria pathogen,tetapi hanya strain bovin dan human yang
patogenik terhadap manusia.
Tuberkulosis Paru dapat dibedakan menjadi 2,yaitu Tuberkulosis
Paru Primer dan Tuberkulosis Paru postprimer.
a. Tuberkulosis Paru primer
Merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi M. tuberculosis
pada pasien nonsensitif yaitu merekayang sebelumnya belum pernah
terserang penyakit Tuberkulosis Paru. Ciri-cirinya antara lain : terdapat
respon radang ringan pada tempat infeksi,diikuti pelebaran ke kelenjar
getah bening regional kompleks primer. Komplek ini mengalami
penyembuhan dengan fibrosis, dan sering kali timbulkalsifikasi tanpa
pemberian terapi.
b. Tuberkulosis Paru postprimer
Merupak sindrom yang disebabkan oleh infeksi oleh M. tuberculosis
pada yang pernah terinfeksi dan oleh karenanya pasien sensitive
terhadap tuberkulin. Reaktivasi diikuti responsgranulomatosa singkat
segera yang cnderung menunjukan tempat penyakit dan jarang
mengenai kelenjar getah bening. Tuberkulosis Paru postprimer dapat
sembuh dengan fibrosis,rupture kedalam bronkus dan menyebabkan
bronkopneumonia tuberculosis atau menyebar melalui darah dan
menyebabkan tuberculosis milier padahati, limpa, paru, koroi, tulang
dan/atau meningen.
7
13.1.2 Etiologi Tuberkulosis
Kecurigaan klinis khususnya harus tinggi terhadap kelompok ini
karena merupanan penyebab paling sering tertularnya Tuberkulosis Paru
(TBC),yaitu :
a. Hunian yang padat,ventilasi rumah yang buruk, serta lingkungan yang
kotor dan jorok.
b. Pasien denga AIDS
c. Pengidap Diabetes
d. Perokok berat
e. Pasien yang mendapat terapi imunosupresi
f. Lingkungan pekerjaan yang beresiko,seperti rumah sakit dan
puskesmas.9
8
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman Tuberkulosis
Paru ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.10
9
1) Usia.
2) Obesitas dan obesitas pada bagian perut.
3) Resistensi insulin.
4) Faktor-faktor makanan dan gizi.
5) Jarang melakukan aktivitas fisik.
6) Urbanisasi dan modernisasi.13
10
dua fase, yaitu fase intensif yang berlangsung selama 2-3 bulan dan
dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 4-6 bulan. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan pengobatan Tuberkulosis paru
pada pasien DM, salah satunya adalah kontrol kadar gula darah dan efek
samping OAT. Obat lini pertama yang biasa digunakan adalah isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, etambuto,dan streptomycin.
Obat lini pertama selanjutnya adalah rifampisin dengan dosis
hariannya 8-12 mg/kg BB/hari dan dosis maksimal 600 mg. Efek samping
ringan yang didapat berupa sindrom flu (misalnya demam, menggigil,
nyeri tulang), sindrom perut (sakit perut, mual, tidak nafsu makan,
muntah, diare), dan sindrom kulit (gatal-gatal).
Keadaan yang perlu diperhatikan ialah pemberian rifampisin pada
pasien DM yang menggunakan obat oral antidiabetes, khususnya
sulfonilurea karena dapat mengurangi efektivitas obat tersebut dengan cara
meningkatkan metabolisme sulfonilurea. Sehingga pada pasien
DM,pemberian sulfonilurea harus dengan dosis yang ditingkatkan.
Sementara itu, pirazinamid sebagai anti Tuberkulosis dapat
diberikan dengan dosis harian: 20-30 mg/kg BB/hari. Efek samping utama
obat ini ialah hepatitis imbas obat.
Etambutol diberikan pada pasien Tuberkulosis dengan dosis harian
15-20 mg/kg BB/hari. Penggunaan etambutol pada pasien DM harus hati-
hati karena efek sampingnya terhadap mata, padahal pasien DM sering
mengalami komplikasi penyakit berupa kelainan pada mata.
Streptomisin sebagai anti Tuberkulosis diberikan pada dosis harian
15-18 mg/kg BB/hari dan dengan dosis maksimal: 1000 mg. Efek samping
utama adalah kerusakan nervus VIII yang berkaitan dengan keseimbangan
dan pendengaran.
Obat-obat ini dapat diberikan dalam bentuk terpisah ataupun dalam
bentuk kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination/FDC), kecuali
streptomisin. Jenis kombinasi dan lama pengobatan Tuberkulosis paru
11
tergantung dari kasus Tuberkulosis Paru yang diderita pasien dan
disesuaikan dengan kategori pengobatan Tuberkulosis Paru.
Jadi, Prinsip pengobatan DM pada Tuberkulosis Paru atau non
Tuberkulosis Paru tidak berbeda, tetapi harus diperhatikan adanya efek
samping dan interaksi antara anti Tuberkulosis dan obat oral untuk DM.
Pengontrolan gula darah yang baik merupakan hal terpenting dan utama
yang harus diperhatikan demi keberhasilan pengobatan Tuberkulosis Paru
pada pasien DM.15
Etiologi Etiologi
Patofisiolog
Penatalaksanaan i
penyakit
12
13.3. Kerangka Konsep
Faktor lain :
Tuberkulosis - Usia 30-50 tahun
Paru
- Perokok
- Penderita AIDS
- Lingkungan Padat
dan kumuh
Penderita Diabetes Melitus
- Pecandu alcohol
- Pekerjaan
Beresiko : dokter
dan Perawat
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variable yang tidak diteliti
14.2. Variabel :
a. Variabel Dependen : Tuberkulosis Paru
b. Variabel Independen: Diabetes Melitus
13
14.3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitan
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada 1 April 31 September tahun
2013.
3.Subyek
Subyek yang diteliti adalah para penderita Tuberkulosis Paru
disertai dengan Diabetes Melitus antara usia 30-50 tahun dengan
kriteria penelitian :
1. Kriteria Penerimaan
Kriteria penerimaan dalam penelitian ini adalah para penderita
Tuberkulosis Paru antara usia 30-50 tahun, tinggal dengan orang
tua atau wali, tercatat sebagai paien di RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya, dan bersedianya RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya sebagai tempat pengambilan responden.
14
2. Kriteria Penolakan
Kriteria penolakan dalam penelitian ini adalah tidak mau bekerja
sama dalam penelitian ini,mengalami komplikasi, atau tidak
bersedianya RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya sebagai
tempat pengambilan responden.
3. Kriteria Drop Out
Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah data tidak lengkap,
dalam berjalan penelitian subyek tiba-tiba mengalami sakit yang
berat atau meninggal sehingga tidak dapat melanjutkan penelitian,
dan RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya memutuskan keluar
atau berhenti berpartisipasi dalam penelitian.
3. Eksklusi
- Cacat fisik.
- Cacat mental.
- Tidak bisa diajak bekerja sama dalam penelitian.
15
( Z ) 2 p.q
n1 =
L2
(1,96) 2 .0,30.0,35
=
(0,1) 2
= 40,34
= 40
n2 = __n1_____
1+ (n1/N)
= ___ 40____
1+ (40/400)
= 36,36
= 36
n3 = n2 + 10%
= 36 + 3,6 = 39,6
Ditambah 40% dari n2 sebagai cadangan apabila ada sampel yang drop out.
Maka n3 menjadi 39,6 + 14,4 = 54 sampel.
Keterangan :
n1: besar minimal sampel.
n2: minimal sampel pada besar populasi N.
n3: besar minimal sampel yg akan diteliti.
N: penderita Tuberkulosis Paru antara usia 30-50 tahun = 400 orang.
16
L : penyimpangan yang masih ditoleransi, dalam penelitian ini L = 10% =
0,1
17
akan selalu mendampingi agar tidak terjadi kekeliruan dalam
pengisian kuesioner oleh responden.
- Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari rekam medik RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya mengenai penyakit Tuberkulosis Paru di
rumah sakit tersebut.
b. Tuberkulosis Paru
Definisi : Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun sporofit
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : wawancara
Hasil Ukur : Ya = Menderita Tuberkulosis Paru
Tidak = Tidak menderita Tuberkulosis Paru
18
Skala ukur : Nominal
c. Usia
Definisi : Selisih bulan kelahiran dengan bulan saat
pemeriksaan. Tidak boleh kurang dari 6 bulan
dan tidak boleh lebih dari 12 bulan.
c. Coding
memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam memasukkan
data ke program komputer.
Menderita Tuberkulosis Paru:
1 = Ya
2 = Tidak
19
Menderita Diabetes Melitus:
1= Ya
2= Tidak
Jenis kelamin:
1= Laki-laki
2= Perempuan
d. Data entry
Data yang telah diperoleh dimasukkan kedalam lembar kerja di
komputer dengan menggunakan program SPSS untuk analisis lanjut.
20
Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari koresponden dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti (surat izin dilampirkan).
21
13. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC; 2009 ;407-413.
14. Guptan A, Shah A.Tuberculosis and Diabetes: An Appraisal: India. J.
Tub., 2000. 47;3
15. Cahyadi A, Venty. Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Melitus.
Vol.61.2011; 177-178
ATK Rp 100.000,-
22
5. Agustus 2013 Pengolahan Data Konsumsi Rp 150.000,-
Total Rp 250.000,-
ATK Rp 200.000,-
6. September 2013 Pembuatan Total Rp 200.000,-
Laporan Penelitian
7. Dana Tak Terduga Rp 266.000,-
18. Lampiran
18.1. Jadwal Kegiatan
Bulan
Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September
2013 2013 2013 2013 2013 2013
Pembuatan
Proposal
Pengumpulan
data subjek
Menyerahkan
informed consent
kepada subjek
untuk meminta
ijin
menggunakan
data subjek.
Melakukan
wawancara dan
pengisian
kuesioner
Pengolahan Data
Pembuatan
Laporan
Penelitian
23
18.2. Surat
Kepada
Yth.
Kepala RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya
Di - Palangka Raya
Sehubungan dengan dilaksanakannya Riset Observasi tentang hubungan
antara penyakit Diabetes Melitus dengan prevalensi penderita Tuberkulosis
Paru pada usia 30-50 tahun di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya,
maka kami mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Palangka Raya membutuhkan data dari pasien, berupa data Rekam Medik,
berupa data hasil pemeriksaan pasien penderita Tuberkulosis Paru berusia 30-
50 tahun yang berada di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangkaraya.
Bersama surat ini, kami memohon ijin kepada Kepala RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya agar kiranya dapat memberikan ijin pengambilan
data Rekam Medik, berupa data hasil pemeriksaan pasien penderita
Tuberkulosis Paru berusia 30-50 tahun yang berada di RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangkaraya.. Agar penelitian ini dapat berguna bagi kami,
instansi, dan masyarakat.
Atas perhatian dan ijin yang diberikan kami ucapkan terima kasih .
24
Mengetahui dan Menyetujui,
KETUA PSPD
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
25
18.3. Kajian Etik
KAJIAN ETIK
USULAN RISET MAHASISWA MODUL RISET
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
Nama Peneliti :
26
cara-cara untuk mencegah atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri
dan keluhan lain)?
Ada / Tidak ada
7. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, adakah dilampirkan
contoh surat persetujuan penderita dan rincian informasi yang kan
diberikan kepada subyek penelitian?
Ada / Tidak
8. Apakah tim peneliti sudah menjelaskan mengenai penjagaan
kerahasiaan data subyek dalam informasi yang diberikan untuk calon
subyek penelitiannya?
Sudah / Belum
-----------------------------------
27
18.4. Kuisioner
Selamat pagi/siang/sore.
Saya mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter dari Universitas
Palangkaraya. Saya sedang melaksanakan penelitian untuk skripsi saya tentang
kesehatan. Saya ingin berbicang-bincang dengan Anda tentang penyakit
Tuberkulosis Paru (TBC) dan Diabetes Melitus. Saya ucapkan terima kasih atas
partisipasi Anda dalam pelaksanaan penelitian ini.
I. Identitas Responden
Nama Responden :
...............................................................................(Usia......thn)
Usia responden :
...................................................................................................
Alamat :
...................................................................................................
Jenis Kelamin :
...................................................................................................
Pekerjaan :
...................................................................................................
28
II. Pertanyaan
1. Berapakah usia Anda saat ini?
a.< 30 tahun b.30-50 tahun c. > 50 tahun
2. Apakah Anda mengetahui mengenai penyakit Tuberkulosis Paru (TBC)?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah Anda pernah/saat ini menderita penyakit tersebut?
a. Ya b. Tidak
4. Pada usia berapa Anda terserang penyakit tersebut?
a.< 30 tahun b.30-50 tahun c. > 50 tahun
5. Apakah Anda mengetahui mengenai penyakit Diabetes Melitus?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Anda saat ini menderita Diabetes Melitus?
a.Ya b. Tidak
7. Pada usia berapa Anda terserang penyakit tersebut? (Jawab Jika anda menjawab
Ya pada pertanyaan no.6)
a.< 30 tahun b.30-50 tahun c. > 50 tahun
8. Apakah anda mengetahui hubungan antara penyakit Diabetes Melitus dengan
Tuberkulosis Paru (TBC)?
a.Ya b. Tidak
29