Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN MODUL RISET

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR

A. LEMBAR UTAMA
1. Judul Penelitian
HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT DIABETES MELITUS TERHADAP
PREVALENSI TERTULARNYA TUBERKULOSIS PARU
Pada usia 30-50 tahun di RSUD dr.Doris Syilvanus Palangka Raya
Bulan April - September Tahun 2013

2. Nama Peneliti
Nama : Vitrosa Yosepta Sera NIM : FAA 112 049

3. Pembimbing Penelitian
Nama : dr. Francisca Diana Alexandra, M. Sc
Departemen : Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangka Raya

4. Kata Kunci
Tuberkulosis Paru Diabetes Melitus
usia 30-50 tahun

5. Jangka Waktu Penelitian dan Anggaran


6 Bulan (April-September 2013)

Bulan ke- 1-6 : Rp 2.931.000,-

1
6. Sumber Dana Penelitian
Sumber dana :
- Pribadi

7. Tempat Penelitian
Nama : RSUD dr.Doris Sylvanus, Palangka Raya, Kalimantan Tengah
Alamat : JL.Tambun Bungai No.4
Telepon : (0536) 3221717, 3224695

8. LEMBAR PERNYATAAN DAN PENGESAHAN


Pernyataan Peneliti
Dengan ini kami menyatakan:
a. Penelitian dengan judul seperti tertera pada lembar utama nomor 1
merupakan penelitian orisinil bukan plagiat.
b. Sepakat untuk melakukan penelitian dengan judul seperti tertera pada
lembar utama nomor 1.
Peneliti Tanda Tangan Tanggal

Vitrosa Yosepta Sera 3 Januari 2013

2
9. Pengesahan Ketua Penanggung Jawab Modul Riset dan Pembimbing
yang Bertanggung Jawab
Nama Penanggung Jawab Modul Riset Tanda Tangan

Fatmaria, S. Farm., Apt


NIP. 19860924 201012 2 010
Nama Pembimbing Tanda Tangan

dr. Francisca Diana Alexandra, M. Sc


NIP. 19801102 200801 2 005

B. LEMBAR URAIAN PENELITIAN


10. Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis Paru atau yang sering disingkat TB Paru merupakan
salah satu penyakit paling berbahaya di Indonesia. Tuberkulosis Paru
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme
patogen maupun sporofit.1
Tuberkulosis umumnya terjadi pada paru, tetapi dapat pula
menyerang organ lain pada sepertiga kasus. Walaupun telah mendapat
pengobatan Tuberkulosis Paru yang efektif, penyakit ini tetap menginfeksi
hampir sepertiga populasi dunia, dan setiap tahunnya menimbulkan penyakit
pada sekitar 8,8 juta orang, serta membunuh 1,6 juta pasiennya.2
Indonesia salah satu negara dengan penderita Tuberkulosis Paru
terbesar. Menurut data dari Departemen Kesehatan Repubik
Indonesia,Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah
penderita Tuberkulosis Paru terbanyak di dunia setelah India dan China.
Jumlah pasien Tuberkulosis Paru di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total
jumlah pasien Tuberkulosis Paru di dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap
tahun terdapat 528.000 kasus Tuberkulosis Paru baru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Angka prevalensi Tuberkulosis Paru di Indonesia pada tahun

3
2009 adalah 100 per 100.000 penduduk.3 Di Kalimantan Tengah sendiri, pada
tahun 2011 perkiraan kasus menular TB paru baru tercatat mencapai angka
4500 orang penderita sepanjang tahun4,itu artinya angka yang cukup besar
bagi penderita TB paru di Kalimantan Tengah dan RSUD dr.Doris Sylvanus
sebagai rumah sakit rujukan di Kalimantan Tengah dapat membantu peneliti
dalam pengambilan sampel penelitian.
Selain Tuberkulosis Paru (TBC) penyalit lain yang cukup
berbahaya yaitu Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi, disertai dengan
adanya hiperglikimia kronis akibat adanya gangguan insulin atau gangguan
kerja dari insulin,atau keduanya.5 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat Diabetes
Melitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-
6 yaitu 5,8%.6 dari data yang tersedia,pada tahun 1995 Indonesia menduduki
peringkat ke-7 dunia penderita Diabetes Melitus yaitu sekitar 4,5 Juta
penderita dan di prediksi pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 12,4 juta
penderita,berada di posisi ke-5 penderita Diabetes Melitus Terbesar di dunia.
Ada bukti yang berkembang bahwa Diabetes Melitus merupakan
faktor risiko penting untuk Tuberkulosis Paru dan dapat mempengaruhi
presentasi penyakit dan respon pengobatan. Selain itu, Tuberkulosis Paru
dapat menginduksi intoleransi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik
pada penderita diabetes.7 Hal ini jelas menunjukan bahwa adanya hubungan
antara penyakit Melitus dengan resiko tertularnya Tuberkulosis Paru pada
penderita Diabetes Melitus tersebut.
Dari penelitian yang telah dilakukan,pada tahun 2011 terhadap
pasien yang berobat ke BBKPM solo, diperoleh data dari kelompok kasus, 14
pasien memiliki Diabetes Melitus dan 47 pasien tidak memiliki Diabetes
Melitus. Sedangkan pada kelompok kontrol, 5 pasien memiliki Diabetes
Melitus dan 56 pasien tidak memiliki Diabetes Melitus. Penderita Diabetes

4
Melitus beresiko menderita Tuberkulosis Paru paru 3,3 kali lebih besar
dibanding yang tidak menderita Diabetes Melitus.8
Prevalensi Tuberkulosis Paru meningkat seiring dengan
peningkatan prevalensi Diabetes Melitus. Frekuensi Diabetes Melitus pada
pasien Tuberkulosis Paru dilaporkan sekitar 10-15% dan prevalensi penyakit
infeksi ini 2-5 kali lebih tinggi pada pasien diabetes dibandingkan dengan
kontrol yang non-diabetes. Dalam studi terbaru di Taiwan disebutkan bahwa
diabetes merupakan komorbid dasar tersering pada pasien Tuberkulosis Paru
yang telah dikonfirmasi dengan kultur, terjadi pada sekitar 21,5%
pasien.Menurut penelitian lain pula,yang dilakukan oleh Alisjahbana et al8 di
Indonesia pada tahun 2001-2005, Diabetes Melitus lebih banyak ditemukan
pada pasien baru Tuberkulosis Paru paru dibandingkan dengan non
Tuberkulosis Paru.
Melihat tingginya angka seseorang seorang penderita Diabetes
Melitus terserang penyakit Tuberkulosis Paru paru,maka peneliti memilih
melakukan penelitian ini di Kota palangkaraya melalui RSUD dr.Doris
Sylvanus untuk mengetahui prevalensi penderita Tuberkulosis Paru di sertai
Diabetes.

11. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian


1.1. Hipotesis
Adanya hubungan antara penyakit Diabetes Melitus terhadap meningkatnya
prevalensi tertularnya Tuberkulosis Paru.

1.2. Pertanyaan penelitian


1.Apakah ada hubungan antara penyakit Diabetes Melitus terhadap
prevalensi tertulaarnya Tuberkulosis Paru pada usia 30-50 tahun?
2.Mengapa Diabetes Melitus berpengaruh terhadap resiko tertularnya
Tuberkulosis Paru?
3.Mengapa pada usia 30-50 tahun rentan terserang Tuberkulosis Paru
sekaligus Diabetes Melitus?

5
12. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus serta Manfaat Penelitian
12.1.Tujuan
12.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah hubungan antara penyakit Diabetes
Melitus dengan prevalensi tertularnya Tuberkulosis Paru pada usia 30-50
tahun.

12.1.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui prevalensi tertular Tuberkulosis Paru akibat Diabetes
Melitus.
2. Untuk mengetahui pentingnya menjaga kesehatan bagi penderita
Diabetes agar tidak tertular Tuberkulosis Paru.
3. Untuk mengetahui penyebab tertularnya Tuberkulosis Paru terhadap
penderita Diabetes Melitus.

12.2. Manfaat Penelitian:


1. Bagi Masyarakat:
Memberikan informasi tentang hubungan antara penyakit Diabetes
Melitus dengan prevalensi penderita Tuberkulosis Paru bagi
masyarakat,khususnya bagi penderita Diabetes Melitus agar lebih
menjaga kesehatan dan melakukan polaa hidup bersih dan sehat.
2. Bagi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangka Raya:
Memberikan tambahan bahan pustaka atau sumbangan pengetahuan
untuk seluruh pembaca,baik kalangan umum maupun mahasiswa.
3. Bagi Peneliti:
Menambah pengetahuan dan wawasan sehingga peneliti bisa
memberikan informasi mengenai hubungan antara penyakit Diabetes
Melitus dengan prevalensi penderita Tuberkulosis Paru.

6
12. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Konsep
13.1. Tinjauan Pustaka
13.1.1 Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun sporofit.Ada beberapa
mikobakteria pathogen,tetapi hanya strain bovin dan human yang
patogenik terhadap manusia.
Tuberkulosis Paru dapat dibedakan menjadi 2,yaitu Tuberkulosis
Paru Primer dan Tuberkulosis Paru postprimer.
a. Tuberkulosis Paru primer
Merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi M. tuberculosis
pada pasien nonsensitif yaitu merekayang sebelumnya belum pernah
terserang penyakit Tuberkulosis Paru. Ciri-cirinya antara lain : terdapat
respon radang ringan pada tempat infeksi,diikuti pelebaran ke kelenjar
getah bening regional kompleks primer. Komplek ini mengalami
penyembuhan dengan fibrosis, dan sering kali timbulkalsifikasi tanpa
pemberian terapi.
b. Tuberkulosis Paru postprimer
Merupak sindrom yang disebabkan oleh infeksi oleh M. tuberculosis
pada yang pernah terinfeksi dan oleh karenanya pasien sensitive
terhadap tuberkulin. Reaktivasi diikuti responsgranulomatosa singkat
segera yang cnderung menunjukan tempat penyakit dan jarang
mengenai kelenjar getah bening. Tuberkulosis Paru postprimer dapat
sembuh dengan fibrosis,rupture kedalam bronkus dan menyebabkan
bronkopneumonia tuberculosis atau menyebar melalui darah dan
menyebabkan tuberculosis milier padahati, limpa, paru, koroi, tulang
dan/atau meningen.

7
13.1.2 Etiologi Tuberkulosis
Kecurigaan klinis khususnya harus tinggi terhadap kelompok ini
karena merupanan penyebab paling sering tertularnya Tuberkulosis Paru
(TBC),yaitu :
a. Hunian yang padat,ventilasi rumah yang buruk, serta lingkungan yang
kotor dan jorok.
b. Pasien denga AIDS
c. Pengidap Diabetes
d. Perokok berat
e. Pasien yang mendapat terapi imunosupresi
f. Lingkungan pekerjaan yang beresiko,seperti rumah sakit dan
puskesmas.9

13.1.3 Patofisiolosi umum Tuberkulosis


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Tuberkulosis Paru (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian
besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya.
- Cara penularan :
1. Sumber penularan adalah pasien Tuberkulosis Paru BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.

8
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman Tuberkulosis
Paru ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.10

13.1.4 Definisi Diabetes Melitus


Diabetes Melitus adalah gangguan kronis metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein11. Diabetes Melitus sejauh ini adalah penyakit endokrin
yang paling sering ditemukan. Gejala-gejala akut Diabetes Melitus
disebabkan oleh kurang adekuatnya kerja insulin. Karena insulin adalah
satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah
maka salah satu gambaran menonjol pada Diabetes Melitus adalah
peningkatan kadar glukosa dalam darah atau sering disebut
hiperglikemia12.
Klasifikasi utama DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes
melitus tipe 1 biasanya terjadi pada anak-anak ( < 40 tahun) dan meliputi
5% dari seluruh kasus, sedangkan DM tipe 2 biasanya terjadi pada usia
paruh baya ( > 40 tahun) dengan puncak onset pada usia 60 tahun dan
meliputi 95% dari seluruh kasus. Hampir 50% kasus DM tipe 2 tidak
terdiagnosis dikarenakan gejalanya sering tidak disadari dan fase
preklinisnya berlangsung selama 510 tahun.

13.1.5 Etiologi Diabetes Melitus


a. Faktor genetik
Bukti adanya komponen genetik berasal dari koefisien keselarasan
DM yang meningkat kepada kembar monozigot, prevalensi DM yang
tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita diabetes.

b. Faktor risiko lingkungan


Sejumlah penelitian epidemiologi dari berbagai bagian dunia
memperlihatkan bahwa faktor-faktor risiko lingkungan yang utama
untuk terjadinya DM meliputi :

9
1) Usia.
2) Obesitas dan obesitas pada bagian perut.
3) Resistensi insulin.
4) Faktor-faktor makanan dan gizi.
5) Jarang melakukan aktivitas fisik.
6) Urbanisasi dan modernisasi.13

13.1.6 Hubungan antara Diabetes Melitus dengan Tuberkulosis paru


Diabetes Melitus dapat berperan sebagai faktor predisposisi atau
faktor penyebab Tuberkulosis paru oleh karena pada pasien Diabetes
Melitus terjadi :
Abnormalitas kemotaksis, adherens, fagositosis, dan fungsi mikrobisidal
PMN
Monosit perifer berkurang kuantitas dan kemampuan fagositosisnya
Transformasi sel blast limfosit yang buruk
Fungsi opsonisasi C3 terganggu.14
Hal ini dapat di gambarkan sebagai berikut.
Diabetes Melitus hiperglikemia gangguan fungsi netrofildan
monosit (makrofag) kemotaktik ,fagositosis & daya bunuh menurun
Tuberkulosis Paru
Melihat pernyataan ini,dapat di katakan Diabetes Melitus memiliki
peran untuk mempermudah Mycobacterium tuberculosis menginfeksi
tubuh penderita Diabetes Melitus dengan memperlambat kerja limfosit
yang berfungsi sebagai system kekebalan tubuh dari virus dan bakteri
berbahaya.

13.1.7 Penatalaksanaan Penyakit Tuberkulosis Paru Pada Penderita


Diabetes Melitus
Prinsip pengobatan Tuberkulosis Paru pada pasien DM serupa
dengan yang bukan pasien DM, dengan syarat kadar gula darah terkontrol.
Prinsip pengobatan dengan obat anti Tuberkulosis (OAT) dibagi menjadi

10
dua fase, yaitu fase intensif yang berlangsung selama 2-3 bulan dan
dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 4-6 bulan. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan pengobatan Tuberkulosis paru
pada pasien DM, salah satunya adalah kontrol kadar gula darah dan efek
samping OAT. Obat lini pertama yang biasa digunakan adalah isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, etambuto,dan streptomycin.
Obat lini pertama selanjutnya adalah rifampisin dengan dosis
hariannya 8-12 mg/kg BB/hari dan dosis maksimal 600 mg. Efek samping
ringan yang didapat berupa sindrom flu (misalnya demam, menggigil,
nyeri tulang), sindrom perut (sakit perut, mual, tidak nafsu makan,
muntah, diare), dan sindrom kulit (gatal-gatal).
Keadaan yang perlu diperhatikan ialah pemberian rifampisin pada
pasien DM yang menggunakan obat oral antidiabetes, khususnya
sulfonilurea karena dapat mengurangi efektivitas obat tersebut dengan cara
meningkatkan metabolisme sulfonilurea. Sehingga pada pasien
DM,pemberian sulfonilurea harus dengan dosis yang ditingkatkan.
Sementara itu, pirazinamid sebagai anti Tuberkulosis dapat
diberikan dengan dosis harian: 20-30 mg/kg BB/hari. Efek samping utama
obat ini ialah hepatitis imbas obat.
Etambutol diberikan pada pasien Tuberkulosis dengan dosis harian
15-20 mg/kg BB/hari. Penggunaan etambutol pada pasien DM harus hati-
hati karena efek sampingnya terhadap mata, padahal pasien DM sering
mengalami komplikasi penyakit berupa kelainan pada mata.
Streptomisin sebagai anti Tuberkulosis diberikan pada dosis harian
15-18 mg/kg BB/hari dan dengan dosis maksimal: 1000 mg. Efek samping
utama adalah kerusakan nervus VIII yang berkaitan dengan keseimbangan
dan pendengaran.
Obat-obat ini dapat diberikan dalam bentuk terpisah ataupun dalam
bentuk kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination/FDC), kecuali
streptomisin. Jenis kombinasi dan lama pengobatan Tuberkulosis paru

11
tergantung dari kasus Tuberkulosis Paru yang diderita pasien dan
disesuaikan dengan kategori pengobatan Tuberkulosis Paru.
Jadi, Prinsip pengobatan DM pada Tuberkulosis Paru atau non
Tuberkulosis Paru tidak berbeda, tetapi harus diperhatikan adanya efek
samping dan interaksi antara anti Tuberkulosis dan obat oral untuk DM.
Pengontrolan gula darah yang baik merupakan hal terpenting dan utama
yang harus diperhatikan demi keberhasilan pengobatan Tuberkulosis Paru
pada pasien DM.15

13.2. Kerangka Teori

Etiologi Etiologi

Hubungan Diabetes Melitus


Diabetes Melitus terhadap Infeksi Tuberkulosis
Tuberkulosis

Patofisiolog
Penatalaksanaan i
penyakit

12
13.3. Kerangka Konsep

Faktor lain :
Tuberkulosis - Usia 30-50 tahun
Paru
- Perokok

- Penderita AIDS

- Lingkungan Padat
dan kumuh
Penderita Diabetes Melitus
- Pecandu alcohol

- Pekerjaan
Beresiko : dokter
dan Perawat

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variable yang tidak diteliti

14. Metode Penelitian


14.1. Rancangan
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian observasional analitik. Berdasarkan waktu
pelaksanaannya, penelitian ini termasuk kedalam penelitian cross-sectional.

14.2. Variabel :
a. Variabel Dependen : Tuberkulosis Paru
b. Variabel Independen: Diabetes Melitus

13
14.3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitan
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada 1 April 31 September tahun
2013.

14.4. Populasi dan Subyek


a. Populasi
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah para penderita
Tuberkulosis Paru disertai dengan Diabetes Melitus antara usia 30-50
tahun
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah para penderita Tuberkulosis paru
disertai dengan Diabetes melitus disantara usia 30-50 tahun di RSUD
dr.Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan April September 2013

3.Subyek
Subyek yang diteliti adalah para penderita Tuberkulosis Paru
disertai dengan Diabetes Melitus antara usia 30-50 tahun dengan
kriteria penelitian :

1. Kriteria Penerimaan
Kriteria penerimaan dalam penelitian ini adalah para penderita
Tuberkulosis Paru antara usia 30-50 tahun, tinggal dengan orang
tua atau wali, tercatat sebagai paien di RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya, dan bersedianya RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya sebagai tempat pengambilan responden.

14
2. Kriteria Penolakan
Kriteria penolakan dalam penelitian ini adalah tidak mau bekerja
sama dalam penelitian ini,mengalami komplikasi, atau tidak
bersedianya RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya sebagai
tempat pengambilan responden.
3. Kriteria Drop Out
Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah data tidak lengkap,
dalam berjalan penelitian subyek tiba-tiba mengalami sakit yang
berat atau meninggal sehingga tidak dapat melanjutkan penelitian,
dan RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya memutuskan keluar
atau berhenti berpartisipasi dalam penelitian.

14.5. Sampel Penelitian


Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang terpilih untuk
diteliti yang berjumlah minimal sesuai perkiraan besar sampel.
a. Inklusi
1. Para penderita Tuberkulosis Paru antara usia 30-50 tahun di RSUD
dr.Doris Sylvanus Palangka raya.
2. Menderita Diabetes Melitus

3. Eksklusi
- Cacat fisik.
- Cacat mental.
- Tidak bisa diajak bekerja sama dalam penelitian.

14.6. Besar Sampel


Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan penelitian
pada tahun 2011 terhadap pasien yang berobat ke BBKPM solo,penderita TB paru
yang menderita Diabetes Melitus Sebesar 30%15, maka :

15
( Z ) 2 p.q
n1 =
L2
(1,96) 2 .0,30.0,35
=
(0,1) 2
= 40,34
= 40

n2 = __n1_____
1+ (n1/N)
= ___ 40____
1+ (40/400)
= 36,36
= 36

n3 = n2 + 10%
= 36 + 3,6 = 39,6

Ditambah 40% dari n2 sebagai cadangan apabila ada sampel yang drop out.
Maka n3 menjadi 39,6 + 14,4 = 54 sampel.

Keterangan :
n1: besar minimal sampel.
n2: minimal sampel pada besar populasi N.
n3: besar minimal sampel yg akan diteliti.
N: penderita Tuberkulosis Paru antara usia 30-50 tahun = 400 orang.

Z : kurva normal yang nilai tergantung pada . Bila : 5 % maka nilai Z = 1,


96.
P : hasil survei pendahuluan angka kejadian penderita Tuberkulosis Paru
yang disertai Diabetes mellitus 30 % = 0,30.
Q : (1 p) = (1 0.65) = 0,70.

16
L : penyimpangan yang masih ditoleransi, dalam penelitian ini L = 10% =
0,1

14.7. Teknik Sampling


Dalam penelitian ini sample diambil dengan menggunakan simple
random sampling dengan cara random numbers table yang langkah-
langkah cara pengambilan datanya sebagai berikut :
1. Peneliti memberikan surat ijin kepada RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangkaraya untuk dapat memberi ijin kepada peneliti untuk
mengambil data di rumah sakit tersebut.
2. Setelah diperijinkan, peneliti akan mengumpulkan data para penderita
Tuberkulosis Paru antara usia 30-50 tahun.
3. Setelah semua data telah dikumpulkan, peneliti akan membuat tabel
nama dan umur pasien secara acak.
4. Peneliti akan menutup mata dan menunjuk angka di dalam random
numbers table yang telah tersedia.
5. Setelah nomor terpilih, urutan sample akan bergerak ke bawah hingga
didapatkan sample 54 pertama.
6. Angka yang diambil adalah 3 digits di belakang, dan apabila angka
tersebut lebih dari 400, maka akan di ganti dengan urutan sample di
bawahnya sampai didapatkan 54 sample pertama.
7. Setelah didapatkan 54 sample, lalu dilakukan pengumpulan identitas
masing-masing anak yang terpilih dengan menggunakan data dari
sekolah tersebut.

a. Teknik Pengumpulan Data


Data Primer
- Data primer diperoleh dari hasil kuisioner tersebut data yang
meliputi usia, pernah menderita Tuberkulosis Paru disertai Diabetes
Melitus atau tidak. Kuesioner ini dibagikan pada setiap warga yang
menjadi subyek penelitian. Dalam pengisian kuesioner, peneliti

17
akan selalu mendampingi agar tidak terjadi kekeliruan dalam
pengisian kuesioner oleh responden.
- Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari rekam medik RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya mengenai penyakit Tuberkulosis Paru di
rumah sakit tersebut.

14.8. Batasan Operasional Variabel


a. Diabetes Melitus
Definisi : Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh berbagai
macam etiologi, disertai dengan adanya
hiperglikimia kronis akibat adanya gangguan
insulin atau gangguan kerja dari insulin,atau
keduanya.
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : wawancara

Hasil Ukur : Ya = Menderita Diabetes Melitus


Tidak = Tidak menderita Diabetes Melitus
Skala Ukur : Nominal.

b. Tuberkulosis Paru
Definisi : Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun sporofit
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : wawancara
Hasil Ukur : Ya = Menderita Tuberkulosis Paru
Tidak = Tidak menderita Tuberkulosis Paru

18
Skala ukur : Nominal

c. Usia
Definisi : Selisih bulan kelahiran dengan bulan saat
pemeriksaan. Tidak boleh kurang dari 6 bulan
dan tidak boleh lebih dari 12 bulan.

14.9. Tatalaksana dan Analisis Data


a. Pencatatan
Peneliti memberikan surat ijin kepada Kepala RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangkaraya untuk dapat memberi ijin kepada peneliti untuk
mengambil data di rumah sakit tersebut. Setelah diberikan ijin, peneliti
akan mengumpulkan data para penderita Tuberkulosis Paru antara usia
30-50 tahun di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangkaraya. Setelah semua
data telah dikumpulkan, peneliti akan membuat tabel nama dan umur
pasien secara acak. Peneliti akan menggunakan random numbers table
untuk mendapatkan 54 sample. Setelah didapatkan 54 sample, lalu
dilakukan pengumpulan identitas masing-masing anak yang terpilih
dengan menggunakan data kuisioner dan wawancara.
b. Editing
Dilakukan pengecekan ulang tehadap hasil kuesioner yang telah diisi
untuk memeriksa apakah ada ketidaksesuaian dalam pengisian kuesioner
oleh responden. Editing dilakukan langsung ketika hasil kuesioner ada di
tangan peneliti.

c. Coding
memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam memasukkan
data ke program komputer.
Menderita Tuberkulosis Paru:
1 = Ya
2 = Tidak

19
Menderita Diabetes Melitus:
1= Ya
2= Tidak
Jenis kelamin:
1= Laki-laki
2= Perempuan

d. Data entry
Data yang telah diperoleh dimasukkan kedalam lembar kerja di
komputer dengan menggunakan program SPSS untuk analisis lanjut.

14.10. Analisi data


Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan
program SPSS. Analisis data akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
Analisis Univarat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
proporsi setiap variable baik independen atau dependen.
Analisi Bivariat (crosstab)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara
variable bebas dan variable terikat. Uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji Chi Square (x2).

15. Etika Penelitian


Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh
bertentangan dengan etika.
Informed consent
Sebelum melakukan penelitian calon subyek akan diberikan selebaran yang
menjelaskan tata cara proses penelitian. Baik dari hal yang akan akan diteliti,
keuntungan penelitian dan kerugian dari penelitian yang akan dilakukan. Jika
calon subyek menyetujui maka dapat langsung menandatangani lembar
persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian.

20
Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari koresponden dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti (surat izin dilampirkan).

16. Daftar Pustaka

1. Price SA, Wilson LMC. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Ed. 6, Vol. 2. Jakarta: EGC; 2012 ;753.
2. Cahyadi A, Venty. Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Melitus.
Vol.61.2011;174
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia Mendekati target MDG.2010;1
4. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Profil Data Kesehatan
Indonesia. 2011; 83
5. Homenta H. Diabetes Melitus Tipe 1. 2012;1
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2030 Prevalensi
Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. 2009; 1
7. Dooley KE, Chaisson RE.Tuberculosis and Diabetes Melitus: convergence
of two epidemics. 2010; 737-746

8. Endrasari Y. Hubungan antara Tuberkulosis Paru dengan Diabetes Melitus


sebagai Faktor Risiko. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.2011
9. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran Klinis,ed. 6.Jakarta :
Erlangga; 2007; 290-291
10. Werdhani RA. Patofisiologi,Diagnosis,klasifikasi Tuberkulosis.
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga;2
11. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Robbins, Ed. 7,
Vol. 2. Jakarta: EGC; 2012. ; 718.
12. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, Ed. 6. Jakarta: EGC;
2011; 783.

21
13. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC; 2009 ;407-413.
14. Guptan A, Shah A.Tuberculosis and Diabetes: An Appraisal: India. J.
Tub., 2000. 47;3
15. Cahyadi A, Venty. Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Melitus.
Vol.61.2011; 177-178

16. Endrasari Y. Hubungan antara Tuberkulosis Paru dengan Diabetes Melitus


sebagai Faktor Risiko. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.2011

17. Perincian Anggaran

No. Waktu Kegiatan Biaya


1. April 2013 Pembuatan Fotocopy Rp 50.000,-
Proposal Kertas Rp 60.000,-
Tinta Rp 60.000,-
Penjilidan Rp 20.000,-
Pencarian pustaka Rp 25.000,-
Total Rp 215.000,-

2. Mei 2013 Pengumpulan data Transport Rp 200.000,-


subjek Fotocopy Rp 100.000,-
Honorarium Rp 1.500.000,-
ATK Rp 200.000,-
Total Rp 2.000.000,-

3. Juni 2013 Menyerahkan


informed consent
kepada subjek
untuk meminta ijin
menggunakan data
subjek.

4. Juli 2013 Melakukan


wawancara dan
pengisian
kuesioner

ATK Rp 100.000,-

22
5. Agustus 2013 Pengolahan Data Konsumsi Rp 150.000,-
Total Rp 250.000,-

ATK Rp 200.000,-
6. September 2013 Pembuatan Total Rp 200.000,-
Laporan Penelitian
7. Dana Tak Terduga Rp 266.000,-

TOTAL KESELURUHAN Rp 2.931.000,-

18. Lampiran
18.1. Jadwal Kegiatan

Bulan
Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September
2013 2013 2013 2013 2013 2013
Pembuatan
Proposal

Pengumpulan
data subjek

Menyerahkan
informed consent
kepada subjek
untuk meminta
ijin
menggunakan
data subjek.

Melakukan
wawancara dan
pengisian
kuesioner

Pengolahan Data

Pembuatan
Laporan
Penelitian

23
18.2. Surat

PROPOSAL PENELITIAN MODUL RISET


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR

Palangka Raya, 1 April 2013


Lampiran : -
Perihal : Permohonan Izin Pemakaian Data pemeriksaan pasien

Kepada
Yth.
Kepala RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya

Di - Palangka Raya
Sehubungan dengan dilaksanakannya Riset Observasi tentang hubungan
antara penyakit Diabetes Melitus dengan prevalensi penderita Tuberkulosis
Paru pada usia 30-50 tahun di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya,
maka kami mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Palangka Raya membutuhkan data dari pasien, berupa data Rekam Medik,
berupa data hasil pemeriksaan pasien penderita Tuberkulosis Paru berusia 30-
50 tahun yang berada di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangkaraya.
Bersama surat ini, kami memohon ijin kepada Kepala RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya agar kiranya dapat memberikan ijin pengambilan
data Rekam Medik, berupa data hasil pemeriksaan pasien penderita
Tuberkulosis Paru berusia 30-50 tahun yang berada di RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangkaraya.. Agar penelitian ini dapat berguna bagi kami,
instansi, dan masyarakat.
Atas perhatian dan ijin yang diberikan kami ucapkan terima kasih .

24
Mengetahui dan Menyetujui,

PEMBIMBING PENANGGUNG JAWAB


MODUL RISET, MODUL RISET,

dr. Francisca Diana Alexandra, M. Sc Fatmaria, S. Farm., Apt


NIP. 19801102 200801 2 005 NIP. 19860924 201012 2 010

KETUA PSPD
UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Dr. dr. ERNI H. POERWANINGSIH, MS


NIP. 19530516 198003 2 001

25
18.3. Kajian Etik

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR

KAJIAN ETIK
USULAN RISET MAHASISWA MODUL RISET
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA

Nama Pengkaji : dr. Francisca D. Alexandra,M.Sc

Judul Usulan Riset :

Hubungan antara penyakit Diabetes Melitus Terhadap prevalensi


tertularnya Tuberkulosis Paru
(pada usia 30-50 tahun di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya pada Bulan
April-September Tahun 2013)

Nama Peneliti :

1. Apakah alasan/motivasi untuk melakukan penelitian ditulis dengan


jelas?
Ya / Tidak
2. Apakah tujuan untuk melakukan penelitian ditulis dengan jelas?
Ya/ Tidak
3. Apakah manfaat dari hasil penelitian ditulis dengan jelas?
Ya/ Tidak
4. Adakah masalah etik yang mungkin akan dihadapi?
Ada / Tidak
5. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah penelitian di
laboratorium dan/atau percobaan pada hewan harus dilakukan terlebih
dahulu?
Ya / Tidak

6. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, adakah bahaya


potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan

26
cara-cara untuk mencegah atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri
dan keluhan lain)?
Ada / Tidak ada
7. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, adakah dilampirkan
contoh surat persetujuan penderita dan rincian informasi yang kan
diberikan kepada subyek penelitian?
Ada / Tidak
8. Apakah tim peneliti sudah menjelaskan mengenai penjagaan
kerahasiaan data subyek dalam informasi yang diberikan untuk calon
subyek penelitiannya?
Sudah / Belum

Penelitian ini disetujui/tidak disetujui untuk dilaksanakan, dengan/tanpa


perbaikan.

Palangka Raya, Januari 2013


Tanda Tangan Pengkaji Etik:

-----------------------------------

27
18.4. Kuisioner

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN KELOMPOK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR

Selamat pagi/siang/sore.
Saya mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter dari Universitas
Palangkaraya. Saya sedang melaksanakan penelitian untuk skripsi saya tentang
kesehatan. Saya ingin berbicang-bincang dengan Anda tentang penyakit
Tuberkulosis Paru (TBC) dan Diabetes Melitus. Saya ucapkan terima kasih atas
partisipasi Anda dalam pelaksanaan penelitian ini.

I. Identitas Responden
Nama Responden :
...............................................................................(Usia......thn)
Usia responden :
...................................................................................................
Alamat :
...................................................................................................
Jenis Kelamin :
...................................................................................................
Pekerjaan :
...................................................................................................

28
II. Pertanyaan
1. Berapakah usia Anda saat ini?
a.< 30 tahun b.30-50 tahun c. > 50 tahun
2. Apakah Anda mengetahui mengenai penyakit Tuberkulosis Paru (TBC)?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah Anda pernah/saat ini menderita penyakit tersebut?
a. Ya b. Tidak
4. Pada usia berapa Anda terserang penyakit tersebut?
a.< 30 tahun b.30-50 tahun c. > 50 tahun
5. Apakah Anda mengetahui mengenai penyakit Diabetes Melitus?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Anda saat ini menderita Diabetes Melitus?
a.Ya b. Tidak
7. Pada usia berapa Anda terserang penyakit tersebut? (Jawab Jika anda menjawab
Ya pada pertanyaan no.6)
a.< 30 tahun b.30-50 tahun c. > 50 tahun
8. Apakah anda mengetahui hubungan antara penyakit Diabetes Melitus dengan
Tuberkulosis Paru (TBC)?
a.Ya b. Tidak

29

Anda mungkin juga menyukai