Anda di halaman 1dari 18

1. Interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan kata sulit!

Jawab:
Definisi Kata Sulit

Akral hangat: Rasa hangat pada ujung ujung ekstremitas


Hepato-splenomegali : Pembesaran hepar dan limpa. Hepar dapat diraba 2-4 cm
dibawah batas kosta dan pembesaran limpa dapat dilihat muncul dari di bawah batas
kosta kiri memperluas diagonal ke kuadran arah kanan bawah

Interpretasi pemeriksaan fisik

Kompos mentis : Sadar sepenuhnya, normal.


Pucat Menurunnya produksi hemoglobin karena depresi sumsum tulang
Gizi kurang Karena anoreksia yang diakibatkan peningkatan kadar leptin
Suhu 38,5oC (Demam) Merupakan demam paraneoplastik yang terjadi pada
keganasan, karena produksi sitokin inflamasi oleh makrofag berupa TNF-, IL-1, IL-6
sebagai repon terhadap sel leukimia atau bisa karena terjadinya neutropenia sehingga

timbul infeksi mengakibatkan demam.


Abdomen buncit dengan hepatosplenomegali (+) Infiltrasi sel sel leukimia
Esktremitas:
Akral hangat Rasa hangat pada ujung ujung ekstremitas
Nyeri di tungkai bawah bila berjalan Infiltrasi sumsum tulang oleh sel sel
leukimia

2. interpretasi pemeriksaan lab?


Jawab:
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Hb

Pemeriksaan
6,9 g/dl

Jumlah leukosit

82.500/ul

Pada Nilai Normal


11,5 g/dl

5000 10.000

Keterangan
, terjadi karema
depresi

sum-sum

tulang

sehingga

menekan eritropoiesis
Karena infiltrasi sel
kanker

menyebabkan

proliferasi
terkendali.

tak

Basofil

2%

0-1%

Eosinofil

0%

1-3%

Netrofil batang

0%

2-6%

Netrofil segmen

4%

40-60%

Limfosit

13%

20-45%

Monosit

0%

2-5%

Sel blast

81%

< 30%

Karena adanya
infiltrasi sel leukemia
ke

sum-sum

menekan

tulang

sel

darah

yang matur sehingga


sel immatur ( sel blas )
keluar menggantikan.

3. Jelaskan tentang granulopoiesis?


Jawab:
Neutroffil, eosinofil, dan basofil disebut juga sebagai granulosit artinya sel dengan
granula didalam sitoplasmanya. CSF adalah glikoprotein yang berasal dari sel yang tergolong
dalam kelompok regulator sel darah putih yang lebih besar yang dinamakan sitokin. CSF
secara terus menerus disintesis oleh berbagai macam sel, sel yang terpenting adalah sistem
limfosit-makrofag, fibroblas, dan sel endotel yang ditemukan dalam sumsum tulang. CSF
dipercaya bekerja ditempatnya dihasilkan atau bersirkulasi dan melekatkan diri pada reseptor
tertentu dipermukaan sel dari prekursor hematopoietik, bekerja untuk deferensiasi sel darah
putih yaitu granulosit, monosit dan garis sel limfatik.
Neutrofil merupakan sistem pertahanan tubuh primer melawan infeksi bakteri; metode
pertahanannya adalah proses fagositosis. Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang
tidak dipahami secara jelas. Eosinofil berfungsi pada reaksi antigen-antibodi dan meningkat
pada serangan asma, reaksi obat-obatan dan infestasi parasit. Basofil membawa heparin,
faktor-faktor pengaktifan histamin dan trombosit dalam granula-granulanya untuk
menimbulkan

peradangan

pada

jaringan.

Basofil

mempunyai

lokasi

pengikatan

imunoglobulin E dan degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin. Monosit


meninggalkan sirkulasi dan menjadi makrofag jaringan serta merupakan bagian dari sistem
monosit-makrofag. Umur monosit adalah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Monosit
memiliki fungsi fagosit, membuang sel-sel cidera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan
mikroorganisme.
Limfosit berasal dari sel induk pluripotensial didalam sumsum tulang dan bermigrasi
kedalam jaringan limfoid lain termasuk kelenjar getah bening, lien, timus dan permukaan
mukosa traktus gastrointestinal dan traktur respiratorius. Limfosit terbagi menjadi 2, yaitu
limfosit T dan limfosit B. Limfosit T bertanggung jawab atas respon kekebalan selular
melalui pembentukan sel yang reaktif antigen, sedangkan limfosit B berdiferensiasi menjadi
sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas respon
kekebalan humoral.
4. Jelaskan limfopoesis?
Jawab:
Limfosit T berasal dari sum-sum tulang tetapi sel T bermigrasi dan matur ditimus.
Setelah maturasi, kedua limfosit tersebut masuk ke dalam aliran darah bermigrasi ke organ
limfoid perifer seperti limfa, nodus limfatikus dan jaringan limfoid mukosal. Di dalam organ
limfoid perifer , sel khusus sel dendritik mempresentasikan antigen pada limfosit. Sel T naif
yang berjumpa dengan antigen akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel efektor
spesifik antigen. Saat pengenalan terhadap antigen spesifik,limfosit yang berada dalam fase
G0 siklus sel berhenti bermigrasi, membesar dan masuk G1. Kromatin di dalam nukleus
menjadi kurang padat, nukleolus terlihat, olume nukleus dan sitoplasma meningkat dan RNA
serta proteinbaru di sintesis. Dalam beberapa jam, sel telah lengkap berdiferensiasi dan
dikenal sebagai limfoblas. Limfoblas selanjutnya mulai membelah, sehingga limfosit naif
menghasilkan klon sekitar 1000 sel anak dengan spesifisitas yang identik dan kemudian
berdifereniasi menjadi sel efektor.
5 a. Definisi, etiologi dan epidemiologi Leukemia Limfoblastik Akut?
Jawab:
a. Definisi
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-sel prekursor
limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit B.

LLA ini banyak terjadi pada anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi pada orang
dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA adalah terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya
adalah keganasan pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan didominasi oleh anakanak usia < 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun.

b. Etiologi
Sampai saat ini LLA belum diketahui penyebabnya, alias idiopatik. Akan tetapi para
peneliti telah mengemukakan beberapa teori kemungkinan penyebab LLA ini. Ada dua teori,
yaitu genetik dan lingkungan.
1. Genetik, seperti pada penderita Sindrom Down dan Wiskott Aldrich yang juga
mengalami leukemia.
2. Lingkungan, yakni ada beberapa hal yang mendasari teori ini, diantaranya: (1) radiasi
ionik, seperti pasca pemboman Hiroshima-Nagasaki di Jepang, insiden leukemia
meningkat tajam; (2) bahan kimia, seperti senyawa benzena; (3) kebiasaan merokok;
(4) obat-obat kemoterapi; (5) infeksi virus semisal virus EBV; dan lain-lain.

c. Epidemiologi
Di Indonesia, diprediksi tiap tahun ada seratus penderita kanker baru dari 100.000
penduduk, 2 persen di antaranya atau 4.100 kasus merupakan kanker anak. Angka ini terus
meningkat lantaran kurangnya pemahaman orangtua mengenai penyakit kanker dan
bahayanya.
Penelitian yang dilakukakn di RSCM ditemukan bahwa leukemia merupakan jenis
kanker yang paling banyak terjadi pada anak (30-40 %). Disusul tumor otak (10-15%) pada
anak dan kanker mata/retinoblastoma (10-20 %) pada anak. Sisanya kanker jenis lain seperti
kanker kelenjar betah bening, kanker saraf, dan kanker ginjal (Siswono, 2001). Data lain
menyatakan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 80 juta anak dengan umur dibawah 15 tahun.
Insiden leukemia 2,5-4,0 per 100.000 anak dengan estimasi 2000-3200 kasu baru jenis ALL
tiap tahunnya. Dari penelitian yang dilakukan di RS. Sardjito Universitas Gajah Mada
Yogyakarta 30-40 leukemia anak jenis ALL didiagnosa setiap tahun.
5b.Jelaskan patofisiologi dan tanda dan gejala dari leukemia limfoblastik akut!
Jawab:
a. Patofisiologi Leukemia Limfoblastik Akut
Penelitian morfologik dan kinetika sel menunjukkan bahwa pada leukemia
akut baik limfoblastik maupu nmieloblastik, terjadi hambatan pada diferensiasi dan
bahwa sel blas neoplastik memperlihatan waktu generasi yang memanjang, bukan
memendek. Oleh karena itu akumulasi sel blas terjadi akibat ekspansi klonal dan
kegagalan pematangan progeni menjadi sel matur fungsional. Akibat penumpukan
sel blas di sum-sum tulang, sel bakal hematopoetik mengalami tekanan. Hal ini
menimbulkan dua dampak klinis yang penting: 1. Manifestasi utama leukemia akut
terjadi akibat kurangnya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit normal; 2.
Tujuan pengobatan adalah mengurangi populasi klonal leukemia sedemikian
sehingga terjadi rekonstitusi progeni sel bakal normal yang masih tersisa.
b. tanda dan gejala LLA
1. Anemia
2. Anoreksia
3. Nyeritulangdansendi
4. Demam
5. Infeksi
6. PerdarahanKulit

7. Organomegali
8. Massa dimediastinum
9. Manifestasisusunansarafpusat
5. c. Jelaskan faktor resiko dan pemeriksaan LLA!
Jawab:
Faktor Resiko LLA

Umur
Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) di Amerika Serikat, LLA
paling sering dijumpai pada anak-anak yaitu 4.220 pada anak-anak. Menurut penelitian
Kartiningsih L.dkk (2001), melaporkan bahwa di RSUD Dr. Soetomo LLA menduduki
peringkat pertama kanker pada anak selama tahun 1991-2000. Ada 524 kasus atau 50% dari
seluruh keganasan pada anak yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%) adalah
LLA, 50 anak (10%) menderita nonlimfoblastik leukemia, dan 42 kasus merupakan leukemia
mielositik kronik. Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik Medan tahun2004-2007
menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita oleh anak-anak usia <15 tahun
khususnya LLA yaitu 87%. Pada usia 15-20 tahun 7,4%, usia 20-60 tahun 20,4%, dan pada
usia >60 tahun 1,8%.
Jenis Kelamin
Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan.
Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57% kasus baru leukemia pada laki-laki.
Berdasarkan laporan dari Surveillance Epidemiology And End Result (SEER) di Amerika
tahun 2009, kejadian leukemia lebih besar pada laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 57,22%:42,77%. Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam
Malik Medan, proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada lakilaki dibandingkan dengan perempuan (58%:42%)
Ras
Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009), leukemia merupakan salah
satu dari 15 penyakit kanker yang sering terjadi dalam semua ras atau etnis. Insiden leukemia
paling tinggi terjadi pada ras kulit putih (12,8 per 100.000) dan paling rendah pada suku
Indian Amerika/penduduk asli Alaska (7,0 per 100.000).

Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak
daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden
leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya
agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom,
anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D. Pada
sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga.
Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.
Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik. Berdasarkan penelitian Hadi, et
al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki
riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75 ; CI=1,32-10,99)
artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga
positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.
Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada
beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia
yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis
RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia.
HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh
mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T
yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara
Negro Karibia dan Amerika Serikat.

Sinar Radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia.
Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko
menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut.

Zat Kimia

Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia. Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab
leukemia (misalnya Benzene). Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena
leukemia (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan
2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.

Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok
mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia. Penelitian Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10
tahun meningkatkan risiko kejadian leukemia (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang
menderita leukemia kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan
orang yang tidak menderita leukemia. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang
merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
Pemeriksaan LLA:
Pemeriksaan fisik LLA:

Splenomegali
Hepatomegali
Nyeri tulang
Ekimosis
Perdarahan retina

Pemeriksaan Penunjang LLA:

Darah Tepi:
Leukositosis
Pansitopenia
Limfositosis
Ditemukan sel blas
Kadar Hb menurun
Sumsum Tulang
Hiperseluler karena adanya infiltrasi limfoblas
Ditemukan sel blast imatur
5. d. Komplikasi, klasifikasi dan prognosis LLA?
Jawab:

1. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya
yaitu:
a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu
berupa:
- Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu
sedikit)
- Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah
putih
- Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati).
d. Splenomegali(Pembesaran limpa). Kelebihan sel-sel darah yang
diproduksi

sebagian

akan

berakumulasi

di

limpa.

Hal

ini

menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk


pecah.
e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan
kelenjar

getah

bening

dalam

ukuran,

konsistensi,

ataupun

jumlahnya.
f. Kematian
2. Klasifikasi
klasifikasi LLA berdasarkan morfologik untuk lebih memudahkan
pemakaiannya dalam klinik antara lain :
a. L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin
homogen, nucleolus umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit.
b. L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tetapiukurannya bervariasi,
kromatin lebih besar dengan satu atau lebih anak inti.
c. L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin
berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik
3.

dan bervakuolisasi.
Prognosis
faktor- faktor yang berpengaruh terhadap buruknya prognosis LLA
adalah :
a. Jumlah leukosit awal lebih dari >50.000/mm 3 .
b. Umur pasien pada saat diagnosis dan hasil pengobatan kurang dari 2
tahun atau lebih dari 10 tahun.
c. Jenis kelamin laki-laki.

d. Respon terapi yang buruk pada saat pemberian kemoterapi, dilihat dari
BMP, sel blast di sum-sum tulang> 1000/mm 3 .
e. Kelainan jumlah kromosom. Pasien dengan

indeks

DNA>1.16

(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang lebih baik.


5.e histopatologi,stadium,tatalaksana Leukimia limfoblastik akut?
Jawab:
HISTOPATOLOGI

a. Leukimia limfoblastik memiliki nucleus lebih sedikit dari pada mieloblas, dan
kromatin ini tampak lebih padat, granula sitoplasma tidak ada.
b. Leukemia mieloblastik akut M1 mieloblas memiliki kromatin inti halus, nucleus
menonjol, dan granula azurofilik di sitoplasma.
Stadium LLA
a. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
b. Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
c. Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
d. Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
e. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia
Tatalaksana LLA:

1. Kemoterapi
Kemoterapi pada penderita LLA Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap,
a.

meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang.


Tahap 1 (terapi induksi) Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk
membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang
panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia.Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi

yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.


b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi) Setelah mencapai remisi komplit, segera
dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia
residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
c. Tahap 3 ( profilaksis SSP) Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan
pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah.29 Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
Universitas Sumatera Utara berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi
radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat
d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang) Pada tahap ini dimaksudkan untuk
mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.29
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak
hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar
80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan
hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada
sumsum tulang dan SSP
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh selsel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam
tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau
partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini
dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar
getah bening setempat
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi
sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.

4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk
penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
5. Tatalaksana tersier
Ditujukan untuk membatasi atau menghalangi perkembangan kemampuan,
kondisi, atau gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang
membutuhkan perawatan intensif. Untuk penderita leukemia dilakukan perawatan
atau penanganan oleh tenaga medis yang ahli di rumah sakit. Salah satu perawatan
yang diberikan yaitu perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup
penderita dan memperlambat progresifitas penyakit. Selain itu perbaikan di bidang
psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dari orang-orang terdekat juga
diperlukan.
6.a Definisi, etiologi dan tanda gejala leukimia limfossitik kronik?
Jawab :
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) adalah suatu keganasan hematologik yang ditandai oleh
proliferasi klonal dan penumpukkan limfosit B neoplastik dalam darah sumsum tulang
limfonoid , limpa, hati dan organ-organ lain.
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ini masuk dalam kelainan limfoproliferatif, tandatandanya meliputi limfositosis, limfodenopati dan splenomegali. Kebanyakan Leukemia
Limfositik Kronik 95% adalah neoplasma sel B, sisanya neoplasma sel T.
Etiologi
Penyebab LLK belum diketahui. Kemungkinan yang berperan adalah abnormalitas
kromosom, onkogen, dan retrovirus (RNA tumour virus).Penelitian awal menunjukkan
keterlibatan gen bcl-1 dan bcl-2 pada 5-15% pasien, sedangkan gen bcl-3 hanya kadangkadang terlibat. Protoonkogen lcr dan c-fgr, yang menkode protein kinase tirosin
diekspresikan pada limfosit yang terkena LLK tetapi tidak pada sel B murni yang normal.
Saat ini pada pasien LLK didapatkan delesi homozigot dan region genom telomerik gen
retinoblastoma tipe-1 d13s25. Hal ini menunjukkan bahwa adanya gen suppressor tumor baru
terlibat dalam LLK.
Epidemiologi

Usia rerata pasien saat didiagnosis berusia 65 tahun, hanya 10-15% kurang dari 50
tahun.Angka kejadian di negara barat 3/100.000.Pada populasi geriatri, insiden di atas usia 70
tahun sekitar 50/100.000.Risiko terjadinya LLK meningkat seiring usia. Perbandingan risiko
relatif pada pria tua adalah 2,8:1 perempuan tua. Kebanyakan pasien memiliki ras kaukasia
dan berpendapatan menengah.
Perjalanan penyakit bervariasi. Kondisi penyakit sel B dapat diramal kelangsungan
hidupnya antara lebih dari 10 tahun sampai kurang dari 19 bulan, dan 9 tahun untuk seluruh
populasi pasien LLK. Beberapa pasien dengan LLK mempunyai masa hidup normal dan yang
lain meninggal dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis. Beberapa tahun terakhir kemajuan
penting dicapai dalam pemahaman biologi, perjalanan alami dan pengobatan.
7.a definisi, etiologi,dan tanda gejala leukemia granuloblastik akut?
Jawab:
Leukemia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel sel progenitor dari seri myeloid. Bila
tidak diobati maka akan menyebabkan kematian secara cepat dalam beberapa minggu atau
bulan sesudah diagnosis.
Etiologi dari LMA tidak diketahui, meskipun demikian ada beberapa faktor yang
diketahui dapat menyebabkan LMA :
1. Kemoterapi alkylating.
2. Radiasi ionik.
3. Sindroma down.
4. Paparan benzene
Gejala penderita LMA antara lain :
1. Rasa lelah
2. Pucat
3. Nafsu makan hilang
4. Anemia
5. Petekie
6. Perdarahan
7. Nyeri tulang

8. Infeksi
9. Pembesaran kelenjar getah bening
10. Limpa, hati dan kelenjar mediastinum.
11. Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut
monoblastik dan mielomonositik.
7

b. Patofisiologi Leukemia Granulositik Kronik

Jawab:
LGK merupakan keganasan pertama yang dihubungkan dengan abnormalitas genetik
secara langsung, yaitu translokasi kromosomal yang dikenal dengan kromosom Philadelphia.
Kelainan kromosomal ini dinamai berdasarkan penemunya pada tahun 1960, dua orang
ilmuwan dari Philadelphia, Pennsylvania: Peter Nowell dan David Hungerford.
Pada translokasi ini, bagian dari 2 kromosom (9 dan 22) bertukar tempat. Akibatnya,
bagian dari gen BCR (breakpoint cluster region) dari kromosom 22 bercampur dengan gen
ABL dari kromosom 9. Dari penggabungan abnormal ini terjadi sintesis protein berat p210
atau p185 (p merupakan ukuran berat protein selular dalam kDa). Karena ABL membawa
domain yang dapat menambahkan gugus phosphat ke residu tirosin (suatu tirosin kinase),
produk penggabungan gen BCR-ABL juga berupa tirosin kinase.
Protein gabungan BCR-ABL berinteraksi dengan subunit reseptor interleukin
3beta(c). Transkrip BCR-ABL terus-menerus aktif dan tidak memerlukan pengaktifan oleh
protein selular lain. Hasilnya, BCR-ABL mengaktifkan kaskade protein yang mengontrol
siklus sel, mempercepat pembelahan sel. Lebih lagi, protein BCR-ABL menghambat
perbaikan DNA, mengakibatkan ketidakstabilan pada sistem gen dan membuat sel lebih
rawan mengalami abnormalitas genetik lain. Aktivitas dari protein BCR-ABL merupakan
penyebab patofisologis dari LGK. Dengan berkembangnya pemahaman terhadap sifat-sifat
dari protein BCR-ABL dan aktivitasnya sebagai tirosin kinase, terapi spesifik telah
dikembangkan, yaitu dengan menghambat aktivitas protein BCR-ABL.
9. Jelaskan mekanisme pucat pada pemicu!
Jawab:
Berbagai etiologi dan faktor resiko leukemia limfoblastik akut akan menyebabkan kelainan
sistem hemostatik. Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel

hematopoetik lainnya. Adanya proliferasi sel blast yaitu produksi leukosit imatur yang
berlebihan menyebabkan disfungsi sumsum tulang. Hal tersebut dapat mengganggu produksi
sel-sel darah lainnya, yaitu penurunan eritrosit. Saat terjadi penurunan eritrosit maka kadar
Hb juga menurun yang kemudian mempengaruhi suplai oksigen ke jaringan terganggu
sehingga menimbulkan anemia yang ditandai dengan pucat.
10. Jelaskan mekanisme nyeri kaki pada pemicu!
Jawab:
Kelainan sitogenetik yang sering ditemukan, misal delesi gen IKZF1, translokasi kromosom
9 dan 22/ fusi gen BCR-ABL/ kromosom philadelphia (CML); atau translokasi kromosom 4
dan 11/ ALL1-AF4 dan kelainan yang lain bisa pada karyotipe hipdiploid dan t(10;14), atau
karena inaktivnya gen supresor tumor seperti p16 dan p15, Rb dan p53. Aktivasi jalur
proliferasi dan pertumbuhan sel secara abnormal Gangguan Proses pematangan dari stem
sel menjadi sel darah putih (limfosit) perubahan ke arah keganasan sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal Sel sel leukimia berinfiltrasi ke cavitas medullar atau dibawah
periosteum Menimbulkan tekanan Nyeri tulang.
11. mekanisme demam tidak terlalu tinggi?
Jawab :
pasien leukimia akut terjadi gangguan produksi maupun maturasi neutrofil sehingga
secara kuantitatif maupun fungsional yang terganggu, mengakibatkan risiko terkena infeki
bakterial gram negatif. Terapi intervensi pada pasien leukimia seperti kortikosteroid,
kemoterapi, transplantasi stem sel dan radiasi dapat menyebabkan menurunnya jumlah
maupun fungsi neutrofil sehingga terjadi defisiensi pertahanan tubuh. Selain itu, terapi
tersebut juga mengakibatkan gangguan pertembuhan kulit dan mukosa di saluran pencernaan
sehingga rentan terhadap infeksi bakteri.

12. Mekanisme Penurunan Nafsu Makan ?


Jawab:
Nafsu makan (appetite) adalah keinginan untuk makan, dirasakan sebagai rasa lapar. Napsu
makan terdapat pada semua bentuk kehidupan dan berfungsi mengatur asupan energi yang
adekuat untuk mempertahankan kebutuhan metabolisme. Ini diatur oleh interaksi antara
saluran cerna, jaringan adiposa, dan otak. Napsu makan berkurang dinamakan anoreksi.
Hipotalamus, suatu bagian otak merupakan pusat pengaturan utama dari napsu makan.
Neuron-neuron yang mengatur napsu makan tampaknya didominasi oleh neuron
serotoninergik, walaupun neuropeptidae Y (NPY) dan Agouti-related peptide (AGRP) juga
memainkan peran penting.
Cabang-cabang

hypothalamocortical

dan

hypothalamolimbic

projections

berkonstribusi terhadap keasadaran adanya rasa lapar. Proses-proses somatik yang


dekendalikan oleh hipotalamus meliputi tonus vagus (aktivitas sistem saraf parasimpatis),
stimulasi tiroid (tiroksin mengatur laju metabolisme), poros hipotalamus-hipofisis-adrenal
serta sejumlah mekanisme lain.
Hipotalamus merasakan rangsang-rangsang eksternal melalui sejumlah hormon,
seperti leptin, ghrelin, PYY 3-36, orexin dan CCK (cholecystokinin) ; semua ini
memodifikasi respon hipotalamus. Beberapa diproduksi disaluran cerna dan lainnya oleh
jaringan adiposa (leptin).

Hormon leptin merupakan hormon yang disekresikan jaringan adiposa . Selain di


jaringan adiposa, leptin juga diproduksi di perut, mammary epithelium, plasenta dan jantung.
Hormon ini dapat menjadikan otak menangkap sinyal betapa banyak jumlah lemak di dalam
tubuh. Hormon leptin diregulasikan dalam metabolisme pemecahan lemak. Peningkatan
hormon leptin akan meningkatkan laju metabolisme ini dan laju metabolisme ini akan
menurun jika jumlah leptin berkurang.
Pada penurunan nafsu makan merupakan adanya akibat dari kerjasama IL-1 dan TNF diamana keduanya akan meningkatkan ekspresi leptin oleh sel adiposa. Peningkatan leptin
dalam sirkulasi menyebabkan negatif feedback ke hipothalamus ventromedial yang berakibat
pada penurunan intake makanan.
Menghubungkan pada pemicu dikarenakan terjadinya proliferasi sel , sehingga sel
kanker bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi terjadilah infiltrasi dari sel
normal digantikan dengan sel kanker sehingga sel kurang asupan makanan terjadilah suatu
perubahan metabolisme tubuh yang mengakibatkan mual muntah anorexia sehingga
menyebabkan juga ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan.
13. Jelaskan mekanisme terjadinya hepato-splenomegali pada pasien leukemia limfoblastik!
Hepato-splenomegali terjadi akibat infiltrasi sel-sel leukemia kedalam jaringan hepar dan
limpa. Pada hati/hepar sel-sel leukemia masuk kejaringan hati sehingga hati akan
membesar (hepatomegali) akibat akumulasi sel leukemia. Dan pada limpa, sel-sel
leukemia terakumulasi di dalam organ ini dimana limpa memiliki fungsi sebagai
penyaring darah yang terbesar di dalam tubuh, sehingga akan terjadi pembesaran
(splenomegali). Terjadinya splenomegali dan hepatomegali mencerminkan penyebaran
dari sel leukemia.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: Badan
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2011.p 431
2. http://www.scribd.com/doc/197730203/Penurunan-Nafsu-Makan#scribd
3. Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV . Jilid II.Jakarta ; EGC. juni 2006. P ; 745
4. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2009. Sri Mulatsih dkk: Karakteristik klinis LLA
dengan fusi gena TEL-AML1, BCR-ABL, dan E2A-PBX1.
5. Fianza, P.I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II: Leukimia Limfoblastik Akut.
Edisi V. Jakarta: InternaPublishing. 2009. Halaman 1267
6. Moss, P.A.H., Hoffbrand, A.V. Kapitas Selekta Hematologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2013. Halaman 210.

7. Theresa, B., Haddy, Revonda, B., dkk . Osteoporosis in Survivors of Acute


Lymphoblastic Leukemia. USA Washington, DC:

Department of Hematology-

Oncology, Childrens National Medical Center. The Oncologist. 2001;6:278-285.


8. http://eprints.undip.ac.id/33719/3/Bab_2.pdf
9. http://www.ichrc.org/sites/default/files/Indonesia.pdf
10. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23447/4/Chapter%20II.pdf
11. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-sitifatima-5395-2-07.babr.pdf
12. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-rahmandase-6687-3babii.pdf
13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Interpretasi Data Klinik.
Jakarta: Kementrian Kesehatan. 2011.
14. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi. 6. Jakarta: EGC. 2006
15. Hoffbrand A, Moss P. KapitaSelektaHematologi. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2013. p130.
16. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, SetatiSiti. Buku Ajar
IlmuPenyakitDalamJilid 2. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing, 2009. p1267.
17. Kumar, Cotran, Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2007. p475.

Anda mungkin juga menyukai

  • Formatif 1 Ginjal 2013z
    Formatif 1 Ginjal 2013z
    Dokumen4 halaman
    Formatif 1 Ginjal 2013z
    TRIYA
    Belum ada peringkat
  • Soal Kanker Paru
    Soal Kanker Paru
    Dokumen7 halaman
    Soal Kanker Paru
    Anna Althafunnisa
    50% (2)
  • Sumatif 2 Respirasi-Dari Nurul
    Sumatif 2 Respirasi-Dari Nurul
    Dokumen7 halaman
    Sumatif 2 Respirasi-Dari Nurul
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Rugas
    Rugas
    Dokumen16 halaman
    Rugas
    Rugas Pribawa
    Belum ada peringkat
  • Sumatif 1 Respirasi
    Sumatif 1 Respirasi
    Dokumen13 halaman
    Sumatif 1 Respirasi
    Chairil238
    Belum ada peringkat
  • Img 0010
    Img 0010
    Dokumen1 halaman
    Img 0010
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Soal Sumatip 2 Ntah KPN
    Soal Sumatip 2 Ntah KPN
    Dokumen4 halaman
    Soal Sumatip 2 Ntah KPN
    Metha Arsilita Hulma
    Belum ada peringkat
  • Sumatif 1 Renal Dari Fahmi 1
    Sumatif 1 Renal Dari Fahmi 1
    Dokumen3 halaman
    Sumatif 1 Renal Dari Fahmi 1
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Formatif 2 Ginjal 2012
    Formatif 2 Ginjal 2012
    Dokumen5 halaman
    Formatif 2 Ginjal 2012
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img 0006
    Img 0006
    Dokumen1 halaman
    Img 0006
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img 0009
    Img 0009
    Dokumen1 halaman
    Img 0009
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img 0008
    Img 0008
    Dokumen1 halaman
    Img 0008
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img 0001 PDF
    Img 0001 PDF
    Dokumen1 halaman
    Img 0001 PDF
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img 0002
    Img 0002
    Dokumen1 halaman
    Img 0002
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img 0004
    Img 0004
    Dokumen1 halaman
    Img 0004
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img 0003
    Img 0003
    Dokumen1 halaman
    Img 0003
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img 0005
    Img 0005
    Dokumen1 halaman
    Img 0005
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Tentir Farmakodinamik ++ PDF
    Tentir Farmakodinamik ++ PDF
    Dokumen7 halaman
    Tentir Farmakodinamik ++ PDF
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img 0007
    Img 0007
    Dokumen1 halaman
    Img 0007
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Surat
    Surat
    Dokumen19 halaman
    Surat
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • IHSD
    IHSD
    Dokumen9 halaman
    IHSD
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Soal Praktikum PK 2012
    Soal Praktikum PK 2012
    Dokumen1 halaman
    Soal Praktikum PK 2012
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Soal Git
    Kumpulan Soal Git
    Dokumen21 halaman
    Kumpulan Soal Git
    RaymondRumantirWardhana
    100% (3)
  • Img 0001 PDF
    Img 0001 PDF
    Dokumen1 halaman
    Img 0001 PDF
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Tentir Mata 2009
    Tentir Mata 2009
    Dokumen9 halaman
    Tentir Mata 2009
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Fisiologi
    Laporan Praktikum Fisiologi
    Dokumen16 halaman
    Laporan Praktikum Fisiologi
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Img
    Img
    Dokumen1 halaman
    Img
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Tentir Farmakokinetik PDF
    Tentir Farmakokinetik PDF
    Dokumen7 halaman
    Tentir Farmakokinetik PDF
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • KESIMPULAN PRATIKUM RIVALTA
    KESIMPULAN PRATIKUM RIVALTA
    Dokumen3 halaman
    KESIMPULAN PRATIKUM RIVALTA
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat
  • Tentir Faal 2 Sensorik
    Tentir Faal 2 Sensorik
    Dokumen5 halaman
    Tentir Faal 2 Sensorik
    Anna Althafunnisa
    Belum ada peringkat