Anda di halaman 1dari 35

BORANG UKM

JUDUL

LATAR BELAKANG

PERMASALAHAN

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

PELAKSANAAN

MONITORING & EVALUASI

F1 – Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Massyarakat (penyuluhan)


1. JUDUL

Penyuluhan Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Pada Anak Usia 6-11thn.


LATAR BELAKANG
COVID-19 merupakan sebuat penyakit yang disebabkan oleh novel coronavirus yang pertama kali
diidentifikasi di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Virus tersebut berhubungan dengan family virus
yang sama dengan virus yang menyebabkan penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Virus). Virus
ini ditransmisikan melalui kontak langsung dengan droplet saluran pernapasan dari orang yang
terinfeksi. Droplet-droplet itu diproduksikan ketika seorang yang terjangkit batuk, bersin, atau
berbicara dan ketika seseorang menyentuh permukaan benda yang telah terkontaminasi oleh virus
tersebut. Novel coronavirus ini dapat bertahan pada permukaan benda selama berjam-jam.Adapun
gejala dari COVID-19 ialah demam, batuk, sesak napas. Pada kasus-kasus berat, infeksi dapat
menimbulkan pneumonia yang dapat berakibat fatal. Gejala-gejala tersebut mirip dengan gejala flu
biasa yang menyebabkan kerancuan dalam identifikasi orang yang terjangkit coronavirus. Namun
belakangan ini pelaksanaan vaksinasi demi mencegah penularan dan demi meningkatkan imunitas
dalam era pandemi ini sudah berjalan dengan baik. walaupun dalam pelaksanaannya masih
dilaksanakan pada dewasa dan lansia. setelah melewati uji klinis dan setelah di validasi vaksin covid-
19 akhirnya diperbolehkan untuk diberikan kepada anak usia 6-11thn demi meningkatkan sistem
imunitas dan agar dapat mencegah keluhan yang berat kedepannya.

PERMASALAHAN
Minimnya pengetahuan masyarakat sekitar akan pentingnya pemberian vaksinasi terhadap anak di era
pandemi ini.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
-Melakukan penyuluhan mengenai definisi, cara pemberian,efek samping dan aturan-aturan mengenai
pemberian vaksinasi terhadap anak 6-11thn.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan di lakukan selama 2 hari pada 13 Sekolah Dasar di Kelurahan Waihaong, Silale dan
Urimesseng. Pada penyuluhan dijelaskan mengenai fungsi, cara pemberian dan efek yang ditimbulkan
dalam proses vaksinasi. adapun dijelaskan mengenai atura-aturan pemerintah tentang peleksanaan
vaksinasi ini.
MONITORING & EVALUASI
Memastikan orang tua sebagai peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami tentang pentingnya
vaksinasi untuk anak agar pelaksanaan vaksinasi berjalan dengan baik.

2. JUDUL

Penyuluhan Tuberkulosis
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan asam. Di Indonesia, insidensi TB di Indonesia
menduduki urutan ke 2, TB menyerang sebagian besar kelompok usia produktif dari kelompok
sosioekonomi lemah.. Perkembangan TB paru dari terpapar hingga menjadi penyakit dipengaruhi oleh
karakteristik host dan faktor lingkungan dan sosial. Adapun karakteristik host adalah durasi terpapar
dengan agen penyebab (M. tuberculosis), umur, jenis kelamin, status imunitas, malnutrisi (status gizi)
dan diabetes. Sedangkan, faktor lingkungan dan sosial meliputi tingkat keramaian lingkungan, ventilasi
udara yang buruk, alkohol, merokok, dan pekerjaan. Dengan bertambahnya penduduk, bertambah pula
jumlah penderita TB paru. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-
laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Oleh karena itu, penting sekali adanya
penyuluhan tentang TB bagi masyarakat untuk mengetahui informasi tentang penyakit TB terutama TB
paru.
PERMASALAHAN
Dengan bertambahnya penduduk, bertambah pula jumlah penderita TB paru. Jumlah kasus baru TB di
Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis
kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada
perempuan.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Diawali dengan pengumpulan materi tentang TB paru, kemudian dilanjutkan dengan penyederhanaan
bahasa serta penambahan analogi umum untuk memudahkan audiens menangkap materi, penyampaian
materi bersifat dua arah atau bersifat diskusi agar pemahaman audiens terhadap penyakit TB menjadi
lebih baik, kemudian diakhiri dengan sesi tanya jawab untuk lebih menuntaskan atau mengklarifikasi
terkait masalah atau mitos tentang penyakit TB di lingkungan sekitar.
PELAKSANAAN
Dilakukannya di Puskesmas Waihaong penyuluhan tentang penyakit TB, melakukan interaksi dua arah
dengan peserta penyuluhan, mempersilahkan peserta untuk bertanya mengenai materi penyuluhan, dan
mengevaluasi pemahaman peserta tentang materi penyuluhan.

MONITORING & EVALUASI


Acara dimulai terlambat dari waktu yang ditentukan karena menunggu peserta yang belum datang.
Terdapat gangguan teknis dari media. Oleh karena itu perlu dilakukan pengecekan alat/media ulang
sebelum melakukan penyuluhan serta mengkonfirmasi kehadiran peserta dan menghimbau agar datang
tepat waktu.

3. JUDUL

Penyuluhan Mandiri tentang Hipertensi


LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di
negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan
meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama
dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau
esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali
tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan
sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan 50,54%
pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012). Data
statistic dari Nasional Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000 orang
Australia (15% penduduk dewasa di Australia) menderita hipertensi.

PERMASALAHAN
Kontrol penyakit yang tidak rutin dikarenakan pemahaman yang kurang tentang hipertensi
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Dilakukan penyuluhan serta memberikan edukasi mengenai penyakit hipertensi
PELAKSANAAN
Menjelaskan rekomendasi pengendalian gaya hidup yang disarankan oleh The Seventh Report of the
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC 7) di antaranya: (1) penurunan berat badan (rentang penurunan tekanan darah sistolik sekitar 5-20
mmHg per 10 kg) (2) batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 30 mL pada pria dan 15 mL pada wanita
setiap harinya (rentang penurunan tekanan darah sistolik sekitar 2-4 mm Hg) (3) kurangi konsumsi
natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari atau 6 gram NaCl/hari (rentang penurunan tekanan darah
sistolik 2-8 mmHg) (4) berhenti merokok dan kurangi makanan yang berlemak serta tinggi kolesterol
untuk kesehatan jantung (5) lakukan olahraga atau latihan aerobik 30-60 menit 3x seminggu secara
rutin (menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mm Hg) (6) meningkatkan konsumsi sayur dan buah (7)
kontrol tekanan darah secara teratur dan mengkonsumsi obat antihipertensi sesuai dengan anjuran
dokter.
MONITORING & EVALUASI
Kontrol rutin satu bulan sekali

4. JUDUL

Penyuluhan Dalam Gedung mengenai Stroke


LATAR BELAKANG
Menurut WHO (World Health Organization) stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Setiap tahunnya, sekitar 795.000 orang di dunia terkena stroke, baik merupakan stroke baru maupun
stroke berulang. Dari semua kasus stroke, 87% diantaranya merupakan kasus ischemic stroke, 10%
kasus intracerebral hemorrhage dan 3% merupakan kasus subarachnoid hemorrhage stroke.
Berdasarkan data dari BRFSS (CDC) sebanyak 2,7% laki-laki dan 2,5% perempuan yang berusia diatas
18 tahun memiliki riwayat pernah mengalami stroke. Oleh karena itu, penting sekali adanya
penyuluhan tentang Stroke bagi masyarakat untuk mengetahui informasi tentang penyakit Stroke.
PERMASALAHAN
Setiap tahunnya, sekitar 795.000 orang di dunia terkena stroke, baik merupakan stroke baru maupun
stroke berulang. Dari semua kasus stroke, 87% diantaranya merupakan kasus ischemic stroke, 10%
kasus intracerebral hemorrhage dan 3% merupakan kasus subarachnoid hemorrhage stroke. Kurangnya
pemahaman masyarakat mengenai penyakit Stroke dari pengertian hingga pencegahannya.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Diawali dengan pengumpulan materi tentang Stroke, kemudian dilanjutkan dengan penyederhanaan
bahasa serta penambahan analogi umum untuk memudahkan audiens menangkap materi, penyampaian
materi bersifat dua arah atau bersifat diskusi agar pemahaman audiens terhadap penyakit Stroke
menjadi lebih baik, kemudian diakhiri dengan sesi tanya jawab untuk lebih meningkatkan pemahaman
audiens terkait masalah tentang Stroke
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan di Puksesmas Waihaong. Menjelaskan mengenai Stroke sesuai dengan
Kementrian Kesehatan RI yaitu pengertian dari Stroke, tanda dan gejala dengan slogan SeGeRa Ke RS
(Senyum tidak simetris, tersedak, sulit menelan air; Gerak separuh anggota tubuh melemah tibatiba;
bicaRa pelo; Kebas aau baal atau kesemutan; Rabun, pandangan satu mata kabur tibatiba; Sakit kepala
hebat yang muncul tiba-tiba, dan tidak pernah dirasakan sebelumnya), hingga penanganan dan
pencegahan stroke. Melakukan interaksi dua arah dengan peserta penyuluhan, mempersilahkan peserta
untuk bertanya mengenai materi penyuluhan, dan mengevaluasi pemahaman peserta tentang materi
penyuluhan.
MONITORING & EVALUASI
Acara dimulai terlambat dari waktu yang ditentukan karena terdapat gangguan teknis dari media yang
dipakai untuk penyuluhan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengecekan alat/media ulang sebelum
melakukan penyuluhan.

5. JUDUL

Penyuluhan Mengenai Pencegahan Diare Dengan Cara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
LATAR BELAKANG
Gastroenteritis Akut (GEA) ialah penyakit yang terjadi akibat peradangan pada mukosa dinding
lambung yang ditandai dengan keluhan mual, muntah-muntah, diare, dan demam. Penyakit ini banyak
disebabkan oleh infeksi dari bakteri campylobacter, yang dapat menimbulkan dehidrasi, kehilangan
elektrolit, dan jika pada kondisi yang berat maka dapat menimbulkan kematian. GEA seringkali terjadi
baik pada anak-anak maupun orang dewasa, bahkan dapat menyebabkan malnutrisi. Data
epidemiologis pada beberapa literatur menyatakan sekitar 1,7 miliar orang di dunia mengalami diare
setiap tahunnya. Menurut Riskerdas tahun 2007, diare menjadi penyebab kematian nomor satu pada
balita. Pada tahun 2013, sebanyak 3,5 % penduduk di Indonesia mengalami diare dan sebagian besar
pada kelompok balita. Timbulnya GEA erat hubungannya dengan sanitasi yang dijaga. Seringkali diare
terjadi akibat higiene yang buruk, seperti makan atau mengolah makanan sebelum mencuci tangan
dengan benar, tidak memerhatikan kebersihan tangan, merebus air tidak sampai matang atau mengolah
makanan yang tidak matang dengan sempurna.Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kesadaran
masyarakat untuk lebih memperhatikan perilaku hidup yang bersih dan sehat.
PERMASALAHAN
- Banyaknya pasien yang datang dengan keluhan muntah dan diare.
- Kurangnya perhatian masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Penyuluhan dengan topik 10 indikator perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan di Puskesmas Waihaong. Kegiatan dihadiri oleh 15 orang pengunjung
Puskesmas. Kegiatan berlangsung selama kurang lebih 15 menit, menyampaikan 10 indikator perilaku
hidup bersih dan sehat di rumah tangga. Adapun kesepuluh indicator tersebut ialah memastikan bahwa
persalinan ditolong oleh tenaga Kesehatan baik dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum maupun bidan; memberikan ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan, dan ASI dilanjutkan
ditambah dengan makanan pendamping ASI hingga usia 2 tahun; menimbang balita (12-60 bulan)
setiap bulan dan tercatat dalam kartu menuju sehat; menggunakan air bersih untuk kegiatan sehari,
memenuhi syarat air bersih dan sumber air bersih memiliki jarak minimal 10 meter dari sumber
pencemar; rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun; menggunakan jamban sehat;
memberantas jentik nyamuk di rumah minimal 1 kali dalam seminggu; mengonsumsi sayur dan buah
setiap hari; melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal 30 menit/hari; tidak merokok di dalam rumah.
MONITORING & EVALUASI
Masyarakat memahami dan mulai membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, kasus gastroenteritis
berkurang.
F2 – Upaya Kesehatan lingkungan (penyuluhan ttg rokok rumah sehat, jumantik)--> kurang 3
1. JUDUL

Edukasi Pemakaian Masker dan Etika Batuk terhadap Pasien dengan Tuberkulosis Paru.
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis paru ialah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
ditularkan melalui inhalasi droplet nuclei dari penderita ketika ia batuk, bersin, maupun berbicara.
Droplet tersebut kemudian masuk ke saluran napas dan bersarang di jaringan paru orang yang
ditularkannya. Adapun tanda dan gejala yang dapat ditimbulkan ialah batuk selama lebih dari tiga
minggu disertai dahak dengan atau tanpa darah, lemas dan tidak nafsu makan, berat badan menurun,
keringat malam, nyeri dada dan sesak napas, demam, serta menggigil. Untuk mencegah atau memutus
rantai penularannya, penderita tuberculosis paru diharapkan mematuhi program pengobatan selama
minimal 6 bulan sampai tuntas dan dinyatakan sembuh. Selain itu, sangat penting untuk diperhatikan
bagi pasien TB paru maupun keluarganya untuk mewaspadai kemungkinan ditularkannya bakteri M.
tuberculosis melalui droplet yang menyebar di udara dan cara-cara untuk mencegah penularannya.
PERMASALAHAN
Pada hari Rabu, 15 Januari 2022 di BPU Puskesmas Waihaong datang seorang pasien Perempuan
dengan keluhan batuk berdahak. Pasien tersebut datang sendiri dan terlihat tidak menggunakan masker
dengan benar serta kurang memperhatikan etika batuk. Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, ditemukan bahwa pasien memiliki riwayat batuk lama dan tidak melakukan pengobatan.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Pengobatan medikamentosa yang sesuai
- Edukasi mengenai definisi penyakit Tuberkulosi paru, cara penularan, pengobatan serta cara
pencegahan penularannya.
PELAKSANAAN
Pada hari Rabu, 15 Januari 2022 di BPU Puskesmas Waihaong datang seorang pasien Perempuan
dengan keluhan batuk berdahak. Pasien tersebut datang sendiri dan terlihat tidak menggunakan masker
dengan benar serta kurang memperhatikan etika batuk. Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, ditemukan bahwa pasien memiliki riwayat batuk lama dan tidak melakukan pengobatan. Kepada
pasien tersebut dilakukan screening dan diberikan pengobatan medikamentosa yang sesuai. Kepada
pasien juga diberikan edukasi mengenai pentingnya penggunaan masker dengan benar yang menutupi
hidung hingga dagu. Selain itu disampaikan juga mengenai etika batuk seperti menutup muut dengan
lengan atas bagian dalam atau tisu ketika batuk, membuang tisu yang telah dipakai ke tempat sampah,
mencuci tangan setelah batuk. Disampaikan juga kepada pasien untuk memperhatikan ventilasi serta
pencahayaan di rumah, untuk senantiasa membuka jendela rumah atau pintu dan membiarkan sinar
matahari dan angin segar masuk. Dalam menjaga pola hidup sehat, dianjurkan bagi pasien untuk
menjemur alat tidur di bawah sinar matahari, berolahraga secara teratur, mengonsumsi gizi seimbang
dan mencuci tangan sesering mungkin.
MONITORING & EVALUASI
Evaluasi kebiasaan memakai masker, etika batuk dan gaya hidup sehat ketika pasien dan keluarganya
kembali kontrol ke Puskesmas.

2. JUDUL

 Edukasi Eradikasi Sarcoptes Scabiei kepada Keluarga yang Menderita Scabies


LATAR BELAKANG
Scabies merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat infeksi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei yang
dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan kulit penderita maupun kontak tidak langsung
(melalui benda seperti handuk, sprei dan sebagainya). Kelainan yang terjadi pada kulit disebabkan oleh
garukan akibat gatal dan aktifitas tungau scabies. Gatal yang terjadi dapat terjadi akibat sensitisasi
terhadap sekreta dan ekskreta tungau.Pada hari Senin 10 Januari 2022 di poli umum Puskesmas
Waihaong terdapat satu keluarga yang beranggotakan empat orang dengan keluhan yang sama, yaitu
gatal-gatal terutama pada sela-sela jari tangan dan kaki yang semakin hebat dirasakan menjelang
malam dan pada malam hari. Kelainan kulit yang ditemukan pada kelima anggota keluarga tersebut
ialah berupa papul, vesikel dan terdapat lesi berupa erosi, ekskoriasi dan krusta. Pada dua orang
anggota keluarga tersebut ditemukan terdapat infeksi sekunder sehingga ditemukan pus. Melalui hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat ditegakkan diagnosis kerja Skabies pada keempat anggota
keluarga tersebut.
PERMASALAHAN
Kurangnya pemahaman akan penyakit scabies, cara penularan , pengobatan dan pencegahannya.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
-Pengobatan medikamentosa yang sesuai
-Edukasi mengenai definisi penyakit Skabies, cara penularan, pengobatan serta eradikasi tungai
scabies.
PELAKSANAAN
Pada hari Senin,10 Januari 2022 di Poli Umum Puskesmas Waihaong telah disampaikan kepada sebuah
keluarga yang beranggotakan empat orang mengenai penyakit yang sedang dideritanya, yaitu Skabies.
Penjelasan mengenai defines scabies, gejalanya seperti gatal pada malam hari, menyerang sekelompok
orang, ditemukan kelainan kulit berupa papul/vesikel dan dapat ditemukan infeksi sekunder.
Menjelaskan cara penularannya yaitu dapat melalui kontak langsung dengan kulit penderita maupun
secara tidak langsung seperti melalui handuk yang dipakai bersama, sprei tempat tidur, pakaian, dan
sebagainya. Cara untuk membasmi atau eradikasi tungau scabies ialah dengan merendam baju, handuk,
sprei yang telah digunakan ke dalam air panas, menjemur tempat tidur, bantal dan guling di bawah
sinar matahari serta menjaga kebersihan diri, mengusahakan untuk tidak semakin menggaruk area yang
terinfeksi agar tidak timbul infeksi sekunder. Kepada pasien juga telah diberikan penatalaksanaan
medikamentosa yang sesuai dan tersedia di Puskesmas.
MONITORING & EVALUASI
Diharapkan keluarga tersebut kontrol ke Puskesmas untuk mengevaluasi keberhasilan terapi
medikamentosa maupun non-medikamentosa, terutama apabila keluhan masih berlanjut.

3. JUDUL

Penyuluhan Bahaya Merokok


LATAR BELAKANG
Peringatan bahaya merokok bagi kesehatan tidak henti-hentinya diserukan pemerintah melalui dinas
kesehatan, tetapi masih banyak orang yang menghisap rokok. Padahal, peringatan bahaya tersebut kini
semakin jelas dengan memberikan gambar akibat efek samping merokok dalam kemasan rokok. Kita
sudah tidak asing lagi dengan gambar-gambar yang mengerikan tertempel di kemasan rokok, mulai
dari gambar anak kecil dengan orang tua perokok sampai dan banyak lagi. Gambar tersebut bertujuan
untuk memberikan peringatan yang lebih keras karena peringatan sebelumnya kurang mengena di
masyarakat terutama kalangan perokok. Untuk itulah, saya ingin memberikan sedikit penyuluhan
tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Setidaknya penyuluhan ini bisa membantu dalam rangka
mengampanyekan bahaya merokok dan membangun kesadaran untuk berhenti merokok. Sebab dalam
rokok tersebut terkandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia berbahaya bagi kesehatan, mulai dari
nikotin maupun zat lainnya yang bisa menyebabkan kanker dan zat beracun bagi tubuh lainnya. Bahaya
merokok bagi kesehatan bukan saja bagi perokok tetapi bagi orang sekitar karena efek asap rokok atau
perokok pasif. Orang-orang yang merokok mereka belum tahu tentang pengertian kesehatan
sesungguhnya. Bagi mereka merokok adalah hal yang sudah biasa lumrah, jika sehari tanpa merokok
mulut mereka seakan kecut dan tidak enak.
PERMASALAHAN
Pemahaman tentang rokok.
Pemahaman tentang bahaya merokok.
Pemahaman tentang cara memulai untuk berhenti merokok.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok.
PELAKSANAAN
- Menjelaskan pengertian rokok, bahaya merokok, dan cara berhenti merokok dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta.
- Melakukan interaksi dua arah dengan peserta.
- Mempersilahkan peserta untuk bertanya mengenai materi penyuluhan.
- Mengevaluasi pemahaman peserta tentang materi penyuluhan.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi peserta hadir ditempat penyuluhan.
- Mengamati antusias peserta terhadap materi penyuluhan
- Mengevaluasi pemahaman peserta setelah dipaparkan materi penyuluhan

4. JUDUL

Penyuluhan dalam Gedung mengenai 3M Plus dan PSN sebagai Pencegahan DBD
LATAR BELAKANG
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue
shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi,
2015). Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui
gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa
tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan,
pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan
variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak
direncanakan (WHO, 2015).
Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa penyakit Demam Berdarah
Hal ini yang perlu diingatkan kembali kepada masyarakat betapa pentingnya mengetahui cara
pencegahan penyakit DBD ini.
PERMASALAHAN
Kasus demam berdarah dengue yang terjadi di Indonesia dengan jumlah kasus 68.407 tahun 2017,
provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di Pulau Jawa serta di Provinsi Maluku. Kasus kematian
DBD yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017 berjumlah 493 kematian. Serta penularan DBD melalui
gigitan nyamuk yang dapat menyebabkan kematian. Kurangnya pemahaman mengenai pencegahan
DBD yang dapat dilakukan sendiri terjadi di masyarakat sehingga pentingnya pengetahuan mengenai
3M Plus.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Diawali dengan pengumpulan materi tentang 3M Plus dan PNS, penyampaian materi bersifat dua arah
atau bersifat diskusi agar pemahaman audiens terhadap penyakit DBD menjadi lebih baik, kemudian
diakhiri dengan sesi tanya jawab untuk lebih menuntaskan serta pencegahan terkait penyakit DBD di
lingkungan sekitar.
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan di Puksesmas Waihaong. Menjelaskan mengenai penyakit DBD serta
pencegahan DBD dengan 3M Plus sesuai dengan Kementrian Kesehatan RI, yaitu Menguras, Menutup,
Memanfaatkan, serta Plus yaitu mencegah perkembangbiakan nyamuk dengan cara memelihara ikan
pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela &
ventilasi, tidak menggantung pakaian dalam kamar, dan menaburkan bubuk lavasida pada
penampungan air. Serta mengingatkan kepada masyarakat untuk jangan lupa melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan jentik setiap minggu. Lalu melakukan interaksi dua arah
dengan peserta, mempersilahkan peserta untuk bertanya mengenai materi penyuluhan, mengevaluasi
pemahaman peserta tentang materi penyuluhan.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi peserta hadir ditempat penyuluhan dengan menanyakan kembali bagaimana cara
pencegahan DBD 3M Plus serta PSN
- Mengamati antusias peserta terhadap materi penyuluhan
- Mengevaluasi pemahaman peserta setelah dipaparkan materi penyuluhan dengan cara menunjuk salah
satu peserta secara acak untuk mengulang kembali cara pencegahan DBD dengan 3M Plus dan PSN

5. JUDUL

Edukasi Pentingnya Menjaga Kebersihan kepada Keluarga Pasien yang mengalami Gastroenteritis
LATAR BELAKANG
Gastroenteritis Akut (GEA) ialah penyakit yang terjadi akibat peradangan pada mukosa dinding
lambung yang ditandai dengan keluhan mual, muntah-muntah, diare, dan demam. Penyakit ini banyak
disebabkan oleh infeksi dari bakteri campylobacter, yang dapat menimbulkan dehidrasi, kehilangan
elektrolit, dan jika pada kondisi yang berat maka dapat menimbulkan kematian. GEA seringkali terjadi
baik pada anak-anak maupun orang dewasa, bahkan dapat menyebabkan malnutrisi.
Data epidemiologis pada beberapa literatur menyatakan sekitar 1,7 miliar orang di dunia mengalami
diare setiap tahunnya. Menurut Riskerdas tahun 2007, diare menjadi penyebab kematian nomor satu
pada balita. Pada tahun 2013, sebanyak 3,5 % penduduk di Indonesia mengalami diare dan sebagian
besar pada kelompok balita.
Timbulnya GEA erat hubungannya dengan sanitasi yang dijaga. Seringkali diare terjadi akibat higiene
yang buruk, seperti makan atau mengolah makanan sebelum mencuci tangan dengan benar, tidak
memerhatikan kebersihan tangan, merebus air tidak sampai matang atau mengolah makanan yang tidak
matang dengan sempurna.
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Tujuan dari upaya tersebut ialah agar
tercapainya lingkungan yang sehat, tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, masyarakat dapat
lebih mengupayakan pemenuhan gizi keluarga.
Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan perilaku
hidup yang bersih dan sehat dan memperhatikan sanitasi yang lebih baik.
PERMASALAHAN
Kurangnya kesadaran dan upaya untuk menjaga kebersihan baik dalam pengolahan makanan maupun
kebersihan di rumah dan lingkungan sekitar
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Edukasi mengenai pentingnya selalu menjaga kebersihan terutama dalam mengolah makanan.
- Edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
PELAKSANAAN
Edukasi diberikan kepada keluarga pasien yang mengantar pasien untuk berobat di poli umum
Puskesmas Waihaong. Adapun materi yang disampaikan ialah pentingnya membersihkan bahan
makanan dengan air mengalir, dan diperhatikan dengan baik hingga seluruh bagian bahan makanan
makanan terlihat bersih. Mengolah bahan-bahan makanan tersebut hingga matang menyeluruh. Selain
itu diingatkan juga untuk selalu merebus air minum hingga mendidih, menjelaskan kriteria air minum
yang baik, yaitu air minum yang bening, tanpa bau, tanpa rasa, tidak berwarna dan tidak ada endapan.
Edukasi kepada keluarga untuk sebisa mungkin makan makanan yang dimasak sendiri di rumah yang
lebih terjamin kebersihannya. Menjaga kebersihan lingkungan, seperti memberikan perhatian pada cara
mengolah sampah, memperhatikan lokasi septic tank dan jaraknya dengan sumber air bersih,
membersihkan tempat-tempat penampung air agar terhindar dari penyakit lain.
MONITORING & EVALUASI
Pasien diiharapkan melakukan kontrol di poli umum tiga hari setelah melakukan pengobatan dan
diharapkan juga tidak ada lagi anggota keluarga lain yang mengalami kejadian serupa.
F3 – Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)  ANC, IMUNISASI,
Partus
1. JUDUL

Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Waihaong


LATAR BELAKANG
Antenatal Care merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik
dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas,
menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi
dengan wajar. Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan, yaitu
1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 2 kali
pemeriksaan pada trimester ketiga.
Tujuan dilakukan nya ANC diantaranya (1) Memantau kemajuan proses kehamilan demi memastikan
kesehatan pada ibu serta tumbuh kembang janin yang ada di dalamnya (2) Mengetahui adanya
komplikasi kehamilan yang mungkin saja terjadi saat kehamilan sejak dini, termasuk adanya riwayat
penyakitdan tindak pembedahan (3) Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan bayi (4)
Mempersiapkan proses persalinan sehingga dapat melahirkan bayi dengan selamat serta meminimalkan
trauma yang dimungkinkan terjadi pada masa persalinan (5) Menurunkan jumlah kematian dan angka
kesakitan pada ibu (6) Mempersiapkan peran sang ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran anak
agar mengalami tumbuh kembang dengan normal (7) Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas
dengan baik serta dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Kemenkes RI, 2018)
PERMASALAHAN
-Pencegahan kejadian mortalitas ibu dan bayi
-Pencegahan komplikasi selama dan sesudah kehamilan
-Pemeriksaan ANC berkala sesuai jadwal
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
pemantauan kesehatan ibu dan bayi
penyuluhan mengenai kehamilan hingga masa nifas
pemberian gizi dan asupan yang dibutuhkan ibu selama masa kehamilan
Pemeriksaan TB, BB ibu hamil
Pemeriksaan TD ibu hamil
Pemeriksaan LiLa ibu hamil
Pengukuran TFU
Pemeriksaan Leopold I-IV dan DJJ
Skrinning status TT ibu hamil
Pemberian tablet tambah darah
Pemeriksaan Lab
Tatalaksana kasus
Konseling
PELAKSANAAN
Jumlah seluruh ibu hamil berkunjung. seluruh ibu dilakukan pengukuran antopometri, TD, TFU,
Leopold dan DJJ, pemantauan kesehatan ibu dan bayi, penyuluhan mengenai kehamilan hingga masa
nifas, pemberian gizi dan asupan yang dibutuhkan ibu selama masa kehamilan. Dari pemeriksaan luar
obstetri, semua janin dalam keadaan baik.
MONITORING & EVALUASI
Perencanaan jadwal kunjungan ANC selanjutnya, ibu dan bayi sehat selama masa kehamilan dan pasca
persalinan, ibu dapat melewati masa nifas dengan baik, ibu dapat merawat anaknya dengan baik

2. JUDUL

Pelayanan Postnatal Care di Puskesmas Waihaong


LATAR BELAKANG
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir hingga alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil dalam waktu kurang lebih 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan dalam
periode ini karena merupakan masa kritis baik untuk ibu maupun bayinya. Menurut hasil SDKI 2012,
bahwa penyebab kematian ibu adalah trias, yang terdiri dari perdarahan, preeklampsi/eklampsi, dan
infeksi. Diperkirakan bahwa 60% kematian terjadi pada masa postnatal, dan 50% kematian masa nifas
terjadi karena perdarahan dalam 24 jam pertama postnatal, dan juga terdapat beberapa proporsi
perdarahan postpartum sekunder yang terjadi pada masa nifas awal (early postpartum) hingga masa
nifas lanjut (late postpartum). Untuk kejadian infeksi terutama disebabkan oleh infeksi potpartum.
Mengenai kejadian preeklampsi/eklampsi sebagian kecil dapat terjadi pada masa nifas.

PERMASALAHAN
-Pencegahan kejadian baby blues atau depresi post partum
-Pencegahan komplikasi selama masa nifas
- Pemeriksaan PNC berkala sesuai jadwal
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Pemeriksaan nifas dan kunjungan neonatus berkala sesuai jadwal
PELAKSANAAN
Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu;
Pemeriksaan tinggi fundus uteri;
Pemeriksaan lokhia dan perdarahan;
Pemeriksaan jalan lahir;
Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif;
Pelayanan kontrasepsi pascapersalinan;
Konseling;
Penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas.
Pemeriksaan antopometri dan status generalis neonatus.

MONITORING & EVALUASI


Perencanaan jadwal kunjungan PNC selanjutnya, ibu dan bayi sehat selama masa nifas dan pasca
persalinan, ibu dapat melewati masa nifas dengan baik, ibu dapat merawat anaknya dengan baik

3. JUDUL

Partus Normal
LATAR BELAKANG
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam
tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah: (1)
power atau tenaga/kekuatan yang mendorong janis keluar, yang dimaksud kekuatan tersebut meliputi
his, kontraksi otot-otot perut (2) passanger dalam hal ini posisi dan besar kepala dapat memengaruhi
jalan persalinan (3) passage yang dimaksud adalah jalan lahir yang akan dilalui si janin, seperti bentuk
panggul.
PERMASALAHAN
Pemahaman ibu cara melahirkan secara normal

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Menganamnesis ibu hamil.
- Pendataan kehamilan ibu serta kemungkinan penyulit persalinan.
- Memeriksa bukaan jalan lahir.
- Mengajarkan ibu mengatur napas untuk melakukan persalinan.
- Memimpin persalinan.

PELAKSANAAN
- Memasang infus.
- Memasang kateter urin dan membuang urin.
- Memimpin persalinan.
- Melakukan episiotomi karena perineum kaku.
- Menolong melahirkan bayi.
- Memastikan bayi bernapas spontan.
- Mengeringkan bayi.
- Memotong tali pusat.
- Menyuntikkan oksitosin.
- Melakukan PTT.
- Mengeluarkan plasenta.
- Masase uterus.
- Menjahit perineum.
- Membersihkan jalan lahir.
- Mengedukasi pasien bila ada perdarahan terus menerus.
MONITORING & EVALUASI
- Kontrol tanda tanda vital ibu.
- Kontrol kontraksi uterus.
- Kontrol perdarahan.

4. JUDUL

Penyuluhan Pemberian ASI Eksklusif


LATAR BELAKANG
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Tujuan dari upaya tersebut ialah agar
tercapainya lingkungan yang sehat, tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, masyarakat dapat
lebih mengupayakan pemenuhan gizi keluarga.
Salah satu dari sepuluh indikator perilaku hidup bersih dan sehat ialah pemberian ASI ekskulif sampai
anak berusia 2 tahun dan diberikannya makanan pendampi ASI secara bertahap bagi anak-anak di usia
6 bulan hingga 2 tahun. Jika diperhatikan dan dijalankan dengan baik maka anak akan tumbuh lebih
sehat dan tidak mudah sakit serta memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik.
Selama menjalankan pelayanan di poli umum maupun IGD Puskesmas, didapatkan beberapa ibu yang
tidak memberikan ASI ekslusif kepada anaknya yang berusia di bawah 2 tahun, dan ditemukan anak
yang pertumbuhannya didapatkan kurang berdasarkan pengukuran tinggi badan dan berat badan setelah
dilakukan plotting dalam kurva WHO. Maka dari itu dirasa perlu untuk memberikan edukasi berupa
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat, khususnya
dalam pemberian ASI ekslusif dan makanan pendamping ASI.
PERMASALAHAN
- Kurangnya perhatian masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Beberapa ibu tidak menerapkan pemberian ASI eksklusif kepada anak dibawah usia 2 tahun.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Melakukan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
- Melakukan penyuluhan pemberian ASI Eksklusif serta tahapan pemberian makanan pendamping ASI
hingga anak berusia 2 tahun.
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Senin, 11 April 2022 di Puskesmas Waihaong. Kegiatan dihadiri
oleh 10 orang pengunjung KIA Puskesmas. Kegiatan berlangsung selama kurang lebih 15 menit,
menyampaikan 10 indikator perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga.
Adapun kesepuluh indikator tersebut ialah memastikan bahwa persalinan ditolong oleh tenaga
Kesehatan baik dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum maupun bidan. Hal tersebut
dapat dilakukan di tempat praktek bidan, Puskesmas, klinik maupun rumah sakit dengan tujuan
mencegah dan dapat lebih cepat menanggapi jika terjadi komplikasi selama kehamilan dan persalinan.
Setelah anak lahir, ibu diajarkan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan, dengan
frekuensi sesering mungkin jika anak merasa lapar. Ketika anak beranjak memasuki usia 6 bulan
hingga 2 tahun, maka pemberian ASI tetap dilanjutkan dengan diberikan makanan tambahan secara
bertahap. Pada usia 6-9 bulan, makanan yang diberikan berupa makanan lumat dan kental dari
makanan yang disaring sebanyak 2-3 sendok makan, 2-3 kali sehari, dapat diberikan selingan sebanyak
1-2 kali sehari. Saat anak berusia 9-12 bulan, dapat diberikan makanan keluarga yang rasanya
disesuaikan, berupa makanan yang ditumbuk atau dicincang sebanyak 3-4 kali sehari ditambah 1-2 kali
selingan. Jika anak sudah berusia 12-24 bulan, anak dapat diberikan makanan sesuai menu orang
dewasa dengan porsi yang cukup sekitar 200-250 mL, ditambah selingan 1-2 kali sehari.
Selain itu disampaikan juga untuk rutin menimbang balita (12-60 bulan) setiap bulan dan tercatat
dalam kartu menuju sehat; menggunakan air bersih untuk kegiatan sehari, memenuhi syarat air bersih
dan sumber air bersih memiliki jarak minimal 10 meter dari sumber pencemar; rajin mencuci tangan
dengan air mengalir dan sabun; menggunakan jamban sehat; memberantas jentik nyamuk di rumah
minimal 1 kali dalam seminggu; mengonsumsi sayur dan buah setiap hari; melakukan aktifitas fisik
setiap hari minimal 30 menit/hari; tidak merokok di dalam rumah.
MONITORING & EVALUASI
- Masyarakat mulai lebih memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Ibu yang memiliki anak yang baru lahir memahami pemberian ASI eksklusif dan rutin memeriksakan
tumbuh-kembang anak ke posyandu/Puskesmas.

5. JUDUL

Pemasangan KB Suntik Depoprogestin


LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama
bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Pelayanan keluarga berencana merupakan salah
satu di dalam paket pelayanan kesehatan reproduksi essensial yang perlu mendapatkan perhatian serius
karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana berkualitas akan meningkatkan tingkat
kesejahteraan, kesehatan bayi dan anak serta kesehatan reproduksi.
PERMASALAHAN
- Kurangnya pengetahuan tentang alat kontrasepsi
- Kurangnya pengetahuan tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Menyiapkan dan menjelaskan keuntungan dan kerugian dari penggunaan KB sesuai dengan kebutuhan
dari tiap pasien yang mau melakukan pemasangan KB Suntik.
PELAKSANAAN
- Pendataan riwayat pemakaian kontrasepsi
- Menjelaskan kelebihan dan kekurangan KB suntik. KB suntik dapat mempengaruhi siklus haid,
bertambahnya berat badan. Namun KB sunti tidak mengganggu aktivitas seksual, tidak memiliki efek
samping pada produksi ASI.
- Melakukan pemeriksaan fisik.
- Memberikan suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam suntikan
tunggal 150 mg/ml secara intramuskular atau
- Memberikan suntikan kombinasi 25 mg depomedroksi progesterone asetat dan 5 mg estradiol sipionat
secara intramuskular.

* Memberikan KB Suntik Depoprogestin (3 Orang)


MONITORING & EVALUASI
- Pemberian suntik DMPA lanjutan setiap 12 minggu atau
- Pemberian suntikan kombinasi 25 mg depomedroksi progesterone asetat dan 5 mg estradiol sipionat
setiap 1 bulan.

* Menjadwalkan KB Suntik Depoprogestin setelah 3 bulan (3 Orang)


F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (poli gizi, tumbang anak, BUAH)

1. JUDUL

Diet Rendah Purin pada Penderita Hiperurisemia

LATAR BELAKANG
Hiperurisemia merupakan keadaan diana terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam serum, yaitu
diatas 7,0 mg/dL untuk laki-laki dan diatas 6,0 mg/dL untuk perempuan. Faktor risiko timbulnya
hiperurisemia pada seseorang dapat dipengaruhi oleh usia, kadar kreatinin dalam serum, jenis kelamin
laki-laki, tekanan darah, berat badan, stress, trauma, dislipidemia, gangguan ginjal, dan lain-lain.
Gangguan yang dapat disebabkan oleh hiperurisemia antara lain adalah penumpukan kristal di
persendian akibat tingginya asam urat dan dapat menimbulkan keluhan nyeri. Gejala lain yang dapat
ditimbulkan antara lain ialah kesemutan dan linu, nyeri terutama pada malam hari atau saat baru
bangun tidur, sendi yang terlibat dapat terlihat bengkak, kemerahan, nyeri dan panas. Konsentrasi
bahan makanan yang tinggi protein terutama purin juga mrnjadi salah satu penyebab tinginya kadar
asam urat dalam darah, seperti hati, jatung, otak, paru-paru daging, kacang-kacangan, dan lain-lain.
Banyaknya makanan tinggi purin yang dikonsumsi dapat memicu hiperurisemia.
PERMASALAHAN
Banyak ditemukan pasien yang terdeteksi memiliki kadar asam urat dalam serum yang melebihi nilai
normal.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Edukasi kepada setiap pasien yang terdiagnosis hiperurisemia maupun yang memiliki keluhan serupa
atau yang memiliki faktor risiko untuk memperhatikan makanan dan melakukan diet rendah purin.
PELAKSANAAN
Selama pelayanan di poli Umum maupun IGD Puskesmas Waihaong, apabila didapatkan pasien yang
memiliki keluhan seperti kesemutan, linu, pegal-pegal, nyeri sendi ataupun bagi yang terdapat
pembengkakan pada daerah sendinya dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pengukuran kadar
asam urat dalam serum di laboratorium. Apabila pasien tersebut memiliki kadar asam urat dalam serum
diatas nilai normal, diberikan edukasi berupa anjuran untuk melakukan diet rendah purin. Bagi pasien
hiperurisemia, diet rendah purin disarankan untuk mengurangi kadar asam urat. Purin biasa ditemukan
pada protein hewani. Diet rendah purin dibatasi menjadi 100-150 mg per hari dengan tetap
memerhatikan energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Diet mengandung karbohidrat 65-75% dari
kebutuhan energi total, protein 1-1,2 g/kgBB atau 10-15% dari kebutuhan energi total dan menghindari
sumber protein yang mengandung tinggi purin. Lemak <30%, cairan disesuaikan. Banyak minum dapat
membantu pengeluaran asam urat yang berlebih, mengurangi berat badan karena dapat membantu
mengurangi kadar purin dalam darah. Kepada pasien juga disampaikan jenis-jenis bahan makanan yang
perlu dibatasi yaitu daging, ayam, ikan tongkol, tenggiri, bawal, bandeng kerang, udang, tempe dan
tahu, kacang. Sedangkan makanan yang perlu dihindari ialah hati, ginjal, jantung, sosis, babat, usus,
paru, sarden, kaldu daging, bebek, dan lain-lain.
MONITORING & EVALUASI
Pasien paham dan mulai melakukan diet rendah purin. Pasien dianjurkan kontrol dan menanyakan
mengevaluasi keberhasilan pengobatan medikamentosa dan non-medikamentosa yang telah diberikan.

2. JUDUL
Penyuluhan Dalam Gedung Mengenai Gizi Seimbang
LATAR BELAKANG
Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan
menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas kerja serta akan
berakibat pada mortalitas dan morbiditas. Masalah gizi yang utama di Indonesia yang belum teratasi
yaitu kekurangan energi protein, kekurangan vitamin A, gondok endemik dan anemia (DepKes RI,
2010). Gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari
sehingga tubuh bisa aktif, sehat optimal, tidak terganggu penyakit, dan tubuh tetap sehat (Ira Mafira,
2012). Pemenuhan kebutuhan gizi merupakan indikator penting dalam proses tumbuh kembang balita.
Anak di bawah 5 tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat,
sehingga memerlukan zat-zat gizi yang maksimal setiap kilogram berat badannya. Permasalahan gizi
balita adalah kurangnya pemenuhan gizi seimbang yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu
mengenai gizi yang harus dipenuhi balita pada masa pertumbuhan (Sibagariang, 2010: 98). Jika
masalah gizi pada balita tidak mampu teratasi maka akan menyebabkan berat badan kurang, mudah
terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi, malas, terhambatnya pertumbuhan dan
perkambangan baik fisik maupun psikomotor dan mental (Widodo, Rahayu, 2010: 45). Menurut World
Health Organization (WHO) diperkirakan 165 juta anak usia di bawah lima tahun mengalami gizi yang
buruk. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan dengan anak
yang normal (WHO, 2013).
PERMASALAHAN
- Pengetahuan orang tentang pentingnya gizi seimbang
- Kurangnya pemahaman orang akan gizi seimbang sejak dini
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Diawali dengan pengumpulan materi tentang gizi seimbang, kemudian dilanjutkan dengan
penyederhanaan Bahasa untuk memudahkan audiens menangkap materi, penyampaian materi bersifat
dua arah atau bersifat diskusi agar pemahaman audiens terhadap buah-buahan menjadi lebih baik,
kemudian diakhiri dengan sesi tanya jawab untuk lebih menuntaskan atau mengklarifikasi terkait
manfaat dan pentingnya gizi seimbang sejak dini.
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan di Puksesmas Kecamatan Waihaong. Menjelaskan mengenai gizi seimbang,
pentingnya dan mengapa harus memakan dengan gizi seimbang, manfaat buah & sayuran serta dampak
jika kekurangan gizi sejak kecil, melakukan interaksi dua arah dengan peserta, mempersilahkan peserta
untuk bertanya mengenai materi penyuluhan, mengevaluasi pemahaman peserta tentang materi
penyuluhan.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi tempat penyuluhan
- Mengamati antusias peserta terhadap materi penyuluhan
- Mengevaluasi pemahaman peserta setelah dipaparkan materi penyuluhan
- Peserta memahami pentingnya gizi seimbang sejak dini

3. JUDUL

Pemantauan Tumbuh Kembang


LATAR BELAKANG
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui, khususnya para orang tua.Perlunya
perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yangterjadi
pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Pada masa ini pula, anak balitamerupakan
kelompok yang rawan gizi. Hal ini disebabkan pada masa ini anak cenderung susah untukmakan dan
hanya suka pada jajanan yang kandungan zat gizinya tidak baik. Penilaian status gizi golongan rawan
dapat memberikan informasi penting tetang keadaan gizi suatu masyarakat pada saat sekarang maupun
masa lampau. Status gizi pada balita dapat diketahuidengan cara mencocokkan umur anak (dalam
bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya kurang, maka status gizinya
kurang. Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telahdisediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga
bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu umur
anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS.Bila masih dalam batas garis hijau maka status
gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi buruk.
PERMASALAHAN
- Pengetahuan ibu tentang BB atau TB yang sesuai usia anak.
- Pengetahuan ibu tentang asupan gizi yang optimal yang dibutuhkan anak.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Mencatat umur anak.
- Melakukan pengukuran BB dan TB.
- Menganalisis gizi anak.
- Memberikan makanan tambahan.
- Memberikan tatalaksana pasien terkait status gizi anak.
- Mengedukasi tentang tumbuh kembang anak.
PELAKSANAAN
- Melakukan pemeriksaan berat badan dan pemeriksaan tinggi badan.
- Mencatat data yang diperoleh.
- Melihat status gizi anak menggunakan grafik gizi WHO berdasarkan berat badan terhadap tinggi
badan.
- Edukasi pengasuhan dalam memberikan makanan meliputi (1) cara membujuk anak makan,
menciptakan situasi yang nyaman saat makan, berperilaku yang ramah terhadap anak, menghindari
pertengkaran sewaktu makan, membiasakan waktu makan yang teratur. (2) Tetap menjaga makanan
tetap bersih dan aman, meliputi mencuci tangan dengansabun sebelum menyiapkan makanan. (3)
Menjelaskan macam makanmakanan yang mengandung gizi seimbang, baik kandungan karbohidrat,
protein, lemak dan mineral.
- Edukasi rutin membawa balita ke posyandu terdekat untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang
dan segera membawa bayi ke sarana kesehatan terdekat apabila terdapat tandatanda balita sakit.
MONITORING & EVALUASI
Pemantauan tumbuh kembang bayi sebaiknya dilakukan selama 2 minggu sekali, untuk mengetahui
kenaikan berat badan balita setelah pemberian makanan tambahan (PMT). Diharapkan setelah
pemberian PMT, terjadi perbaikan berat badan bayi. Apabila setelah pemberian PMT berat badan balita
tidak naik atau turun, dan terdapat komplikasi kesehatan lainnya, maka balita harus segera dirujuk ke
rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut,

4. JUDUL

Penyuluhan Mengenai Stunting


LATAR BELAKANG
Stunting merupakan salah satu masalah yang menghambat perkembangan manusia secara global. Pada
saat ini terdapat sekitar 162 juta anak berusia dibawah lima tahun mengalami stunting. Jika tren seperti
ini terus berlanjut diproyeksikan bahwa pada tahun 2025 terdapat 127 juta anak berusia dibawah lima
tahun akan mengalami stunting. Menurut United Nations Children's Emergency Fund (UNICEF) lebih
dari setengah anak stunting atau sebesar 56% tinggal di ASIA dan lebih dari sepertiga atau sebesar
37% tinggal di Afrika. Indonesia masih mengalami permasalahan dalam masalah gizi dan tumbuh
kembang anak. UNICEF mengemukakan sekitar 80% anak stunting terdapat di 24 negara berkembang
di Asia dan Afrika. Indonesia merupakan negara urutan kelima yang memiliki prevalensi anak stunting
tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan. Saat ini, prevalensi anak stunting di bawah 5 tahun
di Asia Selatan sekitar 38%. Hasil Riset Kesehatan Dasar mencatat prevelansi stunting pada tahun
2007 yaitu sebesar 36,8% sempat turun menjadi 35,6% pada tahun 2010, namun meningkat menjadi
37,2% pada tahun 2013. Dari prevelansi tersebut dapat dilihat bahwa prevelansi stunting di Indonesia
justru meningkat sebesar 1.6% dalam kurun waktu 2010-2013 atau 0,4% pertahun. Menurut WHO,
prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih.
Karenanya persentase balita pendek di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang
harus ditanggulangi. Stunting (pendek) atau kurang gizi kronik adalah suatu bentuk lain dari kegagalan
pertumbuhan. Kurang gizi kronik adalah keadaan yang sudah terjadi sejak lama, bukan seperti kurang
gizi akut. Anak yang mengalami stunting sering terlihat memiliki badan normal yang proporsional,
namun sebenarnya tinggi badannya lebih pendek dari tinggi badan normal yang dimiliki anak
seusianya. Stunting merupakan proses kumulatif dan disebabkan oleh asupan zat-zat gizi yang tidak
cukup atau penyakit infeksi yang berulang, atau kedua-duanya. Stunting dapat juga terjadi sebelum
kelahiran dan disebabkan oleh asupan gizi yang sangat kurang saat masa kehamilan, pola asuh makan
yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan sejalan dengan frekuensi infeksi sehingga dapat
menghambat pertumbuhan. Sehingga pentingnya pengetahuan mengenai stunting sangat penting
diketahui dan dipahami.
PERMASALAHAN
Hasil Riset Kesehatan Dasar mencatat prevelansi stunting pada tahun 2007 yaitu sebesar 36,8% sempat
turun menjadi 35,6% pada tahun 2010, namun meningkat menjadi 37,2% pada tahun 2013. Dari
prevelansi tersebut dapat dilihat bahwa prevelansi stunting di Indonesia justru meningkat sebesar 1.6%
dalam kurun waktu 2010-2013 atau 0,4% pertahun. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh
masalah gizi (stunting), dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak kecerdasan,
gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka
panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi
belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Diawali dengan pengumpulan materi tentang Stunting, kemudian dilanjutkan dengan penyederhanaan
Bahasa untuk memudahkan audiens terutama orang tua muda menangkap materi, penyampaian materi
bersifat dua arah atau bersifat diskusi agar pemahaman orang tua terhadap stunting menjadi lebih baik,
kemudian diakhiri dengan sesi tanya jawab untuk lebih menuntaskan atau mengklarifikasi terkait
pengertian stunting hingga pencegahannya
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan di Rumah Pasien. Menjelaskan mengenai stunting, pengertian stunting,
penyebab, sampai dengan pencegahan stunting, serta dampak oleh masalah gizi yaitu stunting,
melakukan interaksi dua arah dengan peserta, mempersilahkan peserta untuk bertanya mengenai materi
penyuluhan, mengevaluasi pemahaman peserta tentang materi penyuluhan.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi tempat penyuluhan
- Mengamati antusias peserta terhadap materi penyuluhan
- Mengevaluasi pemahaman peserta setelah dipaparkan materi penyuluhan

5. JUDUL

Penyuluhan dan Pembagian Tablet Tambah Darah kepada Remaja Putri dan Ibu Hamil
LATAR BELAKANG
Anemia pada kehamilan merupakan masalah karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat dan berpengaruh sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu
hamil disebut potencial danger for mother and child (potensial membahayakan bagi ibu dan anak)
karena itu anemia memerlukan perhatian serius dari pihak terkait dalam pelayanan kesehatan yang
terdepan. Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di negara maju
maupun dinegara berkembang. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa 35-75% ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju
mengalami anemia (Prawirohardjo, 2009).
Penyebab sebagian besar anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk
pembentukan hemoglobin disebut anemia defisiensi besi.
PERMASALAHAN
- Pengetahuan dari remaja putri tentang bahayanya anemia beserta cara pencegahannya.
- Pengetahuan tentang pentingnya menkonsumsi tablet tambah darah.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Diawali dengan pengumpulan materi tentang Anemia dan pentingnya pemberian Tablet tambah darah,
kemudian dilanjutkan dengan penyederhanaan Bahasa untuk memudahkan audiens terutama orang tua
muda menangkap materi, penyampaian materi bersifat dua arah atau bersifat diskusi agar pemahaman
orang tua terhadap stunting menjadi lebih baik, kemudian diakhiri dengan sesi tanya jawab untuk lebih
menuntaskan atau mengklarifikasi terkait anemia dan pentingnya konsumsi tablet tambah darah.
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan di Gereja Gekari,Ambon. Menjelaskan mengenai Anemia, pengertian Anemia,
penyebab, sampai dengan pencegahan Anemia dengan cara mengkonsumsi tablet tambah darah
khususnya untuk remaja putri dan ibu hamil. Kemudian melakukan interaksi dua arah dengan peserta,
mempersilahkan peserta untuk bertanya mengenai materi penyuluhan, mengevaluasi pemahaman
peserta tentang materi penyuluhan.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi tempat penyuluhan.
- Mengamati antusias peserta terhadap materi penyuluhan.
- Mengevaluasi pemahaman peserta setelah dipaparkan materi penyuluhan.
- Pembagian Tablet Tambah Darah serta menjelaskan cara menkomsumsi.
F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular (tracing covid, TB,
pasien HIV, dll)
1. JUDUL
Pencegahan Penularan COVID-19 Pada Masyarakat Wilayah Waihaong

LATAR BELAKANG
COVID-19 merupakan sebuat penyakit yang disebabkan oleh novel coronavirus yang pertama kali
diidentifikasi di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Virus tersebut berhubungan dengan family virus
yang sama dengan virus yang menyebabkan penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Virus). Virus
ini ditransmisikan melalui kontak langsung dengan droplet saluran pernapasan dari orang yang
terinfeksi. Droplet-droplet itu diproduksikan ketika seorang yang terjangkit batuk, bersin, atau
berbicara dan ketika seseorang menyentuh permukaan benda yang telah terkontaminasi oleh virus
tersebut. Novel coronavirus ini dapat bertahan pada permukaan benda selama berjam-jam.
Adapun gejala dari COVID-19 ialah demam, batuk, sesak napas. Pada kasus-kasus berat, infeksi dapat
menimbulkan pneumonia yang dapat berakibat fatal. Gejala-gejala tersebut mirip dengan gejala flu
biasa yang menyebabkan kerancuan dalam identifikasi orang yang terjangkit coronavirus.
Adapun varian baru dari COVID-19 ini yaitu omicron yang dikatakan cepat penularannya walaupun
dengan gejala ringan. tetapi karena penularan yang cepat dengan gejala ringan ini lah banyak yang
terlena dan tidak sadar telah tertular atau terkena covid varian ini sehingga dapat menyebabkan
kenaikan kasus potensi tertular terhadap sesama.
PERMASALAHAN
Minimnya pengetahuan masyarakat sekitar akan pentingnya melaksanakan protokol kesehatan demi
mencegah penuaran covid-19 ini.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Melakukan tracing ke rumah-rumah warga yang telah menjadi suspek atau dengan hasil rapid reaktif
agar dipantau kondisi dan keadaan masyarakat di lingkungan sekitar supaya tidak tertular.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan di lakukan selama 1 hari pada Kelurahan Waihaong. Pada saat tracing di rumah dijelaskan
kepada pasien tentang protokol selama isoman kedepannya dan juga menjelaskan kepada keluarga
pasien agar mau dilakukan pemeriksaan berupa PCR dan juga menjelaskan untuk mematuhi prokes dan
menjaga jarak dengan pasien demi mencegah terjadi penularan.
MONITORING & EVALUASI
Memastikan pasien mematuhi prokes isoman dan mengkomsumsi vitamin yang diberikan dan
memastikan keluarga mau ikut serta untuk mematahkan rantai penularan covid-19 di kelurahan
Waihaong ini dengan cara dilakukan pemeriksaan PCR.

2. JUDUL

Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru


LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan asam. Di Indonesia, insidensi TB di Indonesia
menduduki urutan ke 2, TB menyerang sebagian besar kelompok usia produktif dari kelompok
sosioekonomi lemah.. Perkembangan TB paru dari terpapar hingga menjadi penyakit dipengaruhi
oleh karakteristik host dan faktor lingkungan dan sosial. Adapun karakteristik host adalah durasi
terpapar dengan agen penyebab (M. tuberculosis), umur, jenis kelamin, status imunitas, malnutrisi
(status gizi) dan diabetes. Sedangkan, faktor lingkungan dan sosial meliputi tingkat keramaian
lingkungan, ventilasi udara yang buruk, alkohol, merokok, dan pekerjaan. Dengan bertambahnya
penduduk, bertambah pula jumlah penderita TB paru. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak
420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus
baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Oleh karena
itu, penting sekali adanya penyuluhan tentang TB bagi masyarakat untuk mengetahui informasi
tentang penyakit TB terutama TB paru.
PERMASALAHAN
- Pengetahuan tentang kepatuhan minum obat.
- Pengetahuan masyarakat tentang gejala TB dan pentingnya skrining TB
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Melakukan pendataan pasien dan lingkungan tempat tinggal pasien.
- Mengedukasi cara penularan yaitu melalui batuk atau bersin.
- Mengedukasi pasien untuk mempunyai ventilasi yang baik untuk mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman.
- Mengedukasi pasien untuk patuh minum obat dan kontrol rutin hingga selesai pengobatan.
PELAKSANAAN
- Melakukan anamnesis.
- Melakukan pemeriksaan dahak.
- Memberikan terapi OAT.
- Mengedukasi efek samping obat yang dikonsumsi.
- Menjadwalkan kontrol lanjutan.
- Mengedukasi keluarga untuk mengawasi minum obat dan menjaga sirkulasi udara di rumah dan
kamar pasien
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi respon pengobatan dan efek samping serta komplikasi dan keluhan lainnya tiap 2
minggu pada 1 bulan pertama selanjutnya tiap 1 bulan.
- Mengevaluasi konversi sputum/kultur(biakan) dan resistensi sebelum pengobatan, setelah 2 bulan
pengobatan, akhir pengobatan (bulan ke 6/9)
- Mengevaluasi radiologik sebelum pengobatan, setelah 2 bulan pengobatan, akhir pengobatan (bulan
ke 6/9)
- Mengevaluasi keteraturan berobat
- Mengevaluasi efek samping yaitu pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, serta darah lengkap.

3. JUDUL

Pengobatan Hipertensi
LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di
negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan
meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama
dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau
esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali
tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan
sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan
50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012).
Data statistic dari Nasional Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000
orang Australia (15% penduduk dewasa di Australia) menderita hipertensi.
PERMASALAHAN
Ditinjau dari masalah saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan
prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM). Saat
ini Indonesia masuk 10 negara terbesar penderita diabetes mellitus di dunia, selain itu pada penyakit
hipertensi di Indonesia juga masih tinggi tingkat prevalensinya. sehingga pentingnya kontrol rutin
kesehatan pada pasien hipertensi tiap bulan.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Melakukan anamnesis keluhan.
- Melakukan pemeriksaan fisik berupa tekanan darah (TTV), tinggi badan, dan berat badan,
pemeriksaan fisik head to toe
- Memberikan pengobatan ataupun tatalaksana selanjutnya
- Mengedukasi pasien tentang hipertensi
PELAKSANAAN
- Melakukan anamnesis keluhan.
- Melakukan pemeriksaan fisik berupa tekanan darah (TTV), tinggi badan, dan berat badan,
pemeriksaan fisik head to toe
- Memberikan pengobatan ataupun tatalaksana selanjutnya
- Mengedukasi pasien tentang hipertensi
- Mempersilahkan pasien menanyakan tentang penyakit yang dialaminya.
-Merencanakan untuk kontrol bulan depan
MONITORING & EVALUASI
- Kontrol rutin satu bulan sekali
- Mengevaluasi penyakit yang dialami.
- Mengevaluasi efek obat terhadap keluhan.
- Mengevaluasi kepatuhan minum obat

4. JUDUL
Deteksi Dini Hiperkolesterolemia Terhadap Pengunjung Puskesmas Waihaong
LATAR BELAKANG
Menurut data yang dihimpun oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO)
pada tahun 2018, sebanyak 37 % laki-laki dan 40 % perempuan di dunia memiliki kadar kolesterol
yang tidak normal. Sebanyak 2,6 juta penduduk di antaranya meninggal dunia. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Badan Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2013, sebanyak
35,5 % penduduk yang berusia diatas atau sama dengan 15 tahun terdeteksi memiliki kadar kolesterol
diatas nilai normal, yang menurut NCEP ATP III, yaitu kolesterol total > 200 mg/dL. Hanya sejumlah
31,3 % penduduk yang memiliki hiperkolesterolemia tersebut yang menjalankan pengobatan hingga
mencapai target terapi. Padahal, menurut The CEPHEUS Pan-Asian Survey tahun 2011, dislipidemia
turut mengambil peran dalam perjalanan penyakit aterosklerosis yang dapat bermanifestasi dalam
penyakit jantung coroner (PJK) dan Stroke. Kedua penyakit tersebut merupakan dua penyakit yang
paling banyak menimbulkan kematian.
Dislipidemia juga merupakan salah satu faktor risiko utama dalam penyakit Hipertensi. Dicantumkan
dalam laporan yang dibuat oleh Riskesdas 2018, jumlah penduduk berusia ≥ 18 tahun yang
terdiagnosis memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi ialah sebanyak 8,8 %. Dimana dalam data
tersebut, provinsi Jawa Barat menempati posisi ke-8 dari 35 provinsi. Tercantum dalam Resume Profil
Kesehatan Kabupaten Bogor pada tahun 2015, Kecamatan Cigudeg memiliki jumlah penduduk 23,417
penduduk. Hanya sebanyak 189 orang dari total jumlah penduduk yang dilakukan pengukuran tekanan
darah, yaitu sebesar 0,81 % dari total jumlah penduduk.
Penyebab kematian terbanyak di dunia ialah akibat PJK dan stroke, dan hipertensi yang berhubungan
dengan dislipidemia menjadi salah satu faktor risikonya. Untuk melakukan upaya penurunan kematian
akibat hiperkolesterolemia yang merupakan salah satu faktor risiko PJK dan stroke, maka perlu
dilakukan suatu pencegahan.
PERMASALAHAN
- Sedikitnya jumlah penduduk yang melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin terutama di
masa pandemi COVID-19 ini dikarenakan adanya pembatasan kegiatan di luar Puskesmas.
- Sedikitnya jumlah penduduk yang melakukan pemeriksaan kadar kolesterol.
- Rendahnya kepatuhan penderita dislipidemia dan hipertensi dalam mengonsumsi obat hingga target
terapi tercapai dan mengubah pola makan serta gaya hidup.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Memastikan setiap pengunjung Puskesmas yang berusia 18 tahun keatas melakukan pengukuran
tekanan darah dengan alat yang terstandardisasi dan terkalibrasi.
- Meningkatkan upaya skrining kadar kolesterol dalam darah, khususnya bagi pengunjung Puskesmas
yang terdeteksi memiliki tekanan darah diatas nilai normal.
- Melakukan edukasi secara personal kepada pasien-pasien yang terdeteksi memiliki hipertensi dan
hiperkolesterolemia untuk mengonsumsi obat secara teratur, mengubah pola makan dan gaya hidup
serta mencegah komplikasi
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas Waihaong. Sejumlah 18 pasien datang untuk berobat. Seluruh
pengunjung Puskesmas yang hendak berobat yang berusia diatas atau sama dengan 18 tahun dilakukan
pemeriksaan tekanan darah. Sebanyak 10 orang terdeteksi memiliki tekanan darah diatas nilai normal
(120/80 mmHg), 24 orang diantaranya diberikan terapi Amlodipine 5 mg, Amlodipine 10 mg, atau
Captopril 25 mg (dosis disesuaikan). Di antara 10 orang tersebut, sebanyak 7 orang bersedia untuk
melakukan skrining pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah di laboratorium Puskesmas, 4 orang
diantaranya memiliki kadar kolesterol total di atas 200 mg/dL dan terdiagnosis hiperkolesterolemia.
Pada pasien-pasien tersebut diberikan Simvastatin 10 mg, satu kali sehari 1 tablet, dan telah dilakukan
edukasi mengenai kepatuhan minum obat, perubahan pola makan dan gaya hidup untuk menunjang
terapi medikamentosa. Adapun pola makan yang dianjurkan ialah mengonsumsi makanan yang
mengandung rendah garam dan rendah lemak. Gaya hidup yang dianjurkan ialah melakukan aktivitas
fisik intensitas sedang seperti berjalan kaki atau bersepeda selama 20-30 menit per hari, 5 kali dalam
satu minggu. Kepada pasien-pasien tersebut juga dianjurkan untuk kembali memeriksakan kadar
kolesterolnya satu bulan sekali.
MONITORING & EVALUASI
Pasien diedukasikan untuk kembali kontrol memeriksakan tekanan darah dan rutin mengambil obat di
Puskesmas. Untuk memeriksakan kadar kolesterol dalam darah pada bulan berikutnya, dan rutin
periksa satu kali dalam sebulan.

5. JUDUL

Penyuluhan Dalam Gedung tentang Covid-19


LATAR BELAKANG
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan
sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Wabah Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) telah melanda seluruh penjuru dunia. Banyak negara yang berusaha menanggulangi penyebaran
wabah tersebut dengan melakukan contact tracing. Indonesia kian mencatat angka positif COVID-19
yang semakin meningkat. Pemerintah pusat bekerja sama dengan para pemerintah daerah untuk
melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beberapa bulan yang lalu terhitung sejak bulan
april sampai bulan juni. PSBB ini sendiri ternyata memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan
masyarakat baik secara ekonomi maupun sosial. Meninjau dan mengevaluasi PSBB yang telah
dilaksanakan selama lebih kurang 2 bulan ini, pemerintah akhirnya memutuskan untuk menjalani New
Normal. New Normal adalah adaptasi kebiasaan-kebiasaan baru dengan tetap mengikuti protokol
kesehatan sesuai dengan pedoman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diharapkan dengan
adanya era new normal, masyarakat dapat menata kembali kehidupan sosial dan ekonomi namun
diharapkan makin memperhatikan protokol kesehatan yang ada di tempat-tempat umum, di tempat
kerja maupun di tempat tinggalnya.
PERMASALAHAN
Indonesia kian mencatat angka positif COVID-19 yang semakin meningkat. Kurangnya pemahaman
masyarakat tentang Novel Coronavirus (Coronavirus Disease 2019 dari definisi hingga
pencegahannya, New Normal, pencegahan penularan dengan 3M (memakai masker, mencuci tangan,
menjaga jarak), cara mencuci tangan yang benar, cara memakai masker yang benar, protokol
sesampainya di rumah dan di tempat kerja, dan perlengkapan dasar pribadi yang harus disiapkan di era
new normal
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Dilakukan penyuluhan serta memberikan edukasi mengenai COVID-19
PELAKSANAAN
Pelaksanaan dilakukan di puskesmas Waihaong. Memberikan penyuluhan serta edukasi dan penjelasan
mengenai Novel Coronavirus (Coronavirus Disease 2019 dari definisi hingga pencegahannyal, New
Normal, 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), cuci tangan yang benar, cara memakai
masker yang benar, protokol sesampainya di rumah dan di tempat kerja, perlengkapan dasar pribadi
yang harus disiapkan di era new normal. Melakukan interaksi dua arah dengan peserta penyuluhan,
mempersilahkan peserta untuk bertanya mengenai materi penyuluhan, dan mengevaluasi pemahaman
peserta tentang materi penyuluhan.
MONITORING & EVALUASI
- Acara dimulai tepat waktu.
- Mengevaluasi yang hadir di tempat penyuluhan
- Mengamati antusias peserta terhadap materi penyuluhan
- Mengevaluasi pemahaman peserta setelah dipaparkan materi penyuluhan
- Penyuluhan berjalan dengan lancer dan antusias sangat tinggi

6. JUDUL

Pemberian Imunisasi di Posyandu Daerah Waihaong


LATAR BELAKANG
Imunisasi artinya kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap
penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Perlunya pemantuan pertumbuhan dan
perkembangan balita di Indonesia, serta pelayanan pemberian imunisasi demi menghindarkan balita
dari penyakit menular yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin
PERMASALAHAN
- Pemberian imunisasi berkala sesuai jadwal.
- pencegahan penyakit menular pada balita melalui imunisasi
- Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Pendataan peserta imunisasi.
- Pengecekan berat badan dan suhu badan.
- Anamnesa kondisi kesehatan bayi saat ini dan menjelaskan bahwa imunisasi tidak bisa dilakukan jika
sedang demam.
- Mengamati kartu menuju sehat dan memastikan imunisasi yang telah didapat.
- Menjelaskan kepada orangtua atau pengantar perlu diberitahu bahwa setelah imunisasi dapat timbul
reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala tertentu, tergantung
pada jenis vaksinnya. Reaksi tersebut umumnya ringan, mudah diatasi oleh orangtua atau pengasuh ,
dan akan hilang dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan kadangkadang timbul kemerahan, pembekakan,
gatal, nyeri selama 1 sampai 2 hari. Dan menjelaskan dengan kompres hangat dapat mengurangi
keadaan tersebut. Kadang-kadang teraba benjolan kecil yang agak keras selama beberapa minggu atau
lebih, namun ini normal setelah dilakukannya imunisasi.
- Memberikan imunisasi yang dibutuhkan peserta sesuai jadwal.
- Memberikan paracetamol untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi.
PELAKSANAAN
- Pemberian vaksin BCG pada umur sebelum 2 bulan 0,05 ml secara intrakutan di daerah lengan kanan
atas.
- Pemberian vaksin Hep B pertama sampai usia 2 bulan 0,5 ml secara intramuskular di daerah paha.
- Pemberian vaksin DPT pertama pada usia 2 bulan 0,5 ml secara intramuskular di daerah paha.
- Pemberian vaksin Polio ke-dua pada usia 2 bulan 2 tetes atau 0,1 ml per-oral.
- Pemberian vaksin Campak pada usia 9 bulan 0,5 ml secara subkutan di daerah paha.
** Pemberian vaksin DPT 1, Hep B 2, dan Polio 1 (2 Orang) ** Pemberian vaksin DPT 2, Hep B 3,
Polio 2 (4 Orang) ** Pemberian vaksin BCG dan Polio 0 (1 Orang) ** Pemberian vaksin Campak (1
Orang)

MONITORING & EVALUASI


- Pemberian vaksin Hep B lanjutan di usia 2,3,4 bulan dengan jarak 1-2 bulan setelah vaksin pertama
dan 1 bulan setelah vaksin ke-2 dan ke-3.
- Pemberian vaksin DPT lanjutan di usia 3 dan 4 bulan dengan jarak 1 bulan setelah vaksin pertama
dan ke-2.
- Pemberian vaksin Polio lanjutan di usia 2,3,4 bulan dengan jarak 1 bulan setelah vaksin pertama, ke2
dan ke-3.
- Pemberian booster Campak setelah usia 9 bulan, 1 kali.
** Penjadwalan DPT 2, Hep B 3, dan Polio 2 (2 Orang) ** Penjadwalan DPT 3, Hep B 4, dan Polio 3
(4 Orang) ** Penjadwalan DPT 1, Hep B 2, dan Polio 1 (1 Orang) ** Penjadwalan booster Campak (1
Orang)

F6 - Pengobatan Dasar (pasien poli) —-> 5 pasien (DM, HT, Herpes)


1. JUDUL

 Upaya Pengobatan Dasar Poli Umum

LATAR BELAKANG
Pengobatan adalah sebuah proses ilmiah yang dilaksanakan oleh seorang dokter berdasarkan temuan
yang diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan. Pengobatan ialah membuat keputusan secara
ilmuah yang dilandaskan oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan
sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien.
Pengobatan yang rasional menurut World Health Organisation (WHO) ialah pengobatan yang sesuai
indikasi, tepat dosis obat, cara, waktu pemberian, tersedia setiap saat serta harga yang terjangkau.
Puskesmas Waihaong melaksanakan beberapa upaya pengobatan dasar, salah satunya ialah pengobatan
non-kegawatdaruratan yang dilakukan di Poli Umum Puskesmas Waihaong. Dengan dilakukannya
upaya pengobatan dasar di poli tersebut tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan
serta intervensi yang tepat dalam menangani kasus-kasus yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Waihaong.
PERMASALAHAN
Perlunya upaya pengobatan dasar dalam menangani kasus-kasus yang sering ditemui di poli umum
Puskesmas Waihaong.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, mengajukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan,
interpretasi hasil pemeriksaan penunjang, memberikan intervensi secara tepat dan memberikan edukasi
kepada pasien.
PELAKSANAAN
Pada hari Selasa, 25 Januari 2022 dilakukan pelayanan pengobatan dasar di Poli Umum Puskesmas
Waihaong. Tercatat pasien yang berobat ialah sebanyak 21 pasien. Di antara ke-21 pasien tersebut,
ditegakkan diagnosa terhadap pasien sebagai berikut: 2 orang dengan common cold, 6 orang dengan
ISPA, 4 orang dengan hipertensi, 3 orang dengan dyspepsia, 1 orang dengan scabies, 2 orang dengan
myalgia, 3 orang dengan diabetes mellitus tipe 2. Kepada pasien-pasien tersebut telah diberikan
penatalaksanaan yang sesuai dengan diagnosis masing-masing dan diberikan edukasi mengenai
penyakitnya, pemakaian obat, dan penjelasan mengenai jadwal kontrol
MONITORING & EVALUASI
Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya dan dianjurkan kontrol jika keluhan tidak kunjung
membaik, atau jika bertambah parah.

2. JUDUL

Pengobatan Dasar Tinea Corporis


LATAR BELAKANG
Tinea korporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang dapat berupa lesi inflamasi atau
noninflamasi pada kulit yaitu, area kulit di tubuh selain kulit kepala, kelamin, telapak tangan, dan
telapak kaki. Tiga penyebab utama dermatofitosis berupa Tricophyton sp, Microsporum sp, dan
Epidermophyton sp. Dermatofita dapat menginfeksi manusia melalui sesama manusia (antropofilik),
hewan (zoofilik), dan dari tanah (geofilik). Gejala tinea korporis bervariasi berupa rasa gatal yang
disertai eritematosa, skuama yang semakin parah dan membesar. Gejala tersebut dapat berakhir dengan
peradangan, krusta, papul, vesikel, dan bahkan bulla (Lesher, 2015). Indonesia merupakan negara
tropis dengan iklim yang lembab dan panas sehingga meningkatkan kemungkingkan jamur untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik (Lesher, 2015). Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang
dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko
sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional.
Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis
obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau. Salah satu perangkat untuk
tercapainya penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman atau standar pengobatan yang
dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan dasar atau puskesmas.
PERMASALAHAN
- Pengetahuan tentang pengobatan dasar suatu penyakit.
- Pengetahuan tindakan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan.
- Pengobatan dasar untuk mencegah komplikasi
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Melakukan anamnesis keluhan.
- Melakukan pemeriksaan fisik diagnostik.
- Memberikan pengobatan ataupun tatalaksana awal penyakit.
- Mengedukasi pasien tentang penyakit yang dialami.
PELAKSANAAN
- Melakukan anamnesis keluhan pasien.
- Menganalisis keluhan dan mencocokkan dengan hasil pemeriksaan fisik
- Memberikan pengobatan dasar dan evaluasi penyakit pada pasien
- Mengedukasi penyakit baru ataupun kontrol.
- Mempersilahkan pasien menanyakan tentang penyakit yang dialaminya.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi penyakit yang dialami.
- Mengevaluasi efek obat terhadap keluhan.
- Mengevaluasi pasien untuk kontrol minggu depan

3. JUDUL

Pengobatan Dasar Diabetes Mellitus


LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit
metabolik yang selalu mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.
Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi
cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya
terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (Infodatin, 2014; Sarwono, dkk, 2007). Berbagai
penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insiden dan
prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia. Berdasarkan perolehan data International Diabetes
Federation (IDF) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2013 sebesar 382 kasus dan
diperkirakan pada tahun 2035 mengalami peningkatan menjadi 55% (592 kasus) diantara usia penderita
DM 40-59 tahun (International Diabetes Federation, 2013). Tingginya angka tersebut menjadikan
Indonesia peringkat keempat jumlah pasien DM terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India dan
China (Suyono, 2006). World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah
diabetisi (penderita diabetes) yang cukup besar dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3
juta jiwa pada tahun 2030 dengan pertumbuhan sebesar 152% (WHO, 2006).
PERMASALAHAN
- Pengetahuan tentang pengobatan dasar suatu penyakit.
- Pengetahuan tindakan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan.
- Pengobatan dasar untuk mencegah komplikasi
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Melakukan anamnesis keluhan.
- Melakukan pemeriksaan fisik diagnostik.
- Melakukan pemeriksaan penunjang gula darah puasa
- Memberikan pengobatan ataupun tatalaksana awal penyakit.
- Mengedukasi pasien tentang penyakit yang dialami.
PELAKSANAAN
- Melakukan anamnesis keluhan pasien.
- Menganalisis keluhan dan mencocokkan dengan hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang.
- Memberikan pengobatan dasar dan evaluasi penyakit pada pasien kontrol rutin.
- Mengedukasi penyakit baru ataupun kontrol.
- Mempersilahkan pasien menanyakan tentang penyakit yang dialaminya.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi penyakit yang dialami.
- Mengevaluasi efek obat terhadap keluhan.
- Menjadwalkan kontrol DM setiap 1 bulan sekali

4. JUDUL

Pengobatan Dasar Hiperkolestrolemia


LATAR BELAKANG
Hiperkolesterol merupakan salah satu gangguan kadar lemak dalam darah, ditandai dengan kadar
koleterol total dalam darah melebihi batas normal. Tingginya kadar kolesterol dalam tubuh dapat
menjadi pemicu timbulnya berbagai gangguan kesehatan, seperti hipertensi, resistensi insulin, stroke,
bahkan menjadi kontributor utama pada penyakit jantung (Hiraro et al., 2001). Hiperkolesterol
berhubungan erat dengan peningkatan kolesterol total, peningkatan kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein), peningkatan kadar trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL (High Density
Lipoprotein) dalam darah yang memicu terjadinya LDL-oks akibat radikal bebas pada pembuluh darah
aorta yang menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi dan dapat berakibat pada perubahan dinding
pembuluh darah aorta (Gani et al., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Erinda (2009), dilaporkan
bahwa ada hubungan kuat antara hiperkolesterol dengan kadar albumin. Dimana kolesterol, trigliserida
dan LDL dapat teroksidasi, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang diketahui dapat merusak sel-sel
endotel. Kerusakan ini akan mencetuskan reaksi inflamasi yang akan berpengaruh terhadap kadar
albumin plasma. Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan
terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan
intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal
tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan rasional menurut
WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu
pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau. Salah satu perangkat untuk tercapainya
penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman atau standar pengobatan yang dipergunakan
secara seragam pada pelayanan kesehatan dasar atau puskesmas.
PERMASALAHAN
- Pengetahuan tentang pengobatan dasar suatu penyakit.
- Pengetahuan tindakan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan.
- Pengobatan dasar untuk mencegah komplikasi
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Melakukan anamnesis keluhan.
- Melakukan pemeriksaan fisik diagnostik.
- Melakukan pemeriksaan penunjang
- Memberikan pengobatan ataupun tatalaksana awal penyakit.
- Mengedukasi pasien tentang penyakit yang dialami.
PELAKSANAAN
- Melakukan anamnesis keluhan pasien.
- Menganalisis keluhan dan mencocokkan dengan hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang.
- Memberikan pengobatan dasar dan evaluasi penyakit pada pasien kontrol rutin.
- Mengedukasi penyakit baru ataupun kontrol.
- Mempersilahkan pasien menanyakan tentang penyakit yang dialaminya.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi penyakit yang dialami.
- Mengevaluasi efek obat terhadap keluhan.

5. JUDUL

Pengobatan Dasar Infeksi Saluran Kemih


LATAR BELAKANG
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim ginjal sampai kandung
kemih dengan jumlah bakteri urin tertentu (Zanetti et al., 2008). Pasien dapat didiagnosis infeksi
saluran kemih apabila urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml, sedangkan dalam keadaan
normal urin juga mengandung mikroorganisme sekitar 102 sampai 104 bakteri/ml urin (Coyle &
Prince, 2005). Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25-35% perempuan dewasa pernah
mengalami infeksi saluran kemih (ISK), umumnya empat sampai lima kali lebih mudah terinfeksi ISK
dibandingkan pria karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan pria (Sotelo & Westney, 2003).
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan
yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan
ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang
memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan
melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang
sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga
terjangkau. Salah satu perangkat untuk tercapainya penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu
pedoman atau standar pengobatan yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan dasar
atau puskesmas.
PERMASALAHAN
- Pengetahuan tentang pengobatan dasar suatu penyakit.
- Pengetahuan tindakan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan.
- Pengobatan dasar untuk mencegah komplikasi
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Melakukan anamnesis keluhan.
- Melakukan pemeriksaan fisik diagnostik.
- Melakukan pemeriksaan penunjang berupa urin lengkap
- Memberikan pengobatan ataupun tatalaksana awal penyakit.
- Mengedukasi pasien tentang penyakit yang dialami.
PELAKSANAAN
- Melakukan anamnesis keluhan pasien.
- Menganalisis keluhan dan mencocokkan dengan hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang.
- Memberikan pengobatan dasar dan evaluasi penyakit pada pasien kontrol rutin.
- Mengedukasi penyakit baru ataupun kontrol.
- Mempersilahkan pasien menanyakan tentang penyakit yang dialaminya.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi penyakit yang dialami.
- Mengevaluasi efek obat terhadap keluhan.
6. JUDUL

Pelayanan Pengobatan Dasar di Poli Umum Puskesmas Waihaong


LATAR BELAKANG
Pengobatan adalah sebuah proses ilmiah yang dilaksanakan oleh seorang dokter berdasarkan temuan
yang diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan. Pengobatan ialah membuat keputusan secara
ilmuah yang dilandaskan oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan
sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien.
Pengobatan yang rasional menurut World Health Organisation (WHO) ialah pengobatan yang sesuai
indikasi, tepat dosis obat, cara, waktu pemberian, tersedia setiap saat serta harga yang terjangkau.
Puskesmas Waihaong melaksanakan beberapa upaya pengobatan dasar, salah satunya ialah pengobatan
non-kegawatdaruratan yang dilakukan di Poli Umum Puskesmas Waihaong. Dengan dilakukannya
upaya pengobatan dasar di poli tersebut tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan
serta intervensi yang tepat dalam menangani kasus-kasus yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Waihaong.
PERMASALAHAN
Perlunya upaya pengobatan dasar dalam menangani kasus-kasus yang sering ditemui di poli umum
Puskesmas Waihaong.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, mengajukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan,
interpretasi hasil pemeriksaan penunjang, memberikan intervensi secara tepat dan memberikan edukasi
kepada pasien.
PELAKSANAAN
Pada hari Rabu, 13 April 2022 dilakukan pelayanan pengobatan dasar di Poli Umum Puskesmas
Waihaong. Tercatat pasien yang berobat ialah sebanyak 20 pasien. Di antara ke-20 pasien tersebut,
ditegakkan diagnosa terhadap pasien sebagai berikut: 1 orang dengan diare, 6 orang dengan ISPA, 6
orang dengan hipertensi, 3 orang dengan dyspepsia, 1 orang dengan scabies, 1 orang dengan
hiperurisemia, 2 orang dengan diabetes mellitus. Kepada pasien-pasien tersebut telah diberikan
penatalaksanaan yang sesuai dengan diagnosis masing-masing dan diberikan edukasi mengenai
penyakitnya, pemakaian obat, dan penjelasan mengenai jadwal control.
MONITORING & EVALUASI
Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya dan dianjurkan kontrol jika keluhan tidak kunjung
membaik, atau jika bertambah parah.

JUDUL
Pelayanan Pengobatan Dasar di Poli Umum Puskesmas Waihaong
LATAR BELAKANG
Pengobatan adalah sebuah proses ilmiah yang dilaksanakan oleh seorang dokter berdasarkan temuan
yang diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan. Pengobatan ialah membuat keputusan secara
ilmuah yang dilandaskan oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan
sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien.
Pengobatan yang rasional menurut World Health Organisation (WHO) ialah pengobatan yang sesuai
indikasi, tepat dosis obat, cara, waktu pemberian, tersedia setiap saat serta harga yang terjangkau.
Puskesmas Waihaong melaksanakan beberapa upaya pengobatan dasar, salah satunya ialah pengobatan
non-kegawatdaruratan yang dilakukan di Poli Umum Puskesmas Waihaong. Dengan dilakukannya
upaya pengobatan dasar di poli tersebut tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan
serta intervensi yang tepat dalam menangani kasus-kasus yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Waihaong.
PERMASALAHAN
Perlunya upaya pengobatan dasar dalam menangani kasus-kasus yang sering ditemui di poli umum
Puskesmas Waihaong.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, mengajukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan,
interpretasi hasil pemeriksaan penunjang, memberikan intervensi secara tepat dan memberikan edukasi
kepada pasien.
PELAKSANAAN
Pada hari Selasa, 22 Maret 2022 dilakukan pelayanan pengobatan dasar di Poli Umum Puskesmas
Waihaong. Tercatat pasien yang berobat ialah sebanyak 15 pasien. Di antara ke-15 pasien tersebut,
ditegakkan diagnosa terhadap pasien sebagai berikut: 2 orang dengan diare, 4 orang dengan ISPA, 1
orang dengan vertigo, 3 orang dengan dyspepsia, 3 orang dengan Hipertensi,2 orang dengan diabetes
mellitus tipe 2. Kepada pasien-pasien tersebut telah diberikan penatalaksanaan yang sesuai dengan
diagnosis masing-masing dan diberikan edukasi mengenai penyakitnya, pemakaian obat, dan
penjelasan mengenai jadwal control
MONITORING & EVALUASI
Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya dan dianjurkan kontrol jika keluhan tidak kunjung
membaik, atau jika bertambah parah.
F7 – Mini Pro
JUDUL
Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Waihaong Ambon
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit bakteri kronis yang disebabkan oleh strain mikobakteri non-motil
yang sedikit melengkung, aerobik, tidak berkapsul dan tidak membentuk spora yang biasanya disebut
Mycobacterium tuberculosis. TB merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia,
sekitar sepertiga populasi dunia terinfeksi penyakit ini, terutama di negara berkembang.1
Di seluruh dunia, TB adalah penyebab utama kematian dari agen penyakit menular dan penyebab
utama kematian di antara orang yang hidup dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV).
Pada tahun 2017, diperkirakan ada 10 juta kasus insiden TB dan 1,57 juta kematian TB yang terjadi.
Jumlah kasus TB dan insiden penyakit tertinggi di wilayah Asia Tenggara dan Afrika. Indonesia
memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TB. Kasus TB di Indonesia dalam kurun tiga
tahun terakhir ini terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015 jumlah kasus yang ditemukan
sebesar 330.910 kasus, tahun 2016 sebesar 360.565 kasus, dan tahun 2017 sebesar 425.089 kasus.2,3
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan target
penanganan TB untuk tahun 2020–2035, dengan target mengurangi sebesar 35% jumlah kematian TB
dan penurunan insidensi sebesar 20% dalam kejadian TB pada tahun 2020.2,3
Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan studi berkaitan dengan perspektif epidemiologi
yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga komponen pejamu (host), penyebab
(agent), dan lingkungan (environment) dan dilakukannya pengobatan. Pengobatan TB ditujukan untuk
menyembuhkan dan secara cepat mengurangi penularan penyakit. Pengobatan dilakukan dengan
penggunaan obat-obatan yang digunakan agar mengurangi populasi basil cepat (mencegah transmisi),
mencegah strain yang resisten secara alami (menghindari munculnya resistensi obat selama terapi) dan
mensterilkan lesi (mencegah kekambuhan penyakit). Pengobatan TB tetap menjadi tantangan karena
kebutuhan, waktu pendekatan, konteks kesehatan individu dan kesehatan kolektif. Selain itu, dalam
efektivitas pengobatan maka masalah sosial dan ekonomi merupakan variabel yang perlu
dipertimbangkan.
PERMASALAHAN
Kurangnya pemahaman akan faktor resiko TB Paru pada masyarakat,sehingga sulit untuk mengetahui
secara pasti faktor resiko yang dimiliki pasien.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- menentukan rancangan penelitian
- menentukan waktu dan tempat penelitian
- menentukan populasi penelitian,serta menentukan jumlah sampel yang akang diteliti
- melakukan pengumpulan dan pengolahan data
PELAKSANAAN
Penelitian dilaksanan di Puskesmas Waihaong sejak Bulan November 2021 - Maret 2022 dengan
sampel penelitian diambil dari pasien-pasien yang terdiagnosis TB Paru maupun pasien yang masihs
susp TB Paru. Sebelumnya pasien-pasien tersebut dilakukan screening menggunakan kuesioner dengan
isi berbagai jenis faktor resiko yang dapat menyebabkan TB Paru, kemudian data pasien tersebut di
olah dan diteliti sampai mendapatkan hasil yang sesuai dengan penelitian.
MONITORING & EVALUASI
- Mengevaluasi hasil penelitian agar dapat memahami faktor resiko yang dapat menimbulkan TB Paru
di daerah Puskesmas Waihaong sehingga dapat dilakukan usaha untuk menurunkan angka resiko
tersebut.
- Mengevaluasi respon pengobatan dan efek samping serta komplikasi dan keluhan lainnya tiap 2
minggu pada 1 bulan pertama selanjutnya tiap 1 bulan.
- Mengevaluasi konversi sputum/kultur(biakan) dan resistensi sebelum pengobatan, setelah 2 bulan
pengobatan, akhir pengobatan (bulan ke 6/9)
- Mengevaluasi radiologik sebelum pengobatan, setelah 2 bulan pengobatan, akhir pengobatan (bulan
ke 6/9)
- Mengevaluasi keteraturan berobat
- Mengevaluasi efek samping yaitu pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, serta darah lengkap.

Anda mungkin juga menyukai