SUBARACHNOID
Penyusun :
Pembimbing :
JAKARTA
STATUS NEUROLOGI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. C
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
T.T.L : 12 Agustus 1970
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ojek Online
Alamat : Jl. Sulawesi, lorong F/I Koja
Dirawat di ruang : Lantai 6 Selatan Tim B
Tanggal masuk RS : 18 Juni 2019
2. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, Tanggal: 25 Juni 2019 Jam: 12.00 WIB
2.1 Keluhan Utama
Pusing berputar sejak 12 jam SMRS
3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1 Objektif
3.1.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah : 150/90 mmHg
- Nadi : 89 kali / menit
- Pernapasan : 22 kali / menit
- Suhu : 36 °c
Berat Badan : 86 kg
Tinggi Badan : 176 cm
Status Gizi : 27,76 kg/m2
Kepala : normocephali, warna rambut hitam, tidak mudah dicabut,
konjungtiva anemis -/-, ikterik -/-
Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB dan tidak tampak adanya lesi
maupun benjolan.
Thorax
- Jantung
- Paru
- Abdomen
Inspeksi : sedikit cembung, tidak tampak dilatasi vena
Palpasi : tidak teraba massa, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA tidak ada
Auskultasi : bising usus (+), metallic sound tidak ada
KANAN KIRI
Penghidu Normosmia Normosmia
KANAN KIRI
Visus 20/200 20/200
Pengenalan Warna Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Lapang Pandang Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Kesamaan pupil Isokor Isokor
Refleks cahaya Langsung + +
Refleks cahaya konsensual + +
KANAN KIRI
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerak Mata Normal Normal
Sela Mata 1 cm 1 cm
Strabismus Negatif Negatif
Diplopia Negatif Negatif
Nistagmus Negatif Negatif
Eksoftalmus Negatif Negatif
KANAN KIRI
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Simetris Simetris
Memperlihatkan gigi Simetris Simetris
Lekukan nasolabialis Simetris Simetris
Mencembungkan pipi Simetris Simetris
Daya kecap lidah 2/3 depan Normal Normal
KANAN KIRI
Mendengar suara berbisik Normal Normal
Mendengar detik arloji Normal Normal
Test Rinne Konduksi udara lebih baik Konduksi udara lebih baik
daripada tulang daripada tulang
Test Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Test Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
1) Tremor : Negatif
2) Fasikulasi : Positif
3) Atrofi papil lidah : Negatif
4) Pergerakan lidah : Simteris
5) Artikulasi : Normal
v. Sistem Sensorik
viii. Klonus
KANAN KIRI
Patella Negatif Negatif
Archilles Negatif Negatif
x. Gerakan-gerakan abnormal
1. Tremor : Negatif
2. Athetose : Negatif
3. Mioklonik : Negatif
4. Chorea : Negatif
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4.1 Pemeriksaan laboratorium
Tanggal : 18 Juni 2019
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai rujukan
Darah Rutin
Kimia Klinik
5. RINGKASAN
12 jam SMRS pasien mengeluh pusing berputar yang muncul saat sedang beristirahat,
sebelumnya pasien melakukan aktivitas ringan di rumah seperti makan dan menonton TV.
Pusing yang dirasakan tidak memburuk dan juga tidak membaik, pusing semakin memberat
jika membuka mata dan akan sedikit membaik jika menutup mata. Keluhan pusing yang
dirasakan terjadi secara terus menerus atau menetap. Keluhan disertai mual dan muntah,
muntah sebanyak 2 kali. Keluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Pandangan gelap
sesaat dan penglihatan ganda disangkal oleh pasien. Keluhan lemah anggota gerak tubuh,
bicara pelo, kesemutan pada daerah tertentu,kejang disangkal oleh pasien. Saat kejadian
pasien tetap sadar. BAB dan BAK baik tidak ada keluhan, Nafsu makan baik. Selama dirawat
pasien mengatakan keluhan pusing yang dirasakan semakin berkurang atau membaik. Pasien
memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung, dan rutin mengkonsumsi obat. Pasien
memiliki kebiasaan merokok sebanyak 1 bungkus sehari dan minum minuman beralkohol.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg. Status gizi 27,76
kg/m2. GCS 15. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan nervus kranial normal,
pemeriksaan reflex patologis Babinski positif kiri dan kanan, Schaefer positif kiri. Fungsi
cerebellum didapatkan ataksi positif, rebound fenomen positif, disdiadokokinensis positif.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan CT
scan didapatkan gambaran hiperdens pada daerah cerebellum, pada gambaran rontgen thorax
didapatkan LVH dengan gambaran boot shaped dan CTR > 50%, gambaran EKG
menunjukan adanya LV strain.
6. ASSESMENT
6.1 Diagnosis 1
6.1.1 Diagnosis Klinis : Vertigo Sentral
6.1.2 Diagnosis Topis : Cerebellum
6.1.3 Diagnosis Etiologis : Perdarahan intraserebral
6.1.4 Diagnosis Patologis : Ruptur aneurisma charcot bouchard
6.2 Diagnosis 2 : HHD
6.3 Diagnosis 3 : Obesitas 1
7. PLANNING
7.1 Diagnostik : Pemeriksaan Laboratorium darah rutin, ureum dan kreatinin
7.2 Terapi : - IVFD RL 10 tpm
- Manitol 4 x 125 g IV
- Asam transeksamat 3 x 1
- Mecobalamin 3 x 500 mcg IV
- Amlodipin 1 x 5 mg
- Betahistine Mesilate 3 x 6mg
- Ramipril 1 x 10mg
- Metoclopramide 3 x 10mg IV
- Simvastatin 1 x 20mg
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Stroke
Stroke adalah gejala atau tanda gangguan fungsi otak fokal maupun global yang terjadi
secara mendadak berlangsung lebih dari 24 jam yang dapat berkembang progresif atau
menetap atau berakhir dengan kematian yang disebabkan oleh kelainan vaskular. Stroke atau
gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan
penyebab cacat (disabilitas, invaliditas), utama pada kelompok usia diatas 45 tahun.
1
selaput yang melapisi otak, yaitu duramater, araknoid dan pia mater.
Gambar 2.1 Selaput Otak
Suplai darah ke otak melalui dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis (kanan dan kiri)
dan arteri karotis interna (kanan dan kiri). Arteri vertebralis menyuplai darah ke area
belakang dan area bawah dari otak, sampai di tempurung kepala dan arteri karotis interna
Cabang cabang dari arteri vertebralis dan arteri karotis interna bersatu membentuk
sirkulus willisi. Sistem ini memungkinkan pembagian darah di dalam kepala untuk
mengimbangi setiap gerakan leher jika aliran darah dalam salah satu pembuluh nadi leher
mengalami kegagalan (gambar 2.3).
Ada dua hemisfer serebri (belahan otak), yaitu hemisfer serebri sinistra (kiri) dan
hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri sinistra (kiri) berfungsi dalam
mengendalikan gerakan sisi kanan tubuh, seperti berbicara, berhitung dan menulis,
sisi kir
i tubuh
, sepert
3. Klasifikasi Stroke
Stroke Hemoragik
subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling
b. Menurut Waktu
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa
diseluruh dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun
2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030. Berdasarkan penelitian Wiwid di
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi Tahun 2005 - 2007, menunjukkan
bahwa jumlah penderita stroke hemoragik tahun 2005 sebanyak 66 0rang, tahun
2006 sebanyak 54 orang, tahun 2007 sebanyak 59 orang.4
- Jenis Kelamin
Pada pria memiliki kecendrungan lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 2:1. Walaupun para pria lebih
rawan dari pada wanita pada usia yang lebih muda, tetapi para wanita akan
menyusul setelah usia mereka mencapai menopause. Hasil penelitian menyatakan
bahwa hormon berperan dalam hal ini, yang melindungi para wanita sampai mereka
melewati masamasa melahirkan anak. Pria berusia kurang dari 65 tahun memiliki
risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar
20% dari pada wanita. Namun, wanita usia berapa pun memiliki risiko perdarahan
6
subaraknoid sekitar 50% lebih besar.
Menurut data dari 28 Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2000, ternyata
bahwa kaum pria lebih banyak menderita stroke dibandingkan kaum wanita. Risiko
relatif stroke 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada tahun 2004 di
- Riwayat Stroke
Bila seseorang telah mengalami stroke, hal ini akan meningkatkan
- Diabetes Mellitus
Gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh
darah yang berlangsung secara progresif. Pada orang yang menderita Diabetes
Mellitus risiko untuk terkena stroke 1,53 kali lebih besar (risiko relatif).
- Ganglion Basalis
Fungsional peranan umum ganglion basal adalah untuk bekerja sebagai
stasiunstasiun pemrosesan yang menghubungkan korteks serebrum dengan nukleus-
nukleus thalamus tertentu dan akhirnya berproyeksi ke korteks
serebrum. Kerusakan pada ganglion basalis akan mengakibatkan penderita
mengalami kesukaran untuk memulai gerak yang diinginkan.7
- Batang Otak
Batang otak adalah bagian otak yang masih tersisa setelah hemisfer serebri dan
serebelum diangkat. Medula oblongota, pons dan otak tengah merupakan bagian
bawah atau bagian infratentorium batang otak. Kerusakan pada batang otak akan
mengakibatkan gangguan berupa nyeri, suhu, rasa kecap, pendengaran, rasa raba,
raba diskriminatif, dan apresiasi bentuk, berat dan tekstur. 7
- Serebelum
Serebelum terbagi menjadi tiga bagian, yaitu archiserebelum berfungsi untuk
mempertahankan agar seseorang berorientasi terhadap ruangan. Kerusakan pada
daerah ini akan mengakibatkan ataxia tubuh, limbung dan terhuyung-huyung.
Paleoserebelum, mengendalikan otot-otot antigravitas dari tubuh, apabila
mengalami kerusakan akan menyebabkan peningkatan refleks regangan pada otot-
otot penyokong. Neoserebelum, berfungsi sebagai pengerem pada gerakan dibawah
kemauan, terutama yang memerlukan pengawasan dan penghentian, serta gerakan
halus dari tangan. Kerusakan pada neoserebelum akan mengakibatkan dysmetria,
intenton tremor dan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan mengubah ubah
yang cepat.7
h. Diagnosis Stroke
Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999 mengemukakan
bahwa diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan pada penderita sendiri, keluarga yang mengerti
tentang penyakit yang diderita. Anamnesis dilakukan dengan mengetahui riwayat
perjalanan penyakit, misalnya waktu kejadian, penyakit lain yang diderita, faktor-
faktor risiko yang menyertai stroke.
- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik umum (yaitu
pemeriksaan tingkat kesadaran, suhu, denyut nadi, paru dan
jantung), pemeriksaan neurologis dan neurovaskuler.
- Pemeriksaan Penunjang
Kemajuan teknologi kedokteran memberi kemudahan untuk membedakan antara
stroke hemoragik dan stroke iskemik diantaranya: Computerized Tomograph
scanning (CT Scan), Cerebral angiografi, Elektroensefalografi (EEG), Magnetic
Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG), pemeriksaan laboratorium
dan lainnya.
- Letak Kelumpuhan
Kelumpuhan Sebelah Kiri (Hemiparese Sinistra)
Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak (Hemispere kanan otak) yang
menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan
sebelah kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi
visuomotor, kehilangan memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Penderita
memberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang
pandang yang dapat dilihatnya.
i. Pencegahan Stroke
- Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke
bagi individu yang mempunyai faktor risiko tetapi belum menderita stroke dengan
cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:
Mengurangi kolesterol, lemak dalam makanan seperti jerohan, daging
berlemak, gorenggorengan.
Mengatur pola makan yang sehat seperti kacangkacangan, susu dan kalsium,
ikan, serat, vitamin yang diperoleh dari makanan dan bukan suplemen (vit
C, E, B6, B12 dan beta karoten), teh hijau dan teh hitam serta buahbuahan dan
sayursayuran.
Mengendalikan faktor risiko stroke, seperti hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung dan lainlain.
Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara
teratur, minimal jalan kaki selama 30 menit, cukup istirahat dan check
up kesehatan secara teratur minimal 1 kali setahun bagi yang berumur 35 tahun
dan 2 kali setahun bagi yang berumur di atas 60 tahun.
- Pencegahan Sekunder
Untuk pencegahan sekunder, bagi mereka yang pernah mendapat
stroke, dianjurkan :
o Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai
o Diabetes melitus : diet, obat hipoglikemik oral/ insulin
o Penyakit jantung aritmik nonvalvular (antikoagulan oral)
o Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia
o Berhenti merokok
o Hindari alkohol, kegemukan dan kurang gerak
o Polisitemia
o Asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit
pilihan pertama. Tiklopidin diberikan pada penderita yang tidak tahan asetosal.
o Antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor risiko penyakit
jantung dan kondisi koagulopati yang lain
o Tindakan bedah lainnya.
- Pencegahan Tertier
Meliputi program rehabilitasi penderita stroke yang diberikan setelah
terjadi stroke. Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik dan mental
dengan berbagai cara. Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan
independensi atau mengurangi ketergantungan sebanyak mungkin. Cakupan
program rehabilitasi stroke dan jumlah spesialis yang terlibat tergantung pada
dampak stroke atas pasien dan orang yang merawat.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Heart Association, 2009. Heart Disease and Stroke Statistic 2009 Update: A
Report From the American Hearth Association Statistic Committee and Stroke Statistics
Subcommittee. Circulation, 119: 21-181.
2. Centers for Disease Control and Prevention, 2009. Stroke Facts and Statistics. : Division
for Heart Disease and Stroke Prevention. Available from:
http://www.cdc.gov/stroke/statistical_reports.htm [accessed 2 July 2019].
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guideline Stroke 2007. Jakarta:
PERDOSSI.
4. Ropper, A.H., Brown, R.H., 2005. Adams and Victor's Principles of Neurology. 8th Ed.
New York: McGraw-Hill.
5. Smith, W.S., Johnston, S.C., Easton, J.D., 2005. Cerebrovascular Diseases. In: Kasper,
D.L. et all, ed. 16th Edition Harrison's Principles of Internal Medicine. New York:
McGraw-Hill, 2372-2392.
6. Harsono, dkk.Gambaran Umum Tentang Peredaran Darah Otak. Kapita Selekta
7. dr. H misbach, Sp. S(K). Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen Stroke. Balai
Penerbit Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1999.19-20.