Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

SUBARACHNOID

Penyusun :

Fadilah Soraya Alhamid (112017175)

Pembimbing :

dr Prima Ananda M, Sp.S

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RS UMUM DAEARAH KOJA

PERIODE 09 SEPTEMBER 2019 – 12 OKTOBER 2019

JAKARTA
STATUS NEUROLOGI

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. C
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
T.T.L : 12 Agustus 1970
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ojek Online
Alamat : Jl. Sulawesi, lorong F/I Koja
Dirawat di ruang : Lantai 6 Selatan Tim B
Tanggal masuk RS : 18 Juni 2019

2. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, Tanggal: 25 Juni 2019 Jam: 12.00 WIB
2.1 Keluhan Utama
Pusing berputar sejak 12 jam SMRS

2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


12 jam SMRS pasien mengeluh pusing berputar. Pusing yang dirasakan muncul
saat pasien sedang beristirahat, sebelumnya pasien mengatakan melakukan aktivitas
ringan di rumah seperti makan dan menonton TV. Pasien mengaku pusing yang dirasakan
tidak memburuk dan juga tidak membaik, pasien mengatakan pusing yang dirasakan
semakin memberat jika membuka mata dan akan sedikit membaik jika menutup mata.
Keluhan pusing yang dirasakan oleh pasien terjadi secara terus menerus atau menetap.
Keluhan pusing juga disertai mual dan muntah, muntah sebanyak 2 kali. Keluhan ini baru
pertama kali dialami oleh pasien. Pandangan gelap sesaat dan penglihatan ganda
disangkal oleh pasien. Adanya telinga berdenging dan penurunan pendengaran disangkal.
Keluhan lemah anggota gerak tubuh, bicara pelo, kesemutan pada daerah tertentu
disangkal oleh pasien.
Keluhan nyeri kepala hebat, muntah yang menyemprot dan kejang disangkal oleh
pasien. Saat kejadian pasien tetap sadar.
BAB dan BAK baik tidak ada keluhan, pasien BAB 1 kali dalam sehari, BAK 5
kali sehari berwarna kuning jernih. Makan dan minum normal tidak ada keluhan, nafsu
makan baik.
Selama dirawat pasien mengatakan keluhan pusing yang dirasakan semakin
berkurang atau membaik.

2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat Hipertensi : Ada, sejak usia 40 tahun, rutin kontrol dan teratur
minum obat, tetapi pasien tidak minum obat selama
2 hari berturut-turut sebelum pasien masuk rumah
sakit, obat yang di konsumsi Amlodipin 1 x 10mg
saat malam hari.
- Riwayat Diabetes Mellitus : (-)
- Riwayat Penyakit Jantung : Ada, namun pasien lupa sejak kapan menderita
penyakit jantung, pasien rutin kontrol dan teratur
minum obat, obat yang di konsumsi Acetylsalicylic
acid 1 x 80mg. Ramipril 1 x 30mg, Clopidogrel
Bisulfate 1 x 75mg, Isosorbide Dinitrate 3 x 5mg,
Simvastatin 1 x 10mg.
- Riwayat Stroke : (-)
- Riwayat trauma : (-)
- Riwayat kejang : (-)
- Riwayat batuk lama : (-)

2.4 Riwayat Pribadi


- Merokok (+) sejak usia 17 tahun, satu hari habis 2 bungkus (rokok filter).
- Alkohol (+), 1 botol sehari (bir bintang, arak gingseng)
2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Hubungan dengan Keluarga Jenis Kelamin Usia Status Penyakit
Kakek Laki-laki 54 tahun Meninggal Hipertensi
Nenek Perempuan 70 tahun Meninggal Tidak ada
Ayah Laki-laki 61 tahun Meninggal Hipertensi, Jantung, Kolesterol
Ibu Perempuan 78 tahun Meninggal Tidak ada
Istri Perempuan 38 tahun Meninggal Tidak tahu
Anak pertama Perempuan 33 tahun Hidup Tidak ada
Anak kedua Laki-laki 32 tahun Hidup Tidak ada

2.6 Riwayat Sosial


Tinggal bersama anak

3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1 Objektif
3.1.1 Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah : 150/90 mmHg
- Nadi : 89 kali / menit
- Pernapasan : 22 kali / menit
- Suhu : 36 °c
 Berat Badan : 86 kg
 Tinggi Badan : 176 cm
 Status Gizi : 27,76 kg/m2
 Kepala : normocephali, warna rambut hitam, tidak mudah dicabut,
konjungtiva anemis -/-, ikterik -/-
 Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB dan tidak tampak adanya lesi
maupun benjolan.

 Thorax
- Jantung

Inspeksi : Bentuk normal, tidak terlihat ictus cordis


Palpasi : Ictus Cordis teraba kuat angkat dan reguler pada ICS 5 linea
axilaris anterior sinistra
Perkusi : Batas kanan: ICS IV linea sternalis kanan
Batas kiri: ICS V 2cm lateral linea midklavikularis kiri
Batas atas: ICS II linea sternal kiri
Batas pinggang: ICS III linea parasternal kiri
Auskultasi: BJ I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

- Paru

Inspeksi : Bentuk normal, tidak terlihat pectus excavatum, pectus


carinatum, barel chest, pergerakan dinding dadanya simetris
tidak ada bagian yang tertinggal.
Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus simetris tidak
ada bagian yang memendek, tidak terbaba massa
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan ronkhi
tidak ada

- Abdomen
Inspeksi : sedikit cembung, tidak tampak dilatasi vena
Palpasi : tidak teraba massa, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA tidak ada
Auskultasi : bising usus (+), metallic sound tidak ada

- Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada oedem.


-
3.1.2 Status Psikis (MMSE)

3.1.3 Status Neurologis


i. Glasgow Coma Scale : E: 4 M: 6 V: 5 (15)
ii. Tanda Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk : Negatif
2. Laseque : Negatif
3. Kernig : Negatif
4. Brudzinsky I : Negatif
5. Brudzinsky II : Negatif

iii. Nervi Cranialis


a) Nervus I (Olfactory nerve)

KANAN KIRI
Penghidu Normosmia Normosmia

b) Nervus II (Optic nerve)

KANAN KIRI
Visus 20/200 20/200
Pengenalan Warna Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Lapang Pandang Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Kesamaan pupil Isokor Isokor
Refleks cahaya Langsung + +
Refleks cahaya konsensual + +

c) Nervus III, IV, VI (Oculomotor, Trochler, Abducens nerve)

KANAN KIRI
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerak Mata Normal Normal
Sela Mata 1 cm 1 cm
Strabismus Negatif Negatif
Diplopia Negatif Negatif
Nistagmus Negatif Negatif
Eksoftalmus Negatif Negatif

d) Nervus V (Tigeminal nerve)


KANAN KIRI
Sensibilitas muka atas, Simetris Simetris
tengah, bawah
Menggigit Simetris Simetris
Membuka mulut Simetris Simetris
Mengunyah Simetris Simetris
Reflex kornea Normal Normal
Reflex bersin Normal Normal
Jaw-jerk test Negatif Negatif

e) Nervus VII (Facial nerve)

KANAN KIRI
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Simetris Simetris
Memperlihatkan gigi Simetris Simetris
Lekukan nasolabialis Simetris Simetris
Mencembungkan pipi Simetris Simetris
Daya kecap lidah 2/3 depan Normal Normal

f) Nervus VIII (Vestibulocochlear nerve)

KANAN KIRI
Mendengar suara berbisik Normal Normal
Mendengar detik arloji Normal Normal
Test Rinne Konduksi udara lebih baik Konduksi udara lebih baik
daripada tulang daripada tulang
Test Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Test Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

g) N. IX (Glossopharyngeal nerve) dan N X (Vagus Nerve)


1) Arkus faring : Simetris
2) Daya kecap lidah 1/3 belakang : Normal
3) Refleks muntah : Positif
4) Fonasi : Normal

h) Nervus XI (Accessory nerve)


KANAN KIRI
Memalingkan kepala Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal

i) Nervus XII (Hypoglossal nerve)

1) Tremor : Negatif
2) Fasikulasi : Positif
3) Atrofi papil lidah : Negatif
4) Pergerakan lidah : Simteris
5) Artikulasi : Normal

iv. Sistem Motorik

Anggota Gerak Atas


KANAN KIRI
Tremor Negatif Negatif
Fasikulasi Negatif Negatif
Trofi Normotrofi (34cm) Normotrofi (35cm)
Gerakan involunter Negatif Negatif
Tonus otot Normotonus Normotonus
Kekuatan otot 5555 55555

Anggota Gerak Bawah


KANAN KIRI
Tremor Negatif Negatif
Fasikulasi Negatif Negatif
Trofi Normotrofi (37 cm) Normotrofi (37 cm)
Gerakan involunter Negatif Negatif
Tonus otot Normotonus Normotonus
Kekuatan otot 5555 5555

v. Sistem Sensorik

SENSIBILITAS TANGAN KAKI


Kanan Kiri Kanan Kiri
Taktil Positif Positif Positif Positif
Nyeri Positif Positif Positif Positif
Vibrasi Positif Positif Positif Positif
Diskriminasi 2 3 cm 6,5 cm 3,5 cm 7 cm
titik

vi. Refleks Fisiologis

REFLEKS KANAN KIRI


Biceps reflex Positif Positif
Triceps reflex Positif Positif
Knee patela reflex Positif Positif
Archilles reflex Positif Positif
Refleks kulit perut Positif Positif

vii. Refleks Patologis

REFLEKS KANAN KIRI


Hoffman reflex Negatif Negatif
Trommer refleks Negatif Negatif
Babinsky reflex Positif Positif
Chaddock reflex Negatif Negatif
Oppenheim reflex Negatif Negatif
Schaeffer reflex Negatif Positif
Gordon reflex Negatif Negatif
Mendel reflex Negatif Negatif
Rossolimo reflex Negatif Negatif

viii. Klonus

KANAN KIRI
Patella Negatif Negatif
Archilles Negatif Negatif

ix. Fungsi Cerebellum


1. Cara berjalan : Sulit dinilai
2. Test Romberg : Sulit dinilai
3. Ataksi : Positif
4. Rebound fenomena : Positif
5. Dismetri
- Test telunjuk hidung : Normal
- Test tumit lutut :Normal
6. Disdiadokhokinesis : tidak seimbang

x. Gerakan-gerakan abnormal
1. Tremor : Negatif
2. Athetose : Negatif
3. Mioklonik : Negatif
4. Chorea : Negatif

xi. Alat vegetative


1. Miksi : normal
2. Defekasi : normal
3. Refleks anal : Tidak dilakukan
4. Refleks kremaster : Tidak dilakukan
5. Refleks bulbokavernosa : Tidak dilakukan

xii. Fungsi Luhur


1. Orientasi : Tempat: Normal Waktu: Normal

Orang: Normal Situasi: Normal


2. Afasia : Negatif

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4.1 Pemeriksaan laboratorium
Tanggal : 18 Juni 2019
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai rujukan

Darah Rutin

Hemoglobin (Hb) 13.7 g/dL 13.5 – 18.0

Hematokrit (Ht) 38.6 % 42.0 – 52.0


Leukosit 7.83 10^3/µL 4.00 – 10.50

Trombosit 375 10^3/µL 163 - 337

Kimia Klinik

Natrium 138 mEq/L 135 – 147

Kalium 3.53 mEq/L 3.5 – 5.0

Clorida 101 mEq/L 96 – 108

Ureum 16.7 mg/dL 16.6 – 48.5

Kreatinin 0.67 mg/dL 0.67 – 1.17

Gula darah sewaktu 167 mg/dL 70 – 200

Kolesterol total 157 mg/dL

Kolesterol HDL 58.0 mg/dL 41.5 – 67.3

Kolesterol LDL 87 mg/dL < 130

Trigliserida 58 mg/dL < 200

Asam urat 3.2 mg/dL 3.4 – 7.0

4.2 Pemeriksaan CT scan, tanggal 21 Juni 2019


4.1 Pemeriksaan Rontgen Thorax
4.2 Pemeriksaan EKG

5. RINGKASAN
12 jam SMRS pasien mengeluh pusing berputar yang muncul saat sedang beristirahat,
sebelumnya pasien melakukan aktivitas ringan di rumah seperti makan dan menonton TV.
Pusing yang dirasakan tidak memburuk dan juga tidak membaik, pusing semakin memberat
jika membuka mata dan akan sedikit membaik jika menutup mata. Keluhan pusing yang
dirasakan terjadi secara terus menerus atau menetap. Keluhan disertai mual dan muntah,
muntah sebanyak 2 kali. Keluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Pandangan gelap
sesaat dan penglihatan ganda disangkal oleh pasien. Keluhan lemah anggota gerak tubuh,
bicara pelo, kesemutan pada daerah tertentu,kejang disangkal oleh pasien. Saat kejadian
pasien tetap sadar. BAB dan BAK baik tidak ada keluhan, Nafsu makan baik. Selama dirawat
pasien mengatakan keluhan pusing yang dirasakan semakin berkurang atau membaik. Pasien
memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung, dan rutin mengkonsumsi obat. Pasien
memiliki kebiasaan merokok sebanyak 1 bungkus sehari dan minum minuman beralkohol.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg. Status gizi 27,76
kg/m2. GCS 15. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan nervus kranial normal,
pemeriksaan reflex patologis Babinski positif kiri dan kanan, Schaefer positif kiri. Fungsi
cerebellum didapatkan ataksi positif, rebound fenomen positif, disdiadokokinensis positif.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan CT
scan didapatkan gambaran hiperdens pada daerah cerebellum, pada gambaran rontgen thorax
didapatkan LVH dengan gambaran boot shaped dan CTR > 50%, gambaran EKG
menunjukan adanya LV strain.

6. ASSESMENT
6.1 Diagnosis 1
6.1.1 Diagnosis Klinis : Vertigo Sentral
6.1.2 Diagnosis Topis : Cerebellum
6.1.3 Diagnosis Etiologis : Perdarahan intraserebral
6.1.4 Diagnosis Patologis : Ruptur aneurisma charcot bouchard
6.2 Diagnosis 2 : HHD
6.3 Diagnosis 3 : Obesitas 1
7. PLANNING
7.1 Diagnostik : Pemeriksaan Laboratorium darah rutin, ureum dan kreatinin
7.2 Terapi : - IVFD RL 10 tpm
- Manitol 4 x 125 g IV
- Asam transeksamat 3 x 1
- Mecobalamin 3 x 500 mcg IV
- Amlodipin 1 x 5 mg
- Betahistine Mesilate 3 x 6mg
- Ramipril 1 x 10mg
- Metoclopramide 3 x 10mg IV
- Simvastatin 1 x 20mg

7.3 Monitoring : - Tanda-tanda vital


- Defisit neurologi

7.4 Edukasi : - Diet rendah garam dan lemak


- Minum obat secara teratur dan dipantau oleh anak agar obat rutin
diminum
- Latihan duduk dan berjalan
8. PROGNOSIS
8.1 Ad vitam : bonam
8.2 Ad sanationam : dubia ad bonam
8.3 Ad fungtionam : bonam

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Stroke
Stroke adalah gejala atau tanda gangguan fungsi otak fokal maupun global yang terjadi
secara mendadak berlangsung lebih dari 24 jam yang dapat berkembang progresif atau
menetap atau berakhir dengan kematian yang disebabkan oleh kelainan vaskular. Stroke atau
gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan
penyebab cacat (disabilitas, invaliditas), utama pada kelompok usia diatas 45 tahun.

2. Anatomi Pembuluh Darah Otak


Menurut American Heart Association (AHA) dalam Family Guide to Stroke, otak
adalah organ manusia yang kompleks. Setiap area dari otak mempunyai fungsi khusus. Otak
merupakan organ tubuh yang ikut berpartisipasi pada semua kegiatan tubuh, yang dapat
berupa bergerak, merasa, berfikir, berbicara, emosi, mengenang, berkhayal, membaca,
menulis, berhitung, melihat, mendengar, dan lain lain. Bila bagian bagian dari otak ini
terganggu, misalnya suplai darah berkurang, maka tugasnya pun dapat terganggu.
Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya 2,5% dari berat badan
seluruhnya, namun oksigen yang dibutuhkan hampir mencapai 20% dari kebutuhan
badan seluruhnya. Oksigen ini diperoleh dari darah. Pada keadaan normal, darah mengalir ke
otak (Cerebro Blood Flow) adalah 50 hingga 60 ml/100 gram otak/menit. Terdapat tiga

1
selaput yang melapisi otak, yaitu duramater, araknoid dan pia mater.
Gambar 2.1 Selaput Otak

Suplai darah ke otak melalui dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis (kanan dan kiri)

dan arteri karotis interna (kanan dan kiri). Arteri vertebralis menyuplai darah ke area

belakang dan area bawah dari otak, sampai di tempurung kepala dan arteri karotis interna

menyuplai darah ke area depan dan area atas otak. (dapat


dilihat pada gambar 2.2)

Gambar 2.2 Aliran Darah Arteri yang Menuju ke Otak

Cabang cabang dari arteri vertebralis dan arteri karotis interna bersatu membentuk
sirkulus willisi. Sistem ini memungkinkan pembagian darah di dalam kepala untuk
mengimbangi setiap gerakan leher jika aliran darah dalam salah satu pembuluh nadi leher
mengalami kegagalan (gambar 2.3).
Ada dua hemisfer serebri (belahan otak), yaitu hemisfer serebri sinistra (kiri) dan

hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri sinistra (kiri) berfungsi dalam

mengendalikan gerakan sisi kanan tubuh, seperti berbicara, berhitung dan menulis,

sedangkan hemisfer serebri dextra (kanan) berfungsi dalam mengendalikan gerakan

sisi kir

i tubuh

, sepert

Gambar 2.3 Sirkulus Willisi


perasaan, kemampuan seni, keterampilan dan orientasi.1

3. Klasifikasi Stroke

a. Stroke non hemoragik ( cerebral infarction )

i. Klinis terdiri dari :


- TIA (Transient Ischemic Attack)
- RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
- Progressing stroke / stroke in evolusi
- Complete stroke
ii. Secara kausal :
- Stroke trombotik
- Stroke emboli/non trombotik.
b. Stroke hemoragik.
 PSD (Perdarahan Sub Dural)
 PSA (Perdarahan Sub Araknoid)
 PIS (Perdarahan Intra Serebral)

Stroke Hemoragik

a. Definisi Stroke Hemoragik


Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut

hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam ruang

subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang

menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling

mematikan dan merupakan sebagian kecil dari stroke total yaitu 10


-15% perdarahan
intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan subaraknoid.1,2
Stroke hemoragik merupakan 15%-20% dari stroke dari semua stroke, dapat terjadi
apabila lesi vascular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subarachnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi
vascular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma
sakular dan malformasi atriovena (MAV).1,2

b. Klasifikasi Stroke Hemoragik

1. Perdarahan Sub Dural (PSD)


Perdarahan subdural terjadi diantara duramater dan araknoid. Perdarahan dapat
terjadi vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan
otak dan sinus venosus di dalam dura mater atau karena robeknya araknoid.3
2. Perdarahan Sub Araknoid (PSA)
Perdarahan Subaraknoid (PSA) adalah keadaan akut dimana
terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subaraknoid, atau perdarahan yang
terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih di daerah kepala seperti di
3
selaput otak atau bagian bawah otak. PSA menduduki 15% dari seluruh kasus
Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO). PSA paling banyak disebabkan oleh
pecahnya aneurisma (50%).3
3. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan
yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan
oleh trauma, dimana 70% kasus PIS terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa
posterior (batang otak dan serebelum) dan 10% di hemisfer (diluar kapsula interna).
PIS terutama disebabkan oleh hipertensi (sebanyak 50-68%). 3 Angka kematian untuk
perdarahan intraserebrum hipertensif sangat tinggi, mendekati 50%. Perdarahan yang
terjadi diruang supratentorium (diatas tentorium cerebeli) memiliki prognosis yang
baik apabila volume darah sedikit. Namun, perdarahan kedalam ruang infratentorium
didaerah pons atau cerebellum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena
cepatnya timbul tekanan pada struktur–struktur vital dibatang otak.3

c. Epidemiologi Stroke Hemoragik


Distribusi Frekuensi Stroke Hemoragik
a. Menurut Orang
Di Amerika Serikat, sekitar 28% penderita stroke berusia lebih dari 65
tahun. Hasil penelitian Aliah A. dan Widjaja D. di empat Rumah Sakit di Makasar
(2000) dengan desain Case Series diperoleh bahwa proporsi penderita stroke pada
kelompok umur < 40 tahun sebesar 3%, kelompok umur 40-49 tahun sebesar
20%, kelompok umur 50-59 tahun sebesar 26%, kelompok umur 60-69 tahun
sebesar 41% dan kelompok umur ≥ 70 tahun sebesar 10%. Jumlah penderita stroke
lakilaki sebanyak 58 orang dan penderita stroke wanita sebanyak 42 orang.
Penelitian Syahdani di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu (2003) dengan desain
Case Series menunjukkan bahwa proporsi penderita stroke terbesar pada kelompok
umur > 59 tahun yaitu sebesar 50,5% dan sebagian besar penderitanya adalah laki-
laki sebesar 65,5%.
Dari data penelitian tahun 1994 pada populasi masyarakat didapatkan angka
prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0,5% dan angka insidensi
penyakit stroke pada daerah rural sekitar 50/100.000 penduduk.4

b. Menurut Waktu
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa
diseluruh dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun
2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030. Berdasarkan penelitian Wiwid di
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi Tahun 2005 - 2007, menunjukkan
bahwa jumlah penderita stroke hemoragik tahun 2005 sebanyak 66 0rang, tahun
2006 sebanyak 54 orang, tahun 2007 sebanyak 59 orang.4

d. Faktor Risiko Stroke Hemoragik


Faktor risiko stroke adalah faktor yang menyebabkan seseorang menjadi lebih
rentan atau mudah terkena stroke, antara lain :
- Usia
Usia merupakan faktor risiko yang paling penting bagi semua
stroke. Insiden stroke meningkat secara eksponsial dengan bertambahnya usia.
Setelah umur 55 tahun risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap 10 tahun
(risiko relatif ). Di Oxfordshire, selama tahun 1981–1986, tingkat insiden stroke
pada kelompok usia 4554 tahun ialah 57 kasus per 100.000 penduduk dan pada
kelompok usia 85 tahun keatas terdapat 1.987 kasus per 100.000 penduduk.6

- Jenis Kelamin
Pada pria memiliki kecendrungan lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 2:1. Walaupun para pria lebih
rawan dari pada wanita pada usia yang lebih muda, tetapi para wanita akan
menyusul setelah usia mereka mencapai menopause. Hasil penelitian menyatakan
bahwa hormon berperan dalam hal ini, yang melindungi para wanita sampai mereka
melewati masamasa melahirkan anak. Pria berusia kurang dari 65 tahun memiliki
risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar
20% dari pada wanita. Namun, wanita usia berapa pun memiliki risiko perdarahan
6
subaraknoid sekitar 50% lebih besar.
Menurut data dari 28 Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2000, ternyata
bahwa kaum pria lebih banyak menderita stroke dibandingkan kaum wanita. Risiko
relatif stroke 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita.

- Ras / Suku Bangsa


Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit putih.

Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada tahun 2004 di

Amerika terdapat penderita stroke pada laki


laki yang berkulit putih sebesar 37,1%
dan yang berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada wanita yang berkulit putih
27
sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.

- Riwayat Stroke
Bila seseorang telah mengalami stroke, hal ini akan meningkatkan

terjadinya serangan stroke kembali/ulang. Dalam waktu 5 tahun, kemungkinan akan

terjadi stroke kembali sebanyak 35 4


42%.

- Diabetes Mellitus
Gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh
darah yang berlangsung secara progresif. Pada orang yang menderita Diabetes
Mellitus risiko untuk terkena stroke 1,53 kali lebih besar (risiko relatif).

e. Gejala Stroke Hemoragik

a. Perdarahan Sub Dural


Gejala gejala perdarahan sub dural adalah nyeri kepala progresif, ketajaman
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda tanda defisiensi
neorologik daerah otak yang tertekan.7

b. Perdarahan Sub Araknoid


o Gejala prodormal : nyeri kepala hebat dan akut hanya 10%, 90% tanpa
keluhan sakit kepala.
o Kesadaran sering terganggu, dari tidak sadar sebentar, sedikit delirium sampai
koma.
o Fundus okuli : 10% penderita mengalami papil edema beberapa jam setelah
perdarahan.
o Gangguan fungsi saraf otonom, mengakibatkan demam setelah 24 jam karena
rangsangan meningeal, muntah, berkeringat, menggigil, dan takikardi.
o Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hamtemesis dan melena (stress
ulcer), dan sering disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria
dan albuminuria.

c. Perdarahan Intra Serebral


Gejala prodormal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan
seringkali di siang hari, waktu bergiat atau emosi/ marah. Pada permulaan
serangan sering disertai dengan mual, muntah dan hemiparesis. Kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah
jam, 23% antara ½2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari).7

f. Letak Perdarahan Stroke Hemoragik


- Hemisfer Serebri
Hemisfer serebri dibagi menjadi dua belahan, yaitu hemisfer serebri sinistra
(kiri) dan hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri kiri mengendalikan
kemampuan memahami dan mengendalikan bahasa serta berkaitan dengan berpikir
”matematis” atau ”logis”, sedangkan hemisfer serebri dextra berkaitan dengan
ketrampilan, perasaan, dan kemampuan seni.7

- Ganglion Basalis
Fungsional peranan umum ganglion basal adalah untuk bekerja sebagai
stasiunstasiun pemrosesan yang menghubungkan korteks serebrum dengan nukleus-
nukleus thalamus tertentu dan akhirnya berproyeksi ke korteks
serebrum. Kerusakan pada ganglion basalis akan mengakibatkan penderita
mengalami kesukaran untuk memulai gerak yang diinginkan.7

- Batang Otak
Batang otak adalah bagian otak yang masih tersisa setelah hemisfer serebri dan
serebelum diangkat. Medula oblongota, pons dan otak tengah merupakan bagian
bawah atau bagian infratentorium batang otak. Kerusakan pada batang otak akan
mengakibatkan gangguan berupa nyeri, suhu, rasa kecap, pendengaran, rasa raba,
raba diskriminatif, dan apresiasi bentuk, berat dan tekstur. 7

- Serebelum
Serebelum terbagi menjadi tiga bagian, yaitu archiserebelum berfungsi untuk
mempertahankan agar seseorang berorientasi terhadap ruangan. Kerusakan pada
daerah ini akan mengakibatkan ataxia tubuh, limbung dan terhuyung-huyung.
Paleoserebelum, mengendalikan otot-otot antigravitas dari tubuh, apabila
mengalami kerusakan akan menyebabkan peningkatan refleks regangan pada otot-
otot penyokong. Neoserebelum, berfungsi sebagai pengerem pada gerakan dibawah
kemauan, terutama yang memerlukan pengawasan dan penghentian, serta gerakan
halus dari tangan. Kerusakan pada neoserebelum akan mengakibatkan dysmetria,
intenton tremor dan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan mengubah ubah
yang cepat.7

g. Tindakan Medis Stroke Hemoragik


Tindakan medis pada stroke hemoragik ditujukan agar penderita tetap hidup
dengan harapan pendarahan dapat berhenti secara spontan. Sekali terjadi pendarahan
maka terapi medikanmentosa tidak dapat menghentikannya. Tindakan medis yang
dilakukan pada penderita stroke hemoragik meliputi :8
- Tindakan Operatif
Pertimbangan untuk melakukan operasi biasanya bila perdarahan berada di
daerah superficial (lobar) hemisfer serebri atau perdarahan sereberal. Penentuan
waktu untuk operasi masih bersifat kontroversial. Tindakan operasi segera setelah
terjadi perdarahan merupakan tindakan berbahaya karena terjadinya retraksi otak
yang dalam keadaan membengkak.
- Tindakan Konservatif
Upaya pencegahan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) lebih lanjut
adalah pengendalian hipertensi dan pengobatan kejang. Hipertensi yang
menetap akan meningkatkan edema otak dan TIK. Pengendalian hipertensi harus
hatihati karena apabila terjadi hipotensi maka otak akan terancam iskemia dan
kerusakan neuron. Obat yang di anjurkan dalam mencegah peningkatan TIK
adalah beta bloker atau obat yang mempunyai aksi beta dan alfa bloking (misalnya
labetolol), diberikan secara intravena di kombinasikan dengan diuretika.
Kejang biasanya terjadi pada perdarahan lobar sehingga pemberian anti
konvulsan secara rutin tidak dianjurkan. Pada hiperglikemia tidak dianjurkan untuk
diberi difenilhidantoin karena glukosa darah akan meninggi dan kejang tidak
terkontrol. Secara umum antikonvulsan yang dianjurkan adalah difenilhidantoin
(bolus intravena) dan diazepam.Secara umum terapi untuk hipertensi intrakranial
meliputi hiperventilasi, diuretika, dan kortikosteroid. Hipertventilasi paling efektif
untuk menurunkan hipertensi intrakranial secara cepat, biasanya dalam beberapa
menit untuk mencapai tingkat hipokapnia antara 25-30 mmHg. Manitol dapat
menurunkan TIK secara cepat, sering diberikan bersamasama
dengan hiperventilasi pada kasus herniasi otak yang mengancam.

h. Diagnosis Stroke
Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999 mengemukakan
bahwa diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan pada penderita sendiri, keluarga yang mengerti
tentang penyakit yang diderita. Anamnesis dilakukan dengan mengetahui riwayat
perjalanan penyakit, misalnya waktu kejadian, penyakit lain yang diderita, faktor-
faktor risiko yang menyertai stroke.

- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik umum (yaitu
pemeriksaan tingkat kesadaran, suhu, denyut nadi, paru dan
jantung), pemeriksaan neurologis dan neurovaskuler.

- Pemeriksaan Penunjang
Kemajuan teknologi kedokteran memberi kemudahan untuk membedakan antara
stroke hemoragik dan stroke iskemik diantaranya: Computerized Tomograph
scanning (CT Scan), Cerebral angiografi, Elektroensefalografi (EEG), Magnetic
Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG), pemeriksaan laboratorium
dan lainnya.

- Letak Kelumpuhan
 Kelumpuhan Sebelah Kiri (Hemiparese Sinistra)
Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak (Hemispere kanan otak) yang
menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan
sebelah kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi
visuomotor, kehilangan memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Penderita
memberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang
pandang yang dapat dilihatnya.

 Kelumpuhan Sebelah Kanan (Hemiparese Dextra)


Kerusakan pada sisi sebelah kiri otak (Hemispere Kiri Otak) yang
menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kanan. Penderita ini biasanya
mempunyai kekurangan dalam komunikasi verbal. Namun persepsi dan
memori visuomotornya sangat baik, sehingga dalam melatih prilaku tertentu
harus dengan cermat diperlihatkan tahap demi tahap secara visual.

 Kelumpuhan Kedua Sisi (Paraparese)


Karena adanya sclerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat terjadi
pada dua sisi yang mengakibatkan kelumpuhan satu sisi dan diikuti sisi
lain. Timbul gangguan pseudobulber (biasanya hanya pada vaskuler) dengan
tanda-tanda hemiplegi dupleks, sukar menelan, sukar berbicara dan juga
mengakibatkan kedua kaki sulit untuk digerakkan dan mengalami hiperaduksi.

i. Pencegahan Stroke
- Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke
bagi individu yang mempunyai faktor risiko tetapi belum menderita stroke dengan
cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:
 Mengurangi kolesterol, lemak dalam makanan seperti jerohan, daging
berlemak, gorenggorengan.
 Mengatur pola makan yang sehat seperti kacangkacangan, susu dan kalsium,
ikan, serat, vitamin yang diperoleh dari makanan dan bukan suplemen (vit
C, E, B6, B12 dan beta karoten), teh hijau dan teh hitam serta buahbuahan dan
sayursayuran.
 Mengendalikan faktor risiko stroke, seperti hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung dan lainlain.
 Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara
teratur, minimal jalan kaki selama 30 menit, cukup istirahat dan check
up kesehatan secara teratur minimal 1 kali setahun bagi yang berumur 35 tahun
dan 2 kali setahun bagi yang berumur di atas 60 tahun.

- Pencegahan Sekunder
Untuk pencegahan sekunder, bagi mereka yang pernah mendapat
stroke, dianjurkan :
o Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai
o Diabetes melitus : diet, obat hipoglikemik oral/ insulin
o Penyakit jantung aritmik nonvalvular (antikoagulan oral)
o Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia
o Berhenti merokok
o Hindari alkohol, kegemukan dan kurang gerak
o Polisitemia
o Asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit
pilihan pertama. Tiklopidin diberikan pada penderita yang tidak tahan asetosal.
o Antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor risiko penyakit
jantung dan kondisi koagulopati yang lain
o Tindakan bedah lainnya.
- Pencegahan Tertier
Meliputi program rehabilitasi penderita stroke yang diberikan setelah
terjadi stroke. Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik dan mental
dengan berbagai cara. Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan
independensi atau mengurangi ketergantungan sebanyak mungkin. Cakupan
program rehabilitasi stroke dan jumlah spesialis yang terlibat tergantung pada
dampak stroke atas pasien dan orang yang merawat.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Heart Association, 2009. Heart Disease and Stroke Statistic 2009 Update: A
Report From the American Hearth Association Statistic Committee and Stroke Statistics
Subcommittee. Circulation, 119: 21-181.
2. Centers for Disease Control and Prevention, 2009. Stroke Facts and Statistics. : Division
for Heart Disease and Stroke Prevention. Available from:
http://www.cdc.gov/stroke/statistical_reports.htm [accessed 2 July 2019].
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guideline Stroke 2007. Jakarta:
PERDOSSI.
4. Ropper, A.H., Brown, R.H., 2005. Adams and Victor's Principles of Neurology. 8th Ed.
New York: McGraw-Hill.
5. Smith, W.S., Johnston, S.C., Easton, J.D., 2005. Cerebrovascular Diseases. In: Kasper,
D.L. et all, ed. 16th Edition Harrison's Principles of Internal Medicine. New York:
McGraw-Hill, 2372-2392.
6. Harsono, dkk.Gambaran Umum Tentang Peredaran Darah Otak. Kapita Selekta

Neurologi.Gadjah Mada Press Yogyakarta. 2005. 81-103.

7. dr. H misbach, Sp. S(K). Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen Stroke. Balai
Penerbit Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1999.19-20.

8. Wahjoepramono, Eka. Tatalaksana Stroke. Stroke Tatalaksana Fase Akut. Fakultas


Kedokteran Universitas Pelita Harapan. 2005.

Anda mungkin juga menyukai