DAFTAR ISI............................................................................................................................. 1
ABSTRAK.................................................................................................................................3
ABSTRACT...............................................................................................................................4
2.1. Definisi.........................................................................................................7
2.2. Epidemiologi ...............................................................................................7
2.3. Etiologi.........................................................................................................8
2.4. Gambaran
Klinis..............................................................................................9
2.5. Pedoman
Diagnostik.......................................................................................11
2.6. Diagnosis Banding
.........................................................................................13
2.7. Penatalaksanaan ...........................................................................................
13
2.7.1. Psikoterapi ..........................................................................................14
2.8 Prognosis .......................................................................................................14
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunia-Nya yang memberikan kesehatan, keselamatan, dan membimbing penulis sehingga
dapat menyelesaikan referat ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Evalina
Asnawi, Sp.KJ selaku pembimbing. Tujuan pembuatan referat ini merupakan salah satu
syarat dari kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana bagian
ilmu Kesehatan Jiwa.
Penulis menyadari bahwa pembuatan referat ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis akan sangat terbuka dan dengan senang hati
menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga referat ini bisa
berguna bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis
2
ABSTRAK
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Kecemasan yang dimiliki seseorang yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan
kecemasan ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal
ketika kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari
kapasitas umumnya bila gejala kecemasan menganggu fungsi kognitif dari individu maka
dapat mengarah pada gejala depresi. Angka prevalensi untuk gangguan emosional dengan
gejala depresi dan cemas sekitar 6% , Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.
Tatalaksana gangguan campuran cemas dan depresi dapat dilakukan dengan psikoterapi dan
pemberian obat golongan SSRI yaitu fluoxetine.
Kata kunci: gangguan cemas, depresi, tatalaksana gangguan cemas dan depresi
3
Abstract
Anxiety is a fear that is not clead and is not supported by the situation. Anxiety is a feeling of
fear that is not clear and is not supported by the situation. Anxiety that someone has as above
is normal, and even this anxiety needs to be possessed by humans. However, anxiety turns to
abnormal when the anxiety that is in an individual becomes excessive or exceeds their
general capacity. When anxiety symptoms interfere with the cognitive function of the
individual it can lead to depressive symptoms. The prevalence rate for emotional disorders
with symptoms of depression and anxiety is around 6%, the ratio between women and men is
around 2: 1. The management of a mixture of anxiety and depression disorders can be done
with psychotherapy and administration of an SSRI class of fluoxetine.
4
BAB I
PENDAHULUAN
kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang
merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung.
Kecemasan yang dimiliki seseorng yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan
ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika
kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas
umumnya. 1
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety
disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.
aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi
sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin
Dan juga kita semua merasa sedih bila ada kejadian yang menyedihkan, dan biasanya
perasaan tersebut teratasi dengan sendirinya. Hal demikian adalah wajar. Lain halnya dengan
"gangguan depresi", yang sudah merupakan gangguan sakit yang menyangkut keluhan
badaniah, perasaan dan pikiran. Bila tidak diobati, depresi dapat menetap berbulan-bulan atau
bahkan menahun. Depresi dapat memperberat atau meningkatkan risiko penyakit fisik dan
5
meningkatkan risiko bunuh diri. Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan
penyakit organik. Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan
penyakit lain.
Namun terdapat kelainan yang disebut Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi,
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F 41.2)2
rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas,
beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa
cemas atau kekhawatiran berlebihan. Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok
mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur
kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur,
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan
2.2 Epidemiologi
Keberadaan ganggguan depresif berat dan gangguan panik secara bersamaan lazim
ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif memiliki gejala ansietas yang
menonjol, dan dua pertiganya dapat memenuhi kriteria diagnostik ganguan panik. Peneliti
telah melaporkan bahwa 20 sampai 90 persen pasien dengan ganggguan cemas memiliki
episode gangguan depresif. Data ini mengesankan bahwa keberadaan gejala depresif dan
7
ansietas secara bersamaan, tidak ada di antaranya yang memenuhi kriteria diagnostik
gangguan depresif atau ansietas lain dapat lazim ditemukan. Meskipun demikian, sejunlah
klinisi dan peneliti memperkirakan bahwa pravelensi gangguan ini pada populasi umum
adalah 10 persen dan di klinik pelayanan primer sampai tertinggi 50 persen, walaupun
perkiraan konservatif mengesankan pravelensi sekitar 1 persen pada populasi umum. Jenis
kelamin perempuan dua kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki. Diduga adanya
perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stresor laki-laki dan perempuan, dan
model prilaku yang dipelajari tentang ketidak berdayaan. Usia rata-rata sekitar 40 tahun,
dengan awitan 50% diantaranya rentan usia 20-50 tahun.3 Gangguan depresi berat dapat
timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data terkini menunjukkan, gangguan depresi berat
diusia kurang dari 20 tahun mungkin berhubungan dengan meningkatnya pengguna alkohol
dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut. Teori tentang cemas (GAD)
didapatkan terdapat hubungan genetik pasien GAD dan gangguan depresi mayor pada pasien
wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita GAD juga menderita gangguan
yang sama.2
2.3 Etiologi
Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala ansietas dan gejala depresif
terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang mengalami gejala ini. Pertama , sejumlah
peneliti melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa pada gangguan depresif dan ansietas,
adenokort, kotropik, respon hormon pertumbuhan yang tumpul terhadap klonidin ( Catapres),
dan respon TSH (thyroid stimulating hormone) serta prolaktin yang tumpul terhadap TRH
8
sejumlah pasien dengan gangguan depresif dan gangguan ansietas. Secara rinci, studi ini telah
(MHPG) yang meningkat didalam urin, plasma, atau cairan serebro spinal (LCS) pada pasien
dengan gangguan mood. Seperti pada gangguan ansietas dan gangguan depresif lain,
serotonin, dopamin, norepieprin dan asam γ-aminobutirat (GABA) juga mungkin terlibat
sebagai penyebab di dalam gangguan campuran depresif ansietas. 2 Ketiga, sejumlah studi
keluarga melaporkan data yang menunjukkan bahwa gejala ansietas dan depresif
apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk
bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama
pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk
mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan
Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit tidur. 3 Untuk lebih jelasnya gejala-gejala
2. Otot tegang/kaku/pegal
9
Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
8. Mulut kering
Sedangkan untuk gangguan depresif ditandai dengan suatu mood depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga
Gejala utama :
1. Afek depresi
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah
10
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Tidur terganggu
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan ungkapan
2.5 Diagnosis
serta adanya beberapa gejala somatik, seperti tremor, palpitasi, mulut kering, dan rasa perut
yang bergejolak. Sejumlah studi pendahuluan menunjukkan bahwa sensitivitas dokter umum
untuk sindrom gangguan campuran ansietas depresi masih rendah walaupun kurangnya
pengenalan ini dapat mencerminkan kurangnya label diagnostik yang sesuai bagi pasien.3
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus dipertimbangkan
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
11
gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus
Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulan
Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :
1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
2. Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisahm tidur tidak
puas)
4. Iritabilitas
5. Khawatir
6. Mudah nangis
7. Hipervigilance
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain (termasuk
12
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.
Tabel 2. Kriteria DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas Depresif
gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan
depresif ringan adalah gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih
kepribadian mengindar, dependen, dan obsesfi kompulsif dapar memliki gejala yang mirip
harus dipertimbangkan.3
2.7 Penatalaksanaan
Karena studi yang membandingkan modalitas terapi gangguan campuran ansietas-
depresif tidak tersedia, klinis mungkin lebih cenderung memberikan terapiberdasarkan gejala
yang muncul, keparahannya, dan tingkat pengalaman klinis tersebut dengan berbagai
obat antiansietas, obat antidepresif, atau keduanya.4,5 Diantara anti depresan, meskipun teori
serotonergik (contohnya, fluoxetine) dapat menjadi obat yang paling efektif dalam mengobati
2.7.1 Psikoterapi
a) Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan) pasien
terhadap stres. Perlu diadakannya terapi untukmeningkatkan kemampuan pengendalian diri
dan memberikan motivasi hidup, b) psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien dengan mengawasi pasien untuk
13
minum obat teratur, c) psikoterapi rekonstruktif bertujuan membangun kembali kepercayaan
diri pasien, menjelaskan kepada pasien bahwa pasien memiliki semangat hidup dan
membantu menghilangkan pikiran negatif.4
2.8 Prognosis
Prognosis baik atau buruknya gangguan cemas dan depresi tergantung bagaimana sesorang
mengatasi masalah yang memicu timbulnya gejala, semakin lama sesorang terpapar stressor
yang membuat gejala semakin berat dan tidak adanya tindakan pengobatan maka
prognosisnya semakin buruk.4,5
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan campuran cemas dan depresi merupakan suatu kondisi ganggun yang terjadi
bilamana terdapt gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakan diagnosis tersendiri. Beberapa gejala
otonomik pada gangguan campuran cemas dan depresi yaitu tremor, palpitasi, mulut kering,
sakit perut (mules) dan sebagainya. Tatalaksana untuk gangguan campuran cemas dan depresi
14
meliputi psikofarmaka, dan terapi suportif terhadap pasien. Terapi dini pasien dengan gejala
cemas dan depresi semakin baik pula prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guidelines for the management of depression and anxiety disorder in primary care,
HSE 2006.
2. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Gangguan Campuran Cemas dan Depresi, Dalam:
15
3. Rusdi M. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III. PT Nuh Jaya Jakarta
2001: 64-79.
4. Sylvia DE, Gitayanti H. Gangguan Cemas dan Depresi. Dalam: Buku Ajar Psikiatri.
5. PPDGJ III. Obat Anti Anxietas, Dalam: Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
16