Anda di halaman 1dari 85

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN NUTRISI DAN

SISTEM ENDOKRIN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

1. MUSPI EDWIN MAULANA (113121095)

2. MUHAMMAD SUKRON HADI (113121096)

3. FITRIANINGSIH (113121097)

4. NURASIAH JAMIL (113121098)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR

LOMBOK TIMUR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada tuhan yang maha kuasa karena atas tuntunan-

nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai dengan gangguan nutrisi dan

Sistem endokrin pada anak.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Demikian yang dapat di sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Sakra, 10 Desember 2021

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................................6

I. Pentingnya Cairan Dan Nutrisi Bagi Tubuh....................................................6

A. Pengertian.....................................................................................................6

B. Dampak Dan Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi

Pada Anak....................................................................................................8

C. Komponen Cairan Dan Nutrisi Pada Anak..................................................10

D. Kebutuhan Nutrisi Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang............................15

E. Daftar Makanan Atau Nutrisi Sesuai Usia Anak.........................................19

II. Sistem Endokrin................................................................................................21

A. Pengertian.....................................................................................................21

B. Anatomi dan fisiologi system Endokrin.......................................................22

C. Jenis-jenis Kelenjar......................................................................................31

D. Struktur Sistem Endokrin Lain Penghasil Hormon......................................40

E. Gangguan Sistem Endokrin.........................................................................40

F. Jenis-Jenis Gangguan Endokrin...................................................................40

iii
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

NUTRISI DAN SISTEM ENDOKRIN.................................................................50

BAB IV PENUTUP...............................................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................80

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan Nutrisi Bagi Anak

Kebutuhan akan nutrisi dan cairan adalah sangat penting dalam membantu

proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak. Mengingat manfaat nutrisi

dan cairan dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak,

serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti

kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi iodium, defisiensi seng (Zn),

defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin, defisiensi kalium dan lain-lain yang dapat

menghambat proses tumbuh kembang anak maka pemenuhan kebutuhan tersebut

haruslah seimbang. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan cairan diharapkan dapat

membantu pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia tumbuh kembang

dan dapat menigkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan

mortalitas. Selain itu, kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari

karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh,

dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh.

Sebagai sumber tenaga, nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-

55%, lemak sebanyak 30-35% dan protein sebanyak 15%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

pada anak haruslah seimbang diantara zat gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita

temukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang,

seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan sedangkan makanan

yang tidak disukai tersebut mengandung zat gizi yang seimbang, sehingga harapan

dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana, disamping itu

1
pada anak sakit dapat dijumpai masalah masukan nutirsi yang kurang sedangkan

kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat sehingga akan membutuhkan makanan

tambahan seperti kalori, vitamin dan mineral (Behrman, RE dkk, 1996).

Sistem Endokrin

Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang memproduksi substan untuk

digunakan didalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substan yang tetap beredar

dan bekerja didalam tubuh. Hormon merupakan senyawa kimia khusus diproduksi oleh

kelenjar endokrin tertentu. Terdapat hormon setempat dan hormon umum. Contoh dari

hormon setempat adala asetikolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf

parasimpatis dan saraf rangka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding duodenum yang

diangkat dalam darah menuju penkreas untuk menimbulkan reaksi pankrean dan

kolesistokinin yang dilepaskan di usus halus, diangku ke kandung empedu sehingga

timbul kontraksi kandung empedu dan pankreas sehingga timbul sekresi enzim

Sistem endokrin juga dapat mengalami gangguan yang dapat menyebabkan

terhambatnya atau bahkan kerusakan fungsi organ lain, beberapa gangguan sistem

endokrin diantaranya tirotoksikosis, penyakit gondok, dwarfisme, dan gigantisme.

Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan fungsi tubuh dan metabolisme

tubuh, jika terjadi ganguan endokrin akan menimbulkanmasalah yang komplek terutama

metabolisme fungsi tubuh terganggu salahsatu gangguan endokrin adalah Diabetes

Melitus yang disebabkan karenadefisiensi absolute atau relatif yang disebabkan

metabolisme karbohidrat,lemak dan protein (Maulana. 2008).

Secara umum di dunia terdapat 15 kasus per 100.000 individu pertahun yang

menderita DM tipe 1. Tiga dari 1000 anak akan menderita IDDM pada umur 20 tahun

nantinya. Insiden DM tipe 1 pada anak-anak di dunia tentunya berbeda. Terdapat 0.61

kasus per 100.000 anak di Cina, hingga 41.4 kasus per 100.000 anak di Finlandia. Angka

2
ini sangat bervariasi, terutama tergantung pada lingkungan tempat tinggal. Ada

kecenderungan semakin jauh dari khatulistiwa, angka kejadiannya akan semakin tinggi.

Meski belum ditemukan angka kejadian IDDM di Indonesia, namun angkanya

cenderung lebih rendah dibanding di negara-negara Eropa. Di Indonesia penderita

Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3 % daripenduduk berusia diatas 15 tahun,

sehingga Diabetes Melitus (DM) tercantumdalam urutan nomor empat dari prioritas

pertama adalah  penyakitkardiovaskuler, kemudian disusul penyakit selebrolaskuler dan

katarak. (Depkes RI,2008).

Di Jawa Tengah berdasarkan atas pola penyakit penderita puskesmasdan rumah

sakit dari berbagai tingkat umur, jumlah kasus Diabets Melitusmenempati nomor dua.

Setelah penyakit neoplasma ganas, sedangkanberdasarkan data pola kematian menurt

penyakit penyebab kematian pasiendirawat di rumah sakit Jawa Tengah DM menempati

urutan ke 16 denganjumlah 430 orang dari jumlah kematian 37.279 orang dengan

kematianpenyakit lainnya (Dinkes Jateng,2006). Menurut survei yang dilakukan WHO,

Indonesia menempati urutan ke 4 dengan jumlah penderita Diabetes terbesar didunia

setelah India, Cina, Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk dan

pada tahun2025 diperkirakan meningkat menjadi 12.4 juta penderita. Sedangkan daridata

Departemen Kesehatan , jumlah pasien Diabetes mellitus rawat inapmaupun rawat  jalan

di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruhpenyakit endokrin. (Maulana.

2008) Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiridalam

pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.Umumnya  pasien

diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlahtersebut dikatakan 50%

adalah pasien berumur > 60 tahun.(Dinkes Jateng,2006)

Hal ini terjadi karena adanya faktor- faktor yang menghambatdiantaranya

adalah sosial ekonomi yang kurang, perumahan dan lingkunganyang kotor,  pengetahuan

3
tentang DM yang masih kurang. Faktor pengetahuankeluarga merupakan penghambat

yang sering terjadi, karena denganpengetahuan yang kurang akan mengetahui proses

pengobatan penyakit. Akibat dari kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit DM

perlu dilaksanakan suatu tindakan yaitu memberikan asuhan keperawatanpada keluarga

yang mempunyai masalah Diabetus Mellitus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

Gangguan nutrisi

1. Apakah fungsi cairan dan nutrisi dalam tubuh manusia ?

2. Apa sajakah komponen nutrisi dan cairan yang dibutuhkan oleh anak ?

3. Jenis makanan seperti apakah yang dibutuhkan oleh anak ?

Sistem endokrin

1. Apa pengertian sistem endokrin ?

2. Apa saja kelainan dari sistem endokrin

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :

Gangguan nutrisi

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak I

2. Untuk mengetahui kebutuhan cairan serta dampak dan fungsinya dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi anak

4
3. Untuk mengetahui komponen cairan dan nutrisi untuk anak

4. Untuk mengetahui daftar makanan yang tepat untuk anak

Sistem endokrin

1. Mengetahui pengertian dari sistem endokrin.

2. Mengetahui apa saja kelainan dari sistem endokrin.

5
BAB II

PEMBAHASAN

I. PENTINGNYA CAIRAN DAN NUTRISI BAGI TUBUH

A. Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy Nuwer

Konstantinides). Jumlah dari seluruh interaksi antara organisme dan makanan yang

dikonsumsinya (Cristian dan Gregar 1985).

Nutrisi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk

menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut

agar menghasilkan berbagai aktivitas dalam tubuhnya sendiri. Bahan-bahan tersebut

dikenal dengan istilah nutrien (unsur gizi, yaitu: air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin

dan mineral) (Mary E. Back, 2000).

Nutrisi adalah zat penyusun bahan makanan yang banyak diperlukan oleh tubuh

untuk metabolisme, yaitu: air (H2O), protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral

(FKUI Edisi 1, 1985).

Nutrisi adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan

berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan nutrien yang berbeda-beda dan anak

mempunyai karakteristik yang khas dalam mengkonsumsi makanan atau zat gizi tersebut.

Oleh karena itu, untuk menentukan makanan yang tepat pada anak, tentukan jumlah

kebutuhan dari setiap nutrien, kemudian tentukan jenis bahan makanan yang dapat dipilih

untuk diolah sesuai dengan menu yang diinginkan, tentukan juga jadwal pemberian

makanan dan perhatikan porsi yang dihabiskannya (Yupi Supartini, 2004).

Selain nutrisi, tubuh manusia juga membutuhkan cairan karena sebagian besar

tubuh manusia tersusun terdiri atas cairan, persentasenya dapat berubah tergantung pada

umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia <1 tahun cairan tubuh

6
adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia >1 tahun mengandung air sebanyak

70-75%. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentase jumlah cairan terhadap berat

badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan

pada wanita dewasa 50% berat badan.

Didalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor

eksternal yang telah dikemukakan adalah nutrisi yang didapat oleh anak. Orang tua

diharapkan mempunyai pemahaman yang tepat tentang nutrisi yang diperlukan anak untuk

tumbuh dan berkembang, serta zat gizi yang dibutuhkan anak pada usia tertentu, sehingga

dapat diberikan dengan cepat walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan dan

status sosial ekonomi keluarga sangat mempengaruhi ketersediaan nutrisi untuk anak.

Untuk itu perawat mempunyai kewajiban untuk membantu orang tua

mendapatkan pemahaman dan keterampilan yang tepat dalam memberikan nutrisi pada

anak sesuai dengan tahapan usianya. Semua makanan, khususnya untuk bayi dan anak

kecil harus memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Ini dapat dicapai dengan

menggunakan beragam bahan makanan. Perlu diperhatikan bahan makanan yang

mempunyai volume terlalu besar untuk memenuhi energi dan zat gizi yang dibutuhkan,

sehingga susunan bahan- bahan makanan tersebut harus seimbang.

Pada petugas kesehatan sebaiknya menganjurkan dan meningkatkan motivasi

untuk tetap melestarikan pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayinya. Anjurkan bagi

pemberian makanan bayi dan motivasi pada keluarga sebaiknya diteruskan sampai si ibu

memutuskan menerima atau menolak untuk memberikan ASI. Ibu perlu mengetahui

bagaimana memberikan makanan tambahan yang dapat disediakan di rumah untuk

bayinya, paling tidak setelah umur 6 bulan.

Bagi golongan miskin jelas tidak bijaksana menganjurkan suplementasi

7
makanan bayi dengan susu formula komersial. Oleh sebab itu dicarikan alternatif

pembuatan makanan bayi yang memenuhi persyaratan gizi, akan tetapi mudah disiapkan

di rumah tangga dengan cara yang sederhana dan higienis. Sehubungan dengan

bervariasinya pangan yang tersedia serta kebiasaan makanan yang berbeda-beda, anjuran-

anjuran sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat.

B. Dampak dan Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Nutrisi pada Anak

Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi pada anak memiliki beberapa dampak

yakni:

1. Dampak Psikologis

Mencakup aspek psikodinamik, psikososial dan maturasi organik.

a. Psikodinamik (Freud)

Pada usia bayi, pemenuhan kebutuhan yang utama adalah kebutuhan dasar

melalui oral. Fase oral berhasil dilalui apabila anak mendapatkan kepuasan dalam

pemenuhan kebutuhan oral saat makan dan minum. Dampak psikodinamik yang

diperoleh bayi adalah kepuasan karena terpenuhinya kebutuhan dasar dan

kehangatan saat pemenuhan kebutuhan dasar tersebut.

b. Psikososial (Erikson)

Fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak menurut pendekatan

psikososial adalah tercapainya rasa percaya dan tidak percaya. Makanan merupakan

stimulus yang dapat meringankan rasa lapar anak dan pemuasan yang konsisten

terhadap rasa lapar dapat mempengaruhi kepercayaan anak terhadap lingkungannya

terutama lingkungan keluarga.

c. Maturasi Organik (Piaget)

Perkembangan organik yang dilalui anak melalui makanan adalah


8
pengalaman mendapatkan beberapa sensoris seperti rasa atau pengecapan,

penciuman, pergerkan dan perabaan. Dengan dikenalkan berbagai macam makanan,

anak akan kaya dengan berbagai macam rasa, demikian juga dengan bertambah

kayanya penciuman melaui bau makanan. Selain itu, dengan makanan anak dapat

meningkatkan keterampilan, seperti memegang botol susu, memegang cangkir,

sendok, dan keterampilan koordinasi gerak, seperti menyuap dan menyendok

makanan.

2. Dampak Fisiologis

Dampak nutrisi pada anak yang terlihat jelas adalah terhadap pertumbuhan

fisik anak. Selama masa intrauterin, asupan nutrisi yang adekuat pada ibu berdampak

tidak hanya pada kesehatan ibu, tetapi lebih pada pertumbuhan janin. Dengan asupan

nutrisi yang adekuat, dari hari ke hari kehamilan ibu bertambah besar dan sejalan

dengan itu, janin tumbuh dan berkembang sampai pada usia kehamilan yang matang

maka janin siap dilahirkan dengan berat badan, dan pertumbuhan organ fisik lainnya

yang normal. Terutama pada trimester pertama pada saat terjadi pertumbuhan otak,

asupan nutrisi yang adekuat terutama protein akan mempengaruhi pertumbuhan otak.

Sebaliknya, apabila ibu tidak mendapat asupan gizi yang adekuat, bayi dapat lahir

dengan berat badan rendah. Diet atau pembatasan makanan pada ibu selama masa

kehamilan akan menurunkan berat badan bayi.

Begitu juga setelah anak dilahirkan, asupan nutrisi yang tepat untuk bayi,

toddler, prasekolah, usia sekolah, dan remaja akan sangat berdampak pada

pertumbuhan fisik, yaitu anak akan bertambah berat dan bertambah tinggi atau

meningkat secara kuantitas.

Adapun beberapa fungsi pemberian makan bagi anak:

a. Fungsi Fisiologis

9
yaitu memberikan nutrisi sesuai kebutuhan agar tercapai tumbuh kembang yang

optimal.

b. Fungsi Psikologis

yaitu penting dalam pengembangan hubungan emosional ibu dan bayi sejak awal.

c. Fungsi Sosial/Edukasi

yaitu melatih anak mengenal makanan, keterampilan makan.

C. Komponen Cairan dan Nutrien pada Anak

Jenis-Jenis Kebutuhan Cairan dan Nutrien yang Diperlukan Bayi dan Anak

1. Air (H2O)

Air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium untuk nutrien lainnya.

Berikut ini adalah tabel kebutuhan anak usia bayi untuk pemenuhan kebutuhan terhadap

air:

No. Usia Air per kg BB per hari (ml)

1 3 hari 80 – 100

2 10 hari 125 – 150

3 3 bulan 140 – 160

4 6 bulan 130 – 155

5 9 bulan 125 – 145

6 1 tahun 120 – 135

(Yupi Supartini, 2004)

Sekitar 65% dari bobot tubuh adalah air. Air ini merupakan unsur paling

penting diantara semua nutrien dan terdapat baik dalam makanan padat maupun dalam

minuman. Sejumlah kecil air dihasilkan oleh metabolisme. Air merupakan media

tempat semua proses metabolisme berlangsung. Kehilangan air terjadi melalui udara

10
pernapasan disamping itu lewat keringat, urine dan feses. Manusia dapat hidup

berminggu-minggu tanpa makanan, namun tanpa air hidupnya hanya beberapa hari saja

(Mery E. Beck, 2000).

2. Protein

Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Terdapat dua

jenis protein, yaitu:

a. Protein hewani: yang didapat dari daging hewan.

b. Protein nabati: yang didapat dari tumbuh-tumbuhan.

Nilai gizi protein hewani lebih besar dari pada protein nabati dan lebih mudah

diserap oleh tubuh. Walaupun demikian, kombinasi penggunaan protein hewani dan

protein nabati sangat dianjurkan dalam pemenuhan protein yang seimbang (Yupi

Supartini, 2004). Fungsi protein merupakan konstituen penting bagi semua jaringan

tubuh, yaitu:

1) Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang normal

dan proses pengauasan yang normal. Protein akan hilang dalam pembentukan

rambut serta kuku, dan sebagai sel-sel mati yanfg lepas dari permukaan kulit serta

traktus alimentarius, dan dan dalam sekresi pencernaan.

2) Protein menghasilkan jaringan yang baru. Jaringan baru terbentuk selama masa

pertumbuhan, kesembuhan dari cidera, kehamilan dan laktasi.

3) Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang barudengan fungsi

khusus didalam tubuh, yaitu: sebagai enzim, hormone dan hemoglobin.

4) Protein dapat dipakai sebagai sumber energi. (Mary E. Beck, 2000)

3. Lemak

Pada dasarnya, lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar kecuali

11
lemak esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Pada anak usia bayi sampai

kurang lebih 3 bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan kolesterol yang tidak

dapat dibuat dari karbohidrat. Lemak berfungsi untuk mempermudah absorsi vitamin

yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Yupi Supartini, 2004).

Fungsi dari lemak, sebagai berikut (Mery E. Beck, 2000):

1) Sumber energi, lemak dioksidasi di dalam tubuh untuk memberikan energi bagi

aktivitas jaringan dan guna mempertahankan suhu tubuh.

2) Ikut serta membangun jaringan tubuh. Sebagian lemak masuk ke dalam sel-sel

tubuh dan merupakan bagian esensial dari strutur sel tersebut.

3) Perlindungan. Endapan jaringan lemak di sekitar organ tubuh yang penting akan

mempertahankan organ tubuh dalam posisinya dan melindunginya terhadap cedera.

4) Penyekat (isolasi). Jaringan lemak subkutan akan mencegah kehilangan panas dari

tubuh.

5) Perasaan kenyang. Adanya lemak di dalam chime ketika lewat dalam duodenum

mengakibatkan penghambatan peristaltik lambung dan sekresi asam, sehingga

menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbulnya rasa lapar.

6) Vitamin larut dalam lemak. Membantu proses penyerapan dari dalam usus dan

melarutkan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak.

4. Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber tenaga pada anak. Bayi yang baru mendapat

asupan makanan dari ASI akan mendapatkan 40% kalori dari laktosa yang dikandung

dalam ASI. Pada anak yang lebih besar yang sudah mendapatkan makanan yang banyak

mengandung tepung, seperti bubur susu, sereal, nasi tim, atau nasi. Apabila tidak

mendapatkan asupan karbohidrat yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh

akan memecah protein dan lemak cadangan dalam tubuh (Yupi Supartini, 2004).

12
Dibawah ini kebutuhan kalori untuk bayi dan anak (Marlow, D.R dan Reeding,

B.A, 1988):

Berat Cal/kg
Permukaan
badan
No. Usia tubuh (m2)
(kg) (kg)

1 Neonatus 2,5-4 0,2-0,23 50

2 1 minggu-6 bulan 3-8 0,23-0,35 60-70

3 6 bulan-12 bulan 8-12 0,35-0,45 50-60

4 12 bulan-24 bulan 10-15 0,45-0,55 45-50

5 2 tahun-5 tahun 15-20 0,6-0,7 45

6 6 tahun-10 tahun 20-35 0,7-1,1 40-45

7 11 tahun-15 tahun 30-60 1,5-1,7 25-40

8 Dewasa 70 1,75 15-20

Fungsi karbohidrat dioksidasi di dalam tubuh agar menghasilkan panas dan

energi bagi segala bentuk aktivitas tubuh.

5. Vitamin

Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang berfungsi

untuk mempertahankan fungsi tubuh (Marlow, D.R dan Reeding, B.A, 1988). Vitamin

terbagi dalam dua bagian besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang

larut dalam lemak:

a. Vitamin yang larut dalam air

Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan C yang tidak disimpan

dalam tubuh, melainkan harus dikonsumsi melalui makanan tertentu. Vitamin B

mencakup vitamin B1, B2 dan B12. Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari vitamin

13
tersebut:

 B1 atau tiamin diperlukan tubuh untuk metabolisme karbohidrat dalam

pembentukan energi (sebagai koenzim). Kekurangan vitamin ini akan

menyebabkan tubuh cepat merasa lelah, kurang nafsu makan, kerusakan

pembuluh darah dan sel saraf.

 B2 atau riboflavin penting dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, dan asam

lemak yaitu sebagai koenzim dari flavin enzim. Kekurangan vitamin ini akan

menyebabkan tubuh merasa lelah sehingga kurang aktif dalam bekerjaserta dapat

mengurangi ketajaman penglihatan.

 B12: kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia

b. Vitamin yang larut dalam lemak

Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Berikut ini

peranan penting vitamin A,D, E, dan K dalam tubuh:

 A: untuk pertumbuhan, penglihatan, reproduksi, dan pemilihan sel epitel

 D: untuk penyerapan dan metabolisme kalsium dan fosfor, pembentukan tulang

dan gigi.

 E: untuk berbagai senyawa yang larut dalam lemak dan berperan dalam fetilisasi

manusia.

 K: untuk proses pembentukan darah dan mineral yang dibutuhkan tubuh adalah

mineral makro, yaitu Ca, P, Mg, Na, dam K serta mineral mikro yaitu Fe dan Zn.

(Yupi Supartini, 2004)

6. Mineral

Unsur-unsur mineral terdapat di dalam jaringan tulang, gigi dan protein.

Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat

penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh. Unsur- unsur mineral di dalam

14
tubuh kurang lebih 3% dari keseluruhan bobot tubuh. Sejumlah mineral yang terlibat

dalam pelbagai proses tubuh: kalsium, fosfor, kalium/potassium, sulfur/belerang,

natrium/sodium, klor, besi fluor, tembaga, seng, yodium, kobalt, mangan, magnesium,

kromium dan selenium.

Fungsi mineral dalam tubuh ada 3, yaitu:

a) Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi, yang memberikan kekuatan serta

rigiditas kepada jaringan tersebut, misalnya: kalsium, fosfor dan magnesium.

b) Mineral membentuk garam-garam yang dapat larut dan dengan demikian

mengendalikan komposisi cairan tubuh.

c) Mineral turut membangun enzim dan protein. (Mery E. Beck, 2000).

D. Kebutuhan Nutrisi Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang

Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat kebutuhan untuk

pertumbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan perbedaan ini yang

menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi berlainan. Secara umum kebutuhan nutrisi

pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan usia anak, mulai umur 0-4 bulan, 4-6 bulan,

6-9 bulan, 9-12 bulan, usia todlerr atau prasekolah, usia sekolah dan usia remaja.

1. Umur 0-4 Bulan

Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ibu yang

terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila terjadi gangguan dalam

air susu ibu maka dapat menggunakan susu formula dan nilai kegunaan atau manfaat

jauh lebih baik dari menggunakan ASI. Pemberian ASI eksklusif adalah sampai 4 bulan

tanpa makanan yang lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang dubutuhkan

pada bayi, dan proses pemberian ASI ini dapat dilakukan melalui proses menyusui.

Pada proses menyusui ini akan memberikan dampak yang baik seperti pada

15
proses awal menyusui, setelah bayi lahir terdapat zat kekebalan tubuh yang terdapat

pada kolostrom yang kaya akan protein dan mengandung imunoglobulin A yang tinggi

melalui keluarnya pertama dari ASI, disamping itu proses menyusui akan membantu

reflek bayi untuk mengisap yang menyebabkan kebutuhan kasih sayang (ASI) pada

bayi terpenuhi dan membantu proses bonding. Proses pengeluaran ASI dapat terjadi

karena adanya reflek menghisap juga dapat dipengaruhi proses hormonal terutama

oksitosin dan prolaktin.

ASI merupakan makanan yang ideal pada bayi, disamping mempunyai zat gizi

yang ideal juga mempunyai beberapa manfaat seperti harganya murah dan sederhana,

tersedia pada suhu yang ideal dan tidak perlu dipanaskan atau disterilkan dahulu, bebas

dalam pencemaran kuman yang dapat mengurangi kemungkinan timbulnya gangguan

saluran pencernaan, akan mempercepat pengembalian besarnya rahim pada bentuk dan

ukuran sebelum mengandung.

ASI mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

bagi anak mengingat zat gizi yang ideal terdapat didalamnya, diantaranya

imunoglobulin (IgA, Ig G, Ig M, IgD, Ig E) lisozim merupakan satu enzim yang tinggi

jumlahnya yang berfungsi bakteriostatik terhadap enterobakteria dan kuman gram

negatif dan sebagai pelindung terhadap berbagai macam virus, kemudian

laktoperoksidase enzim yang berfungsi membunuh streptokokus, faktor bifidus

merupakan karbohidrat yang mengandung nitrogen yang berfungsi mencegah

pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, faktor anti stafilokokus merupakan

asam lemak yang melindungi serangan stafilokokus, laktoferin, dan transferin

komponen protein yang dapat mengurangi tersedianya zat besi pada pertumbuhan

kuman, komponen komplemen yaitu C3 dan C4 yang berfungsi untuk pertahanan

tubuh, adanya sel makrofag dan metrofil yang berfungsi menfagosit kuman, adanya

16
lipase yang merupakan zat anti virus.

Tidak semua anak mendapatkan ASI secara langsung, banyak kita temukan

anak-anak kebutuhan nutrisinya melalui susu formula. Untuk itu dalam pemakaian susu

formula atau susu botol juga perlu perhatian diantaranya: sterilkan dahulu sebelum

memberikan pada bayi dengan cara dipanaskan jangan membuat lama-lama susu dalam

botol, ikuti petunjuk pamakaian susu formula, dan lain-lain.

2. Umur 4-6 Bulan

Pada usia ini kebutuhan nutrisi pada anak tetap yang utama adalah ASI

kemudian di tambah lagi dengan bubur susu, dan sari buah, pemenuhan kebutuhan

nutrisi pada anak terdapat tambahan mengingat seiring dengan perkembangan fungsi

sistem pencernaan. Perubahan kebutuhan nutrisi anak hanya perubahan bentuk makan

akan tetapi kadar zat gizi tetap seimbang dengan komposisi yang ada.

3. Umur 6-9 Bulan

Kebutuhan nutrisi pada anak usia ini adalah tetap diteruskan kebutuhan nutrisi

dari ASI kemudian ditambah dengan bubur susu, bubur tim saring, dan buah,

penambahan bentuk kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan ukuran kebutuhan nutrisi

pada usia anak, makanan lembut padat dari usia sebelumnya mengingat perkembangan

gigi sudah mulai dan pada usia ini bayi mulai mengunyah apa saja dan memasukkan

semua makanan ke dalam mulut, untuk itu perlu pengawasan dalam setiap aktivitas.

4. Umur 10-12 Bulan

Pada usia anak ini masih tetap diberikan ASI dengan penambahan pada bubur,

susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk makanan yang disediakan dapat lebih padat dan

bertambah jumlahnya mengingat pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan

sudah bertambah. Pada usia ini anak sering senang makan sendiri dengan sendok atau

suka mencoba makan sendiri dan makan dengan tangan, pada anak seusia ini adalah

17
merupakan usaha yang baik dalam menuntun ketangkasan dan merasakan bentuk

makanan.

5. Usia Todler Dan Prasekolah

Pada usia ini kemampuan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang berhubungan dengan makan

seperti garpu, piring, sendok, dan gelas semuanya harus dijelaskan pada anak atau

diperkenalkan dan dilatih tentang pengguanaan, sehingga dapat mengikuti aturan yang

ada. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia ini sebaliknya penyediaan

bervariasi menunya untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan yang

dianjurkan antara lain, daging, sup, sayuran, dan buah-buahan, pada anak ini juga perlu

makanan padat sebab kemampuan mengunyahnya sudah kuat.

6. Usia Sekolah

Pada usia sekolah ini kebiasaan makan pada anak tergantung pada kehidupan

sosial disekolah, kadang-kadang anak malas makan di rumah karena kondisi yang tidak

disukai, pada usia ini kemampuan makan dengan menggunakan sendok, piring, dan

garpu sudah baik. Pada usia sekolah tatacara dalam makan seperti makan dengan

duduk, mencuci tangan sebelum makan, tidak mengisi mulut secara penuh dan

mengambil makanan secara bersamaan dan lain-lain kebiasaan tersebut harus

dilakukan. Kadang-kadang usia sekolah juga malas untuk makan akibat stress dan sakit

sehingga perlu pemantauan, dan anak sekolah cenderung suka makan secara bersamaan

dengan teman sekolahnya.

7. Usia Remaja

Pada masa remaja kebutuhan kalori semakin meningkat karena perubahan

menjadi pubertas dan aktifitas. Pada masa remaja sangat menyadari akan gambaran diri

sehingga perlu pemantauan diit dalam makanan, seperti takut akan obesitas dan takut

18
timbulnya akne atau jerawat akibat makanan. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang

cepat baik tinggi maupun berat badan sehingga kebutuhan gizipun meningkat

(Behrman, RE dkk, 1996).

E. Daftar Makanan/Nutrisi sesuai Usia Anak

1. Bayi 0-12 bulan

a. 0-4 bulan

Susu ASI atau susu formula. Sereal dan roti Sereal dicampur dengan susu.

b. 5-6 bulan

Dilanjutkan dengan roti dan sereal lainnya bisa sampai 18 bulan.

c. 6-7 bulan

Diberikan nasi tim bertahap. Bisa diselingi buah dan sayur dijus. Mulai dengan jus 1

mangkok, memenuhi kebutuhan vitamin C, 1 mangkok jus, buah lunak dan sayur

yang dimasak.

d. 8-12 bulan

Nasi tim atau sayur dan buah bisa diberikan 4 kali sehari termasuk jus. Daging dan

sumber protein lain, daging giling dan daging yang dipotong, daging sapi, telur,

ikan, kacang, polong-polongan, keju. Daging ataupun protein diberikan 2 kali sehari.

2. Toodler dan Preschool

Rata-rata anak-anak toddler atau preschool umumnya membutuhkan:

• Susu 2 atau 3 kali dalam 1 hari. Dalam I kali minum kira-kira 1/2-1 gelas.

• Daging; 2 kali atau lebih dalam 1 hari.

19
• Sereal dan roti; 4 kali atau lebih dalam 1 hari. 1 kali pemberian kira-kira 1/2-1

potong roti atau 1/2-1 gelas bubur.

• Sayur dan buah-buahan; 4 kali atau lebih dalam 1 hari. Itu meliputi sekurang-

kurangnya 1 kali atau lebih pemberian jeruk dan 1 kali pemberian sayuran

hijau/kuning.

3. Anak Sekolah

Anak sekolah membutuhkan jumlah yang sama dengan penyediaan makanan

dasar yang dibutuhkan oleh anak usia preschool. Tapi kebutuhan lebih banyak dari anak

preschool.

Contoh: Susu satu gelas, daging 6-8 potong, sayur 1/3-1/2 gelas, roti 1-2 iris, sereal 1/2-

1 mangkok.

4. Adolesence

Remaja membutuhkan energi untuk kebutuhan mereka dan didalam

makanannya membutuhkan susu, daging, sayuran hijau dan kuning. Orang tua

dianjurkan memberikan sayur dan buah.

20
II. SISTEM ENDOKRIN

A. Pengertian Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi

organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran

darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan"

tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin

seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran

gastroinstestin.

Gambar Sistem Endokrin Manusia

Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran, yang

menyalurkan sekresi hormonnya langsung kedalam darah. Hormon tersebut memberikan

efek ke organ atau jaringan target. Beberapa hormon seperti insulin dan trioksin

mempunyai banyak target. Sedangkan hormon lain hanya memiliki satu atau beberapa

target.

Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar

sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-

21
hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan

untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Jika kelenjar endokrin

mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau

rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka

pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai

susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel,

lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung

pembuluh kapiler. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan

memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan

homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat

dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise

posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau

diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui saluran,

tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon tersebut

dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan

ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti uretra dan

saluran kelenjar ludah. Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara

kelenjar-kelenjar tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya

hormon tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal, kelenjar hipofisis /

pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar  paratiroid, kelenjar adrenal suprarenalis, dan kelenjar

timus.

22
Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan

berbagai organ tubuh. Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar

hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi

tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur

dalam batas- yang tepat.

1. Abnormalitas Pada Sekresi Hormone Pertumbuhan

a. Kerdil (Dwarfism)

Dwarfism disebabkan oleh hiposekresi growth hormone (GH) selama masa

kanak-kanak mengakibatkan pertumbuhan terhenti. Hormon pertumbuhan manusia

digunakan secara terapeutik dalam kasus dwarfism hipofisis. Tes diagnosa yang

dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan anak dan memastikan apakah mengidap

dwarfism mencakup:

 Pengukuran

Yang biasanya diukur adalah tinggi dan berat badan anak serta lingkar

kepalanya. Pengukuran yang dilakukan secara rutin ini akan membantu

mengidentifikasi apakah anak Anda tumbuh normal atau mengidap kelainan

pertumbuhan. Indikasinya dapat mencakup pertumbuhan tinggi badan yang

tertunda atau ukuran kepala yang tidak proporsional atau lebih besar daripada

ukuran kepala anak seusianya.

 Teknologi pencitraan

X-ray atau scan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dilakukan

untuk mencari tahu kelainan pertumbuhan yang mungkin dialami anak. Berbagai

23
teknologi pencitraan ini dapat mengungkapkan pematangan tulang yang tertunda

yang disebabkan oleh defisiensi hormon pertumbuhan dan juga dapat

mengungkapkan kelainan kelenjar pituitaru dan hipotalamus yang berperan

penting dalam mengatur fungsi hormon.

 Tes genetic

Tes ini tersedia untuk mendiagnosis banyak penyebab gangguan

dwarfisme dan jenis dwarfisme yang diidap ana, misalnya sindrom Turner.Tes

laboratorium khusus dapat dilakukan untuk menilai keadaan kromosom X yang

diambil dari sel darah merah.Perlu diketahui bahwa tes ini belum tentu

memberikan diagnosis yang akurat.

Sejumlah gangguan yang berhubungan dengan dwarfisme dapat

mengarah ke gangguan pertumbuhan dan komplikasi medis lebih lanjut.

Pengobatan dan perawatan yang dilakukan mungkin tidak akan menyembuhkan

anak, seperti memiliki tinggi badan normal, tetapi dapat mengurangi masalah

yang disebabkan oleh komplikasi. Ada beberapa pengobatan dan perawatan yang

tersedia, antara lain:

 Bedah

Sering kali bedah dilakukan untuk mengoreksi tulang. Beberapa

prosedur bedah yang dapat dilakukan mencakup memasukkan staples logam

untuk mengoreksi arah bertumbuhnya tulang, memasukkan batang logam

untuk mengoreksi bentuk tulang belakang, meluruskan tulang dengan bantuan

pelat logam, dan memperbesar ukuran pembukaan pada tulang belakang untuk

mengurangi tekanan pada sumsum tulang belakang. Selain itu, bedah juga

24
dapat dilakukan untuk memanjangkan anggota badan walaupun agak lebih

berisiko dibandingkan dengan bedah yang bertujuan untuk mengoreksi tulang.

 Terapi hormon

Kekurangan hormon pertumbuhan dapat diobati dengan memberikan

suntikan hormon sintetis.Anak yang mengidap dwarfisme disarankan

menerima suntikan harian selama beberapa tahun sampai dia mencapai rata-

rata tinggi badan orang dewasa di keluarganya. Pengobatan ini disarankan

berlanjut terus sepanjang masa remaja dan dewasa muda untuk memastikan

pertumbuhan yang seimbang, termasuk massa otot dan lemak yang

sewajarnya. Terapi ini juga dapat mencakup hormon lainnya, misalnya hormon

estrogen untuk anak perempuan yang mengidap sindrom Turner untuk

memastikan dia mencapai pubertas dan pertumbuhan seksual yang diperlukan

ketika dia dewasa kelak.

b. Gigantisme

Gigantisme terjadi karena hipersekresi growth hormone (GH) selama masa

remaja dan sebelum penutupan lempeng lempeng epifisis mengakibatkan

pertumbuhan tulang panjang yang berlebihan (gigantisme hipofisis).Jenis sekresi

berlebihan ini biasanya disebabkan oleh tumor hipofisis yang jarang terjadi.

c. Akromegali

Akromegali terjadi karena hipersekresigrowth hormone (GH) setelah

penutupan lempeng epifisis tidak menyebabkan penambahan panjang tulang

panjang, tetapi menyebabkan pembesaran yang tidak proporsional pada jaringan,

25
penambahan ketebalan tulang pipih dan wajah, dan memperbesar ukuran tangan dan

kaki.

Sasaran pengobatan akromegali /gigantisme adalah mengendalikan

pertumbuhan / menormalkan sekresi GH dan  mengangkat massa tumor. Sasaran

biokimiawi : IGF-1 normal dan kadar GH < 1 ng/ml setelah beban glukosa (13).

Terdapat 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah

dan radiasi.

 Pengobatan medis.

Pengobatan medis / farmakologis sangat pesat akhir-akhir ini. Tujuan

pengobatan medis adalah menghilangkan keluhan / gejala efek lokal dari tumor

dan / atau kelebihan GH / IGF-1. Untuk itu sasaran pengobatan adalah kadar GH

< 2 ng/ml pada pemeriksaan setelah pebebanan dengan glukosa ( < 1 mcg / l

dengan cara IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal.

Pengobatan medisutama adalah dengan analog somatostatin dan analog

dopamin. Oleh karena somatostatin, penghambat sekresi GH, mempunyai waktu

paruh pendek maka yang digunakan adalah analog kerja panjang yang dapat

diberikan 1 kali sebulan.Yang  banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja

pada reseptor somatostatin sub tipe II dan V dan menghambat sekresi GH.

Pengobatan dengan octreotide dapat menurunkan kadar GH sampai < 5 ng/ml

pada 50% pasien dan menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien akromegali.

Lanreotide, suatu analog somatostatin “sustained-release” yang dapat diberikan

satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk pengobatan akromegali.

26
Bromokriptin merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak

digunakan dalam menekan kadar GH / IGF-1, akan tetapi kurang efektif

dibandingkan dengan oktreotid. Suatu agonist dopamin yang baru, yaitu

cabergoline ternyata lebih efektif dan lebih dapat ditolerir dalam menekan GH

terutama apabila terdapat kombinasi dengan hiperprolatinemia. Akhir-akhir ini

pegvisomant, suatu antagonist reseptor GH terbukti dapat menormalkan kadar

IGF-1 dan memperbaiki gejala klinis.

 Pembedahan

Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan pilihan

dan dapat menyembuhkan.Laws dkk. (2000) melaporkan hasil terapi pembedahan

transsphenoid pada 86 pasien akromegali : IGF-1 mencapai normal pada 67%,

kadar GH dapat disupresi sampai < 1 ng/ml oleh beban glukosa pada 52%.

Walaupun pembedahan tidak dapat menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun

terapi perbedahan disepakati sebagai terapi lini pertama.Pada pasien-pasien

dengan gejala sisa setelah pembedahan dapat diberikan pengobatan penunjang

(medis dan radiasi). Hipofisektomi transsfenoid akan segera menghilangkan

keluhan-keluhan akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan /

menormalkan kadar GH / IGF-1. Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar

GH dan keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi mencapai 80 – 85% pada

mikroadenoma dan 50 – 65% pada makroadenomia. Pembedahan hipofisis

transsphenoid berhasil pada 80 – 90% pasien dengan tumor < 2 cm dan kadar GH

< 50 ng/ml.

27
 Radiasi.

Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi

diperlukan waktu bertahun-tahun.Terapi radiasi konvensional saja menghasilkan

remisi sekitar 40% setelah 2 tahun dan 75% setelah 5 tahun terapi, namun disertai

efek negatif berupa pan hipopituitarisme.Di samping itu studi Ariel dkk (1997)

pada 140 pasien akromegali mendapatkan terapi radiasi tidak dapat menormalkan

kadar IGF-1 walaupun kadar GH sudah dapat dikontrol.  Oleh karena

kekurangannya tersebut, terapi radiasi hanya diberikan sebagai terapi penunjang

untuk tumor besar dan invasif dan apabila terdapat kontraindikasi operasi.Apabila

mungkin, terapi radiasi harus dihindari untuk pengobatan gigantisme.

2. Abnormalitas Pada Sekresi Antidiretik Hormone:

a. Hiposekresi ADH

Hiposekri ADH mengakibatkan diabetes insipidus. Penyakit diabetes

Insipidus merupakan penyakit yang cukup langka, karena jarang ditemukan.

Penyakit diabetes insipidus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan mual,

pusing (simtoma), kondisi dimana tubuh tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak

buang air kecil (poliuria) dan rasa haus yang terjadi terus menerus tidak bisa

berhenti meskipun sudah menghabiskan beberapa liter air (polidipsia). Pada umunya

ada dua jenis diabetes insipidus dengan dua penyebab yang berbeda.

 Diabetes Insipidus Sentral

Jenis diabetes Insipidus yang paling banyak dijumpai, yang pada

dasarnya disebabkan karena terjadi gangguan pada saat hormon antidiurektik

melakukan proses produksi yang disebabkan karena daerah sekitar hipotalamus

28
mengalami gangguan. Gangguan yang terjadi pada hipotalamus dapat disebabkan

karena pertumbuhan tumor atau luka cidera pada hipotalamus itu sendiri, atau

bisa juga disebabkan karena kelenjar hipofisis mengalami kerusakan atau

gangguan pada pembuluh darah. Kondisi tersebut yang jika tidak ditangani

dengan cepat akan mengakibatkan dan memicu munculnya penyakit diabetes

Insipidus sentral.

 Diabetes Insipidus Nefrogenesis

Sedangkan untuk jenis penyakit diabetes insipidus nefrogenesis, lebih

disebabkan karena adanya gangguan pada ginjal.Ginjal yang seharusnya bertugas

untuk memberikan reaksi pada hormon vasopresin justru tidak bisa melaksanakan

tugasnya dengan baik. Hormon vasopresin tetap diproduksi dengan normal, akan

terapi kondisi ginjal yang tidak prima membuat ginjal tidak mampu untuk

merespon dengan baik, maka dari itu cairan urin yang semestinya bisa dikontrol

pengeluarannya jadi tidak bisa terkontrol sehingga seseorang yang menderita

penyakit diabetes insipidus nefrogenesis akan lebih sering ke kamar kecil untuk

buang air kecil. Dibutuhkan serangkaian tes yang cukup rumit dan berat untuk

mengetahui apakah menderita penyakit ini atau hanya menderita penyakit

kencing biasa. Dan apakah penyebab diabetes inspidius nefrogenesis beserta

gejala nya cocok dengan apa yang dikeluhkan.

b. Hipersekresi

Hipersekresi kadang terjadi setelah hipotalamus mengalami cedera atau

karena tumor. Hal ini mengakibatkan retensi air, dilusi cairan tubuh, dan

peningkatan volume darah.

29
3. Abnormalitas Sekresi Hormon Tiroid

a. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormon tiroid. Hal ini

mengakibatkan penurunan aktivitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental

lambat, dan peningkatan simpanan lemak. Pada anak-anak, hipotiroidisme

mengakibatkan retardasi mental dan fisisk, disebut dengan kretinisme.

Hipotiroidisme adalah produksi hormon tiroid yang berlebihan. Hal ini

mengakibatkan aktivitas metabolik meningkat, berat badan turun, gelisah,

tumor,diare, frekuensi jantung meningkat, dan pada hipertiroidisme berlebihan,

gejalanya adalah toksisitas hormone.

Lingkungan memang mempengaruhi terjadinya IDDM, namun berbagai ras

dalam satu lingkungan belum tentu memiliki perbedaan. Orang-orang kulit putih

cenderung memiliki insiden paling tinggi, sedangkan orang-orang cina paling

rendah. Orang-orang yang berasal dari daerah dengan insiden rendah cenderung

akan lebih berisiko terkena IDDM jika bermigrasi ke daerah penduduk dengan

insiden yang lebih tinggi. Penderita laki-laki lebih banyak pada daerah dengan

insiden yang tinggi, sedangkan perempuan akan lebih berisiko pada daerah dengan

insiden yang rendah.

Secara umum insiden IDDM akan meningkat sejak bayi hingga mendekati

pubertas, namun semakin kecil setelah pubertas. Terdapat dua puncak masa kejadian

IDDM yang paling tinggi, yakni usia 4-6 tahun serta usia 10-14 tahun. Kadang-

kadang IDDM juga dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan, meskipun

kejadiannya sangat langka. Diagnosis yang telat tentunya akan menimbulkan

30
kematian dini. Gejala bayi dengan IDDM ialah napkin rash, malaise yang tidak jelas

penyebabnya, penurunan berat badan, senantiasa haus, muntah, dan dehidrasi.

Insulin merupakan komponen vital dalam metabolisme karbohidrat, lemak,

dan protein. Insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan cara memfasilitasi

masuknya glukosa ke dalam sel, terutama otot serta mengkonversi glukosa menjadi

glikogen (glikogenesis) sebagai cadangan energi. Insulin juga menghambat

pelepasan glukosa dari glikogen hepar (glikogenolisis) dan memperlambat

pemecahan lemak menjadi trigliserida, asam lemak bebas, dan keton. Selain itu,

insulin juga menghambat pemecahan protein dan lemak untuk memproduksi glukosa

(glukoneogenesis) di hepar dan ginjal. Bisa dibayangkan betapa vitalnya peran

insulin dalam metabolisme.

Defisiensi insulin yang dibiarkan akan menyebabkan tertumpuknya glukosa

di darah dan terjadinya glukoneogenesis terusmenerus sehingga menyebabkan kadar

gula darah sewaktu (GDS) meningkat drastis. Batas nilai GDS yang sudah

dikategorikan sebagai diabetes mellitus ialah 200 mg/dl atau 11 mmol/l. Kurang dari

itu dikategorikan normal, sedangkan angka yang lebih dari itu dites dulu dengan Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) untuk menentukan benar-benar IDDM atau kategori

yang tidak toleran terhadap glukosa oral.

C. Jenis-jenis Kelenjar

1. Kelenjar Hipofisis
Hipofisis disebut juga kelenjar pituitary. Hipofisis merupakan kelenjar kecil

di rongga bertulang terletak di dasar otak dibawah hipotalamus sekitar 2cm.

Dihubungkan ke hipolalamus oleh tangkai kecil (infundibulum). Kelenjar hipofisis

disebut master gland karena dapat menghasilkan hormon dan hormon yang dihasilkan

31
oleh hipofisis dapat merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan hormon lain.

Terdapat dua kelenjar hipofisis :

a. Kelenjar Hipofisis Anterior


Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang berasal

dari penonjolan atap mulut yang disebut adenohipofisis. Hipofisis anterior di

hubungkan melalui pembuluh darah. Pengeluaran hormon dari anterior dikontrol

oleh hipotalamus. Hormon yg dikeluarkan hipofise anterior yaitu:

1) Hormon pertumbuhan ( growth hormon atau GH )


Hormon ini bekerja pada tulang, otot, tulang rawan, kulitdan

bekerjanya sangat terbatas. Pada pria sejak lahir sampai dengan 21 tahun dan

pertmbuhan drastisnya terjadi pada usia 13 sampai 16 tahun. Pada wanita sejak

lahir hingga usia 18 tahun, dan pertumbuhan drastisnya terjadi saat usia 9

sampai 12 tahun.

GH ini sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam darah contohnya

bila selesai makan kadar gula dlm darah akan meningkat, dan GH tidak bekerja.

Bila kadar gula dalam darah menurun, GH bekerja secara maksimal. Bila GH

bekerja normal maka tubuh akan normal. Bila hipersekresi maka tubuh manusia

akan menjadi raksasa (giant). Bila hiposekresi maka tubuh manusia akan

menjadi kerdil/cebol.

2) Thyroid stimulating hormon ( TSH atau tirotropin)


Hormon ini mempengaruhi kelenjar thyroid. Hormon ini menghasilkan

thyroksin (t4), liotironin (t3) dan kalsitonin.

3) Hormon Adrenokortikotropik ( ACTH)


Hormon ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Glukokortikoid

sebagai penghasil gula, Mineralokortikoid fungsinya mengatur keseimbangan

ion Na dan ion K, dan Gonadokortikoid. Gonadokortiroid untuk wanita adalah

32
hormon estrone & progesterone, sedangkan untuk pria adalah hormon

testosterone.

4) Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu ibu (asi).

5) Gonadotropin hormon (GTH)

6) Hormon ini menghasilkan FSH (follicle stimulating hormon) dan LH


(luteinizing hormon) atau ICSH (interstitial cell stimulating hormon).
Pada wanita FSH berfungsi untuk mematangkan sel telur sedangkan

LH berfungsi menebalkan dinding rahim dan mempertahankan implantasi janin.

Sedangkan pada pria FSH berfungsi mematangkan spermatogonium yang akan

menjadi spermatozoasedangkan LH atau ICSH akan menghasilkan sel leydig

yang memproduksi hormon testosterone.

Hormon pelepas (releasing) dan penghambat (inhibiting) hipotalamus

disalurkan ke hipofise melalui sistem porta hipotalamus - hipofisis untuk

mengontrol sekresi hormon hipofise anterior . Hormon pengatur hipotalamus

mencapai hipofise anterior melalui jalur vaskuler khusus ke sistem porta

hipotalamus – hipofise. Sekresi hormon anterior dirangsang atau dihambat oleh

7 hormon hipofisiotropik yang terdiri dari Thyrotropin releasing hormon

(TRH), Cortikotropin releasing hormon (CRH), Gonadotropin releasing hormon

(GNRH), Growth hormon releasing hormon (GHRH), Prolacting releasing

hormon (PRH) hormon ini menghambat, Prolactin -relasing hormon (PRH)

mengeluarkan, menghambat, dan Prolakting inhibiting hormon (menghambat).

b. Kelenjar Hipofisis Posterior


Secara embriologis kelenjar hipofisis posterior berasal dari pertumbuhan

otak yang terdiri dari jaringan saraf (neurohipofisis). Hipofisis posterior di

hubungkan ke hipotalamus mealuil jalur saraf. Hipofise posterior membentuk

33
sistem neurosekresi yang mengeluarkan vasopresin dan oksitosin. Pengeluaran

hormon dari hipofise posterior dikontrol oleh hipotalamus. Hipofisis posterior

terdiri dari hormon oxytosin yang berfungsi untuk regulasi kontraksi rahim dan

membantu dalam proses pengeluaran asi setelah melahirkan, hormon relaxin yang

berfungsi membukanya simphisis pubis, dan ADH (Anti Diuretika Hormon) atau

pitressin atua vasopressin yang berfungsi untuk mencegah agar urin yang keluar

tidak terlalu banyak ( in put = out put).

2. Kelenjar Tiroid
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat

bersama oleh jaringan tiroid yang menyatu di bagian tengah oleh bagian sempit

kelenjar yang berbentuk seperti dasi kupu-kupu dan yang melintasi trakea di sebelah

depan. Merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, letaknya

berada di atas trakea, tepat dibawah laring.

Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid ini dibagi menjadi 2

jenis yaitu yang mengandung tiroksin (t4 ) dan triioditironin ( t3 ). Di luar tiroid

sebagian besar t4 yg disekresikan diubah jadi t3. Sebagian besar t3 dan t4 diangkut di

darah dalam keadaan terikat ke protein plasma tertentu.

Sel sekretorik utama hormon tiroid tersusun membentuk gelembung berongga

berisi koloid yang membentuk unit fungsional yaitu folikel dan menjadi sel folikel. Di

ruang interstisium diantara folikel terdapat sel sekretorik ( sel c) yang menghasilkan

hormon kalsitonin. Sel folikel memfagosit koloid berisi tiroglobulin untuk melakukan

sekresi hormon tiroid.

Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior,

kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin. Adapun fungsi dari hormon

tiroksin yaitu mengatur metabolisme tubuh baik metabolisme karbohidrat, protein dan

lipid. Hormon Liotironin yang merupakan bahan baku thyroksin dengan syarat harus

34
ada ion iodium yang terdapat di dekat laut atau hasil dari laut seperti ikan, garam yang

beriodium. Hormon Kalsitonin yang merupakan bahan baku pembentukkan

parathormon yang juga disekresikan oleh kelenjar parathyroid dan berfungsi untuk

mengatur kadar kalsium (ion Ca2+) dalam darah.

Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi

oleh epitelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera,

cairan yang bersifat lekat yaitu Koloidae tiroid yang mengandung zat senyawa yodium

dan dinamakan hormon tiroksin.

Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:

a) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.

b) Mengatur penggunaan oksidasi.

c) Mengatur pengeluaran karbondioksida.

d) Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.

e) Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.

3. Kelenjar Paratiroid
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini

bedumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para hormon atau

hormon para tiroksin. Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid,

kelenjar paratiroid menghasilkan hormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan

fosfor di dalam tubuh. Kelenjar paratiroid memiliki panjang kira-kira 6 mm, lebar 3

mm, dan tebal 2 mm. Jika dilihat secara mikroskopik kelenjar ini terlihat seperti lemak

berwarna coklat kehitam-hitaman. Kelenjar ini sulit ditemukan karena tampak seperti

lobus kelenjar tiroid. Fungsi paratiroid adalah Mengatur metabolisme fospor dan

Mengatur kadar kalsium darah.

Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Contohnya pada keadaan

Hipoparatiroidisme terjadi kekurangan kalsium di dalam darah atau hipokalsemia

35
mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang khususnya pada

tangan dan kaki disebut karpopedal spasmus, gejala-gejala ini dapat diringankan

dengan pemberian kalsium.

Hiperfungsi, mengakibatkan kelainan-kelainan seperti kelemahan pada otot-

otot, sakit pada tulang, kadar kalsium dalam darah meningkat begitu juga dalam urin,

dekolsifikasi dan deformitas, dapat juga terjadi patah tulang spontan. Contohnya pada

keadaan Hiperparatiroidisme biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran (tumor)

kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali dari

tulang dan dimasukkan kembali ke serum darah. Akibatnya terjadi penyakit tulang

dengan tanda-tanda khas beberapa bagian kropos. disebut osteomielitis fibrosa sistika

karena terbentuk kristal pada tulang, kalsiumnya diedarkan di dalam ginjal dan dapat

menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal. Kelainan-kelainan di atas dapat juga

terjadi pada tumor kelenjar paratiroid.

4. Kelenjar Adrenal
Merupakan kelenjar suprarenal yang jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian

atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5 sampai

dengan 9 gram. Secar struktural dan fungsional kelenjar adrenal terdiri dari 2 kelenjar

endokrin yg menyatu yaitu bagian korteks dan medulla. Kelenjar suprarenal ini terbagi

atas 2 bagian yaitu:

a) Bagian luar
Berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks.

Korteks adrenal ini secara histologis terdiri dari 3 lapisan (zona), yaitu Zona

glomerulosa yang menghasilkan mineralokortikoid (95 % aldosteron) yang berfungsi

untuk keseimbangan elektrolit dan homeostasis tekanan darah, Zona fasikulata

( menghasilkan glukokortikoid) yang memiliki efek metabolik , berperan dalam

36
adaptasi thd stress, dan Zona retikularis (glukokortikoid) dan hormon kelamin / seks

(gonadokortikoid).

b) Bagian medula
Menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor adrenalin (nor epinefrin).

Medula adrenal ini terdiri dari sel-sel kromafin ( modifikasi neuron simpatis) yg

bergerombol di sekitar kapiler darah dan sinusoid. Bagian ini Mensekresi

katekolamin ( neuron pascaganglion yg mengalami modifikasi ) yaitu Epinefrin

yang merangsang jantung, saraf simpatis dan aktifitas metabolik dan Norepinefrin

yang mempengaruhi vasokonstriksi perifer dan tek darah.

Zat-zat ini disekresikan dibawah pengendalian sistem persarafan simpatis.

Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut, serta dalam

keadaan asfiksia dan kelaparan. Peningkatan jumlah zat menaikkan tekanan darah

guna melawan shok. Sedangkan Noradrenalin menaikan tekanan darah dengan jalan

merangsang serabut otot didalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi,

adrenalin membantu metabolisme kar-bohidrat dengan jalan menambah pengeluaran

glukosa dari hati.

Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks adrenal adalah

Hidrokortison, Aldosteron dan Kortikosteron. Semuanya bertalian erat dengan

metabolisme, pertumbuhan fungsi ginjal dan kondisi otot.

Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks yaitu Mengatur keseimbangan

air, elektrolit dan garam, Mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang

dan protein, dan Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid. Fungsi kelenjar

suprarenalis bagian medula terdiri dari Vaso konstriksi pembuluh darah perifer dan

Relaksasi bronkus.

Hipofungsi, menyebabkan penyakit addison. sedangkan Kelainan-kelainan

yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan tumor suprarenal bagian korteks

37
dengan gejala-gejala pada wanita biasa, terjadinya gangguan pertumbuhan seks

sekunder.

5. Kelenjar Pankreas
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan II terdiri

dari sel-sel alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-sel

beta menghasilkan hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk pengobatan diabetes,

insulin merupakan sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim

pencernaan protein. Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan

bila digunakan sebagai pengobatan, memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk

mengobservasi dan menggunakan glukosa dan lemak.

Pulau Langerhans, Pulau-pulau langerhans berbentuk oval tersebar di seluruh

pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas.Dalam tubuh manusia terdapat 1-2

juta pulau-pulau langerhans, sel dalam pulau ini dapat dibedakan atas dasar granulasi

dan pewarnaannya separuh dari sel ini mensekresi insulin, yang lainnya menghasilkan

polipeptida dari pankreas diturunkan pada bagian eksokrin pankreas.

Fungsi kepulauan Langerhans adalah Sebagai unit sekresi dalam pengeluaran

homeostatik nutrisi, rnenghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida pankreas

serta mengnambat sekresi glikogen. Pulau Langerhans ini mengeluarkan Sel alfa yang

mensekresi hormon Glukagon untuk meningkatkan kadar gula darah, Sel beta yang

mensekresi hormon Insulin yang fungsinya untuk menurunkan kadar gula darah, Sel

delta mensekresi hormon Somatostatin yang fungsinya menghambat pelepasan insulin

dan glucagon, dan Sel f yang menghasilkan polipeptida pankreatik dan fungsinya

untuk mengatur fungsi eksokrin pancreas.

6. Kelenjar Pineal
Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel berbentuk kecil merah

seperti sebuah Gemara. Terletak dekat korpus. Fungsinya belum diketahui dengan jelas,

38
kelenjar ini menghasilkan sekresi interns dalam membantu pankreas dan kelenjar

kelamin. Hormon yang dihasilkan adalah hormon melatonin yang fungsinya untuk

mengatasi jet lag atau perbedaan waktu antara negara bagi yg bepergian. Melatonin ini

paling banyak di produksi pada malam hari, dan paling rendah pada jam 12 siang.

7. Kelenjar Timus
Kelenjar ini terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum, kelenjar

timus ini hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di

dalam toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri

atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10grarn atau lebih

sedikit. Ukurannya bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian berkerut

lagi. Kelenjar timus ini merupakan penghasil hormon peptida yaitu timosin dan

timopietin yang berfungsi dalam perkembangan normal lymfosit dan respon imun

tubuh. Hormon yang dihasilkan kelenjar timus berfungsi untuk mengaktifkan

pertumbuhan badan dan mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.

8. Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin ini terdiri dari kelenjar Testika yang terdapat pada pria.

Letaknya di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Fungsi hormon

testosterone adalah menentukan sifat kejantanan, misalnya adanya jenggot, kumis,

jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani (spermatozoid) serta mengontrol pekerjaan

seks sekunder pada laki-laki. Dan kelenjar ovarika yang terdapat pada wanita dan

terletak pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini menghasilkan

hormon progesteron dan estrogen, hormon ini dapat mempengaruhi pekerjaan uterus

serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar, bahu sempit dan lain-

lain.

39
D. Struktur Sistem Endokrin Lain Penghasil Hormon

1. Jantung, faktor atrial natriuretic yang menyebabkan urine bergaram.

2. Gaster, yang menghasilkan gastrin dan berfungsi untuk membantu dalam proses gerak

peristaltik yang teratur pada lambung, membentuk makanan yang padat menjadi lunak

atau dalam bentuk cair (chime) sehingga mudah dicerna oleh usus halus.

3. Plasenta, hormon estrogen dan hormon progesteron, HCG ( tes kehamilan).

4. Ginjal, hormon eritropoietin yang produksi eritrosit.

5. Kulit, kolekalsiferol yang menyebabkan Vitamin D tidak aktif dan sinar matahari yang

diaktifkan di ginjal membuat vit d3 lalu absorpsi ion Ca dari usus.

E. Gangguan Sistem Endokrin

Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:

1. Endokrin penyakit yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu banyak atau terlalu

sedikit hormon endokrin, yang disebut ketidakseimbangan hormon.

2. Endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor) dalam sistem endokrin,

yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi tingkat hormon penyakit. Sistem umpan

balik endokrin yang membantu mengontrol keseimbangan hormon dalam aliran darah.

Sebuah ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik memiliki

kesulitan menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam aliran darah, atau jika tubuh

tidak membersihkan mereka keluar dari aliran darah dengan benar.

F. Jenis-Jenis Gangguan Endokrin

Ada berbagai jenis gangguan endokrin. Diabetes adalah gangguan endokrin yang

paling umum didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan endokrin lainnya meliputi:

1. Dwarfisme (Kerdil)

40
Gejala hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada masa anak-anak

yang menyebabkan cebol. Seorang manusia dewasa dikatakan mengalami dwarfisme

bila tinggi badannya hanya mencapai kisaran 147 cm atau lebih pendek. Kondisi ini

lebih sering disebut dengan perawakan tubuh yang pendek dibandingkan penyebutan

dwarfisme atau dwarf karena dianggap mendiskriminasi kondisi penderita.

a. Komplikasi
Dwarfisme memiliki beberapa komplikasi yang umum terjadi akibat kondisi

ini, misalnya pada kehamilan. Perempuan hamil yang memiliki kondisi dwarfisme

disproporsional cenderung mengalami gangguan pernapasan selama masa

kehamilan. Prosedur kelahiran Caesar juga seringnya diharuskan bagi perempuan

dengan kondisi seperti ini, karena bentuk dan ukuran tulang panggul yang membuat

melahirkan secara normal menjadi berisiko tinggi.

b. Pengobatan
Mengobati dwarfisme bisa melibatkan berbagai macam dokter spesialis,

sesuai dengan kondisi penderita kondisi ini. Kebanyakan perawatan dwarfisme tidak

bisa memperbaiki postur tubuh. Perawatan dilakukan untuk mengurangi gangguan

yang muncul akibat komplikasi dari kondisi ini. Beberapa pilihan perawatan yang

ada, yaitu terapi hormon.

Terapi hormon. Sebuah hormon sintetis akan disuntikkan untuk membantu

hormon pertumbuhan yang kurang pada penderita dwarfisme. Suntik hormon ini

dilakukan hingga beberapa kali selama masa remaja, setidaknya hingga tinggi badan

maksimum dari tinggi rata-rata di keluarga pasien tercapai. Selain tinggi badan,

suntikan juga dilakukan untuk memastikan tubuh dapat tumbuh sesuai dengan

kapasitas pertumbuhan yang seharusnya. Perawatan ini dapat dilengkapi dengan

terapi hormon lain, misalnya hormon estrogen bagi penderita sindrom Turner.

41
2. Gigantisme (acromegaly)
Gigantisme (acromegaly) adalah Gangguan endokrin yang terjadi karena

kelebihan growth hormone sebelum pubertas. Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan

hormon pertumbuhan berlebihan pada masa anak-anak dan remaja (sebelum pubertas).

Jika kelenjar pituitary memproduksi hormon pertumbuhan terlalu banyak, tulang anak

dan bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan

terlalu rendah, seorang anak bisa berhenti tumbuh di ketinggian.

a. Komplikasi
Gigantisme yang tidak ditangani atau tindakan pengobatan dengan prosedur

operasi dapat menyebabkan menurunnya hormon kelenjar hipofisis lainnya sehingga

penderita berisiko terhadap penyakit-penyakit tertentu, seperti berkurangnya sekresi

hormon atau kegiatan fisiologis pada ovarium atau testis (hipogonadisme), retardasi

pertumbuhan dan perkembangan mental pada anak dan dewasa sebagai akibat

rendahnya aktivitas kelenjar tiroid (hipotiroidisme), insufisiensi adrenal, dan kasus

langka diabetes insipidus.

b. Pengobatan
Banyaknya hormon pertumbuhan penyebab gigantisme dapat ditangani

dengan cara mengendalikan produksinya. Bagaimanapun juga, belum ada terapi

pengobatan yang sukses mengontrol produksi hormon pertumbuhan secara stabil.

Untuk tumor kelenjar pituitari, tindakan operasi transsphenoidal bisa dilakukan

sebagai upaya pengobatan pertama.

Terapi sinar gamma atau gamma knife radiosurgery adalah metode

pengobatan lain yang dilakukan untuk mengobati tumor di otak. Terapi ini akan

memaparkan ratusan sinar radiasi kecil pada tumor. Walau lebih efektif serta dapat

mengembalikan level hormon pertumbuhan menjadi normal, terapi ini dapat berisiko

munculnya gangguan emosional pada anak-anak, obesitas, dan ketidakmampuan

42
belajar. Terapi ini umumnya diambil sebagai alternatif akhir jika metode operasi

standar mengalami kegagalan.

Pengobatan gigantisme juga menggunakan obat seperti octreotide untuk

mencegah laju produksi hormon pertumbuhan. Obat dapat berbentuk cairan dan

disuntikkan satu kali dalam sebulan. Obat-obatan agonis reseptor dopamin dapat

diberikan dalam bentuk pil untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan

prosedur operasi. Kedua jenis obat ini dapat digunakan bersamaan untuk

mengurangi level hormon pertumbuhan pada penderita. Obat-obatan dapat

digunakan untuk mengurangi gejala gigantisme pada anak jika prosedur operasi

tidak berhasil atau menghadapi kasus tumor yang tumbuh kembali.

3. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)


Sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti obesitas, impaired

glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan disfungsi gonadal yang berakibat

pada berlebihnya rasio serum hormon kortisol.

Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya kortisol) dan hormon

androgen serta aldosteron. Kondisi serupa disebut sindrom cushing bisa terjadi pada

orang, terutama anak-anak, yang mengambil dosis tinggi obat kortikosteroid. Penyakit

Chusing yang ditandai dg kelebihan kortikotropin yg diproduksi oleh kelejar hipofisis

(80% kasus).

a. Pengobatan
Pengobatan sindrom Cushing dilakukan dengan cara menangani faktor yang

mendasarinya. Apabila lonjakan jumlah hormon kortisol secara tidak wajar di dalam

tubuh disebabkan oleh efek samping penggunaan kortikosteroid, maka dokter dapat

menurunkan dosis atau bahkan menghentikan penggunaan dan menggantinya

dengan obat lain.

43
Namun jika hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa sindrom Cushing

disebabkan oleh tumor yang bersarang di dalam kelenjar adrenal atau hipofisis,

maka salah satu penanganan yang mungkin dilakukan adalah prosedur operasi untuk

mengangkat tumor tersebut atau pengobatan lainnya untuk menyusutkannya,

misalnya radiasi atau pemberian obat-obatan.

4. Goiter (gondok)
Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun hiperfungsi tiroid.

Penyakit gondok adalah kondisi dimana terjadi pembengkakan kelenjar tiroid. Kelenjar

tiroid adalah organ berbentuk kupu-kupu yang terletak tepat di bawah jakun. Kelenjar

ini memiliki fungsi penting, yaitu untuk memroduksi hormon tiroid yang berperan

dalam berbagai proses-proses kimiawi yang terjadi dalam tubuh.

Pada kondisi normal, kinerja kelenjar tiroid cenderung tidak kita sadari sama

seperti organ-organ dalam yang lain. Tetapi jika terjadi pembengkakan, kelenjar tiroid

akan membentuk benjolan pada leher. Benjolan ini akan bergerak naik dan turun saat

anda menelan.

a. Jenis-jenis
Terdapat dua jenis gondok, yaitu gondok difus dan nodul. Pengelompokan ini

berdasarkan tekstur benjolannya. Benjolan pada gondok difus terasa mulus saat

disentuh. Sementara pada gondok nodul, benjolan terasa tidak rata dan bergumpal.

Permukaan yang tidak rata tersebut disebabkan oleh adanya satu atau lebih benjolan

berukuran kecil atau apabila terdapat cairan dalam benjolan.

b. Gejala
Tidak semua penderita gondok mengalami gejala. Namun apabila terjadi

gejala , maka munculnya benjolan abnormal atau pembengkakan pada leher adalah

tanda utama yang akan dikeluhkan oleh pasien.

44
Ukuran benjolan gondok berbeda-beda pada tiap penderita. Benjolan yang

berukuran kecil biasanya tidak akan menimbulkan keluhan apapun. Meski demikian,

benjolan tersebut dapat memengaruhi pernapasan serta menyebabkan penderita sulit

menelan jika ukurannya bertambah besar.

Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai pembengkakan meliputi

tenggorokan yang terasa membengkak, perubahan suara (misalnya menjadi serak),

batuk-batuk, serta kesulitan bernapas dan menelan.

c. Komplikasi
Apabila terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan baik, gondok

mungkin dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti:

Penekanan pita suara (trakea). Hal ini dapat terjadi apabila gondok

berukuran cukup besar sehingga menekan jaringan sekitarnya, terutama trakea.

Selain suara menjadi serak, pasien juga dapat mengalami kesulitan bernapas.

Sepsis. Sepsis atau infeksi darah dapat terjadi pada saat terjadi tiroid abses,

yakni kondisi di mana terdapat kumpulan nanah pada kelenjar tiroid.

Nyeri, Perdarahan, dan Kematian Jaringan. Ketiganya dapat terjadi pada

gondok jenis nodul. Limfoma. Gondok yang multinodul (berjumlah lebih dari satu)

dan gondok yang disebabkan oleh kondisi autoimun berisiko untuk mengalami

transformasi keganasan pada kelenjar tiroid, yakni limfoma.

d. Pengobatan
1) Obat penurun hormon tiroid
Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid dengan menghambat

proses produksinya. Obat ini digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme. Efek

sampingnya meliputi mual, nyeri pada sendi, ruam ringan, serta penurunan

jumlah sel darah putih secara mendadak.

2) Terapi penggantian hormon

45
Langkah ini dilakukan untuk menangani hipotirodisme dengan

menggantikan hormon tiroid dan umumnya harus dijalani seumur hidup. Contoh

obatnya adalah levothyroxine.

3) Terapi yodium radioaktif

Terapi ini juga termasuk penanganan untuk hipertiroidisme. Yodium

radioaktif yang dikonsumsi akan menghancurkan sel-sel tiroid. Metode

pengobatan ini terbukti dapat mengecilkan ukuran benjolan, tapi juga bisa

memicu hipotiroidisme.

4) Langkah operasi

Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu pernapasan dan

menyebabkan penderita sulit menelan umumnya ditangani dengan operasi.

Langkah ini akan dilakukan dengan tiroidektomi, yaitu prosedur pengangkatan

sebagian atau seluruh kelenjar tiroid. Prosedur ini juga disarankan bagi penderita

yang diduga memiliki benjolan tiroid yang mengandung sel-sel kanker.

5. Hiperparatiroidisme
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid (PTH), hormon

asam amino polipeptida. Perubahan patologis yang terjadi akibat hiperparatiroidisme

adalah: tulang mudah patah.

a. Pengobatan
Di langkah awal penanganan, dokter biasanya menyarankan untuk

menunggu dan melihat kondisi pasien selama beberapa waktu. Hal ini terutama

dilakukan jika kadar kalsium hanya meningkat sedikit, tidak ada kerusakan pada

ginjal, dan tidak ada gejala lain yang perlu diterapi.

Pengobatan hiperparatiroidisme tergantung dari jenisnya. Pada kasus

hiperparatiroidisme primer yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh tumor

jinak adenoma, pengobatan yang paling efektif adalah melalui operasi pengangkatan

46
tumor tersebut dari kelenjar paratiroid. Selain itu, dokter juga kadang-kadang akan

memberikan obat penurun kadar kalsium yang disebut bisphosphonate melalui infus.

Jika Anda penderita hiperparatiroidisme primer, bukan berarti Anda harus

menghindari makanan yang mengandung kalsium sepenuhnya. Yang harus Anda

hindari adalah makanan-makanan berkadar kalsium tinggi. Tidak mengonsumsi

kalsium justru bisa menyebabkan tulang mengalami defisiensi kalsium dan akhirnya

memicu osteoporosis. Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk minum air putih dalam

jumlah yang cukup agar tubuh tidak dehidrasi.

Sedangkan pada kasus hiperparatiroidisme sekunder, pengobatan akan

difokuskan kepada kondisi yang mendasari. Sebagai contoh, jika hiperparatiroidisme

terjadi akibat penyakit ginjal yang sebelumnya telah diderita pasien, maka dokter

akan fokus untuk mengobati penyakit ginjal tersebut.

6. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak memproduksi

hormon tiroid yang cukup, menyebabkan kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi.

Kelenjar kurang aktif dapat menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak.

Beberapa jenis hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir. Kelainan akibat

hipotiroidisme adalah Kretinisme.

a. Pengobatan
Pengobatan penyakit melibatkan kurangnya kompensasi untuk hormon

tiroid.Dokter mengatur sebuah formulasi tablet tertentu.Hormon - T4 (L -tiroksin,

eutiroks) - hormon tiroid sintetis asal digunakan dalam produk praktek terbuat dari

kelenjar tiroid hewan yang telah dikeringkan sebelumnya.Tapi dia tidak dianggap

ideal, karena tidak mungkin untuk benar-benar diukur.Dalam setiap tablet mungkin

nomor yang berbeda dari T3 hormon.

47
Lansia untuk memulai dosis lemah diresepkan hormon tiroid, sebagai dosis

tinggi hormon dapat menyebabkan efek samping ireversibel. Meningkat dosis dokter

secara bertahap, memastikan bahwa thyroid-stimulating hormone dalam darah

kembali normal. Obat pasien tersebut menerima hidup.Jika koma, hormon ini

diberikan secara intravena

7. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada

metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak, menyebabkan

penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat, berkeringat, dan gugup. Penyebab

paling umum untuk tiroid yang terlalu aktif adalah suatu gangguan autoimun yang

disebut penyakit Grave.

a. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan terhadap penderita hipertiroidisme bergantung

pada faktor usia, gejala yang dialami, dan kadar hormon yang dihasilkan oleh

kelenjar tiroid dalam darah. Di bawah ini adalah jenis pengobatan yang biasanya

digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme, yaitu:

1) Thionamide

Thionamide adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk menekan

produksi hormon tiroksin dan triiodotironin. Contoh obat-obatan thionamide

adalah carbimazole dan propylthiouracil. Obat ini perlu dikonsumsi sekitar 1-2

bulan agar bisa dilihat perubahan pada kondisi hipertiroidisme.

Dosis obat ini akan diturunkan secara perlahan setelah produksi hormon

oleh kelenjar tiroid bisa dikendalikan. Efek samping yang jarang terjadi akibat

obat ini adalah sakit persendian dan ruam kulit yang gatal. Risiko mengalami

48
hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif) akibat pengobatan ini lebih

kecil dibandingkan radioterapi.

2) Radioterapi

Radioiodine adalah sejenis prosedur radioterapi untuk mengobati

hipertiroidisme. Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid akan berkurang ketika

iodine radioaktif (dalam tingkat rendah dan tidak berbahaya) menyusutkan

kelenjar tiroid. Pengobatan radioiodine dapat konsumsi dalam bentuk obat cair

atau kapsul.

3) Beta-blocker

Diberikan setelah produksi hormon kelenjar tiroid bisa dikendalikan oleh

thionamide. Efek samping yang paling umum akibat obat ini adalah mual, kaki

dan tangan menggigil, insomnia, dan selalu merasa lelah.

49
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

NUTRISI DAN SISTEM ENDOKRIN

I. GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputinpengkajian

khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan

nutrisi.

1. Riwayat makanan

Riwayat makanan meliputi infomasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe

makanan yang dihindari ataupun yang diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang

dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan

rencana makanan untuk makan selanjutnya.

2. Kemampaun makan

Beberapa halyang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain kemampuan

mengunyah, menelan dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.

3. Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang paling penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat

pengetahuan pasien ataupun keluarga mengenai kebutuhan nutrisi.

4. Nafsu makan, dan jumlah asupan makanan

5. Tingkat aktifitas

6. Pengonsumsian obat

7. Penampilan fisik

Penampilan fisisk dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek

berikut:

50
a. Rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat tidak kering, dan tidak mengalami

kebotakan bukan karena faktor usia.

b. Daerah diatas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna gelap

c. Mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh darah.

d. Daerah bibir tidk kering, pecah-pecah,ataupun mengalami pembengkakan.

e. Lidah berwarna merah gelaptidak berwarna merah terang, dan tidak ada luka pada

daerah permukaannya.

f. Gusi tidak bengkak, tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengililingi gigiharus

rapat serta erat tidak tertarik ke bawah sampai dibawah permukaan gigi.

g. Gigi tidak berlubang dan tidak berwarna.

h. Kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan atau tidak terjadi

perdarahan yang berlebihan.

i. Kuku jari kuat dan berwarna merah muda.

8. Pengkajian antropometrik

a. Tinggi badan

Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa, balita dan bayi dilkukan dalam

posisi yang berbeda yaitu dewasa dan balita dengan cara berdiri tanpa alas kaki,

sedangkan bayi dilakukan dalam posisi berbaring.

b. Berat badan

- Alat serta skala ukur yang digunakan harus sama setiap kali menimbang

- Pasien ditimbang tanpa alas kaki

- Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama, misalnya sebelu dan sesudah

makan

c. Tebal lipatan kulit

51
- Anjurkan klien untuk membuka baju guna mencegah kesalahn pada hasil

pengukuran

- Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien

- Dalam pengukuran TSF (trisep Skinfold) utamakan lengan klien yang tidak

dominan

- Ketika pengukuran dilakukan, anjurkan klien untuk rileks

- Alat yang digunakan adalah kaliper

d. Lingkat tubuh. Umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini adalah

kepala, dada, dan otot bagian tengah lengan atas.

9. Pemeriksaan biokimia/laboratorium

Nilai umum yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah kadar total limposit,

albumin srum, zat besi, transferin serum, kreatinin, haemoglobin, hematokrit,

keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit.

10. Riwayat diet

a. Riwayat diet

 Gangguan pada fungsi mengunyah dan menelan

 Asupan makanan tidak sehat

 Diet yang salah atau ketat

 Kurangnya persediaan bahan makanan selama 10 hari atau lebih

 Tidak adekuatnya danan untuk menyediakan bahan makanan.

b. Riwayat penyakit

 Adanya riwayat berat badan berlebih atau berkurang

 Penurunan berat badan dan tinggi badan

 Mengalami penakit tertentu

 Anoreksia

52
 Mual dan muntah

 Alkoholisme

 Gangguan yang mengenai organ tertentu (kanker)

 Kehamilan remaja

 Terapi radiasi

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :

 Penurunana asupan oral, ketidaknyamanan pada mulut

 Penurunan absorpsi nutrisi

 Penurunan nafsu makan

 Muntah, anoreksia

Ktiteria hasil

 Klien atau keluarga akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan

tingkt aktfitas dan kebutuhan metabolik.

 Klien atau keluarga mampu mengatasi masalah-masalah dengan penurunan nafsu

makan

 Klien dapat merasa nyaman

Indikator

 Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

 Mengidentifikasikkekurangan atau defisiensi dalam asupan sehari-hari

 Menyebutkan metode-metode untuk meningkatkan nafsu makan

2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhuubungan dengan :

 Penurunan fungsi pengecapan atau penciuman

 Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi

53
 Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi

 Penurunan kebutuhan metabolisme

 Kelebihan asupan

 Perubahan gaya hidup

Ktiteria hasil

 Klien atau keluarrga menjelaskan mengapa dia beresiko mengalami peningkatan

berat badan

 Klien akan menjalani program diet sesuai dengan anjuran yang diberikan

 Klien atau keluarga mampu mengontrol jumlah kalori yang dikonsumsi

 Teridentifikasinya kebutuhaan nutrisi dan berat badan terkontrol

Indikator

 Menjelaskan alasan peningkatan asupan pada kondisi defisit pengecapan atau

penciuman

 Mendiskusikan kebutuhan nutrisi selama menjalani diet berhubungan dengan

penyakit yang dialami

 Mendiskusikan pengaruh olahraga terhadap mengontrol berat badan

C. Intervensi keperawatan

1. Diagnosa 1

Intervensi umum

a. Mandiri

1) Menjelaskan perlunya mengkonsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin,

minerl dan cairan yang adekuat

2) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan nutrisi kalori

harian dan jenis makanan yang sesuai dengan klien

54
3) Diskusikan dengan klien dan keluarga kemungkinan penyebab hilangnya nafsu

makan

4) Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan

5) Tawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering

6) Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat makan dan

hindari mengkonsumsi cairan satu jam sebelum daan sesuadah makan.

7) Dorong dan bantu klien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik

8) Atur agar posisi makanan TKTP disajikan saat klienbiasanya paling lapar

9) Langkah-langkah untuk meningkatkan nafsu makan:

 Tentukan makanan kesukaan klien dan atur agar makanan tersebut tersaji

 Hilangkan bau dan pemandangan tidak sedap dari area makan

 Anjurkan orang terdekat klien untuk membawa makanan yang di

perbolehkan dari rumah

 Ciptakan lingkungn yang tenang dan santai saat makan

10) Beri klien atau keluarga daftar nutrisi diet yang terdiri atas:

 Asupan tinggi karbohidrat kompleks dan serat

 Pengurangan asupan gula, garam, kolestrol, lemak ttotal dan lemak jenuh

 Asupaan kalori yang sesuai untuk mempertahankan berat badan idel

b. Kolaborasi

Pemberian nutrisi melalui enteral (NGT), dan parenteral (cairan infus yang

dimasukkan kedalam tubuh melalui vena)

2. Diagnosa 2

Intervensi umum

55
a. Kaji adanya faktor penyebab berat badan, seperti penurunan indera pembau dan

perasa pengaruh medikasi, atau riwayat penambahan berat badan lebih dari 15 kg

misalnya selama kehamilan, obesitas, kolestrol, dll.

b. Jelaskan pengaruh penurunan indera perasa dan pembau pada persepsi kenyang

setelah makan. Anjurkan klien atau keluarga untuk mengevaluasi asupan

berdasarkan jumlah kalori, bukan perasaan kenyang.

c. Jelaskan rasional peningkatan selera makan akibat penggunaan obat-obatan tertentu.

d. Diskusikan tentang asupan nutrisi dan penigkatan berat badan

e. Tingkatkan kesadaran klien dan keluarga mengenai berbagai tindakan yang bisa

menyebabkan peningkatan asupan makanan.

 Minta klien atau keluarga untuk menuliskan makanan yang dikonsumsinya dalam

24 jam terakhir

 Instruksikan klien atau keluarga untuk membuat buku harian diet selama 1

minggu yang menjelaskan hal-hal: jenis makanan, kapan, dimana dan mengapa

klien makan, serta kehadiran orang lain saat makan.

 Tinjau kembali buku hariat diet untuk mengetahui pola makan klien yang

mempenagruhi asupan makannya.

 Jelaskan rasional peningkatan selera makan akibat penggunaan obat-obat tertentu

f. Ajarkna tekhnik-tekhnik modifikasi perilaku untuk mengurangi asupan kalori,

seperti:

 Jangan makan pada saat melakukan kegiatan

 Minum 1 gelas air sesaat sebelum makan

 Kurangi porsi makan tambahan, makanan berlemak, makanan manis, dan alkohol

 Siapkan makanan dalam porsi kecil yang hanya cukup untuk satu kali makan dan

buang sisanya.

56
 Makan dengan perlahan dan kunyah dengan sempurna

g. Instruksikan klien dan keluarga untuk memperbanyak aktifitas guna membakar

kalori.

D. Implementasi

Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi

E. Evaluasi

Asuhan keperawatan yang kita berikan dikatakan berhasil apabila:

 Klien atau keluarga mampu mengatasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi diet

 Klien dan keluarga mampu mengontrol makan

 Klien merasa nyaman saat makan

II. SISTEM ENDOKRIN

A. PENGKAJIAN UMUM / ANAMNESE

1. Data Demografi.

Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa

gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu merupakan proses

patologis sudah berlangsung sejak lama. Kelainan-kelainan somatic harus selalu

dibandingkan dengan usia dan gender, misalnya berat badan dan tinggi badan.

Tempat tinggal juga merupakan data yang perlu dikaji, khususnya tempat tinggal

pada masa bayi dan kanak-kanak dan juga tempat tinggal klien sekarang.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan

seperti yang dialami klien atau gangguan yang berhubungan secara langsung dengan

gangguan hormonal seperti :

a. Obesitas

57
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

c. Kelainan pada kelenjar tiroid

d. Diabetus mellitus

e. Infertilitas

Dalam mengidentifikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat

menterjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana dan

dimengerti oleh klien dan keluarga.

3. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien.

Perawat mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar gangguan

yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung

lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena

tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.

Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore, bulu

rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang, dan lain-lain.

Berat badan yamg tidak sesuaai dengan usia, misalnya terlalu kurus

meskipun banyak makan dan lain – lain.

Ganggun psikologis seperti mudah marah, sensitive sulit bergaul dan tidak mampu

berkonsentrasi dan lain – lain.

Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya, bila klien

dirawat beberapaa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya.

Juga perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan disaat

sekarang dan masa lalu. Penggunaan obat-obatan yang diperoleh secara bebas, jenis

obat-obatan yang mengandung hormone atau yang dapat merangsang aktivitas

hormonal seperti hidrokortison, levo thyroxine, kontrasepsi oral, dan obat-obatan

anti hipertensi.

58
4. Riwayat Diit.

Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja

mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang

salah dapat menjadi factor penyebab, oleh karena itu kondisi berikut ini perlu dikaji :

a. Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen

b. Penurunan atau penambahan berat badan yang drastic

c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan

d. Pola makan dan minum sehari – hari

e. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin

seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar tiroid.

5. Status Sosial Ekonomi

Karena status social ekonomi merupakan aspek yang sangat peka bagi

banyak orang maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondis ini perawat

melakukannya bersama-sama dengan klien. Menghindarkan pertanyaan yang

mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih difokuskan pada

kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan bersama-sama bagaimana

klien dan keluarganya memperoleh makanan yang sehat dan bergizi, upaya

mendapatkan pengobatan bila klien dan keluarganya sakit dan upaya

mempertahankan kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat mengungkapkan

keadaan social ekonomi klien dan menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya

untuk mengurangi kasalahan penafsiran.

6. Masalah kesehatan Sekarang.

59
Atau disebut juga keluhan utama, Perawat memfokuskan pertanyaan pada

hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :

a. Apa yang dirasakan klien.

b. Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perolehan

dan sejak kapan dirasakan.

c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari.

d. Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine.

e. Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi.

f. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.

Hal – hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum;

1) Tingkat Energi.

Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal

khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal. Perawat mengkaji bagaimana

kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Apakah dapat

dilakukan sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau sama sekali klien tidak

berdaya melakukannya tau bahkan klien tidur sepanjang hari merupakan

informasi yang sangat penting. Kaji juga bagaimana asupan makanan klien,

apakah berlebih atau kurang.

2) Pola Eliminasi dan Keseimbangan Cairan.

Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin, secara

langsung oleh ADH, Aklosteron dan kortisol. Perawat menanyakan tentang pola

berkemih dan jumlah volume urine. Dan apakah klien sering terbangun malam

hari untuk berkemih, nyatakan volume urine dalam gelas untuk memudahkan

persepsi klien. Eliminasi urine tentu sangat berhubungan erat dengan

keseimbangan air elektrolit tubuh. Bila dari hasil anamneses ada hal yang

60
mengindikasikan volume urine berlebih. Pertanyaan kita diarahkan lebih jauh ke

kemingkinan klien kekurangaan cairan, kaji apakah klien mengalami gejala

kurang cairan dan bagaimana klien mengatasinya. Tanyakan seberapa besar

volume cairan yang dikonsumsi setiap hari, kaji pola sebelim sakit untuk

membandingkan dengan pola yang ada sekarang.

3) Pertumbuhan dan Perkembangan.

Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada dibawah pengaruh GH,

kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

dapat saja terjadi semenjak di dalam kandungan bila hormone yang

mempengaruhi tumbang fetus kurang seperti hipertiroid pada ibu. Kondisi ini

dapat pula terjadi setelah bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi

disfungsi GH atau mungkin gonad dan kelenjar tiroid :

a. Kaji apakah terjadi semenjak bayi dilahirkan dengan tubuh yang kerdil, atau

terjadi selama proses pertumbuhan dan bahkan tidak dapat diidentifikasi jelas

kapan mulai tampak gejala tersebut.

b. Kaji secara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya

bagaiaman tingkat intelegensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan rasa

tanggung jawab.

c. Kaji apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.

4) Seksualitas dan reproduksi.

Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk dikaji baik klien wanita

maupun pria. Pada klien wanita kaji siklus menstruasinya mencakup lama,

volume, frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi nyeri aau kram abdomen

sebelum, selama dan sesudah haid. Untuk volume gunakan satuan jumlah

61
pembalut yang digunakan, kaji pula pada umur berapa klien pertama kali

menstruasi.

Bila klien sudah bersuami kaji ;

a. Apakah pernah hamil

b. Apakah pernah abortus

c. Apakah pernah melahirkan

d. Jumlah anak yang pernah dilahirkan

e. Apakah klien menggunakan cara tertentu untuk membatasi kelahiran atau

cara untuk mendapatkan keturunan.

Pada klien pria yang perlu dikaji :

a. Apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan bagaimana perasaan klien

setelah melakukannya.

b. Adakah perasaan puas dan menyenangkan.

c. Adakah perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya.

Mengkaji hal – hal yang berhubungan dengan seks masih seringkali menjadi hal

yang tabu untuk diperbincangkan padahal seharusnya itu tidaak perlu terjadi, jika

perbincangan tentang seks ini dilakukan dalam konteks therapy maka tidak perlu

malu. Perawat perlu mawas diri dengan perasaanya, bersikap dewasa, dan

berwibawa sehingga perasaan segan dan malu dapat diminimalkan bahkan

dihilangkan.

7. Pengkajiaan Psikososial.

Perawat mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan

handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat sakit, sejumlah

gangguan endokrin yang serius mempengaruhi persepsi klien terhadap dirinya

sendiri oleh karena perubahan-perubahan yang dialami menyangkut perubahan fisik,

62
fungsi seksual dan reproduksi dan lain-lain yang akan mempengaruhi konsep

dirinya. Kemampuan klien dan keluarga dalam member perawatan dirumah

termasuk penggunaan obat-obatan yang biasanya dapat berlangsung lama perlu

dikaji.

B. PEMERIKSAAN FISIK.

Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat digambarkan yaitu :

 Kondisi kelenjar endokrin ; testis dan tiroid

 Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari gangguan endokrin.

Pemeriksaan fisik terhadaap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap

kelenjar tiroid dan kelenjar gonad pria (testis). Secara umum tehnik pemeriksaan fisik

yang dapat dilakukan dalam meperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :

1. Inspeksi.

Disfungsi system endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai

dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesimbangan cairan dan

elektrolit, seks dan reproduksi, metabolism dan energy. Berbagai perubahan fisik

dapat berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokrin, oleh karena itu dalam

melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap berpedoman pada pengkajian yang

komprehensif dengan penekanan pada gangguan hormonal tertentu dan dampaknya

terhadap jaringan sasran adan tubuh secara keseluruhan. Jadi menggunakan

pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan pendekatan system

kedua-duanya dapat digunakan dengan pertama-tama :

a. Amatilah penampilan umum klie apakah tampak kelemahan berat, sedang dan

ringan.

b. Amati bentuk dan proporsi tubuh klien.

63
c. Pemeriksaan wajah fokuskan pada abnormalitas struktur,bentuk dan ekspresi

wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.

d. Pemeriksaan mata amati adanya edem periorbita dan exopthalmus serta apakah

ekpresi wajah datar atau tumpul.

e. Amatilah lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan,

f. Ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan. (kondisi ini biasanya

terjadi pada gangguan tiroid)

g. Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau tidak. Pembesaran

leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk menyakinkannya

perlu dilakukan palpasi. Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat

mengidentifikasikan kelebihan cairan atau kegagaalaan jantung. Amati warna

kulit (hiperfigmentasi dan hipofigmentasi) pada leher, apakah merata dan cacat

lokasinya dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan dengan

memeriksa lokasi yang lain ditubuh sekaligus, infeksi jamur, penyembuhan luka

yang lama, bersisik dan petechie lebih sering dijumpai pada klien dengan

hiperfungsi adrenokortial.

h. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai pada klien dengan hiperfungsi

kelenjar adrenal. Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi

kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun.

Hipopigmentasi biasa terjadi pada wajah, leher dan ekstremitas.

i. Adanya penumpukan masa otot yang berlebihan pada leher bagian belakang yang

biasa disebut Buffalow neck atau leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah

clavikula sehingga klien tampak seperti bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi

adrenokortial, amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya.

64
j. Amati keadaan rambut axial dan dada,Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada

dada dan wajah wanita disebut hairsutisme.

k. Pada buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan

adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah dada atau abdomen sering dijumpai

pada hiperfungsi adrenokortal. Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan

lemak centripetal dijumpai pada hiperfungsi adrenokortial,

l. Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum dan penis juga klitoris serta

labia terhadap adanya kalianan bentuk.

2. Palpasi.

Kelenjar tiroid dan testis, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan.

Pada kondisi normal kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba dengan

menengadahkan kepada klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji

ukuran, nodul tunggal atau multiple. Apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada

saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau berdiri sama saja namun untuk

menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk. Untuk hasil yang lebih baik,

dalam melakukan palpasi pemeriksa berada dibelakang klien dengan posisi kedua ibu

jari perawat dibagian belakang leher klien dan keempat jari-jari lain berada diatas

kelenjar tiroid.

Palpasi testis dilakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus dalam keadaan

hangat. Perawat memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari lain. Bandingkan

yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran besarnya, simetris tidanya nodul.

Normalnya testis teraba lembut, peka terhadap sinar dan sinyal seperti karet.

3. Auskultasi.

Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat

menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada daerah leher,

65
diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi “bruit”. “Bruit” adalah bunyi yang

dihasilkan oleh akrena turbelensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan

normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi peningkatan

sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar

tiroid.

Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengindentifikasi perubahan pada pembuluh

darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat

menggambarkan gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan

perubahan metabolisme tubuh.

C. PENGKAJIAN DIAGNOSTIK SISTEM ENDOKRIN.

1. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Hipofise.

a. Foto Tengkorak ( Kranium ).

Dilakukan untuk melihat seila tursika, untuk mengetahui apakah terjadi tumor

atau atropi. Tidak dibutuhkan persiapaan fisik secara khusus, namun pendidikan

kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.

b. Foto Tulang ( Osteo ).

Untuk mengetahui kondisi tulang

- Pada gigankisme – pertambahan ukuran dan panjang tulang.

- Pada akromegali – pertambahan kesamping tulang-tulang perifer.

c. CT Scan Otak.

Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau

hipotalamus memalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus,

namun diperlukan penjelasan agar klien diam bergerak selama prosedur.

d. Pemeriksaan Darah dan Urine.

66
- Kader Growt hoemone (GH) : Nilai normal 10 pg/ml, meningkat pada bulan-

bulan pertama kelahiran, specimen darah vena 5 cc, tanpa persiapan fisik

khusus.

- Kadar Thyroid stimulatine hormone (TSH) : Nilai normal 6-10 pg/ml, untuk

menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder, Spesimen

darah vena 5 cc, tanpa persiapan khusus.

- Kadar adrenocotricotropine hormone (ACTH) : Pengukuran dilakukan

dengan tes supresi deksametason, Spesimen darah vena ± 5 cc dan urine 24

jam.

Persiapan :

1) Tidak ada pembatasan makanan dan minuman

2) Bila klien menggunakan obat-obatan kortisol atau antagonisnya

dihentikan dulu 24 jam sebelumnya.

3) Bila obat harus diberikan lampirkan jenis obat dan dosisnya pada lembar

pengiriman specimen.

4) Cegah stress fisik dan psikologis.

Pelaksanaan :

1) Klien diberikan deksametason 4x0.5 ml/hr selama 2 hari.

2) Besok paginya darah vena diambil ± 5 cc

3) Urine ditampung selama 24 jam

4) Spesimen dikirim ke laboratorium.

Hasil :

Normal bila :

1) Kadar ACTH dalam darah menurun kortisol darah kurang dari 5 mg/dl.

2) 17-hydroxy-cortico-streroid (17-OHCS) dalam urine kurang dari 2,5 mg.

67
2. PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR TIROID.

a. Uptake Radioaktif ( Ray)

Tujuan : mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap yodiom /

iodide.

Persiapan :

1) Klien puasa 6 – 8 jam

2) Jelaskan tujuan dan prosedur.

Pelaksanaan :

1) Klien diberikan yodium radioaktif 50 microcuri per oral.

2) Dengan alat pengukur (ditaruh diatas kelenjar tiroid) diukur radioaktif yang

bertahan.

3) Dapat pula diukur clearance yodium melalui ginjal dengan mengumpulkan

urine selam 24 jam dan diukur kadar radioaktif yodium.

Hasil :

Banyak yodium yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam presentase

1) Nilai Normal : 10 – 35%

2) Menurun : < 10% (pada hipotiroidisme)

3) Meningkat : > 35% ( pada tirotoksis,pengobatan jangka panjang

hipertiroidisme).

b. T3 dan T4 Serum.

- Pemeriksaan fisik secara khusus tidak ada specimen darah vena 5 – 10 cc

68
- Nilai normal pada dewasa : yodium bebas 0,1 – 0,6 mg/dl T3 0,2 – 0,3 mg/dl

T4 6 – 12 mg/dl

- Pada anak T3 180 – 240 mg/dl.

c. Uptake T3 Resin.

Tujuan : mengukur jumlah hormone tiroid (T3) atau thyrcid binding globulin

(TBG) tak jenuh. TBG meningkat pada hipertiroidisme, menurun pada

hipotiroidisme. Spesimen darah vena 5 cc.

Persiapan :

- Puasa 6 – 8 jam

Nilai normal :

- Dewasa : 25 – 35 % uptake oleh resin

- Anak : umurnya tidak ada.

d. Protein Boun Iondine (PBI).

Tujuan : Mengukur yodium yang terikat dengan protein plasma.

Nilai normal 4 – 8 mg% dalam 100 ml darah, Spesimen darah vena 5 – 10 cc,

Klien dipuasakan 6 – 8 jam sebelum pemeriksaan.

e. Basal Metabolic Rate (BMR).

Tujuan : Pengukuran secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan di

bawah kondisi basal selama beberapa waktu.

Persiapan :

1) Klien puasa 12 jam

2) Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress

3) Klien harus tidur sedikitnya 8 jam

4) Tidak mengkonsumsi analgetik dan sedative

69
5) Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya.

6) Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan.

Penatalaksanaan :

Pengukuran kalorimetri dengan menggunakan metabolator

Nilai normal :

- Pria 53 kalori perjam

- Wanita 60 kalori perjam.

Metide Harris Benedict untuk mengukur BMR

Pria : BMR = 66 + (13,7 x BB(kg)) + ( 5 x TB(cm)) + (6,8 x U(thn))

Wanita :BMR = 665+(9,6 x BB(kg)) + (1,8 x TB(cm)) + (4,7 x U(thn)

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KELENJAR PARATIROID.

a. Percobaan Sulkowitch.

Dilakukan untuk memeriksakan perubahan jumlah kalsium dalam urine

menggunakan reagen sulkowitch.

Persiapan :

1) Urine 24 jam ditampung

2) Diet rendah kalsium 2 hari berturut – turut

Penatalaksanaan.

1) Masukkan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)

2) Tabung pertama masukkan reagen sulkowitch, tabung kedua haanya sebagai

control.

Pembacaan secara kuantitatif

- Negatif (-) jika tidak terjadi keruhan

- Positif (+) terjadi keruhan yang halus

- Positif (++) kekeruhan sedang

70
- Positif (+++) kekeruhan banyak timbul dalam waktu < 20 detik

- Positif (++++) kekeruhan hebat, terjadi seketika.

b. Percobaan Ellwort-Howard

Percobaan didasarkan pada dieresis fosfat yang dipengaruhi oleh parathormon.

Pada hipoparatiroid, dieresis fasfor mencapai 5 -6x nilai normal, pada

hiperparatiroid dieresis tidak banyak berubah.

Cara Pemeriksaannya;

1) Klien disuntikkan parathormon intravena

2) Urin ditampung dan diukur kadar fosfatnya.

c. Percobaan Kalsium Intravena

Normal bila fosfor serum meningkat dan fosfor dieresis berkurang.

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSA KELENJAR PANKREAS

a. Pemeriksaan Gula Darah (puasa).

Tujuan: untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam

Nilai normal :

1) Dewasa : 70 – 110 mg/dl

2) Anak-anak : 60 – 100 mg/dl

3) Bayi : 50 – 80 mg/dl

Persiapan :

1) Klien dipuasakan 8 – 10 jam sebelum pemeriksaan

2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.

Pelaksanaan :

1) Spesimen adalah darah vena ± 5 cc

71
2) Gunakan antikoagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan

3) Pengobatan insulin atau oral hipoglikemia sementara dihentikan

4) Setelah pengambilan darah, klien diberi minum dan makan serta obat sesuai

program.

b. Pemeriksaan Fisik.

Pemeriksaan fisik pada system endokrin mungkin dapat dilakukan hanya

sebagian dari keseluruhan pengkajian atau mungkin sebagian sudah dapat diatasi

sendiri oleh klien dengan pengetahuan dan kecurigaan terhadap masalah fungsi

endokrin.

Persiapan:

Satu-satunya organ endokrin yang dapat dipalpasi adalah kelenjar tiroid.

Bagaimanapun pengkajian lainnya dapat memperlihatkan informasi mengenai

masalah endokrin termasuk insfeksi pada kulit, rambut dan kuku, raut muka,

reflex dan system musculoskeletal. Pengukuran tinggi dan berat badan sangat

penting seperti tanda-tanda vital yang juga memeprlihatkan petunjuk terhadap

ketidakmampuan fungsi system endokrin.

Klien mungkin duduk setelah melakukan latihan. Refleks hammer

digunakan untuk tes reflex tendon bagian dalam. Utamakan latihan, perawat

mengumpulkan peralatan penting dan menjelaskan tehnik kepada klien untuk

mengurangi cemas. Penambahan tehnik untuk mengkaji hipokalsemia, tetanus.

Komplikasi terhadap kekacauan endokrin termasuk urutan latihan.

Tehnik Pemeriksaan :

Kelaianan yang mungkin ditemukan di kulit

a) Kulit.

Inspeksi warna kulit

72
1) Hiperpigmentasi ditemukan pada klien Addison desease atau cushing

syndrome

2) Hipopigmentasi terlihat pada klien diabetes mellitus, hipertiroidisme,

hipotiroidisme.

Palpasi (tekstur, kelembaban, dan adanya lesi)

Kulit kasar, kering ditemukan pada klien dengan hipotiroidisme. Dimana

kelembutan dan bilasan kulit bias menjadi tanda pada klien dengan

hipertiroidisme. Lesi pada ekstremitas bawah mengindikasikan Diabetus

Melitus.

b) Kuku dan Rambut.

Peningkatan pigmentasi pada kuku diperlihatkan oleh klien dengan penyakit

Addison desease, kering, tebal dan rapuh terdapat pada penyakit

hipotiroidisme, rambut lembut hipertiroidisme, Hirsutisme terdapat pada

penyakit cushing syndrome.

c) Muka (inspeksi bentuk dan kesimetrisan wajah),inspeksi posisi mata.

Variasi dan bentuk dan struktur muka mungkin dapat diindikasikan dengan

penyakit akromegali mata.

d) Kelenjar Tyroid.

Palpasi kelenjar tyroid terhadap ukuran dan konsistensinya. Tidak membesar

pada klien dengan penyakit graves atau goiter. Minta klien untuk miringkan

kepala kekanan, minta klien untuk menelan, Setelah klien menelan pindahkan

pada sebelah kiri, selama palpasi pada dada kiri bawah metabolic. Seperti

yang ditujukkan hanya pada nodul yang bisa diindikasi bisul, tumor malidna

dan benigna.

e) Fungsi Motorik

73
1) Mengkaji tendon dalam-tendon reflex

2) Refleks tendon dalam disesuaikan dengan tahap perkembangan

biceps,brachioradialis, triceps, patellar, Achilles. Peningkatan reflex dapat

terlihat pada penyakit hipertiroidisme, penurunan reflex dapat terlihat

pada penyakit hipotiroidisme.

f) Fungsi Sensorik.

1) Mengkaji fungsi sensorik

2) Tes sensitivitas klien terhadap nyeri, temperature, vibrasi, sentuhan

lembut Stereognosis. Bandingkan kesimetrisan area pada kedua sisi dan

tubuh dan bandingkan bagian distal dan proksimal dan ekstremitas, minta

klien untuk menutup mata, untuk mengetes nyeri gunakan jarum yang

tajam dan tumpul.

3) Untuk tes temperature gunakan botol yang berisi air hangat dan dingin.

4) Untuk mengetes rasa getar gunakan penala garpu tala.

5) Untuk mengetes stereognosis tempatkan objek (bola kapas, pembalut

karet) pada tangan klien, kemudian minta klien mengidentifikasi okjek

tersebut.

6) Neuropati peripheral dan parastesia dapat terjadi pada diabetes,

hipotiroidisme dan akromegali.

g) Struktur Muskuloskeletal Inspeksi ukuran dan proporsional struktur tubuh

klien orang jangkung, yang disebabkan karena insufisiensi growt hormone,

Tulang yang sangat besar bias merupakan indikasi akromegali.

c. Pengkajian Tanda Trousseaus dan Tanda Chvoteks.

1) Peningkatan kadar kalsium, tangan dan jari-jari klien kontraksi (spasme

karpal)

74
d. Pengkajian Untuk Lanjut Usia.

Efek dan usia pada system endokrin sedikit lebih sulit untuk mendeteksi dengan

organ tubuh lain walaupun demikian gangguan endokrin lebih banyak pada usia

40 tahun. Pada wanita, produkdi hormone meningkat disbanding dengan

menopause. Dari pria dan wanita output anterior pituitary mengalami penurunan.

Umur relative terjadi perubahan pada struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin

adalah sebagai berikut :

1) Kelenjar tiroid mengalami derajat yang sama dengan atrofi, fibrosis and

nodularity.

2) Hormon tyroid mengalami level penurunan dan hipoparatiroidisme biasanya

sering pada orang dewasa.

3) Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin buruk,

fibrotic.

4) Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan

menjadi mati/fibrotic.

5) Beberapa variasi yang normal dibandingkan dengan yang tidak, dapat

menjadi bingung dengan penemuan abnormal pada endokrin adalah sebagai

berikut :

 Pikun, beberapa kecil coklat, flat mucula dapat dilihat pada lengan dan

dorsal pada tangan.

 Seboroik, keratosis, penebalan pada area pigmentasi, dapat dilihat pada

wajah dan tangan.

 Pertumbuhan rambut yang lambat.

 Kuku semakin tebal, brittle dan kuning

75
 Kulit wajah menjadi longgar dan tulang menjadi lebih menonjol,

penurunan terhadap sensasi perabaan.

 Penurunan reflex tendon

 Penurunan tinggi badan.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KELENJAR ADRENAL.

a) Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah

Nilai normal pada :

- Pria Dewasa : 45 – 54 %

- Wanita Dewasa : 37 - 47 %

- Anak-anak : 30 – 40 %

- Neonatal : 44 – 62 %.

Tidak ada persiapan secara khusus, specimen darah dapat diperoleh dari

perifer seperti ujung jari atau melalui fungsi intravena, Bubuhi antikoagulan

kedalam darah untuk mencegah pembekuan.

b) Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K, Cl) dengan nilai normal :

Natrium : 310 – 335 mg ( 13,6 – 14 meq / liter )

Kalium : 14 – 20 mg% (3,5 – 5.0 meq / liter)

Chlorida : 350 – 375 mg% ( 100-106 meq / liter)

Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi dan sebaliknya

terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia.

Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.

c) Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)

Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine, dibutuhkan urine 24 jam

dengan nilai normal 1 – 5 mg, tidak ada persiapan khusus.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

76
1. Resiko ketidak seimbangan gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes
melitus.
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic yang ditandai
dengan sering lelah, lemah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
defisiensi insulin/penurunan intake oral
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan sirkulasi.
5. Resiko cidera berhubungan dengan disfungsi sensoris

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko ketidak seimbangan gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes melitus.
a. Pantau kadar gula darah
b. Pantau tanda dan gejala hiperglikemi dan hipoglikemi
c. Pantau tanda – tanda vital
d. Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai pencegahan dan pengenalan tanda
hiperglikemi dan hipoglikemi beserta manajemennya
e. Kolaborasikan pemberian insulin.

2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic yang ditandai


a. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang kebutuhan aktivitas
b. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitasnya.
c. Pantau TTV.

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


defisiensi insulin/penurunan intake oral.
a. Kolaborasikan tentang diet pada ahli gizi.
b. Pantau berat badan setiap hari
c. Libatkan keluarga dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi.
d. Kolaborasikan pemberian insulin.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan sirkulasi.


a. Observasi tanda infeksi dan peradangan
b. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasive
c. Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan pada orang yang
berhubungan ddengan pasien, termasuk pasien sendiri.

77
d. Lakukan perubahan posisi, dan anjurkan baruk efektif dan napas dalam

5. Resiko cidera berhubungan dengan disfungsi sensori.


a. Pantau TTV
b. Orientasikan pasien dengan lingkungannya
c. Pantau adanya keluhan parestesia, nyeri, atau kehilanan sensori.

78
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan Dan Saran

Gangguan Nutrisi

Kesimpulan

Berdasarkan tujuan yang sudah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Dapat dipenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak I

2. Dapat diketahui kebutuhan cairan serta dampak dan fungsi pemenuhan kebutuhan

cairan dan nutrisi anak

3. Dapat diketahui komponen cairan dan nutrisi untuk anak

4. Dapat diketahui daftar makanan yang tepat untuk anak

Saran

Mengingat banyaknya masalah yang sering timbul akibat kurangnya

kebutuhan nutrisi yang diberikan, terutama pada anak-anak, maka kami menyarankan

beberapa solusi untuk menghindari masalah tersebut, yakni :

1. dengan memberikan nutrisi yang tepat kepada anak sesuai dengan usianya, serta

terus memperhatikan dampak yang akan timbul oleh karena nutrisi yang diberikan

itu.

2. Sebagai tenaga kesehatan, sangat diharapkan kita memiliki pengetahuan tentang

pemenuhan nutrisi dan cairan pada anak, sehingga mampu memberikan anjuran

pendidikan kesehatan yang tepat bagi orang tua dalam penerapan di lapangan.

79
Sistem Endokrin

Kesimpulan

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan

memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk

mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,

namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem endokrin memiliki fungsi

untuk mempertahankan hemoestatis, membatu mensekresikan hormon-hormon yang

bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan

kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.

Saran

Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik

karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi

makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.

80
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, RE dkk. 1996. Textbook Of Pediatric, Philadelphia; WB Saunders Company.

Damanik, S. 2001. Nutrisi Pada Bayi Kurang Bulan Perinasia. Bali.

Solihin, Pudjiadi. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Empat, FKUI, Jakarta.

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Whaley & Wong’s. 1995. Essensials of Pediatric Nursing Fourth Edition. St Louis

Missouri. Mosboy Company.

Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba

Medika

Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 (Edisi 8). Jakarta:

ECG

Corwin J. Elizabeth. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan (Edisi 2).

Jakarta: ECG

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi III).

Jakarta: ECG

Rostinah. TIM. 2017. Asuhan Keperawatan System Endokrin Dilengkapi Mind Mapping Dan

Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc. Yogyakarta: Deepublish

Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan System Endokrin. Jakarta:

EGC

81

Anda mungkin juga menyukai