Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PROMKES TBC

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang   

  Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang
Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC
pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Tuberculosis (TBC) sudah dikenal sejak dulu kala. Penyakit yang disebabkan oleh
kuman “Mycobacterium tuberculosis”, ini pada umumnya menyerang paru-paru dan sebagian lagi
menyerang luar paru-paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar),kulit,usus/saluran
pencernaan,selaput otak,dan sebagainya. Penyakit TB merupakan masalah yang besar bagi negara
berkembang termasuk indonesia, karena diperkirakan 95% penderita TB berada dinegara berkembang
dan 75% dari penderita TB paru tersebut adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun).
     Indonesia sendiri, saat ini masih berada pada urutan ketiga sebagai negara dengan
insidensituberkulosis tertinggi. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun
1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Secara kasar
diperkirakan dari setiap 100.000 penduduk indonesia terdapat 130 orang penderita TBC paru yang
sangat menular. Penyakit TBC menjadi masalah sosial karena sebagian besar penderitanya adalah
kelompok usia kerja produktif,kelompok ekonomi lemah,dan tingkat pendidikan yang rendah Menurut
laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi
TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru. Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini
antara lain disebabkan :

1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang berkembang tetapi juga
pada penduduk perkotaan tertentu dinegara maju.
2. Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan dari struktur
usia manusia yang hidup
3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk di kelompok yang rentan terutama di
negeri-negeri miskin.
4. Tidak memadainya pendidikan mengenai TB di antara para dokter.
5. Terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan kasus TB dimana
terjadi deteksi dan tatalaksana kasus yang tidak adekuat.
6. Adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia.
Mengingat tuberkulosis masih merupakan penyakit dengan insidensi tinggi di Indonesia, termasuk
di Provinsi Lampung, pemberian penyuluhan masalah tuberkulosis ini diharapkan dapat membantu
peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menghindari dan mencegah terjadinya
tuberkulosis. Bagi para penderita tuberkulosis, diharapkan dapat mengikuti kegiatan pengobatan secara
lebih aktif dan ikut serta dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hidup sehat.

2. Tujuan
a. Tujuan Jangka Panjang
Membantu menurunkan terjadinya penularan TBC, sehinggga dapat menurunkan insiden dan
prevalensi kasus TBC
b. Tujuan Jangka Pendek
Untuk memberikan pengetahuan tentang TBC dan pencegahan pada keluarga-keluarga dengan TB
paru

3. Manfaat
a. Manfaat Umum
Pasien memahami makna promosi kesehatan beserta perkembangannya
b. Manfaat Khusus
1. Peningatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan penanganan
pengobatan TBC.
2. Meingkatkan aksi nyata berbagai komponen masyarakat dalam pengendalian TBC
3. Meningkatkan penyebarluasan informasi tentang TBC serta terkkordinasi dan berkesinambungan
 
BAB II
METODE PELAKSANAAN
 

1. Tempat/ Waktu/Peserta Kegiatan


Tempat : Ruang Tunggu Poli Tb
Waktu : Rabu, 02 Maret 2022
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien
Jumlah audience : 25 Audience
 
2. Metode Penyuluhan 
Penyuluhan dilakukan dengan metode 2 arah (penyampaian teori dan pembagian brosur TBC yang 
diikuti kegiatan tanya jawab).

3. Penjelasan Masalah Kesehatan


A. Materi
Tuberculosis (TBC)
A. Pengertian TBC/ Tuberculosis
Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia sehingga pada
tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah menyatakan tuberculosis sebagai Global
Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan adanya 8.8 juta kasus baru tuberculosis pada
tahun 2002 dengan 3.9 juta kasus diantaranya adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif.
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut data regional WHO,
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia. Namun
bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk (yunus, 2006)
Diperkirakan angka kematian akibat TBC adalah 2-3 juta setiap tahun, dengan jumlah terbesar
kematian akibat TB terdapat di Asia Tenggara sebanyak 625.000 orang atau angka mortalitas
sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB
di dunia terjadi pada negara-negara berkembang. Indonesia masih menempati urutan ke-3 di dunia
untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan
sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu
diantara penyakit menular dan merupkan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.
Program penanggulangan tuberkulosis yang dibuat oleh Depkes RI dibidang promotif adalah dengan
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang tuberkulosis perlu dilakukan karena masalah
tuberkulosis banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Pendidikan
dilaksanakan dengan menyampaikan pesan penting tentang tuberkulosis secara langsung ataupun
menggunakan media. Adapun media atau alat peraga dalam upaya promosi kesehatan berperan
sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi kesehatan. Terdapat berbagai
macam media yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan baik dengan media cetak.
Pendidikan langsung bisa dilakukan secara perorangan maupun berkelompok dan pendidikan tidak
langsung dengan menggunakan media, dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet, poster, atau
spanduk, juga media massa yang dapat berupa media cetak seperti koran, majalah maupun media
elektronik seperti radio dan televisi (Widodo, 2004)
Media disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima
atau ditangkap melalui panca indra, semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu
maka semakin banyak dan semakin jelas pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Notoatmodjo,
2003). Dengan pendidikan kesehatan menggunakan media cetak dengan media audio visual bisa
meningkatkan pengetahuan pasien tuberkulosis, dimana pada media cetak hanya memberikan
stimulus pada satu indra dan media audio visual dua indra dan Kelebihan media audio visual antara
lain meliputi: interaktif, individual, fleksibel, cost effectiveness, motivasi, umpan balik, record
keeping, dan kontrol ada pada pengguna. Dari perbedaan jumlah indra yang distimulasi dari proses
penyuluh dengan media yang berbeda apakah peningkatan pengetahuan pasien tentang tuberkulosis
juga berbeda.
 
B. Penularan TBC
Bakteri TB ditularkan melalui droplet yang terinfeksi di udara. Begitu tetesan ini memasuki udara,
siapa pun di dekatnya dapat menghirupnya. Seseorang dengan TB dapat menularkan bakteri melalui
bersin, batuk, berbicara, dan nyanyian. 
Orang dengan sistem kekebalan yang berfungsi dengan baik mungkin tidak mengalami gejala TB,
bahkan jika mereka telah tertular bakteri tersebut, dikenal sebagai infeksi TB laten atau tidak aktif.  
Adapun tahapan penularan dari penyakit tuberkulosis: 
• Infeksi primer ketika bakteri masuk melalui hidung dan mulut yang menghirup udara
dengankandungan bakteri penyebab tuberkulosis. Bakteri ini bisa mencapai paru-paru, lalu mulai
memperbanyak diri.
•Infeksi laten, terjadi ketika sistem imun melakukan perlawanan saat bakteri mulai berkembang biak.
Ketika sistem imun kuat, maka bakteri dapat dihancurkan untuk  menahan perkembangan
infeksinya. 
• Infeksi aktif, terjadi ketika sistem imut tidak kuat atau lemah melawan serangan bakteri TB.
Alhasil, bakteri akan lebih bebas memperbanyak diri dan menyerang sel-sel sehat di paru-paru
Setelah terinfeksi, Sahabat MIKA harus menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat TBC
secara teratur selama 6-12 bulan. Pengobatan TBC memiliki tujuan untuk mengurangi jumlah
bakteri secara perlahan untuk meminimalisir risiko penularan.
 
C. Pencegahan TBC
1. Menjaga kebersihan tangan
2. Melakukan etika batuk
3. Tidak sembarangan membuang dahak.
4. Menggunakan masker bila menderita batuk.
5. Rumah dan tempat bekerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga aliran udara lancar.
6. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan tempat bekerja.
7. Pola hidup sehat

D. Pengobatan Penderita Tb

Seseorang dapat dipastikan menderita Tb jika telah dilakukan atas dirinya pemeriksaan dahak
dengan mikroskop dan ditemukan kuman Tb berbentuk batang. Pemeriksaan dahak dapat dilakukan
selama 3 kali dalam 2 hari yaitu :
1. Sewaktu ( Hari 1 ) : Dahak Sewaktu Datang Pertama Kali Ke Sarana Kesehatan
2. Pagi ( Hari 2 ) : Dahak Pagi Hari Ketika Bangun Tidur Kemudian Dibawa Ke Sarana Kesehatan
3. Sewaktu ( Hari 2 ) : Pada waktu datang lagi ke Sarana Kesehatan di hari Kedua

Pemeriksaan yang lain adalah dengan Rontgen Thorax ( bila pemeriksaan laboratorium hasilnya
negatif tetapi gejala Tb yang lainnya ada)
Apabila dari semua hasil tes mununjukkan bukti kuat terinfeksi Tb maka pengobatan yang signifikan
perlu dilakukan antara lain dengan
1.Penderita mendapatkan obat anti Tb di puskesmas secara gratis
2.Penderita harus minum secara teratur sesuai atura pengobatan sampai dinyatakan sembuh
   Penderita baru : Diwajibkan minum obat selama 6 bulan
  Penderita Kambuh : Pada penderita Tb yang kambuh atau gagal pada pengobatan pertama harus
menjalani pengobatan    selama 8 bulan
3.Lama Pengobatan 6- 8 bulan
4.Perlu Pemeriksaan dahak ulang untuk menentukan kesembuhannua
5.Perlu adanya Pengawas Minum Obat ( PMO ) bagi setiap Penderita

Anda mungkin juga menyukai