HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... .... 1
1. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
2. TUJUAN ........................................................................................................ 3
3. MANFAAT .................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat menurut WHO merupakan suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan
spiritual serta tidak hanya bebas dari penyakit ataupun kelemahan. Kesehatan merupakan
kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat penting dalam membantu kita untuk
melakukan aktivitas kehidupan serta rutinitas kita sehari-hari. Bila keadaan kita tidak baik
(sakit) maka itu akan mempengaruhi produktifitas kita juga. Melihat pentingnya hidup sehat
tersebut, maka sudah semestinya kita menjaga perilaku kita dan sadar akan pentingnya hidup
sehat agar terhindar dari serangan penyakit. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak
masyarakat yang belum sadar akan pentingnya hidup sehat tersebut, sehingga mereka kurang
memperhatikan masalah kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dan
mengakibatkan rentannya terserang oleh suatu penyakit, baik yang sifatnya tidak menular
bahkan sampai penyakit menular seperti TBC, dan lain-lain.
Di Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi masalah yang serius dan sulit
dihindarkan oleh karena kurangnya kesadaran diri dari penduduknya. Salah satu masalah
kesehatan yang saat ini marak dibicarakan di semua kalangan bahkan di seluruh penjuru
dunia adalah masalah penyakit menular yang merupakan ancaman bagi kehidupan. Salah
satunya adalah penyakit Tuberculosis (TBC). Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan
penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit infeksi lain. Di Indonesia TBC
merupakan penyebab kematian peringkat ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit pernafasan serta menjadi peringkat pertama dari golongan penyakit infeksi. Setiap
tahunnya, WHO memperkirakan terjadi 583.000 kasus TBC baru di Indonesia dan kematian
karena TBC sekitar 140.000 orang (Depkes, 2008). TBC adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah
penderita TBC BTA (Basil Tahan Asam) positif pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
terhirup ke dalam saluran pernafasan (Depkes, 2008).
Adanya fenomena insidensi dan prevalensi kasus TBC di seluruh dunia, yang dikenal
sebagai fenomena TBC global, telah mendorong Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mendeklarasikan global health emergency pada bulan maret 1993, untuk menyadarkan dunia
bahwa kita sedang menghadapi ancaman serius penyakit TBC. Pada bulan September 2000,
diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang di ikuti oleh 189 negara anggota. Konferensi itu menyepakati untuk mengadopsi
tujuan Pembangunan Milenium atau Milenium Development Goals (MDGs). MDGs
memiliki 8 tujuan yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2015, salah satunya adalah
memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain seperti TBC dan lain-lain.
Dengan adanya MDGs ini, diharapkan dapat membantu mengurangi masalah yang ada
khususnya mengenai insidensi dan prevalensi penyakit TBC, seperti yang telah tercantum
dalam tujuan dari pembangunan MDGs itu sendiri. Jelaslah bagi kita bahwa penurunan
insidensi dan prevalensi penyakit TBC menjadi salah satu tujuan MDGs yang mesti kita
perjuangkan bersama-sama, karena tercapainya satu tujuan akan mendekatkan pada
pencapaian tujuan yang lainnya. Sebagai tenaga kesehatan, tentunya kita juga memiliki
tanggung jawab sendiri untuk mencapai tujuan MDGs tersebut khususnya dalam kasus
pencegahan insidensi penyakit TBC. Oleh karena itu, menyadarkan masyarakat akan
pentingnya hidup sehat merupakan pokok utama yang harus dilakukan sebagai upaya
pencegahan dini terhadap penularan penyakit TBC ini.
Berdasarkan hal tersebut di atas, kami mahasiswa STIKES YARSI Mataram berinisiatif
untuk mengadakan Penyuluhan Kesehatan tentang Penyakit TBC yang bertujuan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat khususnya keluarga-keluarga pengidap TBC
tentang cara penularan serta pencegahan penyakit tersebut. Selain itu, setelah melakukan
penyuluhan kesehatan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit TBC dan pencegahannya sehingga masyarakat sadar dan dapat mengubah
paradigma tentang pentingnya pola hidup sehat, khususnya dalam mencegah terjadinya
penularan penyakit TBC secara luas yang pada akhirnya dapat menurunkan insidensi dan
prevalensi kasus TBC.
B. Tujuan
1. Jangka Panjang
2. Jangka Pendek
2. Manfaat khusus
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan
pencarian pengobatan TBC.
b. Meningkatkan aksi nyata berbagai komponen masyarakat dalam pengendalian TBC.
c. Meningkatkan penyebarluasan informasi tentang TB secara terkoor-dinasi dan
berkesinambungan
BAB II
METODE PELAKSANAAN
A. Metode Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan metode dua arah yaitu penyampaian teori dan pembagian
leaflet TBC yang diikuti kegiatan tanya jawab. Penyampaian materi akan dilakukan oleh
mahasiswa stikes yarsi mataram dan didampingi oleh dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Komunitas STIKES YARSI Mataram. Dengan memberikan materi yang
mudah di mengerti dan menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh sasaran. Kami
menggunakan motode pendekatan dengan sasaran agar lebih dapat mengetahui masalah apa
yang ada pada sasaran dan sasaran lebih nyaman pada saat kami memberikan penyuluhan.
Leaflet TBC yang kami buat dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan mudah dibaca
oleh sasaran dan kamipun menyertai gambar agar sasaran lebih dapaat memahami tentang
TBC tersebut.
Topik : TBC
Waktu : 20 menit
Hingga kini, prevalensi pengidap TBC di Indonesia saat ini diperkirakan sudah mencapai
289 per 100.000 penduduk dan insidensi telah mencapai angka 189 per 100.000 penduduk
sudah terancam meninggal dunia seperti yang telah diutarakan oleh Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesiayang menghimpun angka tersebut sejak tahun 2011 yang lalu mengenai
Tuberculosis (TBC) di Indonesia. Namun, pada tahun 2011 ini angka penyembuhan penyakit
TBC tersebut suda sesuai dengan harapan yaitu sebesar 90,3 persen pasien telah sembuh.
Mengingat masalah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit TBC ini
merupakan penyumbang kematian terbesar di dunia khususnya di Indonesia. Oleh karena itu,
hal ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak khususnya pemerintah kesehatan
Republik Indonesia untuk mencegah penularan lebih lanjut yang dapat mengakibatkan
dampak yang lebih buruk lagi bagi masyarak, sehingga sangat perlu dilakukan pencegahan
dini terhadap penyakit TBC tersebut. Dalam rangka menurunkan angka penularan penyakit
TBC ini, kami berinisiatif untuk melakukan sebuah kegiatan “Promosi Kesehatan tentan
Penyakit TBC” yang diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat dalam mencegah
terjadinya TBC, sehingga dapat menurunkan angka penderita penyakit TBC tersebut.
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
1 2 Menit Pembukaan :
2 10 Menit Pelaksanaan :
Materi :
Menyimak dan
1. Pengertian TBC
memperhatikan
2. Gejala – gejala TBC
3. Proses penularan TBC
4. Pencegahan TBC
5. Pengobatan TBC
3 6 Menit Evaluasi :
4 2 Menit Penutup :
G. Media Penyuluhan
Media Penyuluhan yang digunakan:
1. Materi SAP
2. Leaflet
H. Metode Evaluasi
1. Metode Evaluasi : Tanya jawab
2. Jenis Evaluasi : Lisan dan Tulisan
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam
penyuluhan yaitu :
Materi SAP
Leaflet
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk Madding dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap
mudah di mengerti oleh peserta penyuluhan.
c. Persiapan Peserta
Penyuluhan mengenai TBC diberikan kepada seluruh keluarga Tn. “A” yang telah
diinformasikan sebelum dilaksanakan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan memahami
materi penyuluhan yang diberikan.
b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
c. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.
d. Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a. Masyarakat mampu menjelaskan dan memahami pengertian TBC.
b Masyarakat mahami dan mengetahui bagaimana gejala – gejala yang ditimbulkan dari
penyakit TBC
c. Masyarakat mengetahui dan memahami bagaimana proses penularan TBC.
d. Masyarakat mengetahui dan memahami cara pencegahan penyakit TBC
e. Masyarakat mengetahui pengobatan yang tepat dan benar terhadap penyakit TBC.
C. Materi
1. Pengertian TBC
2. Proses penularan TBC
3. Gejala – gejala TBC
4. Cara Pencegahan TBC
5. Pengobatan TBC
MATERI
TUBERKULOSIS (TBC)
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis
dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC
terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun
1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun
dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian
akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita
baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat
TBC di Indonesia.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru.
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5
tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
D. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit TBC
1. Tahap Pencegahan
Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari
TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan
angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang
tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan.
2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap
harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak.
3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes,
silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern
kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak
langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga
pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala
infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan
imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan
membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi
epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap
epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus
dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.
2. Pengobatan
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus minum obat
secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga
kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu
pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir
pengobatan.
a. Pada waktu datang pertama kali untuk periksa ke unit pelayanan kesehatan, disebut dahak
Sewaktu pertama (S).
b. Dahak diambil pada pagi hari berikutnya segera setelah bangun tidur, kemudian dibawa dan
diperiksa di unit pelayanan kesehatan, disebut dahak Pagi (P).
c. Dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi, disebut dahak
Sewaktu kedua (S).
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Andi Utama, Peneliti Puslit Bioteknologi-LIPI http://www.beritaiptek.com/
http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html
http://www.medicastore.com/tbc/%20http://update.tbcindonesia.or.id/index.php
www.tbcindonesia.or.id