Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN TUBERCULOSIS (TBC)

RUMAH SAKIT DAERAH dr. A. DADI TJOKRODIPO


KOTA BANDAR LAMPUNG
Jl. Basuki Rahmat No. 74, Teluk Betung, Bandar Lampung
Telp. (0721) 471723 (Hunting) Fax (0721) 48648
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... .... 1
1.      LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
2.      TUJUAN ........................................................................................................ 3
3.      MANFAAT .................................................................................................... 3

BAB II METODE PELAKSANAAN............................................................ .... 4


1.      STRATEGI PELAKSANAAN ................................................................ .... 4
2.      RENCANA WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAAN...................     4
3.      SAP TBC ........................................................................................................ 5
4.      MATERI PENYULUHAN ......................................................................... 10
 
    

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat menurut WHO merupakan suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan
spiritual serta tidak hanya bebas dari penyakit ataupun kelemahan. Kesehatan merupakan
kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat penting dalam membantu kita untuk
melakukan aktivitas kehidupan serta rutinitas kita sehari-hari. Bila keadaan kita tidak baik
(sakit) maka itu akan mempengaruhi produktifitas kita juga. Melihat pentingnya hidup sehat
tersebut, maka sudah semestinya kita menjaga perilaku kita dan sadar akan pentingnya hidup
sehat agar terhindar dari serangan penyakit. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak
masyarakat yang belum sadar akan pentingnya hidup sehat tersebut, sehingga mereka kurang
memperhatikan masalah kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dan
mengakibatkan rentannya terserang oleh suatu penyakit, baik yang sifatnya tidak menular
bahkan sampai penyakit menular seperti TBC, dan lain-lain.

Di Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi masalah yang serius dan sulit
dihindarkan oleh karena kurangnya kesadaran diri dari penduduknya. Salah satu masalah
kesehatan yang saat ini marak dibicarakan di semua kalangan bahkan di seluruh penjuru
dunia adalah masalah penyakit menular yang merupakan ancaman bagi kehidupan. Salah
satunya adalah penyakit Tuberculosis (TBC). Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan
penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit infeksi lain. Di Indonesia TBC
merupakan penyebab kematian peringkat ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit pernafasan serta menjadi peringkat pertama dari golongan penyakit infeksi. Setiap
tahunnya, WHO memperkirakan terjadi 583.000 kasus TBC baru di Indonesia dan kematian
karena TBC sekitar 140.000 orang (Depkes, 2008). TBC adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah
penderita TBC BTA (Basil Tahan Asam) positif pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
terhirup ke dalam saluran pernafasan (Depkes, 2008).

Adanya fenomena insidensi dan prevalensi kasus TBC di seluruh dunia, yang dikenal
sebagai fenomena TBC global, telah mendorong Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mendeklarasikan global health emergency pada bulan maret 1993, untuk menyadarkan dunia
bahwa kita sedang menghadapi ancaman serius penyakit TBC. Pada bulan September 2000,
diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang di ikuti oleh 189 negara anggota. Konferensi itu menyepakati untuk mengadopsi
tujuan Pembangunan Milenium atau Milenium Development Goals (MDGs). MDGs
memiliki 8 tujuan yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2015, salah satunya adalah
memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain seperti TBC dan lain-lain.

Dengan adanya MDGs ini, diharapkan dapat membantu mengurangi masalah yang ada
khususnya mengenai insidensi dan prevalensi penyakit TBC, seperti yang telah tercantum
dalam tujuan dari pembangunan MDGs itu sendiri. Jelaslah bagi kita bahwa penurunan
insidensi dan prevalensi penyakit TBC menjadi salah satu tujuan MDGs yang mesti kita
perjuangkan bersama-sama, karena tercapainya satu tujuan akan mendekatkan pada
pencapaian tujuan yang lainnya. Sebagai tenaga kesehatan, tentunya kita juga memiliki
tanggung jawab sendiri untuk mencapai tujuan MDGs tersebut khususnya dalam kasus
pencegahan insidensi penyakit TBC. Oleh karena itu, menyadarkan masyarakat akan
pentingnya hidup sehat merupakan pokok utama yang harus dilakukan sebagai upaya
pencegahan dini terhadap penularan penyakit TBC ini.

Berdasarkan hal tersebut di atas, kami mahasiswa STIKES YARSI Mataram berinisiatif
untuk mengadakan Penyuluhan Kesehatan tentang Penyakit TBC yang bertujuan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat khususnya keluarga-keluarga pengidap TBC
tentang cara penularan serta pencegahan penyakit tersebut. Selain itu, setelah melakukan
penyuluhan kesehatan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit TBC dan pencegahannya sehingga masyarakat sadar dan dapat mengubah
paradigma tentang pentingnya pola hidup sehat, khususnya dalam mencegah terjadinya
penularan penyakit TBC secara luas yang pada akhirnya dapat menurunkan insidensi dan
prevalensi kasus TBC.

B. Tujuan
1. Jangka Panjang

Membantu menurunkan terjadinya penularan TBC, sehingga dapat menurunkan insidensi


dan prevalensi kasus TBC.

2. Jangka Pendek

Untuk memberikan pengetahuan tentang TB Paru dan pencegahan pada keluarga-keluarga


dengan TB Paru.
C. Manfaat
1. Manfaat  Umum

dapat memahami makna promosi kesehatan beserta beserta perkembangannya.

2. Manfaat  khusus
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan
pencarian pengobatan TBC.
b. Meningkatkan aksi nyata berbagai komponen masyarakat dalam pengendalian TBC.
c. Meningkatkan penyebarluasan informasi tentang TB secara terkoor-dinasi dan
berkesinambungan
BAB II

METODE PELAKSANAAN

A. Metode Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan dengan metode dua arah yaitu penyampaian teori dan pembagian
leaflet TBC yang diikuti kegiatan tanya jawab. Penyampaian materi akan dilakukan oleh
mahasiswa stikes yarsi mataram dan didampingi oleh dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Komunitas STIKES YARSI Mataram. Dengan memberikan materi yang
mudah di mengerti dan menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh sasaran. Kami
menggunakan motode pendekatan dengan sasaran agar lebih dapat mengetahui masalah apa
yang ada pada sasaran dan sasaran lebih nyaman pada saat kami memberikan penyuluhan.
Leaflet TBC yang kami buat dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan mudah dibaca
oleh sasaran dan kamipun menyertai gambar agar sasaran lebih dapaat memahami tentang
TBC tersebut.

B. Rencana Waktu dan Tempat Pelaksanaaan

Hari/Tanggal : Selasa,7 juni 2022

Jam : Jam 09.00 wib

Tempat : Ruang Poli Paru rawat jalan

Peserta : Pasien Tb dan keluarga pasien


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TBC

Topik                           : TBC

Sub Topik                    : Penanganan TBC

Sasaran                        : Pasien TBC dan keluarga.

Hari/Tanggal               : Selasa, 7 Juni 2022

Jam                              : 09.00 wib

Waktu                         : 20 menit

Tempat                        : Ruang Tunggu Poli paru

A. Latar belakang masalah


Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masih belum bisa
dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 juta penduduk dunia setiap
tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit infeksi lainnya. Bahkan Indonesia adalah
negara terbesar ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah Cina dan India.
Tuberculosis (TBC) ini merupakan penyakit yang dapat menular dan sangat menjadi
perhatian dunia. Hingga saat ini, tidak ada satu Negara pun yang bebas dari penyakit ini.
Angka kematian dan kesakitan akibat Mycobacterium Tuberculosis ini sangat tinggi.

Hingga kini, prevalensi pengidap TBC di Indonesia saat ini diperkirakan sudah mencapai
289 per 100.000 penduduk dan insidensi telah mencapai angka 189 per 100.000 penduduk
sudah terancam meninggal dunia seperti yang telah diutarakan oleh Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesiayang menghimpun angka tersebut sejak tahun 2011 yang lalu mengenai
Tuberculosis (TBC) di Indonesia. Namun, pada tahun 2011 ini angka penyembuhan penyakit
TBC tersebut suda sesuai dengan harapan yaitu sebesar 90,3 persen pasien telah sembuh.

Mengingat masalah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit TBC ini
merupakan penyumbang kematian terbesar di dunia khususnya di Indonesia. Oleh karena itu,
hal ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak khususnya pemerintah kesehatan
Republik Indonesia untuk mencegah penularan lebih lanjut yang dapat mengakibatkan
dampak yang lebih buruk lagi bagi masyarak,  sehingga sangat perlu dilakukan pencegahan
dini terhadap penyakit TBC tersebut. Dalam rangka menurunkan angka penularan penyakit
TBC ini, kami berinisiatif untuk melakukan sebuah kegiatan “Promosi Kesehatan tentan
Penyakit TBC” yang diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat dalam mencegah
terjadinya TBC, sehingga dapat menurunkan angka penderita penyakit TBC tersebut.

B. Tujuan Instruksional Umum (Tiu)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dapat menginformasikan dan
mengetahui  tentang penyakit TBC sehingga dapat menjaga kesehatan dan lingkungan
sekitar.

C. Tujuan Instruksional Khusus (Tik)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan kembali :

1.      Pengertian TBC


2.      Proses penularan TBC
3.      Gejala – gejala TBC
4.      Pencegahan TBC
5.      Pengobatan TBC

D. Materi Penyuluhan
Terlampir

E.  Metode Pelaksanaan


Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa

1.     Ceramah, dan


2.     Tanya Jawab
F.  Rencana Proses Pelaksanaan

NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 2 Menit Pembukaan :

     Memberi Salam      Menjawab Salam


     Menjelaskan tujuan      Mendengarkan     dan
Pembelajaran Memperhatikan
     Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan

2 10 Menit Pelaksanaan :

     Menjelaskan materi penyuluhan      Menyimak dan


secara berurutan dan teratur memperhatikan

Materi :
     Menyimak dan
1.      Pengertian TBC
memperhatikan
2.      Gejala – gejala TBC
3.      Proses penularan TBC
4.      Pencegahan TBC
5.      Pengobatan TBC

3 6 Menit Evaluasi :

     Meminta sasaran menjelaskan      Bertanya dan menjawab


atau menyebutkan kembali : pertanyaan
1.      Pengertian TBC
2.      Gejala – gejala TBC
3.      Cara pencegahan TBC
     Memberikan pujian atas
keberhasilan sasaran menjawab
pertanyaan

4 2 Menit Penutup :

     Mengucapkan terimakasih dan      Menjawab salam


mengucapkan salam

G. Media Penyuluhan
Media Penyuluhan yang digunakan:
1.     Materi SAP
2.     Leaflet
H. Metode Evaluasi
1.      Metode Evaluasi       : Tanya jawab
2.      Jenis Evaluasi            : Lisan dan Tulisan

I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam
penyuluhan yaitu :
      Materi SAP
      Leaflet
b.  Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk Madding dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap
mudah di mengerti oleh peserta penyuluhan.
c.  Persiapan Peserta
Penyuluhan mengenai TBC diberikan kepada seluruh keluarga Tn. “A”  yang  telah
diinformasikan sebelum dilaksanakan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan memahami
materi penyuluhan yang diberikan.
b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
c. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.
d.  Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan selama kegiatan berlangsung.

3. Evaluasi Hasil
a. Masyarakat  mampu menjelaskan dan memahami pengertian TBC.
b Masyarakat  mahami dan mengetahui bagaimana gejala – gejala yang ditimbulkan dari
penyakit TBC
c. Masyarakat  mengetahui dan memahami bagaimana proses penularan TBC.
d. Masyarakat  mengetahui dan memahami cara pencegahan penyakit TBC
e. Masyarakat  mengetahui pengobatan yang tepat dan benar terhadap penyakit TBC.

C.      Materi
1.      Pengertian TBC
2.      Proses penularan TBC
3.      Gejala – gejala TBC
4.      Cara Pencegahan TBC
5.      Pengobatan TBC

MATERI

TUBERKULOSIS (TBC)

A.      Pengertian TBC/Tuberkulosis


Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis
dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC
terbesar di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun
1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun
dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian
akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.

Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita
baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat
TBC di Indonesia.

Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita


harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .

B.       Proses Penularan TBC


Sumber penularan adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman TBC. TBC
menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan percikan dahaknya yang
mengandung kuman TBC melayang-layang di udara dan terhirup oleh orang lain.

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru.

C.      Gejala – gejala TBC


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1.      Gejala sistemik/umum

a.       Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b.      Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c.       Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d.      Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2.      Gejala khusus

a.       Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b.      Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
c.       Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
d.      Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5
tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
D.      Pencegahan dan Pengobatan Penyakit TBC
1.          Tahap Pencegahan
Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari
TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

a.       Pencegahan Primer


Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun
hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan
sebelumnya yang sudah tinggi.

Proteksi spesifik  dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi :

1)      Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan
angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang
tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan.
2)      Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap
harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak.
3)      Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes,
silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.

b.      Pencegahan Sekunder


Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC
yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.

Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern
kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak
langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga
pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala
infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.

Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan
imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan
membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi
epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap
epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus
dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.

c.       Pencegahan Tersier


Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,
rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi
pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan
penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan
perlunya rehabilitasi.

2.          Pengobatan
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus minum obat
secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga
kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu
pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir
pengobatan.

3.          Mendiagnosa TBC


Harus dilakukan pemeriksaan dahak dengan miskroskop. Seseorang dipastikan
menderita TBC bila dalam dahaknya terdapat kuman TBC.

 Dahak yang diambil adalah dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu:

a.       Pada waktu datang pertama kali untuk periksa ke unit pelayanan kesehatan, disebut dahak
Sewaktu pertama (S).
b.      Dahak diambil pada pagi hari berikutnya segera setelah bangun tidur, kemudian dibawa dan
diperiksa di unit pelayanan kesehatan, disebut dahak Pagi (P).
c.       Dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi, disebut dahak
Sewaktu kedua (S).

4.          Tempat pengobatan penderita TBC


Puskesmas, Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), Rumah Sakit, klinik dan
dokter praktek swasta. Di Puskesmas, penderita bisa mendapatkan pengobatan TBC secara
cuma-cuma (GRATIS).

5.          Mengetahui kemajuan pengobatan


Keluhan berkurang atau hilang, berat badan bertambah, nafsu makan meningkat.
Pemeriksaan dahak pada akhir tahap awal juga menunjukkan hasil negatif.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Andi Utama, Peneliti Puslit Bioteknologi-LIPI http://www.beritaiptek.com/

http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html

http://www.medicastore.com/tbc/%20http://update.tbcindonesia.or.id/index.php

www.tbcindonesia.or.id

Diposting oleh Rony Fansyuri di 09.15

Anda mungkin juga menyukai